• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Populasi dan Waktu Pemangkasan Pucuk terhadap Pertumbuhan, Pembungaan dan Estetika Krisan Pot (Chrysanthemum spp.) = The Effect of Population and Pinching Timeon Growth, Flo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Populasi dan Waktu Pemangkasan Pucuk terhadap Pertumbuhan, Pembungaan dan Estetika Krisan Pot (Chrysanthemum spp.) = The Effect of Population and Pinching Timeon Growth, Flo"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengamatan Selintas

Pengamatan selintas merupakan pengamatan terhadap kondisi

lingkungan selama penelitian berlangsung. Pengamatan ini meliputi pengamatan

terhadap suhu udara, kelembaban, intensitas cahaya, dan serangan hama

penyakit.

Selama penelitian berlangsung, rata-rata suhu udara harian berkisar antara 22,25˚C sampai dengan 24,50˚C, dengan kelembaban udara antara 81,29% sampai dengan 88,11%. Perbandingan intensitas cahaya matahari di

dalam dan di luar green house adalah 1:10. Intensitas cahaya matahari di dalam

green house pada siang hari berkisar antara 4000 sampai 6000 lux, sedangkan di

luar green house berkisar antara 40.000 sampai 60.000 lux. Suhu udara di dalam

greenhouse selama penelitian sudah sesuai dengan syarat tumbuh tanaman

krisan, namun kelembaban udara sedikit melebihi standar dan intensitas cahaya

di dalam green house kurang optimal.

Suhu udara yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman krisan yaitu berkisar antara 20˚C-26˚C pada siang hari, sedangkan untuk kelembaban udara yang baik adalah 70-80% (Rukmana dan Mulyana, 1997). Kelembaban udara

yang terlalu tinggi dan disertai sirkukasi udara yang kurang baik dapat

menyebabkan perkembangan organisme penyebab penyakit, terutama cendawan

(2)

Tohari dan Sulistyaningsih, 2004 untuk pertumbuhan yang optimal, tanaman

krisan memerlukan intensitas cahaya pada siang hari sebesar 32.000 lux.

4.1.2 Serangan Hama dan Penyakit

Hama yang menyerang tanaman krisan pot selama penelitian

berlangsung adalah leaf miner atau pengorok daun (Liriomyza sp.). Liriomyza

sp. merupakan hama penting pada tanaman krisan, berukuran kecil dan

tubuhnya tertutup lapisan lilin. Serangga ini memakan jaringan daun bagian

dalam dan menyisakan lapisan epidermis, sehingga membentuk bekas seperti

terowongan berwarna putih abu-abu pada daun (gambar tercantum dalam

lampiran 1).

Perkembangbiakan Liriomyza sp. terjadi secara cepat pada temperatur

tinggi (Rukmana dan Muyana, 1997). Serangan yang berat menyebabkan daun

rusak dan dapat menjadi kering. Dalam penelitian ini, suhu udara di dalam

greenhouse sudah sesuai dengan syarat tumbuh tanaman krisan. Munculnya

hama Liriomyza sp. diduga terbawa dari bibit dan tidak sampai menimbulkan

kerugian yang berarti. Pengendalian hama Liriomyza sp. dilakukan dengan cara

menyemprot daun tanaman krisan dengan larutan insektisida dengan merek

dagang DuPont Lannate 25 WP (bahan aktif: metomil 25%) dengan dosis 1,5

gram/ liter air. Penyemprotan larutan insektisida dilakukan seminggu sekali

sejak terlihat ada gejala serangan.

Penyakit yang menyerang tanaman krisan pot selama penelitian adalah

karat daun yang disebabkan oleh cendawan Puccinia sp. Penyakit karat daun

merupakan penyakit yang penting pada tanaman krisan, serangan yang berat

menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman dan perkembangan bunga.

Gejala yang muncul pada tanaman krisan yang terserang penyakit karat yaitu

pada sisi bawah daun terdapat bintil-bintil cokelat atau hitam, dan terjadi

lekukan-lekukan mendalam berwarna pucat pada permukaan daun sisi atas

(gambar tercantum dalam lampiran 1).

Kelembaban udara yang tinggi di sekitar tajuk memicu pertumbuhan

cendawan (Hasim, 1995). Dalam penelitian ini, kelembaban udara sedikit

melebihi syarat tumbuh tanaman krisan sehingga memicu pertumbuhan

(3)

menimbulkan kerugian yang berarti. Pengendalian penyakit karat daun

dilakukan dengan cara memetik dan membuang daun yang sudah terserang

parah, kemudian dilakukan penyemprotan larutan fungisida pada daun tanaman

krisan yang lain untuk mencegah penyebaran penyakit. Fungisida yang

digunakan dalam penelitian ini beremerek dagang Acrobat 50 WP (bahan aktif:

dimetomorf 50%) dengan dosis 1,5 gram/ liter air. Penyemprotan larutan

fungisida dilakukan seminggu sekali sejak terlihat ada gejala serangan.

4.2 Pengamatan Utama

4.2.1 Pengaruh Populasi dan Waktu Pemangkasan terhadap

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Krisan Pot

Tabel 4.2 Pengaruh Populasi dan Waktu Pemangkasan terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Krisan Pot

Keterangan: 1) Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%

2) Huruf besar untuk pengujian populasi, huruf kecil untuk pengujian waktu pemangkasan

3) mst (minggu setelah transplanting)

4.2.1.1Tinggi Tanaman

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 2), perlakuan populasi

dan waktu pemangkasan tidak ada interaksi terhadap tinggi tanaman. Perlakuan

populasi 4, 5 dan 6 tanaman per pot menghasilkan tinggi tanaman yang tidak

berbeda nyata (tabel 4.2). Hal ini diduga pada ketiga perlakuan populasi

tersebut belum terjadi kompetisi yang cukup berat dalam memperoleh

sumberdaya lingkungan. Selain itu, juga diduga karena dalam penelitian ini

(4)

percobaan sehingga menghasilkan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata.

Menurut Salisbury dan Ross (1995) dalam Rochmatino (2010), paclobutrazol

merupakan senyawa penghambat biosintesis asam giberelat yang menyebabkan

pembelahan dan pemanjangan sel pada meristem sub apikal terhambat.

Penghambatan biosintesis giberelin berpengaruh terhadap aktivitas peroksidasi

dan IAA oksidasi sehingga kandungan auksin menurun yang menyebabkan

tanaman menjadi pendek (Cathey, 1964).

Pemangkasan dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan dominansi

apikal, sehingga tinggi tanaman bisa ditekan dan dihasilkan tanaman krisan pot

yang pendek. Perlakuan berbagai waktu pemangkasan menghasilkan tinggi

tanaman yang tidak berbeda nyata meskipun perlakuan waktu pemangkasan 1

minggu setelah transplanting berbeda nyata dengan perlakuan tanpa

pemangkasan. Hal ini diduga karena interval perlakuan waktu pemangkasan

terlalu dekat. Hasil penelitian Muhammad dan Naz (2006) dan Dorajeerao

(2012) menyatakan bahwa tanaman yang tidak dipangkas selalu lebih tinggi

daripada tanaman yang dipangkas karena tanaman yang tidak dipangkas tetap

melanjutkan pertumbuhan apikal. Selain itu, tinggi tanaman yang tidak berbeda

nyata dalam penelitian ini juga diduga karena pengaruh paclobutrazol yang

diaplikasikan pada tanaman.

4.2.1.2Jumlah Daun

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 3), perlakuan populasi

dan waktu pemangkasan tidak ada interaksi terhadap jumlah daun. Perlakuan

populasi 4, 5 dan 6 tanaman per pot menghasilkan jumlah daun yang tidak

berbeda nyata, tetapi jumlah daun berkurang seiring pertambahan populasi

tanaman per pot (tabel 4.2). Hal ini diduga karena taraf perlakuan populasi dalam

penelitian ini tidak memiliki interval, sehingga menghasilkan jumlah daun yang

tidak berbeda nyata. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Khobragade

(2012) pada Aster Cina yang menunjukkan bahwa semakin lebar jarak tanam

semakin banyak jumlah daun yang dihasilkan karena kompetisi unsur hara dan

cahaya kecil. Jarak tanam 20 cm x 10 cm menghasilkan jumlah daun sebanyak

(5)

sebanyak 138,01, dan seterusnya semakin meningkat seiring pertambahan jarak

tanam.

Perlakuan berbagai waktu pemangkasan menghasilkan jumah daun yang

tidak berbeda nyata meskipun perlakuan waktu pemangkasan 2 minggu setelah

transplanting berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemangkasan. Hal ini diduga

karena pemangkasan memicu pertumbuhan cabang lateral, sehingga jumlah daun

meningkat. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Khobragade dkk (2012)

pada Aster Cina dan Habiba dkk (2012) pada tanaman krisan, yang menyatakan

bahwa perlakuan pemangkasan menghasilkan jumlah daun yang maksimum

sebagai akibat dari pertumbuhan dominansi lateral pada tanaman sehingga

menghasilkan jumlah cabang dan jumlah daun yang lebih banyak. Penelitian

Khobragade (2012) menunjukkan jumlah daun yang dihasilkan pada perlakuan

pemangkasan lebih tinggi (157,20) daripada perlakuan tanpa pemangkasan

(130,67). Hasil yang tidak berbeda nyata dalam penelitian ini diduga karena

interval perlakuan waktu pemangkasan terlalu dekat.

4.2.1.3Luas Daun

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 4), perlakuan populasi

dan waktu pemangkasan tidak ada interaksi terhadap luas daun. Perlakuan

populasi 4, 5 dan 6 tanaman per pot menghasilkan luas daun yang tidak berbeda

nyata (tabel 4.2). Hal ini diduga pada ketiga perlakuan populasi tersebut belum

terjadi kompetisi. Selain itu, juga diduga karena perlakuan populasi tidak

memiliki interval sehingga menghasilkan luas daun yang tidak berbeda nyata.

Perlakuan berbagai waktu pemangkasan menghasilkan luas daun yang tidak

berbeda nyata. Hal ini diduga karena interval perlakuan waktu pemangkasan

(6)

4.2.1.4Diameter Batang

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 5), perlakuan populasi

dan waktu pemangkasan tidak ada interaksi terhadap diameter batang.

Perlakuan populasi 4, 5 dan 6 tanaman per pot menghasilkan diameter batang

yang tidak berbeda nyata (tabel 4.2). Hal ini diduga diameter batang

dipengaruhi oleh tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata. Selain itu, perlakuan

populasi dalam penelitian ini tidak memiliki interval sehingga diameter batang

pada ketiga populasi tersebut tidak berbeda nyata, meskipun pada tabel 4.2

menunjukkan data diameter batang yang menurun seiring bertambahnya jumlah

populasi. Perlakuan berbagai waktu pemangkasan menghasilkan diameter

batang yang tidak berbeda nyata. Hal ini diduga diameter batang dipengaruhi

oleh tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata.

4.2.1.5Diameter Tajuk

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 6), perlakuan populasi

dan waktu pemangkasan tidak ada interaksi terhadap diameter tajuk. Perlakuan

populasi 4, 5 dan 6 tanaman per pot menghasilkan diameter tajuk yang tidak

berbeda nyata (tabel 4.2). Hal ini diduga diameter tajuk dipengaruhi oleh jumlah

cabang produktif yang tidak berbeda nyata dalam penelitian ini. Perlakuan

berbagai waktu pemangkasan menghasilkan diameter tajuk yang tidak berbeda

nyata. Hal ini diduga diameter tajuk dipengaruhi oleh jumlah cabang produktif

yang tidak berbeda nyata. Penelitian Dorajeerao (2012) menunjukkan bahwa

dengan bertambahnya jumlah cabang akibat pemangkasan maka diameter tajuk

(7)

4.2.2 Pengaruh Populasi dan Waktu Pemangkasan terhadap

Pertumbuhan Generatif Tanaman Krisan Pot

Tabel 4.3 Pengaruh Populasi dan Waktu Pemangkasan terhadap Pertumbuhan Generatif Tanaman Krisan Pot

Keterangan: 1) Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%

2) Huruf besar untuk pengujian populasi, huruf kecil untuk pengujian waktu pemangkasan

3) mst (minggu setelah transplanting)

4.2.2.1Jumlah Cabang Produktif

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 7), perlakuan populasi

dan waktu pemangkasan tidak ada interaksi terhadap jumlah cabang produktif.

Perlakuan populasi 4, 5 dan 6 tanaman per pot menghasilkan jumlah cabang yang

tidak berbeda nyata (tabel 4.3). Hal ini diduga karena pada ketiga populasi

tersebut tidak terjadi kompetisi. Selain itu, ketiga populasi tersebut tidak memiliki

interval sehingga menghasilkan jumlah cabang yang tidak berebeda nyata.

Penelitian Khobragade (2012) pada aster Cina menunjukkan bahwa jarak tanam

tersempit (20 cm x 10 cm) menghasilkan jumlah cabang terendah (12.34)

sedangkan jarak tanam terlebar (30 cm x 30 cm) menghasilkan jumlah cabang

tertinggi (15.34).

Pemangkasan bertujuan untuk menekan pertumbuhan tinggi tanaman

(pertumbuhan apikal), sehingga pertumbuhan dialihkan ke pertumbuhan lateral

yaitu pembentukan cabang. Perlakuan waktu pemangkasan pada saat

transplanting dan 1 minggu setelah transplanting menghasilkan jumlah cabang

produktif yang berbeda nyata jika dibandingkan dengan kontrol, tetapi perlakuan

(8)

kontrol. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Habiba (2012) pada tanaman

krisan, yang menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan menghasilkan jumlah

cabang lebih banyak (4.4) dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemangkasan

(3.4). Hal ini disebabkan karena bagian ujung tanaman yang mengandung auksin

dipangkas sehingga menekan pertumbuhan apikal dan memungkinkan

pertumbuhan cabang (lateral).

4.2.2.2Jumlah Kuntum Bunga per Pot

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 8), perlakuan populasi

dan waktu pemangkasan tidak ada interaksi terhadap jumlah kuntum bunga per

pot. Perlakuan populasi 5 dan 6 tanaman per pot menghasilkan jumlah kuntum

bunga per pot yang berbeda nyata dengan populasi 4 tanaman per pot (tabel

4.3). Hal ini membuktikan bahwa jumlah kuntum bunga per pot berbanding

lurus dengan populasi tanaman per pot, semakin banyak populasi semakin

banyak jumlah kuntum bunga yang dihasilkan. Hal ini diduga karena pada

ketiga populasi tersebut belum terjadi kompetisi yang cukup berat. Perlakuan

berbagai waktu pemangkasan menghasilkan jumlah bunga per pot yang tidak

berbeda nyata. Hal ini diduga karena interval antar perlakuan waktu

pemangkasan terlalu dekat sehingga menghasilkan jumlah bunga yang tidak

berbeda nyata.

4.2.2.3Diameter Bunga

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 9), perlakuan populasi

dan waktu pemangkasan pucuk tidak ada interaksi terhadap diameter bunga.

Perlakuan populasi 4,5 dan 6 tanaman per pot menghasilkan diameter bunga yang

tidak berbeda nyata (tabel 4.3). Hal ini diduga karena pada ketiga populasi

tersebut belum terjadi kompetisi yang cukup berat. Perlakuan berbagai waktu

pemangkasan menghasilkan diameter bunga yang tidak berbeda nyata. Hal ini

diduga diameter bunga dipengaruhi oleh jumlah kuntum bunga per tanaman yang

(9)

4.2.2.4 Jumlah Kuntum Bunga per Tanaman

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 10), terdapat interaksi

antara perlakuan populasi dan waktu pemangkasan terhadap jumlah bunga per

tanaman. Perlakuan berbagai waktu pemangkasan pada populasi 4 tanaman per

pot menghasilkan jumlah bunga per tanaman yang tidak berbeda nyata dengan

kontrol (tanpa pemangkasan) meskipun perlakuan waktu pemangkasan 1 minggu

setelah transplanting berbeda nyata dengan kontrol (tabel 4.4). Hal ini diduga

karena interval antar taraf perlakuan waktu pemangkasan terlalu dekat sehingga

menghasilkan jumlah bunga per tanaman yang tidak berbeda nyata.

Perlakuan berbagai waktu pemangkasan pada populasi 5 tanaman per pot

menghasilkan jumlah bunga per tanaman yang tidak berbeda nyata jika

dibandingkan dengan kontrol (tabel 4.4). Hal ini diduga karena interval antar taraf

perlakuan waktu pemangkasan terlalu dekat. Perlakuan berbagai waktu

pemangkasan pada populasi 6 tanaman per pot menghasilkan jumlah bunga per

tanaman yang tidak berbeda nyata dengan kontrol. Hal ini diduga karena interval

antar taraf perlakuan waktu pemangkasan terlalu dekat.

Peningkatan populasi tanaman menjadi 5 dan 6 tanaman per pot pada

perlakuan tanpa pemangkasan menghasilkan jumlah bunga yang berbeda nyata

jika dibandingkan dengan kontrol (tabel 4.4). Hal ini diduga karena terjadi

kompetisi pembagian asimilat dalam tanaman itu sendiri, antara bagian vegetatif

dan bagian reproduktif. Dorajeerao (2012) menyatakan bahwa pemangkasan

setelah muncul bunga dapat menurunkan jumlah bunga per tanaman karena

pembagian asimilat pada bagian vegetatif dan bagian reproduktif. Tanaman

yang tidak dipangkas akan terus melanjutkan pertumbuhan apikal karena

pengaruh auksin pada pucuk tanaman. Gardner dkk (1991) menyatakan bila

banyak terjadi pertumbuhan vegetatif sepanjang perkembangan reproduktif,

hasil reproduktif mungkin berkurang.

Peningkatan populasi tanaman menjadi 5 dan 6 tanaman per pot pada

berbagai perlakuan pemangkasan menghasilkan jumlah bunga per tanaman yang

tidak berbeda nyata dengan kontrol (tabel 4.4). Hal ini diduga karena aktivitas

auksin berkurang akibat pemangkasan, sehingga menekan pertumbuhan

(10)

Tabel 4.4 Pengaruh Populasi dan Waktu Pemangkasan terhadap Jumlah Bunga per Tanaman

Jumlah Bunga per Tanaman

Waktu Pemangkasan Populasi Rerata

Pemangkasan 4 T/pot 5 T/pot 6 T/pot

Tanpa Pemangkasan 7.75 a 5.78 b 6.28 b 6.60

A A A

Saat Transplanting 6.35 a 6.28 a 5.48 a 6.03

AB A A

1 Minggu setelah Transplanting 5.93 ab 6.85 a 5.13 b 5.97

B A A

2 Minggu setelah Transplanting 6.70 a 5.93 a 6.23 a 6.28

AB A A

Rerata Populasi 6.68 6.21 5.78

KV 13.17

Keterangan: 1) Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%

2) T/Pot = jumlah tanaman per pot

3) Huruf kecil ke samping untuk pengujian populasi; huruf besar ke bawah untuk pengujian waktu pemangkasan

Untuk mengetahui kombinasi perlakuan yang menghasilkan jumlah

bunga paling banyak, dilanjutkan dengan pengujian kombinasi perlakuan

dengan BNJ 5%. Hasil uji lanjut (tabel 4.5) menunjukkan kombinasi perlakuan

yang menghasilkan jumlah bunga paling banyak adalah kombinasi perlakuan

J1P0 (populasi 4 tanaman per pot, tanpa pemangkasan), diikuti oleh kombinasi

perlakuan J2P2 (populasi 5 tanaman per pot, waktu pemangkasan 1 minggu

setelah transplanting) dan J1P3 (popukasi 4 tanaman per pot, waktu

(11)

Tabel 4.5 Pengaruh Kombinasi Perlakuan Populasi dan Waktu Pemangkasan

Keterangan: 1) J1 (4 tanaman/pot), J2 (5 tanaman/pot), J3 (6 tanaman/pot), P0 (tanpa pemangkasan), P1 (pemangkasan pada saat transplanting), P2 (pemangkasan 1 minggu setelah transplanting), P3 (pemangkasan 2 minggu setelah transplanting)

2) Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%

4.2.3 Pengaruh Populasi Tanaman Per Pot dan Waktu Pemangkasan

terhadap Estetika Krisan Pot

Estetika merupakan keindahan yang dinilai dari suatu benda atau karya

seni. Keindahan ini akan mempengaruhi pertimbangan seseorang dalam memilih

suatu objek. Dalam penelitian ini, krisan pot merupakan objek yang harus

diperhatikan keindahannya karena mempengaruhi harga jual dan minat konsumen.

Estetika krisan pot dapat dinilai dari beberapa aspek, yaitu antara lain

keserentakan pembungaan, kekompakan tanaman dalam pot, porporsi tinggi

tanaman dengan ukuran pot, serta lama waktu penampilan optimum. Dalam

penelitian ini, estetika krisan pot yang dinilai oleh panelis adalah aspek

kekompakan tanaman. Tanaman yang kompak yaitu tanaman yang memiliki

populasi tanaman, jumlah cabang, daun dan bunga yang banyak sehingga terlihat

rimbun. Hasil penilaian dinyatakan dengan persentase jumlah panelis yang

menyatakan tanaman kompak.

Menurut penilaian panelis (tabel 4.5), kombinasi perlakuan yang

menghasilkan estetika paling baik adalah perlakuan J3P3 (populasi 6 tanaman per

(12)

kompak. Berdasarkan data pertumbuhan dan pembungaan tanaman krisan pot,

kombinasi perlakuan J3P3 menghasilkan jumlah daun per tanaman yang tergolong

banyak (19.50 daun, lampiran 3), diameter tajuk paling lebar (23.15 cm, lampiran

6), jumlah cabang produktif banyak (2.08 cabang, lampiran 7), jumlah bunga per

pot paling banyak (31.25 bunga, lampiran 8), dan jumlah bunga per tanaman

banyak (6.23 bunga, lampiran 10). Sedangkan, penilaian panelis terendah yaitu

pada kombinasi perlakuan J1P1 (populasi 4 tanaman dengan pemangkasan pada

saat transplanting) karena dinilai paling tidak kompak. Berdasarkan data

pertumbuhan dan pembungaan tanaman krisan pot, kombinasi perlakuan J1P1

menghasilkan diameter tajuk paling sempit (20.13 cm, lampiran 6) dan jumlah

bunga per pot sedikit (24.35 bunga, lampiran 8).

Tabel 4.5 Persentase Jumlah Panelis yang Menyatakan Tanaman Kompak

Perlakuan Persentase Jumlah Panelis yang Menyatakan Tanaman Kompak (%) pemangkasan), P1 (pemangkasan pada saat transplanting), P2 (pemangkasan 1 minggu setelah transplanting), P3 (pemangkasan 2 minggu setelah transplanting)

Berdasarkan syarat mutu panen bunga krisan pot segar (tabel 2.1), mutu

digolongkan menjadi mutu A dan mutu B. Tinggi krisan pot mutu A berkisar

antara 35-40 cm, sedangkan mutu B <35, >40 cm dari dasar pot. Pada penelitian

ini, perhitungan dilakukan dengan cara menambah tinggi tanaman dan tinggi pot

(12 cm), kemudian dikurangi penyusutan permukaan media tanam (2 cm). Hasil

perhitungan menunjukkan, tinggi tanaman dalam penelitian ini berkisar dari 20.53

(13)

(tabel 2.1), tinggi krisan pot ini tergolong dalam mutu B. Hal ini diduga tinggi

tanaman dipengaruhi oleh aplikasi paklobutrazol yang konsentrasinya masih

terlalu tinggi, sehingga mengakibatkan tanaman terlalu pendek. Untuk penelitian

yang akan datang, disarankan untuk dilakukan penelitian mengenai pengaruh

berbagai konsentrasi paklobutrazol terhadap pertumbuhan, pembungaan dan

Gambar

Tabel 4.1 Keadaan Cuaca Selama Penelitian
Tabel 4.2 Pengaruh Populasi dan Waktu Pemangkasan terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Krisan Pot
Tabel 4.3 Pengaruh Populasi dan Waktu Pemangkasan terhadap Pertumbuhan Generatif Tanaman Krisan Pot
Tabel 4.4 Pengaruh Populasi dan Waktu Pemangkasan terhadap Jumlah Bunga per Tanaman
+3

Referensi

Dokumen terkait

dapat dicari hubungan antara jarak stasiun dengan koefisien korelasi. 4) Hubungan antara jarak stasiun dengan korelasi dibuat dalam bentuk lengkung eksponensial. 5) Dengan

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kandungan klorofil paling tinggi terdapat pada sayuran bayam yang ditanam di lokasi periurban Kelurahan Bangkingan

Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan vaksinasi AI yang tidak bersamaan dengan vaksin ND ini yang dilakukan saat ayam masih memiliki maternal antibodi yang tinggi (ayam berumur &lt;

Dalam penelitian ini teknik produksi gas digunakan untuk mengetahui pengaruh penambahan sumber karbon mudah terdegradasi pada pakan sumber protein terhadap total

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, dalam konteks konflik politik dalam pemerintahan, kajian ini ingin menarik perhatian terhadap dua buah naskhah yang tergolong sebagai

- Bahwa sebelumnya Saksi tahu grup Whats App yang memberi info bahwa Terdakwa sedang berkunjung ke Kepulauan Seribu dan membicarakan mengenai hal tersebut, lalu

- Belum adanya kesepakatan sistem &amp; standar pendidikan profesi yg sesuai kaidah pendidikan akademi dan profesi3. Dikhawatirkan Pendidikan Kebidanan tanpa arah, tdk

dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok