• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN KEPRIB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN KEPRIB"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN KEPRIBADIAN ANAK

Umi Anisa

Fakultas Tariyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro

Abstrak

Keluarga dengan segala aspeknya merupakan sekumpulan yang terdiri dari ikatan-ikatan social dalam kehidupan keluarga rumah tangga. Orang tua, terutama ayah sebagai kepala keluarga dan ibu sebagai kepala rumah tangga merupakan faktor utama dalam membuat proses pembinaan, pendidikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak-anak. Kepribadia ideal anak-anak bergantung pada upaya yang dilakukan kedua orang tua sedini mungkin sehingga anak-anka mampu memahami berbagai pengenalan, pengalaman social baik melalui bimbingan, latihan-latihan pendidikan, terutama melalui proses pembinaan keagamaan dengan baik. Dengan melalui moral spiritual, merupakan jaminan bagi anak-anak pada harapan berkarakter islami atau berkpribadian akhlaq mulia.

Kata kunci: peran orang tua, kepribadian anak Abstract:

Families with any community is a group of social bonds in the domestic family life. The parents, especially the father as the haed of the family and the mother as the head of household, are the main actors in the dyeing proses of coaching, education, growth and development of children’s personality. Ideal personality of wide range of recognition, social experience through guidance, exercises and education, particilary through the development process of religious well. With morale through spiritual, is a guarantee for kids there will be hape of an Islamic character of personality of noble character.

(2)

PENDAHULUAN

Setiap manusia medambkan anaknya menjadi anka yang cerdas dan bermnafat. Cerdas dari sisi kemampuan kognitif dan intelektual, cerdas spiritual, dan cerdas eksistensial. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak yaitu faktor genetik (bawaan) dan faktor lingkungan. Untuk mewujudkan harapan memiliki anak cerdas,upaya yang dilakukan tidak sekedar memberikan asupan gizi yang seimbang, mengasuh dan mendidik dengan baik, mengupayakan ligkungan yang “se-hat” dan memberikan fasilitas, tetapi juga mengupayaan lingkungan psi-kologis yang kondusif. Lingkungan psikologis yang kondusif dapat memberikan rasa aman dan nyaman, sehingga anak akan tumbuh menjadi anak yang meiliki rasa percaya diri (self-confidence) dan memiliki keyaki-nan pada kemampuan (self-effiacacy). Dalam hal ini, orang tua memiliki peran penting untuk membantu anak mengembangkan potensi dan mencapai tugas perkembangannya.

Dengan demikian keluarga berarti mempunyai peranan yang tidak kecil dalam membentuk jiwa dan kepribadian seorang anak, karena baik buruknya pribadi dan jiwa anak sangat tergantung dari keluarga atau kedua orang tuanya. Kalau keluarga selalu menanamkan nilai-nilai yang baik ke dalam jiwa anak, tentu anak cepat atau lambat akan pasti memiliki pribadi dan jiwa yang baik pula, sebaliknya kalau keluarga tidak menanamkan nilai-nilai yang baik, maka sudah barang tentu pribadi dan jiwa anak akan menjadi tidak baik pula.

Keluarga merupakan salah satu bagian yang sangat penting bagi kelangsugan kehidupan anak dan merupakan lingkungan atau rumah yang pertama kali dikenal oleh anak. Keluargalah (kedua orang tua) yang bertanggung jawab memenuhi segala tuntutan dan kebutuhan anak, baik kebutuhan biologis maupun kebutuhan psikologis. Suasana aman, tentram, bahagia dan damai serta keserasian hubungan harmonis antara ayah dan ibu harus sentiasa terpancar dilingkungan ini, karena suasana demikianlah anak akan dapat memperoleh rasa kasih sayang dan perhatian yang diharapkan.

(3)

PEMBAHASAN

Kepribadian dan Kesehatan Mental

Kepribadian adalah organsasi dinamis didalam diri individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khusus dalam menyesuaikan diri terhada lingkungan (Alport, 1951, dalam Suryabrata, 1998). Hal ini menunjukkan bahwa individu memiliki cara tersendiri dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Individu yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya adalah individu yang adaftif atau sehat mental. Selain itu, individu yang dapat menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungannya, rentan mengalami gangguan mental.

World Health Organization (2011) mengartikan kesehatan mental (mental health) sebagai suatu kondisi kesejahteraan (well-being) dimana setiap individu menyadari potensi pribadinya, dapat mengatasi stressor normal dalam kehidupannya, dapat bekerja secara produktif dan berdaya guna dan mampu memberikan peranan positif pada kelompoknya.

Uraian diatas menunjukkan perkembangan kepribadian yang optimal dan kesehatan mental pada orang dewasa, yang menjadi target dari pertumbuhan individu. Seorang anak idealnya berkembang menjadi individu dewasa yang sehat mental yang memiliki kepribadian yang adaftif. Untuk itu, anak perlu mengembangkan kepribadian yang kompetetif, yaitu yang mempunyai keterampilan tinggi, motivasi berprestasi, kompetensi sosial, dan memiliki keterampilan untuk mengendalikan dan mengatasi masalah, dimana hal ini juga menunjukkan perkembangan kepribadian yang optimal dan kesehatan mental di dalam diri anak.

Peran Utama Kedua Orang Tua

Memahi isi kandungan Firman Allah Swt dalam surah at-Tahrim ayat 6, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tuga-tugas dan kewajiban kedua orang tua sebagai kepala keluarga dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut:

(4)

Sebagai pelindung dan pemelihara anggota keluarganya, orang tua diminta untuk memberikan jaminan material untuk kelangsungan hidup keluarganya, antar lain seperti nafkah dan sebagainya. Hal ini dijabarkan dalam Firman Aallah Swt dalam surah al-Thalaq ayat 6, yang artinya tempatkanlah mereka itu dimana saja kamu bertempat tinggal dan janganlah kamu memberi mudharat kepada mereka untuk menyempitkan atas mereka”.

Dengan demikian keluarga atau orang tua mempunyai tanggung jawab untuk melndungi dan memelihara seluruh anggota keluarganya dari segala sesuatu yang buruk, dengan cara memberikan perlindungan dan menciptakan rasa aman dalam jiwa seluruh anggota keluarga. Karena hanya dengan jiwa yang terlindungi, dan merasa amanlah anak akan dapat tumbuh dan berkembang dengan kepribadian yang baik dan stabil.

Sebagai pendidik. Secara kodrat orang tua berperan dan berfungsi sebagai pendidik, yaitu selain memberikan perlindungan dan pemeliharaan kepada anaknya, orang tua juga berkewajiban memberikan bimbingan dan pendidikan kepada anak. Karena melalui pendidikan anak ini akan mendapat pengalaman dan dapat mengembangkan diri secara aktif dan optimal. Sebagai pendidik orang tua memberikan nilai-nilai kepada anak melalui latihan-latihan atau pembiasaan. Dalam hal ini menurut Imam Ghazali, bahwa “melatih anak-anak ialah suatu hal yang penting sekali, karena anak sebagai amanah Allah Swt bagi orang tuanya, anak memiliki hati yang suci bagaikan mutiara cemerlang. Bersih dari segala ukiran serta gambaran, ia dapat menerima segala yang diukirkan atasnya atau condong kepada segala yang dicondongkan kepadanya, maka ia dibiasakan kearah kebaikan dan diajarkan kebaikan, jadilah ia anak yang baik dan bahagia di dunia dan akhirat, sedangkan orang tua serta pendidiknya turut mendapat bagian pahalanya. Tetapi bila ia dibiasakan dengan kebiasaan jelek atau dibiarkan dalam kejelekan, maka celakalah ia, sedangkan orang tua dan pemeliharaannya akan mendapat beban dosanya. Untuk itu wajiblah wali atau orang tuanya menjaga anak (keluarga) dari perbuatan dosa, dengan mendidik dan mengajarnya berakhlak baik lagi mulia, menjaga dari temen-temen yang jahat dan tidak boleh membiasakan anak dengan bernikmat-nikmat.

(5)

agar mausembahyang (diharuskan). Bila ia berumur 16 tahun, ayahnya di izinkan mengawinkannya, setelah itu ayah berjabat tangan dengannya dan mengatakan: saya telah mendidik, mengajar, dan mengawinkan kamu, saya mohon perlindungan kepada Allah Swt dari fitnahan-fitnahan di dunia dan siksaan di akhirat”.

Hal ini menunjukan bahwa tugas dan kewajiban orang tua tidaklah ringan sebagai pendidik. Bahkan sebenarnya tugas dan kewajiban orang tua belumlah dianggap selesai meskipun anaknya sudah berumah tangga. Artinya bahwa orang ua tetap masih harus merasa bertugas dan berkewajiban untuk selalu menegur dan membimbing anak-anaknya bila anaknya salah langkah.

Kemudian kategori aspek kepribadian seseorang pada garis besarnya dapat digolongkan kedalam tiga hal, yaitu sebagai berikut:

Pertama, aspek-aspek kejasmanian yang meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar, misalnya cara-caranya berbuat dan berbicara.

Kedua, aspek-aspek kejiwaan meliputi yang tidak segera dapat dilihat dan ketahuan dari luar, misalnya cara-cara seseorang berpikir, bersikap dan minatnya.

Ketiga, aspek-aspek kerohanian yang luhur meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak, yaitu falsafah hidup dan kepercayaan. Ini meliputi sistem nilai yang telah meresap ke dalam kepribadian, yang telah menjadi bagian dan mendarah daging dalam kepribadian seseorang yang dapat mengarahkan dan memberi corak seluruh kehidupan kehidupan individu.

(6)

Pembentukkan kebiasaan adalah penanaman atau latihan-latihan terhadap kecakapan-kecakapan berbuat, mengucapkan sesuatu atau mengerjakan sesuatu, seperti cara berpakaian, bangun pagi, sholat, puasa dan sebagainya. Setiap pendidik terutama orang tua hendaknya menyadari bahwa dalam pembinaan dan pembentukkan kepribadian anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya.

(7)

Peran Orang Tua dalam Pengembangan Kepribadian Anak

Dalam perkembangan kepribadian, masa kanak-kanak merupakan masa yang sangat penting. Di masa kanak-kanak, peran orang tua sangat dominan untuk mengasuh dan mendidik anak untuk menjadikan anak pribadi yang sehat mental. Dalam mengasuh anaknya, orang tua memiliki cara tersendiri. Gaya pengasuhan orang tua menggambarkan 2 dimensi utama perilaku. Dimensi pertaa adalah emosionalitas: yaitu kehangatan dan responsivitas orang tua. Orang tua dapat bersikap hangat, responsive dan berpusat pada anak (child-centered) dalam pendekatannya kepada anak. Atau orang tua dapat menolak, tidak responsive, tidak terlibat dalam interaksi dengan anaknya, dan lebih terfokus pada kebutuhan dan keinginan pribadinya sendiri.

Dimensi yang kedua adalah control, yaitu tingkat kendali orang tua terhadap anaknya. Orang tua dapat sangat menuntut anak dengan memberikan batasan perilaku anak, yaitu mengenai apa yang perilakunya dan memilih alternatif perilaku yang bertanggung jawab secara sosial. Sementara orangtua yang kurang mengontrol anak, tidak memberikan batasan dan memperbolehkan anak melakukan apapun yang diinginkannya. (Hetherington, 2006).

(8)

dan memiliki hak sehingga pola pikir anak akan terasah dan termotivasi untk mengembangkan potensinya. (3) memberikan alternative tindakan. Jika suatu aktivitas atau tindakan yang diharapkan anak tidak mungkin terlaksana, orang tua dapat membuka pikiran anak dengan menyampaikan alternatif kegiatan lain. Dengan demikian cara pikir anak mudah mengatasi berbagai permasalahan dalam kehidupannya. (4) membentuk standar atau aturan, mengkomunikasikannya dengan jelas pada anak, dan melaksakannya dengan sungguh-sungguh. Orang tua dan anak dapat membuat kesepakatan mengenai aturan, misalnya jadwal anak untuk menonton tv, mandi, makan malam dan mengerjakan PR atau belajar. Kesepakatan ini disampaikan sejelas-jelasnya pada anak termasuk konsenkuens jika kesepakatan ini di langgar. (5) Tidak mengalah pada paksaan anak. Ada kalanya anak memaksa keiginannya pada orang tua, bahkan sampai berguling-guling dilantai sebelum keinginannya dipenuhi. Misalnya anak TK minta dibelikan HP, orang tua merasa anak tersebut belum saatnya dibelikan HP karena masih terlalu kecil dan masih teledor dalam menyimpan barang miliknya. (6) Memperlihatkan ketidaksukaan pada perilaku buruk anak. Saat anak menampilkan perilaku buruk misalnya bermain game computer yang bertema kekerasan padahal telah dilarang orang tua, orang menampilkan ekspresi wajah tidak suka dan dengan tegas mengungkapkan ketidaksetujuan. Hal ini membuat anak semakin memahami mengenai perilaku seperti apa yang diharapkan dan tidak diharapkan darinya. (7) Mengkonfrontasikan ketidakpatuhan anak. Orang tua juga konsisten dalam enjalankan aturan dan konsekuensi dari pelanggaran yang dilakukan anak. Dengan demikian anak memahami pentingnya aturan dan memahami orang lain. (8) Mengharapkan perilaku anak yang matang, mandiri, yang sesuai dengan usia anak. Membuat anak terdorong menjadi anak yang dapat mengendalikan diri, mandiri, dan mengembangkan kompetensinya. (9) Merencanakan kegiatan dan melakuakan aktivitas dengan anak. Orang tua menyediakan waktu yang berkualitas bersama anak. Hal ini akan mengakrabkan hubungan orang tua dan anak. Upaya Membentuk Kepribadian Anak

(9)

pembiasaan keagamaan yang menyangkut ibadah seperti sembahyang, do’a, membaca al-qur’an dan sebagainya harus dibiasakan sejak dini, sehingga lama-kelamaan akan tumbuh rasa senang melakuakan ibadah tersebut. Anak dibiasakan seperti itu, sehingga dengan sendirinya akan terdorong untuk melakukannya tanpa saluran dari luar, melainkan dari dalam. Latihan keagamaan menyangkut akhlak ibadah sosial atau hubungan sesame manusia dengan ajaran agama jauh lebih penting dari pada penjelasan dengan kata-kata. Latihan disini dilakukan melalui contoh yang diberikan oleh orang tua, karena itu orang tua hendaknya memiliki kepribadian yang dapat mencerminkan agama.

Dalam pembentukan pribadi anak, pembiasaan dari latihan ini sangat penting, karena pembiasaan agama itu akan memasukkan unsur positif dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Semakin banyak pengalaman agama yang diperolehnya melalui pembiasaan itu, maka semakin banyaklah unsur agama dalam pribadinya dan semakin mudahlah dia dibentuk dengan nilai moral. Pembentukkan pengertian dan sikap pada taraf pertama baru merupakan drill. Dengan tujuan agar caranya dilakukan lebih tepat kemudian pada taraf kedua barulah diberi pengetahuan sebagai contoh memberikan pengertian tentang sikap sabar, kekusaan allah, tidak boleh dengki, dendam, dan sebagaiya. Pembentukkan sikap, pembinaan moral atau Pembina pertama adalah orang tua kemudian guru. Sikap kedua orang tua terhadap agama akan mencerminkan kepada anak. Jika orang tua menghormati ketentuan-ketentuan agama, maka akan bertumbuhlah pada jiwa anak sikap menghargai agama, demikian pula sebaliknya jika sikap orang tua terhadap agama negatif, acuh tak acuh atau meremehkan maka demikian pula lah sikap yang tumbuh dalam jiwa anak. Pembentukan kerohanian yang luhur alat utamanya adalah perilaku dan tenaga-tenaga kejiwan sebagai alat tambahan. Hasilnya adalah kesadaran dan pengertian yang mendalam segala yang dipikikannya, dipilihnya dan diputuskannya serta dilakukannya adalah berdasarkan keinsyafannya sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.

(10)

dibesarkan, dididik dalam rumah tangga yang aman dan tentram, penuh dengan kasih sayang akan bertumbuh dan berkembang dengan baik dan pribadinya akan terbina dengan baik pula. Lebih lagi apabila orang tuanya mengerti agama dan menjalankannya dengan tekun dan taat. Setiap gerakan, sikap dan perlakuan yang diterima oleh anak dalam keluarganya akan menemukan cara pribadinya yang akan bertumbuh nanti.

Dalam hal ini,pertama sekali dari pihak ibu dituntut untuk lebih aktif berperan, karena ibu biasanya memiliki sikap yang lebih lembut, sabar, dan perhatian kepada anaknya. Apabila ibu tenang, penyayang dapat mengerti ciri-ciri pertumbuhan yang sedang dialami oleh anaknya dan tekun menjalankan agama serta dapat melatih anaknya untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai moral yang ditentukan oleh nilai agama, dan tahu pula sekedarnya psikologi anak dalam segala tingkat usia dengan ciri dan problemanya masing-masing. Maka ia akan daapat membina moral anak-anaknya secara teratur dan sehat.

Peran ibu dalam pembinaan dan pembentukan moral dan mental anak sangat penting dan besar sekali, karena pembinaan moral dan agama itu lebih banyak terjadi dalam lingkungan keluarga melalui pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh anggota keluarganya, dibandingkan denagn pengalaman pendidikan formal. Karena niali-nilai moral dan agama yang akan menjadi pengendali dan pegaruh dalam kehidupan manusia adalah nilai – nilai yang masuk dan terjalin kedalam pembinaan pribadi, akan semakin besar pengaruhnya dalam pengendalian tingkah laku dan pembentukan sikap pada khususnya.

Kesimpulan

(11)

keluarga semestinyalah mempunyai keyakinan yang mendalam bahwa dalam membina, melatih dan mendidik anak-anak dan keluarga sebagai upaya maksimal agar bagaimana sang anak dan anggota keluarga yang sholeh dan sholeha masa depan, merupakan suatu amanah, tugas dan kewajiban mulia menurut agama islam.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad D.Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, edisi 8, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1989

Al-Sayyid Ahmad Hasyimy, Mukhtar Ahadis Nabawiyyah wa Hikmah al-Muhamadiyyah, Mesir: al-Maktabah al-Tijariyyah al-Kubraa, tt.

Ary H. Gunawan, 2000, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rinea Cipta

A.Mustafa, 1987, 150 Hadits-hadits Pilihan Untuk Pembinaan Akhlak dan Iman, Surabaya: al-Ikhlas

Arifin, 1977, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, edisi 3, Jakarta: Bulan Bintang

Imam Bawani, 1990, Ilmu Jiwa Perkembangan Dalam Konteks Pendidikan Islam, edisi 1, Surabaya: Bina Ilmu

Mustafa Fahmi, 1977, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga Sekolah dan Masyarakat, Jilid 1, terjemahan Zakiah Daradjat, Jakarta: Bulan Bintang

Sumardi Suryabrata, 1986, Psikologi Kepribadian, edisi 3, Jakarta: Rajawali Press Syafi’ah, 2008, Pengantar Psikologi Perkembangan, edisi 1, Pekanbaru: Suska Press

Referensi

Dokumen terkait

bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 1988/ 1989 sebagai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun kelima dalam rangka pelaksanaan Rencana

Jika pemberi materi dengan pembuat soal adalah dosen yang sama, maka pola baca mahasiswa memiliki keterkaitan signifikan dengan prestasi akademik, atau dapat

Salah satu strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan pemberian reinforcement atau penguatan melalui layanan bimbingan dan

Penelitian ini difokuskan pada Pengaruh Sikap dan Kepribadian terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Ciamis). Dilatar belakangi karena Sikap pegawai masih

Johtopäätökset syntyivät pohtimalla miten tulokset vastasivat tutkimuksen tutkimuskysymyksiin, millaiset ovat nuorten aikuisten kannabiksen käytön motiivit ja millaisia

selama 5 tahun pertama kehidupan, maka menyebabkan anak menjadi individu yang dingin, kurang menyayangi, tidak berperasaan dan cenderung menjadi remaja delinkuen

Dari semua proses yang telah dilakukan sampai dengan menjadi sepatu, Apakah sepatu yang dihasilkan sesuai dengan standar yang diinginkan dan disepakati oleh Nike

Kekuatan pembuktian materil akta dibawah tangan menurut Pasal 1875 K.U.H.Perdata, oleh orang terhadap akta itu digunakan atau yang dapat dianggap diakui