• Tidak ada hasil yang ditemukan

konflik dan penyebabnya studi kasus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "konflik dan penyebabnya studi kasus "

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkah limpahan rahmat dan hidayah-Nya ,sehingga penulis dapat menyusun makalah ini meski penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa penulisan dan penyusunan nya

Adapun dalam penysuna akalah ini penulis memperoleh data atau sumber dari media “internet” dan menjelaskan tentang “MANAJEMEN KONFLIK DAN KEARIFAN”. Penulis berharap dalam penyusunan makalah ini ,bisa menjadi pelajaran dan menambah wawasan buat pembaca dan terutama buat penulis sendiri. Kritik dan saran yang bertujuan membangun dari para pembaca,penulis akan terima dengan senang hati ,untuk penulisan akalah yang lebih baik lagi . Semoga Alloh SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat .

(2)

PENDAHULUAN DAFTAR ISI

Kata pengantar...1

Daftar isi...2

A. Latar belakang ...3

B. Pengertian konflik dalam islam...4

C. Faktor penyebab konlflik...9

D. Macam-macam konflik...11

E. Solusi dalam menyelesaikan konflik...12

F. Budaya lokal sebagai sarana solusi konflik...14

Kesimpulan dan saran...16

(3)

A. Latar Belakang

al-Quran adalah pedoman hidup muslim yang tidak hanya mengatur hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhannya, melainkan juga mengatur hubungan antara manusia dengan lingkungannya, terlebih khusus antara sesama manusia itu sendiri baik antar individu ataupun kelompok sosialisasi . Sejarah panjang peradaban manusia selalu diwarnai konflik dari level komunitas terkecil seperti rumah tangga hingga ke tingkat menengah seperti antara partai, golongan sampai ke komunitas terbesar antar bangsa, agama dan negara. Konflik tersebut sering dilatarbelakangi oleh berbagai motif dan kepentingan. Salah satu penyebabnya adalah karena hilangnya nilai-nilai kebajikan, kemanusiaan, kedamaian dan persaudaraan antara individu atau kelompok. Setiap kelompok dalam satu organisasi, dimana didalamnya terjadi interaksi antara satu dengan lainnya, memiliki kecenderungan timbulnya konflik. Konflik sangat erat kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk perasaan diabaikan, disepelekan, tidak dihargai, ditinggalkan, dan juga perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja. Perasaan-perasaan tersebut sewaktu-waktu dapat memicu timbulnya kemarahan. Keadaan tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan kegiatannya secara langsung, dan dapat menurunkan produktivitas kerja organisasi secara tidak langsung dengan melakukan banyak kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. Dalam suatu organisasi, kecenderungan terjadinya konflik, dapat disebabkan oleh suatu perubahan secara tiba-tiba, antara lain: kemajuan teknologi baru, persaingan ketat, perbedaan kebudayaan dan sistem nilai, serta berbagai macam kepribadian individu. Berbagai macam konflik yang terjadi sebenarnya mempunyai suatu penyelesaian, baik secara agama maupun secara budaya atau adat istiadat setempat. Penyelesaian konflik yang telah disusun secara teori dan sebagian telah dilakukan secara nyata ini, tidak lah hanya semata mata untuk keuntungan suatu pihak saja tetapi penyelesaian yang dilakukan di peruntukan kedua pihak agar sama sama memperoleh keuntungan. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk mempelajari penyelesaian suatu konflik yang ada didalam kehidupan kita..

(4)

B. Pengertian Konflik dalam islam

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Menurut Webster (1966), istilah “conflict” di dalam bahasa aslinya berarti suatu “perkelahian, peperangan atau perjuangan” yaitu berupa konfrontasi fisik dan psikologis antara beberapa pihak.

Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.

(5)

firman Allah yang artinya: “Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini.”.

Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah hikmah dibalik terjadinya konflik. Dalam Islam, konflik bukanlah sebagai tujuan namun lebih sebagai sarana untuk memadukan antara berbagai hal yang saling bertentangan untuk membebaskan kehidupan manusia dari kepentingan individual dan dari kejelekan-kejelekan, sehingga tidak membiarkan perbedaan-perbedaan itu menjadi penyebab adanya permusuhan. Karena sesungguhnya manusia berasal dari asal yang sama.

Seperti dijelaskan pada (QS. An Nisaa' ayat 1) yang berbunyi:

يذذلللا هلللللا اوققتللاول ءءاسلنذول ارءيثذكل لاجلرذ املهقننمذ ثللبلول اهلجلونزل اهلننمذ قلللخلول ةةدلحذاول سةفننل ننمذ منكققلللخل يذذلللا مقكقبللرل اوققتللا سقانلللا اهليلقأل ايل

) ابءيقذرل منكقينللعل نلاكل هلللللا نللإذ ملاحلرنلاول هذبذ نلولقءلاسلتل

١ )

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah

memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada

Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi

kamu”.

(6)

konflik yang akhirnya menjadi konflik berkepanjangan yang tidak ada solusinya yang justru akan merusak hubungan antar manusia dan akan merugikan manusia itu sendiri.

Suran An-Nisaa’ diatas merupakan penetapan nilai persaudaraan yang dimaksudkan sebagai pedoman hubungan antar kelompok manusia yang disebut Al Qur’an diatas. Nilai ini harus menjadi landasan masalah multikulturisme, multiagama, multibahasa, multibangsa dan pluralisme secara umum, karena Al-Qur’an menganggap perbedaan ras, suku, budaya dan agama sebagai masalah alami (ketentuan Tuhan). Justru itu, perbedaan tadi tidak boleh dijadikan ukuran kemuliaan dan harga diri, tapi ukuran manusia terbaik adalah ketaqwaan dan kesalehan sosial yang dilakukannya. Ini yang dimaksud firman Tuhan dalam al-Hujurat ayat 13 sbb:

رريبذخل مريلذعل هلللللا نللإذ منكقاقلتنأل هذللللا دلننعذ منكقملرلكنأل نللإذ اوفقرلاعلتللذ للئذابلقلول ابءوعقشق منكقانللنعلجلول ىثلننأقول رةكلذل ننمذ منكقانلقنللخل انللإذ سقانلللا اهليلقأل ايل

)

١٣ )

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling

kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah

orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha

Mengenal”.

(7)

" هللا ىوقتب لا لضف دحأ ىلع دحل سيل طشملا نانساك نووتسم سانلا "

(Asal usul) Manusia adalah sama, tidak obahnya seperti gigi. Kelebihan seseorang hanya terletak pada ketaqwaannya kepada Allah SWT”.

Di dalam agama Islam juga dijelaskan tentang tata cara mengelola suatu konflik agar konflik tidak bersifat destruktif melainkan menjadi hal yang dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Agama Islam mengajarkan bagaimana mengelola atau menyelesaikan perbedaan atau pertentangan dengan cara-cara damai. Meskipun agama Islam merupakan agama yang notabene menganut ajaran kebenaran mutlak, namun agama Islam tidak pernah mentolerir penggunaan kekerasan dalam ajarannya. Sebenarnya konsep konflik dalam Islam cenderung memiliki kesamaan dengan manajemen konflik secara umum. Dalam Islam konflik dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya debat dan musyawarah.

Debat pada dasarnya adalah salah satu cara berkompetisi dengan pihak atau kelompok lain. Dalam Al-Qur’an, debat sering merujuk pada upaya kompetisi yang dilakukan kaum muslim dengan kaum non muslim. Debat sering digunakan oleh Nabi Allah untuk menanggapi segala tuduhan terhadap agama Islam sekaligus meyakinkan pihak lain tentang kebenaran agama Islam. Di dalam Al-Qur’an juga di jelaskan bahwa berdebat harus dilakukan dengan adil dan fair yang tercantum pada surat An-Nahl ayat 125 sebagai berikut:

ولهقول هذلذيبذسل ننعل لللضل ننملبذ مقللعنأل ولهق كلبللرل نللإذ نقسلحنأل يلهذ يتذلللابذ منهقلندذاجلول ةذنلسلحللنا ةذظلعذونمللناول ةذملكنحذلنابذ كلبلذرل لذيبذسل ىللإذ عقدنا

) نليدذتلهنمقلنابذ مقللعنأل

(8)

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih

mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Selain debat, konflik dalam Islam juga dilakukan dengan musyawarah. Dalam Al-Qur’an musyawarah sering merujuk pada penyelesaian konflik dan hubungan sesama kaum muslim, berbeda dengan debat yang cenderung ditujukan untuk kaum non-muslim. Tujuan musyawarah ini adalah untuk menemukan jalan keluar dari perbedaan yang tidak menyangkut gejala “idiologis” dan dikhotomik sehingga memungkinkan terbentuknya kompromi dan negosiasi. Sedangkan perdebatan lebih menunjukkan sebagai upaya untuk meyakinkan fihak lain, dan tidak mungkin terjadi kompromi, dan yang mungkin hanya sebatas memahami saja, bukan untuk saling membenarkan satu sama lain. Perihal musyawarah ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 159 yang berbunyi sebagai berikut:

يفذ منهقرنوذاشلول منهقلل رنفذغنتلسناول منهقننعل فقعنافل كللذونحل ننمذ اوضلقفلننل بذلنقللنا ظليلذغل اظلءفل تلننكق ونللول منهقلل تلننلذ هذللللا نلمذ ةةملحنرل املبذفل

) نليلذكلذولتلمقلنا بلقحذيق هلللللا نللإذ هذللللا ىللعل لنكللولتلفل تلمنزلعل اذلإذفل رذمنلا

١٥٩ )

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari

sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah

membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai

(9)

C.

Faktor penyebab konflik

1. Faktor Penyebab Konflik Secara Umum:

a) Modernisasi dan globalisasi yang jauh memasuki masyarakat Indonesia.

b) Sifat rasisme bangsa Indonesia yang menganggap agama yang dianut adalah yang paling benar sedangkan yang lain salah.

c) Masyarakat Indonesia dalam budaya kekerasan.

d) Ketidakadilan sosial dalam bangsa Indonesia, kebanyakan program pemerintah hanya menguntungkan golongan atas.

2. Faktor yang menyebabkan konflik sosial yang bersumber dari agama (Hendropuspito, Sosiologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1983) 151-168), yaitu:

a) Perbedaan Sikap Mental

Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari benturan itu.Dalam skala penilaian yang dibuat (subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan kepada agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan lawan dinilai menurut patokan itu. Karena itu, faktor perbedaan doktrin dan sikap mental dalam kelompok masyarakat Islam dan Kristen punya andil sebagai pemicu konflik.

b) Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama

(10)

menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam masyarakat.

Contoh di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan Suku Batak yang beragama Kristen; kedua suku itu hampir selalu hidup dalam ketegangan, bahkan dalam konflik fisik (sering terjadi), yang merugikan ketentraman dan keamanan.

c) Perbedaan Tingkat Kebudayaan

Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara sederhana dapat dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan budaya modern.

Perbedaan budaya dalam kelompok masyarakat yang berbeda agama di suatu tempat atau daerah pada kenyataannya merupakan faktor pendorong yang ikut mempengaruhi terciptanya konflik antar kelompok agama di Indonesia.

d) Masalah Mayoritas dan Minoritas Golongan Agama

Fenomena konflik sosial mempunyai aneka penyebab. Tetapi dalam masyarakat agama pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan agama.

(11)

sebagai kelompok minoritas sering mengalami kerugian fisik, seperti: pengrusakan dan pembakaran gedung-gedung ibadat.

D. Macam-Macam Konflik

1) konflikAntara umat Muslim dengan umat non Muslim

Penyebab secara agamanya yaitu hari natal bertepatan dengan bulan ramadhan dimana masyarakat muslim dan polisi setempat menertibkan tempat-tempat maksiat dan hal ini ditentang oleh pemuda-pemuda kristiani yang saat itu sedang merayakan natal. Selain itu, konflik ini juga disebabkan oleh faktor lain seperti, faktor politik yang semakin memanaskan suasana yang pada waktu itu terjadi pemilihan bupati yang kandidatnya berasal dari agama yang berbeda

2. Kasus tragedi berdarah Maluku

(12)

E. SOLUSI DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK

Dari berbagai konflik yang terjadi di Indonesia, solusi yang umum digunakan antara lain:

1. Melaksanakan serangkaian pertemuan, dialog, dan tatap muka yang melibatkan tokoh-tokoh agama dan adat serta segenap instansi pemerintah untuk mencari kesepakatan.

2. Menciptakan suasana dan meningkatkan keamanan melalui langkah-langkah: menghentikan dan mencegah terulangnya konflik, melakukan patrol intensif, menempatkan pos pengamanan di daerah rawan, pembersihan senjata dan amunisi illegal dan tindakan tegas terhadap individu atau kelompok yang melawan hukum.

3. Memberikan santunan kepada para korban kerusuhan.

4. Refungsionalisasi dan pembangunan baru sarana ekonomi dan transportasi.

5. melakukan proses peradilan terhadap para pelaku yang bersalah dan bertanggung jawab dalam kerusuhan.

(13)

Sedangkan Secara teoritis ada beberapa macam model penyelesaian konflik yang berlaku secara umum, antara lain :

1. Pertama, model penyelesaian berdasarkan sumber konflik. Dalam model ini, untuk bisa penyelesaian konflik dituntut untuk terlebih dahulu diketahui sumber-sumber konflik: apakah konflik data, relasi, nilai, struktural, kepentingan dan lain sebagainya. Setelah diketahui sumbernya, baru melangkah untuk menyelesaikan konflik. Setiap sumber masalah tentunya memiliki jalan keluar masing-masing sehingga menurut model ini, tidak ada cara penyelesaian konflik yang tunggal.

2. Kedua, model Boulding. Model Boulding menawarkan metode mengakhiri konflik dengan tiga cara, yakni : Menghindar, menaklukkan, dan mengakhiri konflik sesuai prosedur.

1. Menghindari konflik adalah menawarkan kemungkinan pilihan sebagai jawaban terbaik. Akan tetapi, harus diperhatikan bahwa ini hanya bersifat sementara agar kedua pihak dapat memilih jalan terbaik mengakhiri konflik.

2. Menaklukkan pengerahan semua kekuatan untuk mengaplikasikan strategi perlawanan terhadap konflik.

3. Mengakhiri konflik melalui prosedur rekonsiliasi atau kompromi adalah metode umum yang terbaik dan paling cepat mengakhiri konflik.

(14)

sebagai asimilasi budaya. Selain asimilasi, faktor yang bisa membuat kita menyelesaikan konflik adalah akomodasi. Dalam proses akomodasi, dua kelompok atau lebih yang mengalami konflik harus sepakat untuk menerima perbedaan budaya, dan perubahan penerimaan itu harus melalui penyatuan penciptaan kepentingan bersama. Soerjono Soekanto, Sosiologi Sautu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press, 1998), hal. 239.

1.

Pada zaman Rosululloh ada beberapa cara yang dilakukan Rosul dalam menyelesaikan konflik yang terjadi. Resolusi Konflik ala Nabi Muhammad SAW antara lain:

1. Resolusi pertama dikenal dengan Resolusi Makkah, yaitu Resolusi pasif dalam bentuk defensif psikologis. Karakter dasar yang muncul dalam Resolusi Konflik Makkah adalah menghindari potensi konflik. Bentuk resolusi konflik makkah lebih mengedepankan solusi psikologis seperti penyampaian doktrin agama yang sejuk dan lebih menyentuh publik dari pada aspek individu, menghindari konflik terbuka dan mengembangkan mentalitas kesabaran kalangan umat.

2. Exile Resolution : lebih menyentuh aspek materiil, yaitu munculnya kebijakan penempatan komunitas muslim di tempat yang aman karena semakin meningkatnya intensitas gangguan dan merebaknya ancaman yang diterima kaum muslimin.

(15)

4. Aktive Resolutiom : pola ini lebih cenderung offensive yaitu menyerang dan menghancurkan ancaman sumber potensi konflik. Bentuk pertahanannya muncul setelah para militer muslim mendapat ijin perang terbatas dan telah memiliki pengalaman militer dalam beberapa pertempuran.

F. Budaya Lokal sebagai Sarana solusi Konflik

Selain model-model penyelesaian konflik yang sudah ada secara teoretis di atas, harus diingat juga bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang memiliki keragaman budaya. Setiap budaya memiliki kearifan-kearifan (Kebijaksanan) tersendiri dalam menyikapi permasalahan hidup yang dihadapi. Termasuk di dalamnya kearifan dalam menyelesaikan konflik. Kearifan-kearifan seperti inilah yang sering disebut sebagai kearifan lokal (local wisdom).

Di antara kearifan lokal yang sudah ada sejak dahulu dan masih terpelihara sampai sekarang antara lain:

 dalihan natolu (Tapanuli),

 rumah betang (Kalimantan Tengah),

 menyama braya (Bali),

 saling Jot dan saling pelarangan (NTB),

 siro yo ingsun, ingsun yo siro (Jawa Timur),

 alon-alon asal kelakon (Jawa Tengah/DI Yogyakarta), dan

(16)

Tradisi dan kearifan lokal yang masih ada serta berlaku di masyarakat, berpotensi untuk dapat mendorong keinginan hidup rukun dan damai. Hal itu karena kearifan tradisi lokal pada dasarnya mengajarkan perdamaian dengan sesamanya, lingkungan, dan Tuhan.

Hal yang sangat tepat menyelesaikan konflik dengan menggunakan adat lokal atau kearifan lokal karena selama ini sudah membudaya dalam masyarakat. Oleh karena kearifan lokal adalah sesuatu yang sudah mengakar dan biasanya tidak hanya berorientasi profan semata, tetapi juga berorientasi sakral sehingga pelaksanaannya bisa lebih cepat dan mudah diterima oleh masyarakat. Dengan adat lokal ini diharapkan resolusi konflik bisa cepat terwujud, bisa diterima semua kelompok sehingga tidak ada lagi konflik laten yang tersembunyi dalam masyarakat.

PENUTUP KESIMPULAN

konflik dapat diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Penyebab Konflik yang bersumber dari agama:

1. Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental

2. Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama

3. Perbedaan Tingkat Kebudayaan

4. Masalah Mayoritas dan Minoritas Golongan Agama

(17)

Setelah dipahami tentang konflik yang berbasis agama dan budaya lokal ini, maka perlu disarankan agar :

1. Segala macam konflik yang melibatkan agama dan budaya lokal dapat diatasi dengan berbagai macam cara yang dirasa cocok untuk kedua belah pihak dan tidak menguntungkan sebelah pihak saja.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

bersangkutan, baik jaog disusun oleh wartawannja sendiri maupun jang bersumber dari kantor-kantor berita, masih banjak jang belum baik bahasanja. Alangkah akan besar

Latar Belakang: Ketersediaan darah di Unit Donor Darah diperoleh dari donor darah sukarela. Faktor – faktor yang mempengaruhi donor darah sukarela seperti pengetahuan,

Sebuah karya tulis ilmiah yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Pendidikan Geografi. FPIPS Universitas

Keberhasilan orang Banjar di Indragiri Hilir, tidak hanya ditopang oleh etos kerja baik, tetapi juga karena keberhasilan mereka dalam membangun jaringan sosial

Dari hasil penelitian dan analisis hasil penelitian tentang perkembangan sosial siswa yang pernah terlibat perkelahian antar siswa SMK YPM 1 Taman yang telah

Amplas Kota Medan dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik

Menurutnya, hasil dari penelitian single eksponensial smoothing cenderung mempunyai nilai kesalahan yang lebih kecil dibandingkan dengan double eksponensial smoothing

Dari latarbelakang diatas, maka peneliti mengambil focus penelitian tentang bagaimana praktik jual beli bibit lele dengan system takaran di desa Reksosari Kecamatan Suruh