• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF ini 2012 UNTUK PEMBANGUNAN KONTRUKSI GEDUNG PADA KONSULTAN PERENCANA DI SUMATERA BARAT | Aullia | 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PDF ini 2012 UNTUK PEMBANGUNAN KONTRUKSI GEDUNG PADA KONSULTAN PERENCANA DI SUMATERA BARAT | Aullia | 1 PB"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL

TINGKAT IMPLEMENTASI PERATURAN GEMPA SNI 1726:2012 UNTUK PEMBANGUNAN KONTRUKSI GEDUNG PADA KONSULTAN

PERENCANA DI SUMATERA BARAT

Oleh :

REZZKI AULLIA

NPM. 1310018312048

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGARAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

(2)

TINGKAT IMPLEMENTASI PERATURAN GEMPA SNI 1726:2012 UNTUK PEMBANGUNAN KONTRUKSI GEDUNG PADA

KONSULTAN PERENCANA DI SUMATERA BARAT

Rezzki Aullia

Dr. Rini Mulyani, S.T, M.T (Eng) Indra Khaidir, S.T, M.Sc

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat implementasi, urgensi pelaksanaan dan tantangan implementasi peraturan gempa SNI 1726:2012 oleh konsultan perencana kontruksi dalam merencanakan pembangunan gedung di Sumatera Barat. Penelitian ini dijalankan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan study kasus (exploratory case study). Sumber data diambil melalui wawancara mendalam (indepth interview) kepada delapan orang informant, data wawancara tersebut diperkuat oleh dokumentasi dan observasi untuk memperkuat hasil penelitian. Seluruh data wawancara dianalisis secara tematik menggunakan alat analisis penelitian kualitatif NVivo 8. Secara keseluruhan hasil penelitian menyimpulkan bahwa tingkat implementasi peraturan gempa SNI 1726:2012 untuk pembangunan konstruksi gedung pada konsultan perencana di Sumatera Barat masih berada pada tingkat yang rendah. Fakta tersebut terbukti dari delapan orang kosultan perencana konstruksi gedung yang terlibat didalam penelitian tiga orang (37.5%) telah mengimplementasikan, satu orang (12.5%) belum mengimplementasikan sepenuhnya, bahkan empat orang (50%) belum mengimplementasikan sama sekali. Adapun urgensi pelaksanaan peraturan gempa SNI 1726:2012 sudah harus diimplementasikan oleh para konsultan karena telah tersedia aplikasi data yang praktis dan lebih update, dan menjadikan kapasitas kekuatan struktur bangunan lebih ramah terhadap bahaya gempa. Selanjutnya berkaiatan tantangan yang dihadapi para konsultan dalam mengimplementasikan peraturan gempa SNI 1726:2012 adalah kurangnya SDM yang ahli untuk mendesain konstruksi gedung, diasumsikan lebih boros terhadap pemakaian material, konsultan perencana kurang peka terhadap kemajuan dunia konstruksi dan perlu penegasan untuk menggunakan aturan gempa SNI 1726:2012 melalui aspek hukum.

(3)

LEVEL OF IMPLEMENTATION RULES OF CONECTION EARTHQUAKE ISO 1726: 2012 FOR THE CONSTRUCTION OF BUILDINGS IN THE

PLANNING CONSULTANT IN WEST SUMATERA

Rezzki Aullia

Dr. Rini Mulyani, S.T, M.T (Eng) Indra Khaidir, S.T, M.Sc

ABSTRACT

This study purpose to see the urgency implement of implementing regulations related to the SNI 1726: 2012 about Eartquake by consultant planners contruction a plan building built in west sumatera. This Thesis carried out using qualitative method with descriptive approach. The primary data source is taken from eight informants, data interview taken through documentation and obeservation for taken through study result. Whole data interview analyzed in thematic use analysis tool qualitative study NVivo 8. In whole study result concluded that the level of implementation rules of SNI 1726: 2012 about earthquake connection for the construction of buildings in the consultant of planning in West Sumatera still be at a level that is still low. The fact is evident from eight consultans of building construction planners involved in this research three people (37.5%) already implement, 1 people (12,5%) have not been Implement yet, 4 people(50%) have not implemented at all. The Urgency of implementing regulations related to SNI 1726: 2012 about the earthquake, the research concluded that the consultant planners already had to implement SNI 1726:2012 about earthquake regulations because it will make the capacity of the structure power for building is more friendly to the earthquake hazard. With regard to the challenges faced by a consultant in implementing the earthquake rules SNI 1726: 2012, found four main factors, namely the lack of human resources experts to design building constructions, it assumed can be wasteful for the use of the materials, consultant planners are less sensitive to the progress of construction development, need an affirmation for use of SNI 1726:2012 about earthquake rule through the legal standing.

(4)

1. Pendahuluan

1.1Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu Negara kepulauan dilalui oleh jalur pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik (Edwiza & Novita, 2008; Kious & Tilling, 1996; Rohadi, 2009). Seperti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Kepulauan Indonesia terletak pada zona interaksi tiga kususnya Sumatera Barat. Fakta daerah Sumatera Barat rawan terhadap gempa bumi telah terbukti dengan beberapa kejadian gempa bumi yang terjadi misalnya pada 6 Maret 2007 dengan skala 6,4 Mw. di Kabupaten Tanah Datar, Solok. 12 September 2007 dengan skala 7,7 Mw, di Kepulauan Mentawai. 30 September 2009 dengan skala 7,6 Mw di Kabupaten Padang Pariaman (BNPB SUMBAR, 2009). Akibat kejadian gempa tersebut setidaknya telah menimbulkan kerusakan yang fatal terutama pada aspek infrastruktur dan bangunan. Dari aspek infrastruktur dan bangunan, Badan Pusat Statistik mencatat kerusakan mencapai 249.833 bangunan gedung dan rumah. (Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera

Barat, 2013). Hal ini disebabkan karena banyak infrastruktur dan bangunan yang tidak dapat mempertahankan strukturnya ketika trejadi gempa bumi. (Remigildus Cornelis dkk, 2014).

Untuk mengurangi dampak keruntuhan bangunan akibat goncangan gempa, salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah bagaimana merancang sebuah bangunan yang ramah terhadap gempa. Menyikapi hal di atas, para ahli di bidang teknik sipil merancang peraturan gempa Indonesia yang baru SNI 1726-2012 menggantikan SNI 1726-2002 dengan tujuan untuk memperbaharui peraturan gempa Indonesia. Menurut Yohanes Laka (2013) salah satu tujuan mendasar dari SNI 1726:2012 adalah terpenuhinya standar minimal sebuah bangunan seperti: sistem struktur gedung, detailing, kualitas material, konsisten antara desain dan pelaksanaan sehingga diharapkan dapat meminimalisir kerusakan bangunan ketika gempa terjadi. Artinya dalam mewujudkan bangunan yang ramah terhadap goncangan gempa, maka seyogyanya implementasi peraturan gempa SNI 1726:2012 merupakan suatu keharusan bagi konsultan perencana kontruksi dalam merencanakan pembangunan gedung di Sumatera Barat. Penelitian ini begitu penting diungkap ke permukaan, karena secara umum permasalahan implementasi peraturan gempa SNI 1726:2012 belum pernah diteliti oleh peneliti terdahulu.

1.2Pernyataan Masalah

(5)

publik yang runtuh di Padang, kondisi kolom dengan tulangan utamanya hanya berdiamater lebih kecil dari 1 cm. padahal minimumnya beton deking disyaratkan tebal lebih dari 40 mm,". Persayaratan kekuatan beton tersebut sesuai SNI 03-2847-2002 pada pasal 9.7 yang menyebutkan ukuran tebal selimut beton, memang untuk beton yang berhubungan dengan tanah atau cuaca lebih dari 40 mm. Jika kurang maka pemilik bangunan akan mengalami kerugian yang cukup besar jika bangunan itu diguncang gempa. (Pujo Aji, 2013; Afistianto, M. F, 2012). Faktor penyebab lainnya adalah karena konsultan tidak mengerti mengenai syarat-syarat bangunan yang ramah terhadapa gempa, atau bisa jadi konsultan sudah mengerti namun bersikap masa bodoh (Pujo Aji, 2013).

Sedangkan menurut ahli

konstruksi Teddy Boen (2015) kerusakan pada struktur bangunan karena goncangan gempa disebabkan berbagai faktor di antaranya kekuatan struktur bangunan sejak dari pondasi, kolom, balok, dinding, rangka atap sehingga, bila digoncang gempa, bangunan akan bergetar sebagai satu kesatuan. Maka untuk mengurangi resiko kerusakan bangunan gedung akibat goncangan gempa, diharapkan kepada para konsultan perencana bagunan mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan sesuai dengan SNI. Hasil penelitian Idham dkk, (2010) juga menyimpulkan bahwa di antara faktor penyebab banyaknya kerusakan bangunan akibat gempa adalah konstruksi bangunan yang tidak sempurna. Artinya kesempurnaan kontruksi bangunan yang direncanakan oleh konsultan berperan penting dalam mempertahankan kekuatan bangunan ketika goncangan gempa terjadi, maka seyogyanya seorang konsultan harus taat menjalankan aturan yang telah tertuang di dalam peraturan gempa SNI 1726:2012. Untuk itu

penelitian perlu dijalankan dalam melihat permasalahan tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat implementasi, urgensi pelaksanaan dan tantangan implementasi peraturan gempa SNI 1726:2012 oleh konsultan perencana kontruksi dalam merencanakan pembangunan gedung di Sumatera Barat.

2. Metodologi

2.1Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain metode kualitatif melalui pendekatan study kasus (case study research design). Menurut Chua (2006) dan Yin (1994) Metode kualitatif dengan pendekatan study kasus akan dapat membantu peneliti memahami permasalahan yang lebih kompleks dalam konteks yang lebih luas. Sedangkan Sugiyono menjelaskan metode pendekatan study kasus dalam kualitatif dapat digunakan untuk mengeluarkan fakta-fakta yang masih belum nampak, sehingga peneliti memerlukan wawancara mendalam yang berulang-ulang, pembuktian dengan dokumentasi dan observasi untuk memenuhi data yang diinginkan (Denzin & Lincoln 1994; Bungin 2003).

2.2Informan Penelitian

Sebagai informan penelitian, peneliti telah memilih delapan orang konsultan yang mempunyai pengalaman bekerja sepuluh tahun ke atas serta telah menyelesaikan lebih dari seratus proyek bangunan bertingkat yang tersebar di daerah Sumatera Barat. Pemilihan

informan tersebut dilakukan

(6)

Pendapat di atas diperkuat oleh Flick (1998) pemilihan informan dalam metode kualitatif adalah berdasarkan kepada keperluan data yang ingin dicari oleh peneliti. Sedangkan Cresswel (2006) menyatakan bahwa pemilihan informan dalam metode kualitatif tidak melihat kepada jumlah ataupun kuantitas, namun yang terpenting adalah informan yang dipilih dapat memberikan data secara maksimal, sehingga data tersebut telah sampai kepada tingkat kejenuhan.

2.3Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan informasi dari delapan orang informant, satu set protokol wawancara telah disiapkan untuk melakukan wawancara mendalam (indepth interview). Protokol wawancara tersebut berbentuk tidak terstruktur atau terbuka yang berisikan item pertanyaan-pertanyaan berdasarkan keperluan informasi yang akan dicari kepada seluruh informan. Artinya seluruh informan bebas menyatakan pendapat mereka berdasarkan soal-soal yang diberikan tanpa dibatasi. Namun demikian, peneliti tetap memandu perbincangan agar tidak meluas kepada perkara-perkara yang tidak berkaitan dengan penelitian yang sedang dijalankan (Yin 1994). Agar terstrukturnya wawancara tersebut peneliti telah memilih panduan wawancara kualitatif yang dicontohkan oleh (Krueger 1994). Menurut beliau agar wawancara tersusun dengan rapi dan responden mudah memahami alur perbincangan maka peneliti penting menyusun protokol wawancara dalam beberapa bagian yaitu pertanyaan pembuka, pengenalan, transisi, kunci dan pertanyaan penutup.

2.4Tatacara Analisis Data

Data yang telah peneliti dapatkan melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan semua responden dianalisis secara tematik. Menurut

(Boyatzis 1998; Tuckeet 2005) analisis tematik adalah salah satu cara yang lebih fleksibel untuk mengidentifikasi, menganalisis dan melaporkan data yang dapat digunakan oleh seorang peneliti dalam sebuah penelitian kualitatif. Untuk mempermudah pembaca memahami hasil analisis tersebut peneliti juga menggunakan alat analisis penelitian kualitatif Nvivo 8 dengan menjadikan tema-tema tersebut menjadi sebuah gambar berbentuk diagram. Sebelum seluruh data dimasukkan ke dalam alat analisis tersebut, seluruh hasil wawancara dengan semua informan dilakukan proses transkripsi berbentuk dialog atau verbatim. Kemudian data tersebut kembali dibaca secara berulang-ulang sampai peneliti memastikan tidak terjadi kesalahan-kesalahan transkripsi. Braun & Clarke (2012) menyatakan adalah penting bagi seorang peneliti untuk menyimak kembali data-data wawancara yang telah ditranskripsikan dengan cermat dan teliti dengan membaca secara berulang-ulang, sebelum peneliti memulai proses memasukkan data untuk menentukan tema-tema penting yang berkaitan dengan data yang hendak dicari. Selanjutnya peneliti mencari tema-tema penting dari hasil wawancara tersebut untuk diinput ke dalam alat analisis. Setelah selesai memasukkan data, proses dilanjutkan dengan analisis data dan diakhiri dengan laporan hasil kajian. Perlu juga peneliti jelaskan bahwa Nvivo 8 merupakan sebuah alat analisis terkini dalam penelitian kualitatif yang bertujuan untuk

memudahkan seorang peneliti

(7)

3. Hasil penelitian

3.1 Tingkat Implementasi Peraturan Gempa SNI 1726:2012 Untuk Pembangunan Konstruksi Gedung Pada Konsultan Perencana di Sumatera Barat.

Hasil penelitian ini secara jelas mendapati bahwa tingkat implementasi peraturan gempa SNI 1726:2012 untuk pembangunan konstruksi gedung oleh konsultan perencana masih berada pada tingkat yang rendah. Fakta tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil keterangan delapan orang informan kepada penulis ketika diwawancarai. Dari delapan orang konsultan perencana tersebut hanya terdapat tiga orang konsultan perencana yang sudah menerapkan peraturan gempa SNI 1726:2012. Satu orang belum sepenuhnya menerapkan (khususnya gedung berlantai dua ke bawah). Sedangkan empat orang konsultan perencana lainnya masih menerapkan peraturan gempa SNI tahun 2002, bahkan secara jelas mereka menyatakan sama sekali belum menerapkan peraturan gempa SNI 1726:2012 tersebut. Secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini:

Gambar 3.1. Tingkat Implementasi Peraturan gempa SNI 1726:2012

Pernyataan tiga orang informan yang telah menerapkan peraturan gempa SNI 1726:2012 disampaikan oleh Informan 1, 2 dan 3 sebagaimana terlihat pada petikan wawancara berikut:

Tingkat Implemenasti

peraturan gempa SNI

1726:2012

Oleh 8 orang konsultan perencana gedung

3 orang sudah mengimpl ementasik

an

1 orang belum sepenuhnya mengimplem entasikan

4 orang sama sekali

(8)

Kemudian pernyataan satu orang informan yang baru menerapkan peraturan tersebut untuk gedung berlantai dua ke bawah disampaikan oleh Informan 4 sebagaimana terlihat pada petikan wawancara berikut:

Informan 4

,...sudah mulai saya terapkan, tetapi hanya untuk gedung dengan dua lantai ke bawah, gedung dua lantai ke atas saya masih menggunakan peraturan yang lama itu,....

Selanjutnya empat orang informan 5, 6, 7 dan 8 yang menyatakan belum mengimplementasikan sama sekali peraturan tersebut. Sebagaimana terlihat pada petikan wawancara berikut:

Informan 5

,...saya sama sekali belum

mengimplementasikan peraturan

gempa SNI 1726:2012 karena belum memahami sedikitpun tentang aturan yang baru keluar tersebut,...

Informan 6

,...saya juga belum memakai peraturan gempa SNI 1726:2012 tersebut, karena hampir semua sistem dan kontrak kerja bangunan yang saya buat sekarang masih menggunakan standar peraturan 2002,.... jadi tentu tidak mungkin bisa diterapkan pada proyek kita sekarang.

Informan 7

,...saya dari tahun 2007 sampai sekarang masih menerapkan peraturan gempa yang 2002, jadi sama sekali belum menerapkan yang baru keluar ini,...

Informan 8

,...sampai sekarang saya masih

menerapkan peraturan yang lama atau peraturan tahun 2002

3.2 Urgensi Implementasi Peraturan Gempa SNI

1726:2012 Untuk Pembangunan Konstruksi Gedung Oleh

Konsultan Perencana di Sumatera Barat.

Hasil penelitian secara jelas menggambarkan bahwa terdapat dua tema penting pentingnya mengimplementasikan peraturan gempa SNI 1726:2012 dalam perencanaan pembangunan konstruksi gedung di Sumatera Barat. Dua tema tersebut adalah telah tersedianya aplikasi data yang praktis dan lebih update, serta menjadikan kapasitas kekuatan struktur bangunan lebih ramah terhadap bahaya gempa. Secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 3.2 di bawah ini:

Informan 1

,...ya semenjak peraturan SNI 1726:2012 itu dikeluarkan oleh pemerintah saya

secara pribadi memang telah

menerapkannya pada beberapa

konstruksi gedung yang kebetulan saya ditunjuk sebagai konsultannya, misalnya konstruksi bangunan Kantor Bupati

Kabupaten Sijunjung, Kantor PU

Padang Pariaman, Masjid Raya Padang Pariaman, dan ada beberapa bangunan sekolah di Kota Padang ini,...

Informan 2

,...saya sudah menerapkan peraturan

gempa SNI 1726:2012 semenjak

peraturan itu keluar, karena sangat

sesuai dengan kondisi alam kita

kususnya Kota Padang,.... apalagi secara umum kita di Sumatera Barat termasuk kedalam zona merah atau rawan gempa

Informan 3

(9)

sebagaimana terlihat pada petikan wawancara berikut:

Informan 1

,...penggunannya lebih praktis terutama dalam hal kita menerapkan respon spektra. Kalau dulu pada peraturan gempa tahun 2002 respon spektranya kita menghitung sendiri, hubungan antara waktu getar dan respon batuan. Sedangkan pada peraturan gempa 2012 kita tinggal menggunakan peta respon spektra yang sudah disediakan oleh PU...

Informan 2

,...ya kalau di peraturan gempa tahun 2002 untuk melihat peta gempa masih perzona, sedangkan pada peraturan gempa tahun 2012 ini utnuk melihat peta gempanya sudah pertitik koordinat. Bisa kita buka di situs PU, disana kita sorot adalah revisi dari peraturan gempa tahun 2002, jadi disini kita bisa melihat peta gempanya lebih update. Untuk menentukan peta gempa pada peraturan

gempa tahun 2012 sudah ada

aplikasinya. Disana kita input koordinat berapa yang mau direncanakan, habis

kita input lansung keluar beban

gempanya berapa,...

Sedangkan untuk tema kedua disampaikan oleh informan 5 dan 6 sebagaimana terlihat pada petikan wawancara berikut:

Informan 5

,...kalau kita lihat dari aspek struktur bangunan, jelas terlihat struktur bangunannya lebih kokoh dan ramah terhadap gempa. Karena, yang saya tahu pemakaian besinya lebih banyak daripada peraturan gempa tahun 2002.

Informan 6

,...dari aspek ketahanan bangunan jelas model struktur peraturan gempa tahun 2012 mempunyai kekuatan bangunan yang lebih kokoh daripada peraturan gempa tahun 2002.

3.3 Tantangan Konsultan Perencana Konstruksi Gedung Dalam Mengimplementasikan Peraturan Gempa SNI 1726:2012 di Sumatera Barat.

(10)

dilihat pada gambar gambar 3.3 di bawah ini:

Gambar 3.3. Tantangan Implementasi peraturan Gempa SNI 1726:2012

Pernyataan untuk tema pertama di atas disampaikan oleh informan 6 dan 7 sebagaimana terlihat pada petikan wawancara berikut:

Informan 6

,...didalam perencanaan yang kami

rencanakan memakai peraturan

gempa tahun 2012, kami disini harus mempunyai tenaga ahli yang betul-betul harus paham pula dengan peraturan gempa tahun 2012 tersebut. Sedangkan pada proyek yang sudah kami rencanakan sebelumnya, tenaga ahli yang kami punya sudah terbiasa memakai peraturan gempa tahun 2002 ,...

Informan 7

Kalau boleh jujur kita memang kekurangan SDM yang betul-betul ahli

dalam mendesain secara

profesional,...

Untuk tema kedua dinyatakan informan 6 dan 8 sebagaimana terlihat pada petikan wawancara berikut:

Informan 6

kita masih menganut sistem rangka struktur, sehingga tidak bisa mendesain gedung yang efisien, karena kolom akan menjadi lebih besar. Sehingga akan terjadi sistem rangka dengan kombinasi dinding geser, itu yang akan membuat beban struktur sebuah gedung menjadi mahal.

Informan 8

,...pada peraturan gempa tahun 2012

pemakaian besi terlalu banyak,

sehingga mengakibatkan biaya pada

perencanaan konstruksi gedung

menjadi besar .

Selanjutnya untuk tema ketiga dinyatakan informan 6 dan 8 sebagaimana terlihat pada petikan wawancara berikut:

Informan 6

Terkadang saya lihat jika ada pelatihan-pelatihan dan sosialisasi tentang perkembangan terbaru dari dunia konstruksi,...masih banyak dari para konsultan yang ada di Sumatera Barat ini yang tidak hadir, padahal itu penting untuk menambah keilmuan kita di bidang konstruksi,...

Informan 8

,...ada yang kurang peduli terhadap kemajuan-kemajuan dunai konstruksi

ini sebetulnya, mereka masih

(11)

Sedangkan untuk tema keempat dinyatakan informan 8 sebagaimana terlihat pada petikan wawancara berikut:

Informan 8

,...saya sangat setuju dengan

peraturan gempa tahun 2012, cuman harus ada penegasan disini, seperti

pencabutan terhadap peraturan

gempa tahun 2002, dan kita sama-sama menuju peraturan gempa tahun

2012. Kalau semua konsultan

perencana sudah berfikir ke peraturan gempa tahun 2012, mau tidak mau baik proyek pemerintah maupun swasta dan dengan asosiasi yang bagus, saya rasa tidak ada lagi kata mahal dalam proyek gedung,....

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan empat orang informant sebagaimana telah diungkapkan pada Bab IV, maka secara umum dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut:

1. Tingkat implementasi peraturan gempa SNI 1726:2012 untuk pembangunan konstruksi gedung pada konsultan perencana di Sumatera Barat masih berada pada tingkat yang masih rendah. Fakta tersebut terbukti dari delapan orang kosultan perencana konstruksi gedung yang terlibat didalam penelitian ini ternyata baru 37.5% (3

orang) dari mereka yang

mengimplementasikan peraturan gempa SNI 1726:2012. Sedangkan

12.5% (1 orang) hanya menerapkan separohnya. Dan 50% (4 orang) tidak menerapkan sama sekali.

2. Urgensi pelaksanaan peraturan gempa SNI 1726:2012 untuk pembangunan konstruksi gedung harus diimplementasikan secara menyeluruh oleh konsultan perencana

karena dengan diterapkannya peraturan baru tersebut akan menjadikan kapasitas kekuatan struktur bangunan terhadap gempa. 3. Kurangnya SDM yang ahli untuk

mendesain konstruksi gedung, diasumsikan lebih boros terhadap pemakaian material, konsultan perencana kurang peka terhadap kemajuan dunia konstruksi, perlu penegasan untuk menggunakan aturan gempa SNI 1726:2012 melalui aspek hukum, merupakan di antara tantangan bagi konsultan dalam merealisasikan peraturan peraturan gempa SNI 1726:2012.

SARAN

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan empat orang informant sebagaimana telah diungkapkan pada Bab IV, maka secara umum dapat diambil saran, sebagai berikut:

1. Konsultan perencana harus menerapkan peraturan gempa yang baru, yang bertujuan untuk nmeminimalkan resiko terhadap bangunan/ terhadap gempa.

2. Perlunya sosialisasi yang lebih terakomodir dan tegas

3. Kurangnya Penegasan hukum (Law inforcement) terhadap penerapan aturan gempa terhadap konsultan perencana.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis Dan Metodologis Ke Arah Pengusaan Model Aplikasi. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada.

Boen, T. Bencana Gempa Bumi:

(12)

Bangunan. Laporan Penelitian, BPPT. Jakarta 2000.

Boen, T. Bencana Gempa Bumi :

Fenomena, akibat dan

Perbaikan/Perkuatan Bangunan yang

rusak. Jakarta 1996.

Denzin, NK & Lincoln, YS. 1994. "Introduction: Entering The Field Of Qualitative Research.". Thousand Oaks: Sage Publications.

Dr. Ir. Bambang Budiono, Konfigurasi dan Perencanaan Struktur tahan Gempa, 1992.

Housner, GW., P.C. Jennings. Earthquake Design Criteria for Structures. California Institute of Technology. California 1977.

Kepmen PU No. 29/PRT/M/2006 dan UU Bangunan Gedung No. 28 tahun 2002,

Standar Nasional Indonesia (SNI), 1726:2002 & (SNI) 1726:2012.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian

Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Suwandojo Siddiq, DE Eng, Struktur

Bangunan Tahan Gempa, tahun 1990

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, 2009.

Gambar

Gambar 1. Kepulauan Indonesia terletak pada zona interaksi tiga lempeng bumi (Coates, D
Gambar 3.3. Tantangan Implementasi peraturan Gempa SNI 1726:2012

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Peta konsep dapat menilai pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki oleh siswa,proses pembelajaran menggunakan peta konsep dalam mengases siswa nampaknya

Angket yang digunakan dalam penelitian ini diolah dengan cara menghitung jumlah siswa yang menjawab “ya” dan jumlah siswa yang menjawab “tidak” untuk setiap

Pada penelitian ini digunakan 50 ekor mencit yang terbagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor yaitu: kontrol yang diberi suspensi CMC-Na, uji yang

(1) Perkara pidana dan perkara lainnya yang termasuk lingkup kewenangan Kejaksaan Negeri Pangkalan Balai pada saat Keputusan Presiden ini ditetapkan telah

pemasangan rangka dan penutup dinding dari kayu dan partisi.

[r]

bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Diplomat, perlu diberikan tunjangan. jabatan fungsional yang sesuai