Hak Konstitusional Warga Negara dalam Pengelolaan Sumber Daya Laut
dan Perikanan
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan batas-batas dan hak nya telah ditetapkan dalam undang-undang. Dengan wilayah laut yang sangat luas dengan posisi dan nilai strategis yang mencakup aspek ekonomi, jalur transportasi, pertahanan, sosial budaya, keamanan dan juga aspek politik antar negara maka harus lah dilakukan pengelolaan yang sangat baik. Potensi sumberdaya yang menjanjikan ini harus di dukung tidak hanya dari Pemerintah tetapi juga seluruh warga negara Indonesia. Potensi tersebut dibagi menjadi beberapa kelompok sumber daya kelautan yaitu sumber daya terbarukan misalnya terumbu karang, sumberdaya alam tak terbarukan misalnya peninggalan bersejarah dan gas bumi, energi arus laut, energi panas laut. Pengelolaan ini dilakukan dengan sebuah kerangka hukum sehingga akan memberikan kepastian hukum dan manfaat bagi seluruh warga negara Indonesia. Penataan atas pengelolaan laut dan sumber daya kelautan yang ada di dalam nya merupakan hal mendesak yang harus dilakukan secara bersama-sama.
Dalam UUD NRI telah disebutkan secara tegas hak rakyat yang tidak bisa di ganggu gugat, seperti dalam pasal 33 ayat (3) yang berbunyi Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Dari pasal tersebut dapat ditafsirkan bahwa negara memberikan jaminan konstitusional terhadap hak asasi manusia terutama dalam hal mendapatkan manfaat dari sumber daya laut yang dimiliki negara. Selama 69 tahun merdeka, Indonesia baru memiliki UU kelautan yang dihasilkan DPR RI bersama dengan Pemerintah dan DPD RI. Hal ini merupakan terobosan yang sangat baik dan sebagai tanda kebangkitan Indonesia sebagai negara maritim. Menurut UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan, yang dimaksud Pengelolaan Kelautan adalah
penyelenggaraan kegiatan, penyediaan, pengusahaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan serta konservasi laut, sedangkan menurut UU Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan UU Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan yang dimaksud dengan pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan dibidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati.
salah satu nya dilakukan berdasarkan peran serta masyakarat, pasal 3 butir g, pasal 5, pasal 14, pasal 15, pasal 17, pasal 22, pasal 24, pasal 35, pasal 38, pasal 51. Dalam UU perikanan yang dimaksud dengan asas keterbukaan adalah pengelolaan perikanan yang dilakukan dengan memperhatikan aspirasi masyarakat dan didukung dengan ketersediaan informasi yang dapat diakses oleh masyarakat.
Di dalam UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah telah dijelaskan dengan tabel mengenai pembagian urusan di bagian kelautan dan perikanan. Sehingga pemerintah telah jelas harus bertanggung jawab untuk memenuhi hak yang seharusnya diberikan oleh setiap warga negara terutama nelayan yang notabene terjun langsung dalam usaha perikanan dan kelautan.
Sudah menjadi kewajiban dan perjuangan kita sebagai generasi muda yang telah