• Tidak ada hasil yang ditemukan

POSYANDU PENYAKIT TIDAK MENULAR DIABETES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POSYANDU PENYAKIT TIDAK MENULAR DIABETES"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

POSYANDU PENYAKIT TIDAK MENULAR – DIABETES MELITUS A. POSYANDU PTM- DM

Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara berkembang, akibat peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan termasuk Indonesia, akhir – akhir ini banyak disoroti dan menjadi perhatian setiap lembaga tinggi kesehatan di tiap – tiap negara tersebut. Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota kota besar, menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi, hiperlipidemia, diabetes dan lain – lain. Tetapi data epidemiologi di negara berkembang memang masih belum terlalu banyak. Hal ini disebabkan penelitian epidemiologik sangat mahal biayanya. Oleh karena itu, angka prevalensi yang dapat ditelusuri terutama berasal dari negara maju.

Menurut Penelitian epidemiologi yang sampai tahun delapan puluhan telah dilaksanakan diberbagai koa di Indonesia, prevalensi diabetes berkisar antara 1.5 s/d 2.3%, kecuali di manado yang cenderung tinggi yaitu sekitar 6%.

Hasil penelitian epidemiologi berikutnya tahun 1993 di Jakarta (daerah urban) membuktikan adanya peningkatan prevalensi DM dari 1.7% pada tahun 1982 menjadi 5.7% pada tahun 1993, kemudian pada tahun 2001 di Depok, daerah sub-urban diselatan Jakarta menjadi 12.8%. Demikan pula prevalensi DM di Ujung Pandang (Daerah Urban), meningkatnya 1.5% pada tahun 1981 menjadi 3.5% pada tahun 1998 dan terakhir pada tahun 2005 menjadi 12.5%.

Sekilas melihat Tendensi kenaikan prevalensi diabetes secara global yang tadi dibicarakan terutama disebabkan oleh karena peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dengan demikian dapat dimengerti bila suatu saat atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade yang akan datang kekerapan Diabetes Melitus khususnya pada DM Type- II di Indonesia akan meningkat dengan drastis, yangdisebabkan oleh beberapa faktor salah satunya, antara lain : peruabahan gaya hidup, faktor demografi yakni jumlah penduduk meingkat, urbaisasi, da penduduk berusia diatas 40 tahun semakin meningkat, dll

(2)

Indonesia, salah satunya dengan dibentuknya suau Posyandu Penyakit Tidak Menular – Diabetes Melitus.

Dalam suatu Posyandu dikembangkan beberapa kegiatan yang terpadu dan saling mendukung dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah disepakati bersama.

Dengan keterpaduan tersebut dapat berkembang dan meluas dari hanya dua program menjadi lebih banyak program yang terspesifikasikan dalam kasus yang ada.

Bentuk Program yang dirancangakn guna kesejahteraan para pasien Diabetes di Komunitas adalah:

1. Kesejahteraan Sosial dan Jaminan Sosial 2. Peningkatan Sistem pelayanan Kesehatan

3. Penguatan dukungan keluarga, Masyarakat, dan LSM

Strategi – strategi dan program – prgram pokok untuk mengingkatkan kesejahteraan penderita Diabetes Melitus ini dimaksudkan agar Penderita Diabetes Melitus (Diabetesi) dimasa depan dapat mempertahankan kualitas hidup dan mencegak kepada komplikasi yang tidak dinginkan serta meningkatkan pengetahuan tentang penyakit yang diederitanya dengan baik, sehingga Diabetesi dapat mengontrol dirinya sendiri.

B. PROSES PEMBENTUKAN POSYANDU PTM – DM

Langkah – langkah yang ditempuh dalam pembinaan Kesehatan Diabetes Melitus adalah :

1. Desiminasi Informasi pembinaan kesehatan DM kepada staf puskesmas

2. Membuat kesepakatan diantara staf puskesmas tentang pelaksanaan pembinaan kesehatan Diabetes Melitus

3. Melakukan bimbingan dan pelatihan pembinaan kesehatan Diabetes Melitus kepada Staf Puskesmas

4. Membuat rencana kegiatan pembinaan kesehatan lansia dan mengintegrasikan dalam perencanaan tahunan puskesmas :

- Pengumpulan data dasar

- membuat peta lokasi DM dan masalah yang dihadapi - membuat rencana kegiatan berdasarkan masalah yang ada

(3)

6. Melakukan survei mawas diri bersama tenaga kecamatan dan desa setempat untuk mengenal masalah yang berkaitan dengan kesehatan DM

7. Melakukan Musyawarah masyarakat desa untuk mencapai kesepakatan tentang upaya yang dilaksanakan

8. Membentuk kelompok kerja dalam kesehatan DM

9. Menjelaskan teknis upaya kesehatan lansia yang disenggelarakan bersama sektor dan lembaga swadaya masyarakat terkait

b. Kelompok usia resiko > 45 tahun

c. Kelompok Individu yang mempunyai IMT > 23kg/ d. Individu yang mempunyai orang tua dengan DM e. Kelompok orang resiko Hipertensi 140/90 mmHg

f. memiliki riwayat penyakit Kardiovaskuler (DM Terpadu FKUI, 1995) 2. Sasaran tidak langsung

a. Keluarga yang mempunya Diabetesi b. Masyarakat dilingkungan Diabetesi tinggal c. Masyarakat luas

D. TUJUAN POSYANDU PTM – DM

Mengedukasi seluruh warga dengan faktor resiko DM, ataupun Diabetesi untuk mencegah terjadinya Komplikasi oleh Diabtesi dan mencegah masuknya area prediabetes menjadi Diabetes oleh masyarakat denga faktor resiko DM.

Pelayanan Kesehatan pada Posyandu PTM – DM meliputi kesehatan Fisik, Mental, Emosional, dengan KMS-DM mencatat dan memantau untuk mengetahui lebih resiko terjadinya Komplikasi untuk penderita DM (Diabetesi) dan mencegah masyarakat dengan Faktor resiko agar tidak masuk kedalam Diabetes.

E. TUJUAN PEMBENTUKAN POSYANDU PTM - DM SECARA GARIS BESAR ANTARA LAIN:

Meningkatkan jangkauan layanan kesehatan DM di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan Diabetesi. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan kesadaran dalam mencegah terjadinya penyakit DM di Masyarakat, terutama masyarakat dengan faktor resiko DM.

(4)

Penilaian keberhasilan upaya pembinaan Diabetesi melalui kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu dilakukan dengan menggunakan data pencatatan dan pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari:

1. Meningkatnya sosialisasi masyarakat resiko DM & Diabetesi dengan berkembangnya jumlah organisasi masyarakat Resiko DM dengan berbagai aktivitas pengembangannya.

2. Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah /swasta yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat resiko DM dan Diabetesi

3. Berkembangya jenis pelayanan kesehatan pada lembaga

4. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat resiko DM dan Diabetesi

5. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit Diabetes Melitus G. PERANAN KADER POSYANDU PTM- DM

1. Umum

Melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan terpadu bersama masyarakat dalam rangka pembangunan kesehatan

2. Khusus a. Persiapan

b. Memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan Posyandu PTM- DM dan berperan serta untuk mensukseskanya

c. Bersama dengan masyarakat merencanakan kegiatan pelayanan kesehatan Masyarakat Resiko dan Diabetesi ditingkat desa/ kelurahan

d. Menyiapkan sarana yang diperlukan Masyarakat resiko DM dan Diabetesi 3. Pelaksanaan

a. Melakukan penyuluhan kesehatan DM secara terpadu

b. Mengelola kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, Pengukuran lingkar lengan,pengukuran lingkar perut, pemerikasaan glukosa darah, pencatatan dan pelaporan serta rujukan

c. Mengikuti kegiatan pasca pelayanan 4. Pembinaan

a. Menyelenggarakan pertemuan bulanan dengan masyarakat untuk membicarakan pengembangan program, di integrasikan dengan kegiatan masyarakat

(5)

H. PELAYANAN KESEHATAN

Menurut Levey dan Loomba dalam Azwar (1995) yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara mandiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.Angka kejadian penyakit kronis dan gangguan mental meningkat maka adanya dukungan rehabilitasi menjadi sangat diperlukan. (BMJ, 2001)

Jenis pelayanan kesehatan yang diharapkan untuk diberikan di posyandu PTM -DM adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan kegiatan aktifitas sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupannya seperti makan, minum, mandi, latihan fisik, dan aktifitas

2. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks massa tubuh.

3. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional, dengan menggunakan pedoman metode dua menit

4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensi meter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.

5. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus)

6. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal atau komplikasi dari Diabetes Melitus itu sendiri

7. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bila ada keluhan atau ditemukan adanya keluhan pada pemeriksaan butir 1 hingga 6

8. Penyuluhan bila dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu atau kelompok Diabetesi.

9. Pemberian makanan tambahan (PMT) penyuluhan contoh menu makanan dengan memerhatikan aspek kesehatan dan gizi Diabetesi serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut.

10. Kegiatan olahraga, antara lain senam Diabetes Melitus untuk meningkatkan kebugaran.

(6)

berkesinambungan , (b) mudah dicapai , (c) mudah dijangkau , (d) dapat diterima dan wajar , (e) bermutu , (Azwar,1996)

I. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAYANAN KESEHATAN Menurut Andersen (1968) ada delapan faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu: faktor demografi, (jumlah, penyebaran, kepadatan, pertumbuhan, struktur umur, dan rasio jenis kelamin), tingkat pendapatan, faktor sosial budaya (tingkat pendidikan dan , status kesehatan) aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan, produktifitas, teknologi kesehatan.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga tergantung pada predisposisi keluarga mencakup karakteristik keluarga cenderung menggunakan pelayanan kesehatan meliputi variabel demografi, variabel struktur sosial (pendidikan, pekerjaan, suku) serta kepercayaan dan sikap terhadap perawatan medis, dokter, dan penyakit (termasuk stress serta kecemasan yang ada kaitannya dengan kesehatan). (Muzaham, 1995)

Fungsi pelayanan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan tidak dapat lagi seluruhnya ditangani oleh para dokter saja. Apalagi kegiatan itu mencakup kelompok masyarakat luas. Para dokter memerlukan bantuan tenaga para medis, sanitasi gizi, ahli ilmu sosial dan juga anggota masyarakat (tokoh masyarakat, kader) untuk melaksanakan program kesehatan, tugas tim kesehatan ini dapat dibedakan menurut tahap/ jenis program kesehatan yang dijalankan, yaitu promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi (Departemen Kesehatan RI, 2005)

Peran anggota masyarakat (kader) adalah sebagai motivator atau penyuluh kesehatan yang membantu para petugas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perlunya hidup sehat dan memotivasi mereka untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit dengan menggunakan sarana kesehatan yang ada. Disamping kader kesehatan, masyarakat memiliki pula kelompok yang berpotensi untuk membantu menyehatkan penduduk yaitu para pengobatan tradisional (traditional healers) (Sarwono,2004)

(7)

terdiri dari (a) faktor sosiodemografis (b) faktor sosial psikologis (4) faktor yang berhubungan dengan produsen, yang terdiri dari faktor ekonomi dan karakteristik provider.

Menurut Reinke (1994) yang dikutip oleh Hutauruk (2005) ada beberapa faktor yang memengaruhi seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah (1) faktor regional (2) faktor dan sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan yaitu tipe dari organisasi, misalnya rumah sakit, puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainya, (3) faktor adanya fasilitas kesehatan (4) faktor-faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan yaitu faktor sosio psikologis yaitu meliputi sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan

Menurut Department Of Health Education and Welfare, USA (1997) dalam Azwar (2002) faktor- faktor yang memengaruhi pelayanan kesehatan yaitu, (1) faktor sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan: tipe organisasi, kelengkapan program kesehatan, tersedianya tenaga pelayanan kesehatan dengan masyarakat dengan adanya asuransi kesehatan serta faktor adanya faktor kesehatan lainya. (2) faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan: faktor sosio demografi (umur, jenis kelamin, status kesehatan, besar keluarga) faktor sosial psikologis (sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan pengetahuan dan sumber informasi dari pelayanan kesehatan dan tabiat terhadap pelaksana pelayanan kesehatan sebelumnya) faktor status sosial ekonomi (meliputi: pendidikan, pekerjaan, pendapatan), dapat digunakan pelayanan kesehatan yang meliputi jarak antar rumah dengan tempat pelayanan kesehatan, variabel yang menyangkut kebutuhan (mobilitas, gejala penyakit yang dirasakan oleh yang bersangkutan dan lain sebagainya)

Menurut Departemen Kesehatan RI, (2005), rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:

- Jarak yang jauh (faktor geografi)

- Tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas (faktor informasi) - Biaya yang tidak terjangkau (faktor ekonomi)

- Tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (faktor budaya)

J. PENGORGANISASIAN

(8)

dan lembaga ketahanan masyaraakt desa (LKMD). Sebagai kegiatan swadaya masyarakat yang semula dikenal dengan kegiatan pembangunan kesehatan masyarakat desa, (Depkes RI, 1998)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat sebuah alat pengendali suhu air berbasis mikrokontroler yang keluaran suhunya dapat diatur oleh pengguna serta

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Permintaan untuk alumni perguruan tinggi, yang memiliki pendidikan akuntansi forensik, semakin meningkat.. Mempersiapkan alumni perguruan tinggi

Nusa Tenggara Timur Kab... Ngada SMK

Dari hasil penelitian mengenai tindakan petani dalam manajemen resistensi insektisida tergolong buruk, karena sebagian besar petani tidak menerapkan pedoman manajemen

Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan usaha kecil untuk mendapatkan pembiayaan untuk modal dasar maupun langkah-langkah pengembangan usaha kecil, yaitu : melalui kredit

Penggunaan attractor berupa rumpon dan umpan ikan hidup dalam proses kegiatan penangkapan ikan kapal pole and line membutuhkan biaya yang cukup besar.Belum adanya

Paradigma desain arsitektur tropis merupakan pandangan dalam upaya mencapai Paradigma desain arsitektur tropis merupakan pandangan dalam upaya mencapai karakter-karakter arsitektur