• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran Pendidikan Islam pada Masa Pem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemikiran Pendidikan Islam pada Masa Pem"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

Sebuah kekhalifahan yang berdiri lama dan terbesar dalam sejarah kekhalifahan Islam, Kerajaan Turki Usmani adalah contoh dari kekuasaan Islam yang menyebar keseluruh daratan Asia dan Eropa. Beberapa dekade awal kerajaan ini masuk dalam fase kejayaan namun belakangan karena mulai pudarnya sistem pemerintahan yang dianut dan militer yang melemah, maka kerajaan ini masuk dalam fase genting yang perlu diperbaharui. Nama-nama seperti Sultan Mahmud II, kelompok Usmani Muda, Turki Muda, Ziya Gokalp, dan Mustafa Kamal adalah tokoh-tokoh pembaharuan dengan segala ide pembaharuan yang mereka bawa. Walaupun dalam perjalanan ide ini mendapat reaksi yang negatif dan positif dari berbagai pihak tetapi inti kesemuanya adalah untuk tetap membuat kerajaan Turki Usmani bertahan dan mengadopsi hal-hal baru yang didapat dari Barat. Pembaharuan dalam bidang pendidikan dapat dirasakan karena ide-ide ini ditanamkan mulai dari hal yang paling mendasar seperti pendidikan. Mulai dari dimasukkannya pelajaran umum dalam pendidikan yang selama ini terpisah, maka hal ini tergolong dalam pembaharuan yang bersifat positif. Tetapi ada juga pembaharuan yang bersifat negatif dimana ide merubah kekhalifahan kepada nasionalisme berakibat kepada terhapusnya kekhalifahan Islam dari dunia untuk selamanya.

Kata Kunci: Pembaharuan, Turki, Pendidikan

A long and greatest Caliphate in the history of the Islamic Caliphate, the Ottoman Empire is an example of Islamic rule that spread throughout Asia and Europe. The early few decades of this kingdom entered the glory phase but later due to the fading system of government and the weakened military, the kingdom entered a critical phase that needs to be renewed. Names like Sultan Mahmud II, the Young Ottoman group, Young Turks, Ziya Gokalp, and Mustafa Kamal are the figures of renewal with all the ideas of renewal they bring. Although in the course of this idea received a negative and positive reaction from various parties but the core of all is to keep the Ottoman Empire survive and adopt new things that are obtained from the West. Renewal in the field of education can be felt because these ideas are embedded starting from the most basic things like education. Starting from the inclusion of general lessons in education that has been separated, then this is classified in a positive renewal. But there is also a negative renewal in which the idea of changing the Caliphate to nationalism resulted in the eradication of the Islamic caliphate from the world forever.

(2)

A.Pendahuluan

Pendidikan merupakan usaha kemanusiaan yang dilakukan secara sadar dan

rasional pencapaian cita-cita kemanusiaan yang tidak pernah selesai dan tercapai oleh

hanya satu generasi belaka. Selanjutnya setelah manusia menyadari bahwa cita-cita dan

harapan manusia jauh melampaui batas usia manusia itu sendiri, bahkan batas generasi

dan zamannya, maka pendidikan generasi masa depan mulai dikembangkan dan

dikonsepsikan sebagai usaha yang belum selesai. Oleh karena itu, secara sistematis

setiap usaha pendidikan merupakan bagian integral dari sebuah rekayasa sejarah.1

Mempelajari sejarah adalah hal mesti dan harus dalam membentuk pendidikan

yang mengajarkan akan kesalahan di masa lampau dan kebaikan yang terjadi di masa

lalu untuk dapat digunakan atau diperbaharui kedepannya. Pendidikan yang terlahir dari

sejarah akan lebih baik apabila hal tersebut didukung oleh segala aspek dalam

perkembangannya. Sebagaimana kata-kata bijak “pengalaman adalah guru terbaik

dalam hidup”, maka berangkat dari kata-kata ini sejarah adalah guru terbaik bagi kelangsungan kehidupan kedepannya. Dalam sejarahnya, Islam pernah mengalami

hal-hal luar biasa yang menyebabkan Islam disegani oleh kerajaan-kerajaan dan

negara-negara di Eropa. Masa itu disebut masa kejayaan Islam. Masa dimana perkembangan

pendidikan sangat luar biasa dan menjadi contoh bagi Eropa pada saat itu.

Salah satu kerajaan yang berdiri dalam dunia Islam adalah kerajaan Turki

Usmani. Sebuah kerajaan besar yang pernah berdiri dalam dunia Islam. Kerajaan ini

memiliki wilayah yang luas dalam perkembangannya dan memiliki kemajuan dalam

beberapa bidang. Setelah Islam tidak terlalu perhatian pada warisan filsafat dan ilmu

pengetahuan, secara berangsur-angsur memberikan kesempatan Barat untuk

membangkitkan kekuatan di Eropa dalam berbagai aspek keilmuan dan teknologi.

Seiring waktu berjalanpun, kekuasaan umat Islam ditundukkan oleh kekuasaan bangsa

Eropa, dan terjadilah penjajahan dimana-mana diseluruh wilayah yang pernah dikuasai

oleh kekuasaan Islam. Dalam hal ini, terjadi beberapa pembaharuan yang dilakukan

pada masa Turki Usmani berkuasa yang terjadi di Turki dan akan pemakalah jelaskan

dalam pembahasan berikut.

1

(3)

B.Sekilas tentang Kerajaan Turki Usmani

Kerajaan Turki Usmani berasal dari suku Qayigh Aghuz yang di pimpin oleh

Sulaeman Syah. Upaya menghindari serangan Mongol yang sedang berusaha

menguasai dunia Islam. Sulaeman Syah dan sukunya meminta perlindungan kepada

Jalaludin (Dinasti Khawarizmi Syah) di Transoxiana. Jalaludin meminta agar Sulaeman

dan anggota sukunya tinggal di Asia kecil. Masih dalam menghindari serangan Mongol.

Kemudian mereka pindah ke Syam.2

Lebih kurang tiga abad, suku ini pindah ke Turkistan lalu ke Persia dan Irak.

Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di

Asia Tengah. Di bawah tekanan dan serangan-serangan Mongol pada abad ke-13 M,

mereka melarikan diri ke daerah Barat dan mencari tempat pengungsian di

tengah-tengah orang Turki Seljuk, di daratan tinggi Asia Kecil. Di sana, di bawah pimpinan

Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang

kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan

Alaudin mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang

tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina

wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibukota.3

Sejarawan mencatat bahwa Turki Usmani berdiri tahun (1281 M) terletak di

daerah Asia kecil. Pendirinya adalah Us|man bin Erthogrul. Wilayah kekuasaannya

meliputi: Asia kecil dan daerah Trace (1354 M), kemudian menguasai selat Dardanlese

(1361 M), Casablanca (1389 M) selanjutnya kerajaan Turki menaklukan

kerajaan-kerajaan Romawi (1453 M). Kata Usman di ambil dari nama kakek mereka yang

pertama dan pendiri kerajaan ini, yaitu Us|man bin Erthogrul bin Sulaeman syah dari

suku Qayigh.4

Setelah Erthogul wafat pada tahun 1289 M, kepemimpinan dilanjutkan oleh

putranya Usman pada tahun 1300 M. Mongol menyerang dinasti Saljuk dan Sultan

Allaudin II mati terbunuh. Sepeninggal Sultan Allaudin II, Saljuk terpecah menjadi

dinasti-dinasti kecil, dalam keadaan demikian, Usman menyatakan kemerdekaannya

dan berkuasa penuh atas daerah yang dikuasainya. Maka sejak itulah kerajaan Usmani

dinyatakan berdiri, dan Penguasa pertamanya adalah Usman, yang disebut juga dengan

2

Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), h. 113

3

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II) (Bandung: Raja Grapindo Persada, 2000), h. 129

4

(4)

Usman I. Dengan lahirnya kerajaan Usman dapatlah Islam kembali kepermukaan dan

memperlihatkan kegagahperkasaannya yang luar biasa dan dapat menyambung usaha

dan kemegahannya yang lama sampai abad ke-20. Perluasan Islam pada masa kerajaan

Usman semakin meluas, dari semenanjung Balkan (Negeri-negeri Eropa Timur),

kemudian kerajaan Usmaniyah melebarkan sayapnya kesebelah timur, sehingga dalam

waktu singkat, seluruh Persia dan irak yang dikuasai kerajaan Safawiyah yang beraliran syi’ah dapat direbut. Selanjutnya menguasai Syam dan Mesir sehingga, pada tahun 1516 M. Kerajaan Usman memegang kendali dunia Islam, dengan pusat

pemerintahannya di Istanbul.5

Faktor utama yang mendukung keberhasilan dalam melakukan ekspansi yaitu

keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup

bertempur kapan dan dimanapun berada, salah satu tim elit dalam militer ini dinamakan

Yenisari. Setelah Orkhan meninggal kemudian digantikan oleh Murad I, yang berkuasa

pada tahun (1359-1389 M), selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan

perluasan ke daerah Benua Eropa. Ia dapat menaklukan Adrianopel kemudian

dijadikannya ibu kota kerajaan yang baru, Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh utara

bagian Yunani. Karena cemas atas kemajuan Turki Usmani terhadap ekspansi yang

mereka lakukan, maka Paus menyatakan perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa

disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman,

raja Hongaria. Namun sultan Bayazid I (1389-1403 M), pengganti Murod I, dapat

menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan catatan

sejarah yang amat gemilang bagi umat Islam.6

Ekspansi kerajaan Usmani sempat terhenti beberapa lama, ketika ekspansi di

arahkan ke Konstantinopel. Tentara Mongol yang di pimpin oleh Timur Lenk,

melakukan serangan ke Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M.

tentara Turki Usmani mengalami kekalahan. Bayazid bersama putranya, Musa tertawan

dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M.7

Setelah Timur Lenk meninggal dunia tahun 1405 M dan kesultanan Mongol

terpecah-pecah, Turki Usmani melepaskan diri dari kekuasaan Mongol, selanjutnya

mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakan dasar-dasar keamanan dalam negeri.

Usaha ini diteruskan oleh Murad II (1421-1451 M) sehingga Turki Usmani mencapai

5

Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 247

6

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, h. 131

7

(5)

puncak kemajuannya pada Masa Muhammad II atau biasa disebut Muhamad al-Fatih

(1451 M). Gelar ini berarti sang penakluk. Disandangkan kepadanya setelah ia berhasil

menaklukan benteng Konstantinopel dan diganti namanya menjadi Istambul yang asal

katanya Islambul (artinya Tahta Islam) yang pada saat itu sebagai benteng pertahanan

terkuat kerajaan Bizantium.8

C.Latar Belakang Timbulnya Pembaharuan Pemikiran Pendidikan Islam di Turki

Pada sejarahnya, Turki mengalami kemajuan dan perkembangan yang

mengagumkan pada abad ke-16, dan setelahnya terjadi kemunduran dan kekacauan.

Pembaharuan dilakukan di Turki karena terdapat beberapa kemunduran yang terjadi

pada kerajaan ini. Hasan Asari9 menjelaskan beberapa penyebab kemunduran kerajaan

Turki, yaitu:

1. Semakin rendahnya kualitas aparat pemerintahan pusat. Kualitas individual

para sultan kerajaan Usmani di abad ke-17 sangat rendah dibandingkan para

sultan sebelumnya. Ini berkaitan dengan praktek pembatasan kehidupan para

pangeran di istana, sehingga mereka tidak mempunyai pengalaman

politik-militer yang memadai sebelum menjadi sultan;

2. Merosotnya disiplin dan loyalitas Yenisari, pasukan elit kerajaan Usmani

yang sebelumnya menjadi tulang punggung sukses militer kerajaan ini. Ini

adalah akibat dari melemahnya ekonomi untuk mendanai pasukan tersebut,

sebagai kelanjutan dari terhentinya penaklukan dan pampasan perang;

3. Kemajuan teknologi perang yang teutama dikembangkan oleh Eropa

mempengaruhi daya saing militer kerajaan Usmani;

4. Kebangkitan Eropa sebagai kekuatan ekonomi, sosial, dan politik baru,

memaksa kerajaan Usmani terlibat dalam persaingan kompleks di berbagai

arena. Dukungan teknologi transportasi laut memberi Eropa keuntungan

yang sangat besar dalam persaingan ini. Kerajaan Usmani kehilangan

kontrol atas ekonomi dan teritori yang luas kepada Eropa;

8

Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai Aspek (Jakarta: UI Press, 1985), h. 84

9

(6)

5. Melemahnya kekuatan politik-militer kerajaan Turki Usmani juga

memberikan peluang kepada provinsi-provinsi untuk lebih memilih otonom

dan lepas dari kontrol pusat, dan

6. Kehidupan sosial yang beragam juga menjadi andil bagi keinginan untuk

melepaskan diri dari pusat pemerintahan yang semakin melemah, karena

secara natural perbedaan suku, agama, dan budaya ini membuat mereka

tertarik kepada bangsa Eropa yang secara ekonomi memberikan dukungan

yang mungkin pada mreka, sehingga memberikan alternatif yang lebih

menjanjikan.

Dari sebab di atas, nampak bahwa kelemahan yang menjerat kepemimpinan di

kerajaan Usmani ini sudah kronis, dan butuh pembaharuan baik itu dalam bidang

politik, militer, pendidikan, serta sosial budaya. Akhirnya beberapa pemimpin dari

kerajaan ini melakukan gerakan atau pembaharuan demi menyelamatkan kerajaan dari

kehancuran walaupun pada akhirnya kerajaan ini akan hancur tetapi usaha yang mereka

lakukan patut diapresiasi karena berhasil memberikan efek bagi kelangsungan kerajaan

Turki Usmani.

D.Tokoh-tokoh Penggagas dan Pemikirannya

1. Sultan Salim III

Pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Salim III (1789-1807) dengan

melakukan langkah-langkah pembaharuan sebagi berikut: restrukturisasi pemerintahan

yang efektif, rekrutmen pegawai secara profesional, usaha ini berhasil tetapi tidak

berlangsung lama, kemudian mendirikan sekolah dan balai latihan, menghilangkan hak

istimewa militer Yenisari yang mewajibkan mereka harus melalui seleksi

profesionalisme. Pembaharuan yang dilakukan Sultan Salim III ini mendapat tantangan

dari militer Yenisari (yang takut kehilangan peran) yang mendapat sokongan fatwa dari

ulama konservatif bahwa gerakan pembaharuan Sultan Salim III bertentangan dengan

agama dan tradisi sehingga dapat dikalahkan. Upaya pembaharuan yang dilakukan

Sultan Salim III ini dikenal dengan sebutan Nizam-i Jedid (Orde Baru) tetapi

pembaharuan ini tidak berhasil merubah keadaan.10 Dalam pemikirannya, Sultan Salim

III beranggapan bahwa kemunduran Islam karena kemiliteran yang melemah, sehingga

diperlukan sesuatu yang baru dalam bidang kemiliteran.

10

(7)

2. Sultan Mahmud II-Tanzimat

Pada penghujung abad ke-18 serangkaian langkah pembaharuan sebenarnya

telah dilakukan oleh Sultan Salim III (1789-1807) akan tetapi terjadi kegagalan karena

tidak mendapat dukungan dari ulama. Hal ini dihidupkan kembali oleh Sultan Mahmud

II (1808-1839). Pada tahun 1826 Sultan Mahmud II membentuk korp tentara baru di

luar Yenisari dan menggunakan instruktur dari Mesir dan tidak berasal dari Eropa agar

tidak direspon negatif oleh ulama dan segera membubarkan Yenisari yang selama ini

telah menunjukkan kemerosotan kemampuan pada beberapa dekade belakangan serta

melarang Tarekat Bektasyi yang sangat dekat dengan Yenisari dimana mereka adalah

mentor bagi Yenisari, menggantikan Sadrazam yang dahulu adalah pembantu utama

Sultan untuk urusan politik dan pemerintahan dengan Perdana Menteri yang

membawahi sejumlah menteri-menteri, dan memberlakukan sistem hukum sekuler yang

selama ini diurus oleh Syaikh al-Islam pembantu utama Sultan dalam bidang

keagamaan. Karena hal ini maka wewenang Syeikh al-Islam berkurang sebab selama ini

hanya membidangi hukum Islam saja. Pada tahun 1838 dikeluarkan peraturan tentang

kehakiman, pegawai negara, dan tindak korupsi. Dan dalam upaya memberantas buta

huruf maka dibangun sekolah-sekolah, memperbaharui kurikulum madrasah tradisional

dengan memasukkan pengetahuan umum serta mendirikan Sekolah Pengetahuan Umum

(Mekteb-i Ma’arif) dan Sekolah Sastra (Mekteb-i Ulum-u Edebiye), sekolah militer,

teknik dan kedokteran, mengirim siswa-siswa ke Eropa yang kemudian membawa

hal-hal baru ke Turki dan menyebarkannya melalui tulisan dan terjemahan, serta pada tahun

1831 diterbitkan surat kabar resmi dengan nama Takvim-i Vekayi.11

Sepeninggal Sultan Mahmud II, gerakan pembaharuan dilakukan oleh Abdul

Majid (1839-1861) dengan Perdana Menteri Mustafa Rasyid Pasya. Periode ini disebut

masa Tanzimat yang mengandung arti peraturan dan perundang-undangan baru.

Tokoh-tokoh Tanzimat antara lain: Mustafa Rasyid Pasya, Mehmed Sadik Rif’at Pasya,

Muhammad Ali Pasya, Ahmed Cevdet Pasya dan Fuad Pasya.12

Di antara beberapa peraturan perundang-undangan yang dihasilkan pada masa

tanzimat antara lain:

a. Piagam Hatt-i Sherif Gulhane, yang berisikan tentang asas kemakmuran suatu

negara bergantung kepada kemakmuran rakyat yang diperoleh dengan cara

11

Hasan Asari, Modernisasi Islam, h. 111-113

12

(8)

menghilangkan pemerintahan absolut selama ini, menghilangan

kesewenang-wenangan, peraturan mengenai kewajiban dan lamanya dinas militer, hukuman

mati dengan diracun tidak dibolehkan lagi, hak milik terhadap harta dijamin dan

tiap orang mempunyai kebebasan terhadap harta yang dimilikinya, semua

pegawai kerajaan menerima gaji sesuai dengan beban tugasnya untuk

mengurangi korupsi, mengajak rakyat memberikan pendapat tentang soal-soal

negara dan administrasi, mendirikan Bank Usmani dan mengganti peredaran

uang dengan memakai sistem desimal, dan pendidikan umum dilepaskan dari

kekuasaan kaum ulama untuk diserahkan kepada kementerian Pendidikan yang

dibentuk pada tahun 1847.13

b. Piagam Hatt-i Humayun, yang mengakomodir hak-hak minoritas seperti

penghapusan perbedaan agama, bahasa dan bangsa, rakyat non muslim

diperbolehkan masuk dinas militer, dan penghapusan perbedaan pajak yang

bagi rakyat non muslim, penghapusan hukum bunuh terhadap orang yang

murtad dari Islam dan pemasukan anggota-anggota bukan Islam ke dalam

dewan hukum. Setelah piagam Hatt-i Humayun ini, maka diadakan

penyempurnaan hukum pidana, hukum dagang dan hukum maritim dengan

menggunakan hukum Prancis, didirikan Mahkamah Agung, serta dalam bidang

pendidikan didirikan Sekolah Galatasaray tahun 1868 yang siswanya Islam dan

non dapat duduk berdampingan. Padahal sebelumnya masing-masing golongan

agama mempunyai sekolah tersendiri.14

Kedua piagam yang dihasilkan kelompok Tanzimat ini mendapat kritikan keras

terutama dari kalangan Intelektual Turki Usmani. Piagam ini mengandung

sekularasisasi dalam berbagai institusi kemasyarakatan seperti lembaga hukum baru

yang dipengaruhi sistem hukum Barat, menimbulkan pro-Barat yang mengakibatkan

campur tangan negara-negara Barat dalam soal inter kerajaan Usmani yang pada

akhirnya jatuhnya perekonomian negara ini, serta menyebabkan semakin absolutnya

kekuasaan sultan dan menteri-menterinya karena tidak adanya oposisi dari Yeniseri

sebagai yang sudah dibubarkan pada masa Sultan Mahmud II.15

Dalam perkembangannya, pengembalian kepada Alquran dan hadis dilakukan

oleh Sultan Mahmud II, pemikirannya ke arah pembaharuan dalam bidang pendidikan

13

Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 90-94

14

Ibid., h. 95-96

15

(9)

sangat terlihat, mulai dari penghapusan sebuah lembaga resmi pada masa pemerintahan

sebelumnya hingga pembukaan sekolah yang sudah jauh berubah dari sekolah

tradisional. Pembaharuan yang dilakukan melihat kepada kalahnya kesutltanan Islam

dari Eropa pada saat itu. pemikiran-pemikirannya sampai melahirkan sebuah fase yang

disebut tanzimat. Fase ini ingin mengembalikan kepada Islam yang sebenarnya.

Pembaharuan yang tidak keluar dari ajaran-ajaran Islam yang murni. Disitulah letak

Islam yang diinginkan oleh Sultan Mahmud II.

3. Usmani Muda

Kematian Perdana Menteri Ali Pasya (1871 M) menandai berakhirnya

Tanzimat, gerakan pembaharuan diganti oleh kelompok Usmani Muda yang berhasil

menurunkan secara paksa Sultan Abdul Aziz pada tahun 1876 melalui fatwa Syaikh

al-Islam dan diganti oleh Murad V yang mendapat dukungan Usmani Muda. Akan tetapi

karena Murad V dianggap tidak berhasil memimpin Turki Usmani dan dianggap sakit

mental oleh Syaikh al-Islam di kemudian hari, maka diganti oleh Sultan Abdul Hamid

(31 Agustus 1876) dan perdana menterinya Mihdat Pasya salah seorang tokoh Usmani

Muda.16

Usmani Muda merupakan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1865 dengan

tujuan untuk mengubah pemerintahan absolut menjadi pemerintahan yang

konstitusional. Tokoh Usmani muda antara lain Ibrahim Syinasi (1826-1871), Mihdat

Pasya (1822-1883), Ziya Pasya (1825-1880), dan Namik Kamal (1840-1888). Di antara

isi ide-ide pembaharunnya sebagai berikut17:

a. Ekonomi dan politik yang tidak beres dapat diatasi dengan merubah sistem

pemerintahan absolut menjadi pemerintahan konstitusional yang memisahkan

kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Rakyat sebagai warga negara

mempunyai hak politik. Pemerintahan demokrasi tidak bertentangan dengan

ajaran Islam, karena dalam Islam dikenal sistem bay’ah yang pada hakikatnya

merupakan kedaulatan rakyat. Khalifah sebagai eksekutif tidak boleh

mengambil sikap atau tindakan yang berlawanan dengan maslahat umum (

al-maslahah al-‘ammah), dan tidak melanggar syariah, kaum ulama sebagai

pembuat hukum, dan pemerintah yang melaksanakan hukum. Sehingga sistem

16

Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, h. 212

17

(10)

pemerintahan konstitusional tidak merupakan bid’ah dalam Islam. Hal ini

merupakan ide baru pada saat itu yang memegang sistem otokrasi.

b. Tumbuh ide tanah air Usmani bukan tanah air Turki dengan melihat perlu

adanya persatuan umat Islam di bawah pimpinan Turki Usmani yang mirip

Pan-Islamisme.

4. Turki Muda

Pada periode ini, Sultan Abd al-Hamid II membubarkan kelompok Usmani

Muda namun tidak secara serta merta menghapus ide-ide yang mereka sebarkan. Ide-ide

ini kembali muncul pada penghujung abad ke-19 dibawah kepemimpinan organisasi

baru yaitu Turki Muda. Oleh Turki Muda arah pembaharuan yang dibawa cenderung

sekularis, dengan tetap membawa ide-ide Usmani Muda tentang penegakan hukum

secara konsisten. Kelompok ini cepat memperoleh popularitas dan dukungan dari para

pelajar di Turki maupun intelegensia di pengasingan18.

Bergabung dengan sejumlah mahasiswa Akademi Militer dan personil angkatan

bersenjata Kerajaan Usmani memberi warna revolusioner bagi Turki yang berujung

pada pemberontakan dibawah kelompok bawah tanah Komite Persatuan dan Kemajuan

(Ittihad ve Terekki) yang dipimpin Enver Bey, Jemal Pasya, Mustafa Kamal, Ahmed

Riza, dan Ahmed Niyazi. Tuntutan mereka yaitu restorasi Konstitusi 1876 dan

pengaktifan kembali sistem pemerintahan parlemen yang dibekukan oleh Sultan Abd

al-Hamid II, dan karena dukungan yang kuat maka hal tersebut disetujui dan parlemen

baru ini dipimpin oleh Ahmed Riza dari Komite Persatuan dan Kemajuan. Hal ini

membuka jalan bagi kelompok ini untuk mengembangkan ide-ide pembaharuannya

tetapi mereka dihadapkan oleh kenyataan yang mempertanyakan ide-ide pembaharuan

mereka. Yang pada akhirnya mereka hanya cenderung mempertahankan struktur

Kerajaan Usmani secara resmi dengan sangat menekankan unsur Turki.19

5. Ziya Gokalp

Di fase ini Kerajaan Turki Usmani mengalami banyak kegagalan dan

kekacauan. Ide pembaharuan yang dibawa Turki Muda baik tetapi mereka tidak

memiliki kesempatan dan sumber daya dalam menjalankan ide pembaharuan mereka.

Dalam hal ini muncul pemikiran-pemikiran baru tentang arah, identitas, dan perjuangan

18

Hasan Asari, Modernisasi Islam, h. 122

19

(11)

dalam menentukan masa depan Kerajaan Turki Usmani. Piagam Gulhane menyatakan

dengan tegas bahwa menerapkan Islam dengan benar akan dapat membuat Turki

Usmani jaya kembali, tetapi ide pencontohan Barat dengan Usmanisme sebagai

pemersatu yang dibawa Usmani Muda dan Turki Muda gagal dilaksanakan sehingga

butuh hal lain yang dapat ditawarkan demi menjaga eksistensi Kerajaan Usmani yang

multi-agama dan multi-ras ini.

Ziya Gokalp berpandangan bahwa Usmanisme ini tidak dapat dipertahankan

secara natural sebagai pemersatu, sehingga dia mengajukan pemikiran baru yaitu,

pemikiran tentang kebangsaan (nation). Hal ini didasari atas pengaruh yang besar dari

paham-paham sosiologi Perancis yang dipelajarinya. Ia beranggapan bahwa bangsa

mempersatukan manusia. Setiap bangsa memiliki masa lalu dan tradisi sendiri yang

berbeda dari bangsa manapun. Aspirasi dan karakter bangsa terungkap dalam

cerita-cerita rakyat dan lagu-lagu daerah. Identitas kebangsaan ini terkait erat dengan bahasa.

Karena itu kelompok pemakai satu bahasa (biasanya mendiami tempat tertentu) bisa

diharapkan membentuk satu bangsa.20

Ziya Gokalp menerapkan konsepnya ini terbatas hanya kepada orang Turki yang

mendiami Anatolia dan sekitarnya. Dan poin penting lain dari idenya ini adalah bahwa

hubungan peradaban dengan bangsa itu sendiri adalah insidental, yang berarti satu

bangsa bisa memilih satu peradaban, mengadopsinya, atau menggantinya dengan yang

lain, disinilah letak peluang pembaharuan itu. Dahulu Turki mengadopsi peradaban

Islam (Arab dan Persia). Sekarang bangsa Turki dapat beralih mengadopsi peradaban

Barat tanpa harus merubah karakter dasar bangsanya. Kehidupan bangsa hanya dapat

diekspresikan secara penuh melalui peradaban yang baik. Walaupun mengutamakan

kebangsaan, tetapi Ziya Gokalp juga mempertimbangkan Islam. Menurutnya, Islam

yang ditafsirkan secara benar tidak secara mutlak terikat dengan peradaban Arab dan

Persia, Islam bisa saja dibawa ke dalam peradaban yang baru.21

6. Mustafa Kamal

Mustafa Kamal lahir pada 1881 di suatu daerah di Salonika. Sering dikenal

dengan nama Mustafa Kamal Pasya. Dan dikenal juga dengan Mustafa Kamal Attaturk

(Bapak Bangsa Turki). Beliau juga mendapat julukan Ghazi, artinya sang pembela

keyakinan. Julukan ini diberikan ketika beliau dengan gemilang membawa Turki

20

Ibid., h. 125

21

(12)

kepada kemenangan dalam perang kemerdekaan melawan Yunani, Mustafa Kamal

dielu-elukan dan dipanggil dengan gelar kehormatan Ghazi. Ayahnya bernama Ali

Riza, seorang juru tulis rendahan di salah satu kantor pemerintahan di kota itu. Beliau

sempat mencoba lari dari Kamalangan hidupnya dengan cara menegak racun.

Sedangkan Ibunya bernama Zubayde, seorang wanita sholihah. Ali Riza meninggal saat

Mustafa Kamal berusia tujuh tahun sehingga ia kemudian diasuh oleh ibunya22.

Setelah perang dunia I, Mustafa Kamal diangkat menjadi panglima militer di

Turki Selatan untuk merebut Izmir dari tentara sekutu dan berhasil memukul mundur

tentara sekutu dan menyelamatkan Turki dari penjajahan Barat. Pada saat itu Sultan di

Istanbul berada di bawah kekuasaan sekutu yang harus menyesuaikan diri dengan

mereka. Mustafa Kamal sependapat dengan ide nasionalismenya Ziya Gokalp. Turki

hanya bisa memasuki dunia modern apabila merumuskan diri sebagai bangsa bukan

dalam bentuk tradisional Kerajaan Usmani. Karena kedudukannya di militer sangat

strategis dan memiliki pengaruh yang besar, terutama di daerah Anatolia. Maka

Mustafa Kamal mengambil langkah drastis dengan membentuk pemerintah tandingan di

Anatolia dengan menyebarkan berbagai pernyataan yang berporos kepada dua hal, yaitu

(1) bahwa kondisi kerajaan sudah sedemikian merosot, sehingga bahkan kemerdekaan

tanah air sudah dalam keadaan terancam. Keadaan sudah sedemikian kritis, sementara

pemerintah Kerajaan Usmani tak mampu membela diri dan rakyat dari rongrongan

serangan musuh, (2) oleh karena itu maka rakyat Turki harus turun berjuang

mempertahankan kebebasan negerinya. Kehancuran kerajaan meski diimbangi dengan

perjuangan rakyat. Namun perjuangan ini hanya akan efektif bila didasari oleh

persatuan yang kokoh. Setiap kelompok perjuangan yang ada mesti bersatu

menciptakan arus perjuangan baru yang lebih solid dan lebih besar.23

Dengan pernyataan tersebut Mustafa Kamal dipecat dari jabatan panglima oleh

Sultan. Kemudian ia berkiprah di dunia politik menjadi ketua perwakilan rakyat yang

mengamanatkan Turki harus merdeka dari kungkungan asing, dan pada tahun 1920

membentuk Majlis Nasional Agung (MNA) di Ankara untuk menandingi Parlemen di

Istanbul.

Mustafa Kamal memproklamirkan Republik Turki pada 29 Oktober 1923

dengan membentuk negara modern didasarkan kepada kekecewaan yang amat

mendalam terhadap sistem kekhalifahan sebelumnya yang dianggap gila dan dibangun

22

Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, h. 215-216

23

(13)

atas sendi-sendi keagamaan yang rapuh. Peraturan dan pengadilan agama kuno segera

digantikan dengan hukum perdata yang modern dan ilmiah, begitu juga sokolah agama

harus diserahkan kepada pemerintah sekuler.24

Arnold Toynbee dalam Mainkid and Mother Earth (terjemah Sejarah Umat

Manusia), menyebutkan Atatturk memimpin rakyat Turki bukan hanya untuk

memenangkan perang demi mempertahankan kelangsungan hidup mereka, tetapi juga

untuk melakukan westernisasi yang revolusioner guna melanjutkan apa yang telah

dirintis oleh Mahmud II. Lebih Jauh Arnold membandingkan Atatturk seperti Lenin di

Rusia sebagai intelezensia yang menumbangkan rezim yang membentuk kelas ini di

negaranya, terutama dalam menggunakan kekerasan untuk menuntaskan pekerjaan

penting ini.25

Salah satu bukti penghapusan kekhalifahan, menghapus kementerian syariah

dan waqaf dan menyatukan sistem pendidikan di bawah kementerian pendidikan

lahirnya Undang-undang yang disetujui Dewan Nasional Agung Turki pada tanggal 3

Maret 1924.26 Tujuan akhir Mustafa Kamal dengan reformasi berupa westernisasi

adalah membawa Turki berbaris bersama dengan peradaban Barat, bahkan berusaha

mencuri satu langkah mendahului peradaban Barat. Mustafa Kamal dikenal sebagai

Bapak Rakyat Turki dengan julukan Atatturk, dan ia juga mendapat julukan Ghazi.27

Rangkaian kebijakan pembaharuan Mustafa Kamal berperinci kepada:

nasionalisme, sekularisme, westernisme28:

Pertama, unsur Nasionalisme. Ide Nasionalisme dalam pemikiran Mustafa

Kamal ialah nasionalisme Turki yang terbatas daerah geografisnya dan bukan ide

nasionalisme yang luas, yakni diilhami oleh Ziya Gokalp (1875-1924) yang

menyerukan reformasi Islam untuk menjadikan Islam sebagai ekspresi dari etos Turki.

Dalam pemahaman Mustafa Kamal, Islam yang berkembang di Turki adalah Islam yang

telah disatukan dengan budaya Turki, sehingga ia berkeyakinan bahwa Islam dapat

diselaraskan dengan dunia modern. Namun turut campurnya Islam dalam segala aspek

kehidupan pada bangsa dan agama akan menghambat Turki untuk maju. Atas dasar itu,

Mustafa Kamal berpendapat bahwa agama harus dipisahkan dari negara. Islam tidak

Ajid Tohir, Perkembangan Peradaban, h. 220

27

Ibid., h. 222

28

(14)

perlu menghalangi Turki mengadopsi peradaban Barat sepenuhnya, termasuk merubah

bentuk negara. Pada permulaan di dirikannya Republik Turki, Mustafa Kamal

berpendapat bahwa pemerintah nasional harus didasarkan pada prinsip pokok

populisme (kerakyatan). Ini berarti, kedaulatan dan semua kekuatan administrasi harus

langsung diberikan kepada rakyat. Konsekuensi logis dari prinsip tersebut adalah

dihapusnya sistem kekhalifahan.

Kedua sekulerisme, sekulerisasi yang dijalankan oleh Mustafa Kamal tidak serta

merta menghilangkan agama dari rakyat Turki, namun hanya melakukan pembatasan

kekuasaan golongan ulama dalam soal negara dan politik. Oleh karena itu,

pembentukan partai yang berdasarkan agama dilarang, institusi-institusi negara, sosial,

ekonomi, hukum, politik, dan pendidikan harus dibebaskan dari kekuasaan syariah.

Menurut Mustafa Kamal, sekulerisme bukan saja memisahkan masalah bernegara

(legislatif, eksekutif, dan yudikatif) dari pengaruh agama melainkan juga membatasi

peranan agama dalam kehidupan orang Turki sebagai suatu bangsa, karena menurut

beliau bahwa indikasi ketinggian suatu peradaban terletak pada keseluruhannya, bukan

secara parsial. Peradaban Barat dapat mengalahkan peradaban-peradaban lain bukan

hanya karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya, tetapi karena keseluruhan

unsurnya. Dan sekulerisasilah yang menimbulkan peradaban yang tinggi itu. Sehingga,

Mustafa Kamal berpendapat jika rakyat Turki ingin mempunyai peradaban tinggi harus

melakukan sekulerisasi.

Ketiga, westernisme, dalam hal ini Mustafa Kamal berpendapat bahwa Turki

harus berorientasi ke Barat. Ia melihat bahwa dengan meniru Barat Negara Turki akan

maju. Ungkapan yang digunakan oleh Mustafa Kamal, “Kita (bangsa Turki) harus

bergerak bersama zaman.” Oleh karena itu, satu-satunya jalan untuk memajukan rakyat Turki adalah dengan melakukan reformasi berupa modernisasi yakni suatu upaya untuk

mengubah wajah Turki secara total dengan menerapkan nilai-nilai modern yang

progresif dan meninggalkan segala hal yang dipandang kaku, kolot, tradisional dan

berbau Utsmaniyah. Kamal berkeyakinan hanya dengan jalan itu rakyat Turki akan

makmur dan dihormati oleh bangsa-bangsa lain.

E.Aspek-aspek Pembaharuan Pemikiran Pendidikan Islam yang dikembangkan Ada beberapa aspek pembaharuan pendidikan Islam pada masa Turki Usmani

(15)

pengajaran pendidikan yang dilakukan di Turki. Dalam pola pendidikan Edi Yusrianto29 menjabarkan bahwa terdapat tiga pola pembaharuan di Turki, yaitu:

1. Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada Pendidikan Modern

Barat

Pada dasarnya mereka berpendapat bahwa pola pendidikan Islam harus

meniru pola Barat dan yang dikembangkan oleh Barat sehingga pendidikan

Islam dapat setara dengan pendidikan mereka. Mereka berpendapat usaha

pembaharuan yang dilakukan adalah dengan cara mendirikan lembaga

pendidikan/sekolah dengan pola pendidikan Barat, baik sistem maupun isi

pendidikanya.

2. Golongan yang berorientasi pada Sumber Islam murni

Mereka berpendapat bahwa Islam merupakan sumber dari kemajuan dan

perkembangan peradaban ilmu pengetahuan modern. Sehingga penyebab

kelemahan umat Islam adalah karena tidak lagi melaksanakan ajaran agam islam

sebagaimana mestinya. Ajaran Islam yang tidak murni lagi digunakan untuk

sumber kemajuan dan kekuatan.

3. Usaha yang berorientasi pada nasionalisme

Kelompok ini melihat bahwa di Barat rasa nasionalisme timbul bersamaan

dengan berkembangnya pola kehidupan modern sehingga mengalami kemajuan

yang menimbulkan kekuatan politik yang berdiri sendiri. Pada umumnya

keadaan ini mendorong bangsa Timur dan bangsa terjajah lainnya untuk

mengembangkan nasionalisme mereka masing-masing. Sebagai akibat dari

pembaharuan ini terdapat dua kecenderungan dalam sistem pendidikan, yaitu

sistem pendidikan modern dan sistem pendidikan tradisional.

Pada sistem pendidikan mengalami pembaharuan dengan munculnya sekolah

atau madrasah seperti Mekteb-i Ma’arif dan Mekteb-i Ulum-u Edebiye, serta dengan

adanya perpustakaan yang jumlahnya tidak terhitung. Hampir di seluruh mesjid dan

madrasah ada perpustakaan yang berisi bermacam-macam ilmu terutama ilmu agama

dan bahasa Arab. Tetapi pada masa kemunduran Turki Usmani, jumlah perpustakaan

ini berkurang, hanya terdapat di Istanbul dan sedikit di Mesir, Damsyik, Halab, dan

29

(16)

Qudus. Jumlah perpustakaan pada masa itu sekitar 26 buah, 22 buah di Istanbul dan 4

buah di luarnya. Jumlah kitabnya hanya sekitar 30.000 kitab.30

Dengan adanya pengaruh langsung dari model pendidikan Barat, madrasah

merupakan lembaga pendidikan yang terpisah dari masjid. Hal ini terjadi karena model

pendidikan Barat yang klasikal dan memisahkan antara ilmu agama dan umum. Dengan

demikian, madrasah dipandang sebagai model pengajaran formal dari ilmu-ilmu agama

saja (Quran, Hadis, akhlak, dan fikih), sementara sekolah mengajarkan ilmu-ilmu

umum di luar ilmu agama.31

Salah satu terobosan bermakna dalam pembaharuan sistem pendidikan di Turki

adalam perumusan kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan di madrasah berkembang

secara dinamis menuju ke arah yang lebih baik. Salah satu hal yang berlaku dalam

proses pengajaran di madrasah Turki Usmani adalah mendorong pawa siswa untuk

mengakses sebanyak mungkin buku yang membahas beragam ilmu. Sistem

pengajarannya dengan cara menghafal matan-matan walaupun tidak mengerti

maksudnya. Setelah menghafal matan, murid dapat mempelajari syarahnya, hal ini

disebabkan pelajaran tersebut bertambah berat dan sulit di hafal walaupun belakangan

sistem ini mengalami perubahan. Adapun tingkat pengajaran di Turki, yaitu (1) Tingkat

Rendah (SD) 5 tahun, (2) Tingkat Menengah (SMP) 3 tahun, (3) Tingkat Menengah

Atas (SMA) 3 tahun, dan (4) Tingkat Tinggi (Universitas) 4 tahun. Dasar-dasar

pengajarannya adalah tafsir, hadis, bahasa Arab, bahasa Turki, filsafat, sejarah

kebudayaan Islam dan ilmu bumi.32

F.Pengaruh Pembaharuan Pemikiran Pendidikan Islam di Turki pada Penyelenggaraan Pendidikan di Dunia

Dampak pembaharuan pendidikan Islam masih dapat dirasakan sampai saat ini,

di antara dampaknya adalah sistem klasikal pendidikan Islam yang diadopsi dari Eropa

oleh Turki Usmani yang bila merujuk kepada masa pendidikan awal Islam bukan secara

klasikal. Walaupun secara materi ilmu tetap meneruskan apa yang telah diajarkan pada

era sebelumnya, secara metode lebih banyak pengayaan.

Sistem pendidikan tinggi Islam secara klasikal untuk dijadikan legitimasi

doktriner bagi para pemimpin Muslim, tokoh-tokoh pendidikan, dan komunitas Muslim

30

Abdul Kodir, Sejarah Pendidikan Islam: dari Masa Rasulullah hingga Reformasi di Indonesia

(Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 135

31

Ibid., h. 130

32

(17)

dalam membangun sistem pendidikan Muslim yang sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi modern. Dan upaya ini dapat terlihat di Indonesia

sebagaimana dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama 3 Menteri pada tahun 1975

tentang Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah yang menugaskan madrasah untuk

memberikan pelajaran agama sebanyak 35% dan pelajaran umum sebanyak 65%.

Semua upaya pembaharuan ini mendapat pro dan kontra pada saat itu, tetapi sebenarnya

dalam hal ini, pada masa kerajaan Turki Usmani ini sudah pernah dilakukan dan

memperoleh hasil yang baik bagi perkembangan peserta didik. Dimana sekarang dapat

kita lihat seorang ahli fisika yang agamawan.

G.Kesimpulan

Dalam perkembangan Kerajaan Turki Usmani, abad ke-16 adalah puncak dari

kejayaan dan setelahnya mulai mengalami kekacauan dan kemunduran. Abad ke-17 dan

ke-18 adalah fase perubahan besar-besaran dalam pemikiran di Turki. Fase ini

melahirkan para pemikir yang menggerakkan roda pemerintahan yang akhirnya

berevolusi kepada perubahan sistem pemerintahan dari kekhalifahan yang dipimpin

oleh sultan menjadi republik yang terjadi pada 29 Oktober 1923.

Para pembaharu yang menonjol pada masa Turki Usmani ini antara lain Sultan

Salim III; Sultan Mahmud II dan setelahnya disebut fase tanzimat (undang-undang)

yang mengeluarkan dua piagam penting yaitu piagam Hatt-i Sherif Gulhane dan

Piagam Hatt-i Humayun; kelompok Usmani Muda di antara tokohnya yaitu Ibrahim

Syinasi, Mihdat Pasya, Ziya Pasya, dan Namik Kamal; kelompok Turki Muda yang

terdiri dari kelompok militer yang di antara tokohnya yaitu Enver Bey, Jemal Pasya,

Mustafa Kamal, Ahmed Riza, dan Ahmed Niyazi; Ziya Gokalp; dan Mustafa Kamal

yang digelar sebagai Bapak Bangsa Turki.

Terdapat beberapa aspek pembaharuan pendidikan Islam pada masa Turki

Usmani, yaitu pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada Pendidikan

Modern Barat, golongan yang berorientasi pada Sumber Islam murni, usaha yang

berorientasi pada nasionalisme. Pada sistem pendidikan mengalami pembaharuan

dengan munculnya sekolah atau madrasah seperti Mekteb-i Ma’arif dan Mekteb-i

Ulum-u Edebiye.Beberapa perubahan yang terjadi sangat berpengaruh kepada pola pendidikan

di dunia yang salah satunya berorientasi pada pola klasikal yang dilakukan oleh sekolah

(18)

Daftar Pustaka

Asari, Hasan. 2002. Modernisasi Islam: Tokoh, Gagasan dan Gerakan. Bandung:

Citapustaka Media

Hitti, Phillip K. 2006. History of Arab, terj. R Cecep Lukman yasin dan Dedi Slamet

Riyadi. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta

Kodir, Abdul. 2015. Sejarah Pendidikan Islam: dari Masa Rasulullah hingga

Reformasi di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia

Mubarok, Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy

Mulkhan, Abdul Munir. 1994. Paradigma Intelektual Muslim (Pengantar Filsafat

Pendidikan Islam dan Dakwah), Yogyakarta: Sipress

Nasution, Harun. 1985. Islam ditinjau dari berbagai Aspek. Jakarta: UI Press

Nasution, Harun. 2003. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan.

Jakarta: Bulan Bintang

Sunanto, Musyrifah. 2003. Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Prenada Media

Tohir, Ajid. 2009. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta:

Rajawali Press

Toynbee, Arnold. 2007. Mankind and Mother Earth, terj. Sejarah Umat Manusia.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Yatim, Badri. 2000. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). Bandung: Raja

Grapindo Persada

Yusrianto, Edi. 2001. Lintasan Sejarah Pendidikan Islam. Pekanbaru: Intania Grafika

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meningkatkan kepuasan, maka disarankan untuk memperhatikan aspek kepuasan pelanggan dan dengan cara: menjaga citra merek yang baik agar selalu tetap tertanam

Adapun upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pihak yang dirugikan akibat dikeluarkan akta notaris adalah: upaya non litigasi, melalui upaya di luar pengadilan

Penelitian dengan metode kualitatif ini menemukan bahwa: (1) politik ekonomi air sangat dinamis melibatkan beragam aktor lokal, nasional, global dengan kepentingan dan ideologi

Tingginya unmet need pelayanan KB yakni 8,5% dari jumlah pasangan usia subur (PUS), baik untuk membatasi kelahiran (4,6%) maupun menjarangkan kelahiran (3,9%)


 A frontal section of the kidney reveals 3 distinct regions inside the renal capsule and they are the RENAL CORTEX, RENAL MEDULLA, & RENAL PELVIS.. RENAL CORTEX: the outer

1 Penyediaan Jasa Kantor Penyediaan jasa surat menyurat, jasa kebersihan kantor, alat tulis kantor, barang cetakan dan penggandaan, komponen instalasi listrik,

[r]

PEKERJA BUKAN PENERIMA UPAH DAN BUKAN PEKERJA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN. Nomor Registrasi Online