• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEREKONSTRUKSI KARAKTERISTIK disiplin ilmu KEPEMIMPINA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MEREKONSTRUKSI KARAKTERISTIK disiplin ilmu KEPEMIMPINA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

M akalah Disam paikan Pada International W orkshop On Islamic Development Workshop Ant arbangsa Pembangunan bert eraskan Islam (8th W API), M edan 11 Juni 2015

MEREKONSTRUKSI KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

LILA BISMALA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA lila1976bismala@gmail.com

Abstract

This study is basic research, which aims to reconstruct the leadership in the Islamic perspective. The problems that arise are the leader has lost its way so it no longer trustworthy, leadership as exemplified by the Prophet Muhammad. Leadership theories more adopting the ways of the capitalist, in running the organization, even to Islamic organizations. So that the necessary research to reconstruct the theory of leadership in accordance with the Islamic sharia .

The approach used in this research is explorative to dig deeper into the theories to solve the problems. Data collected by literature studies, by digging the leadership of the Prophet and the Qur'an and hadith.

The characteristics of leadership in Islam is the Islamic perspective , faithful and devoted to Allah, ihsan and noble character , honesty , giving a good example , knowledgeable , trustworthy , fulfilling the promise , justice, humanity , discipline , leaving the useless , do not get angry / patient , has a shy nature , istiqomah , maintaining oral , commanding the good and forbidding unjust , deliberation , humble / modest.

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian dasar, yang bertujuan merekonstruksi kepemimpinan dalam perspektif Islam. Permasalahan yang mengemuka adalah pemimpin telah kehilangan arah sehingga tidak lagi amanah, sebagaimana kepemimpinan yang diteladankan oleh Rasulullah SAW. Teori-teori kepemimpinan lebih banyak mengadopsi cara-cara kapitalis dalam menjalankan organisasi, bahkan untuk organisasi Islam. Sehingga diperlukan penelitian untuk merekonstruksi teori kepemimpinan yang sesuai dengan syariah Islam.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah eksploratif untuk menggali lebih dalam tentang teori-teori untuk memecahkan permasalahan. Pengumpulan data dilakukan dengan studi literature, dengan menggali kepemimpinan Rasulullah dan dari Al Qur’an dan hadits.

Adapun karakteristik kepemimpinan dalam perspektif Islam adalah Islam, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, ihsan dan akhlak mulia, kejujuran, memberi teladan yang baik, berilmu, amanah, memenuhi janji, keadilan, kemanusiaan, disiplin, meninggalkan yang tidak bermanfaat, jangan (tidak) marah/ bersabar, memiliki sifat malu, istiqomah, menjaga lisan, amar ma’ruf nahi mungkar, bermusyawarah, rendah hati/ sederhana.

PENDAHULUAN

(2)

M akalah Disam paikan Pada International W orkshop On Islamic Development Workshop Ant arbangsa Pembangunan bert eraskan Islam (8th W API), M edan 11 Juni 2015

meskipun orang-orang musyrik membencinya.” (QS As Shoff (61) : 9) Islam adalah satu-satunya agama (dien) yang benar, yang diterima di sisi Allah SWT. Allah SWT telah memerintahkan kita (umat Islam) untuk hidup mengatur dan diatur oleh syariat-Nya. Dengan demikian, untuk merealisasikan tujuan penciptaan manusia, maka manusia tersebut haruslah memeluk agama yang benar (Islam), mengikuti petunjuk yang telah diturunkan oleh Allah SWT melalui RosulNya (Muhammad SAW), yakni Al Qur’an, dan mengatur urusan dan urusannya dengan manusia lainnya menggunakan syariat Islam secara kaffah (sempurna). (Abu Yahya, 2012)

Ide sekularisme sama sekali tidak mengingkari adanya agama, tetapi juga tidak memberikan peran dalam kehidupan. Yang mereka lakukan adalah memisahkannya dari kehidupan. Berdasarkan hal ini, maka akidah yang dianut oleh Barat secara keseluruhan adalah sekularisme, pemisahan agama dari kehidupan. Akidah ini merupakan qaidah fikriyah yang menjadi landasan bagi setiap pemikiran. Di atas dasar inilah ditentukan setiap arah pemikiran manusia dan arah pandangan hidupnya. Berdasarkan hal ini pula, dipecahkan berbagai problematika hidup. Lalu ideologi ini dijadikan sebagai qiyadah fikriyah yang diemban dan disebarluaskan oleh dunia Barat ke seluruh dunia. Yang menunjukkan bahwa kaum Muslim telah menerapkan sistem Islam secara nyata karena sesungguhnya yang menerapkan sistem (peraturan) secara praktis adalah negara.

Manusia pada hakikatnya merupakan pemimpin, sebagaimana Nabi SAW. bersabda: setiap orang dari kamu adalah pemimpin (penggembala) dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya (gembalaannya). Imam Al Mawardi dalam Al Ahkam Ash Shulthoniyah mengemukakan bahwa kepemimpinan diadakan dalam rangka menggantikan tugas kenabian berupa menjaga dien dan mengatur urusan duniawi. Dan memberikan jabatan ini kepada orang yang bisa melaksanakan di kalangan umat Islam hukumnya wajib berdasarkan ijma. (Abu Yahya, 2012) Al-Farabi membagi jenis masyarakat ke dalam tiga bagian: yang diperintah, yang diperintah dan mampu memerintah, dan yang memerintah dan tidak dapat diperintah. Ketiga kategori ini tentu mirip dengan prinsip penyebab bahwa semakin atas semakin menjadi penyebab yang tak disebabkan. Salah seorang dari mereka menjadi pemimpinnya (rais). Yang lain berada pada tingkatan terdekat dengan pemimpinnya. Setiap tingkatan memiliki karakteristik pembagian tugas sesuai dengan perintah penguasanya. Di bawahnya, terdapat orang-orang yang menjalankan tugas sesuai dengan kehendak orang-orang yang berada pada tataran di atasnya. Jadi, bagian-bagian itu bertingkat-rtingkat terus ke bawah sampai pada golongan orang-orang yang mengerjakan tugas menurut perintah orang lain, yaitu mereka yang melayani dan tidak dilayani.

Kepemimpinan berperan sebagai penggerak segala sumber daya manusia dan sumber daya lain yang ada dalam organisasi, dan merupakan faktor kunci dalam aspek manajerial. Keberadaan pemimpin dalam perusahaan merupakan hal yang terpenting karena merupakan tulang punggung dan memiliki peranan yang strategis dalam mencapai tujuan perusahaan. Pemimpin yang efektif akan dapat menjalankan fungsinya tidak hanya ditunjukkan dari kekuasaan yang dimiliki, tetapi juga ditunjukkan oleh sikap untuk memotivasi karyawan dalam menjalankan tugasnya.

(3)

M akalah Disam paikan Pada International W orkshop On Islamic Development Workshop Ant arbangsa Pembangunan bert eraskan Islam (8th W API), M edan 11 Juni 2015

Islam memandang tugas kepemimpinan dalam dua tugas utama, yaitu menegakkan agama dan mengurus urusan dunia.

Dalam kepemimpinan Islam dapat menumbuhkan sikap tasamuh (toleransi) sesama komunitas muslim baik secara institusi maupun pribadi, mampu menumbuhkan kerjasama dan solidaritas, menghilangkan kultus watak dan diganti dengan fastabiqul khairaat (berlomba-lomba dalam kebaikan), bersikap terbuka baik dalam menerima ide, saran maupun kritik, mampu menciptakan tenaga pengganti dan berjiwa demokratis dan mampu mengatasi penyakit jahid dan jamid (beku berfikir). (Mardin Idris, 2003) Kepemimpinan islami memiliki hubungan yang kuat dengan kinerja organisasi, karena mengandung unsur konsultasi, keadilan, kejujuran dan kepercayaan dan berdampak pada pencapaian kinerja organisasi. (Majeed, et.all, 2011) Hal ini berarti dengan menerapkan kepemimpinan Islami, akan memiliki kontribusi dalam meningkatkan kinerja karyawan dan pada akhirnya berdampak pada kinerja organisasi. Dalam kepemimpinan Islam terkandung unsur keteladanan, di mana pemimpin tidak hanya mampu memberikan perintah namun juga menjadi teladan yang baik. Sedikitnya kajian tentang karakteristik kepemimpinan Islam yang menjadi rujukan bagi pemimpin, di mana lebih banyak menggunakan paham barat yang mengedepankan unsur- unsur yang menguntungkan segolongan tertentu. Kajian ini bertujuan untuk menggali karakteristik kepemimpinan Islam dari Al Qur’an dan Hadits.

KAJIAN PUSTAKA

Islam sebagai agama merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif dan universal baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta (HabluminAllah) maupun dalam hubungan sesama manusia (Hablumminannas). QS Hujurat (49:13). Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Ada tiga pilar pokok dalam ajaran Islam yaitu :

1. Aqidah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan atas keberadaan dan kekuasaan Allah sehingga harus menjadi keimanan seorang muslim manakala melakukan berbagai aktivitas di muka bumi semata-mata untuk mendapatkan keridlaan Allah sebagai khalifah yang mendapat amanah dari Allah.

2. Syariah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang muslim baik dalam bidang ibadah (habluminAllah) maupun dalam bidang muamalah (hablumminannas) yang merupakan aktualisasi dari akidah yang menjadi keyakinannya. 3. Muamalah meliputi berbagai bidang kehidupan antara lain yang menyangkut ekonomi

atau harta dan perniagaan disebut muamalah maliyah.

(4)

M akalah Disam paikan Pada International W orkshop On Islamic Development Workshop Ant arbangsa Pembangunan bert eraskan Islam (8th W API), M edan 11 Juni 2015

ancaman, bagaimanapun juga akan membawa pengaruh dari luar yang bersinggungan dengan nilai-nilai Islami.

Islam lebih dari kepercayaan, Islam adalah petunjuk hidup yang lengkap, karena tindakannya melebihi dari ibadah untuk merangkul kehidupan sosial dan ekonomi. Islam bermakna menyerahkan diri pada Tuhan dalam kata dan perbuatan dan tujuan kaum Muslim adalah berusaha mencapai kehidupan yang damai dan sehat dengan mengikuti petunjuk Tuhan yang Maha Kuasa. Tidak ada pemimpin yang laizzez-faire dalam Islam, sebagai aktifitas manusia adalah memahami konteks Istikhlaf (vice-regency). Tujuan hidup dalam Islam adalah menjadi yang baik dengan melakukan kebaikan kepada manusia lain dan dalam hubungannya dengan Tuhan.

Dalam tulisan Murasa Sarkaniputra 2006, dikemukakan bahwa Muhammad Yunus telah memerdekakan dirinya dan memerdekakan masyarakat miskin dari lingkaran setan kemiskinan dengan mendobrak tembok birokrasi pemerintahan pada awal pembentukan bank yang didambakan rakyat miskin. Ia pemimpin pelayan bukannya pemimpin yang dilayani. Ia memperlakukan orang lain lebih baik ketimbang memperlakukan dirinya sendiri. Apa rahasia kepemimpinannya? Dapatkah kita menduga bahwa keterkaitan antara spiritual intelligence, emotional intelligence dan intellectual intelligence yang kita kenal sekarang ini dapat ditelaah oleh peran iman dalam diri orang seorang ketika ia melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan Rasulllah SAW: shiddiq, amanah, fathanah dan tabligh? Kepemimpinan manajerialnya itu seakan seperti yang dirumuskan Covey 25 tahun kemudian (Covey, The 8th Habit, 2004), yang mencakup butir-butir: be proactive, begin with the End in Mind, put first things first, think win-win, seek first to understand, then to be understood, synergize, sharpen the saw, and find your voice and inspire others to find theirs.

Penelitian Suraiya Ishak (2011) menemukan tiga faktor yang membentuk kepemimpinan etika seperti dimodelkan diri Nabi Muhammad SAW. Faktor pertama terdiri daripada akhlak diri baginda sebagai manusia bermoral dan faktor kedua ialah komitmen sebagai khalifah yang ditugaskan dengan tanggungjawab tertentu. faktor ketiga ialah rasa ubudiyyah kepada Pencipta yang dijelmakan dalam bentuk sifat zuhud, takwa dan tawaduk. Elemen ubudiyyah merupakan ciri penting dalam konsep kepemimpinan etika berdasarkan Nabi. Oleh karena itu, ketiga faktor membentuk konsep kepemimpinan etika syumul yang merangkumi hablun min Allah dan hablun min al-nas.

Ang, et. All (2012) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kepemimpinan Islam menantang pemimpin untuk mempraktekkan nilai-nilai kepercayaan, integritas, kedisiplinan diri, mengekang diri, mencintai kebaikan dan memberi, pemimpin juga ditantang untuk menahan diri untuk melakukan dosa dan hidup dalam suasana moderat. Pemimpin visioner Islam selalu memacu diri, percaya diri dan dapat melakukan hal yang luar biasa. Islam tidak memiliki masalah dengan kreatifitas dan ide-ide inovatif. Dalam kenyataannya tidak ada tempat bagi pikiran yang malas dan kosong dalam agama dan pikiran yang kosong akan menjadi rumah bagi setan dalam Islam.

METODE

(5)

M akalah Disam paikan Pada International W orkshop On Islamic Development Workshop Ant arbangsa Pembangunan bert eraskan Islam (8th W API), M edan 11 Juni 2015

data dari Al Qur’an, hadits, buku-buku, jurnal dan hasil penelitian lain atau sumber kepustakaan lain yang relevan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kedudukan Manusia Di Muka Bumi

Allah menciptakan manusia adalah untuk menyembah atau mengabdi kepada Allah, sebagaimana dalam QS Adz Zariat 5: 56 disebutkan bahwa manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Segala aspek kehidupan seorang manusia sebagai hamba Allah seharusnya dilakukan dalam rangka persembahannya kepada Allah SWT dengan niat hanya untuk mencapai keridhaan-Nya.

Dalam firman Allah dalam QS Al Baqarah (2:30), Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Sebagaimana dinyatakan dalam QS Al Baqarah tersebut, Allah akan menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi, bahwa manusia diciptakan untuk menjadi penguasa yang mengatur apa-apa yang ada di bumi, seperti tumbuhan, hewan, hutan, air, sungai, gunung, laut, perikanan dan lainnya, dan seyogyanya manusia harus mampu memanfaatkan segala apa yang ada di bumi untuk kemaslahatannya. Dalam QS At Tiin 95:4, difirmankan bahwa: sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Maka manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Allah memberikan kesempurnaan bagi manusia, mulai dari fisik sampai dengan akal, untuk menjadikan manusia taat dan patuh kepada penciptanya, untuk memelihara kehidupan yang baik di muka bumi.

Analisis Karakteristik Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

Karakteristik kepemimpinan yang sesuai dengan konsep keislaman akan merujuk kepada Al Qur’an dan Hadits. Karakteristik kepemimpinan dalam Islam telah diungkapkan oleh beberapa peneliti sebelumnya, dan pada penelitian ini telah mengeksplorasi beberapa karakteristik kepemimpinan sehingga dapat menambahkan pada beberapa karakteristik yang telah diungkap sebelumnya.

Adapun karakteristik kepemimpinan menurut Islam tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Islam, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT

(6)

M akalah Disam paikan Pada International W orkshop On Islamic Development Workshop Ant arbangsa Pembangunan bert eraskan Islam (8th W API), M edan 11 Juni 2015

konsekuensi ketika memilih pemimpin dari golongan orang kafi, dalam QS Al Anfaal 8:56. “(Yaitu) orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari mereka, sesudah itu mereka mengkhianati janjinya pada setiap kalinya, dan mereka tidak takut (akibat-akibatnya).”

Ketika memilih pemimpin dari golongan yang kafir, dikhawatirkan akan berkhianat. Berkhianat kepada yang dipimpinnya, karena mendapatkan tawaran yang lebih baik dari lawan politik atau usaha. Karena orang yang tidak beriman dan bertaqwa cenderung memiliki sifat rakus akan harta dan jabatan, sehingga ia akan mempu melakukan apa saja untuk mendapatkannya. Sedangkan orang beriman dan bertaqwa akan selalu mendapatkan rahmat dan hidayah dari Allah SWT untuk berjalan pada sisi syariat. Telah dilarang mengangkat pemimpin yang merupakan bagian dari keluarga, jika mereka tidak beriman. Hal ini sebagaimana QS At Taubah 9:23. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang lalim.

2. Ihsan dan akhlak mulia

Ihsan (berbuat baik) adalah substansi, ruh dan kesempurnaan iman. Ia adalah derajat dan tujuan agama paling tinggi, akhlak hamba-hamba Allah paling besar, serta kumpulan bagi seluruh akhlak yang tinggi dan sifat yang baik. (Adnan Tharsyah, 2004)

(7)

M akalah Disam paikan Pada International W orkshop On Islamic Development Workshop Ant arbangsa Pembangunan bert eraskan Islam (8th W API), M edan 11 Juni 2015

yang bersifat merusak, sebagaimana difirmankan dalam QS Al A’raf 7:56, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” Akhlak mulia adalah termasuk ke dalam kesempurnaan iman. Dalam QS Al Mu’minun 23:1-9, “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya”

3. Kejujuran

Kejujuran bermakna mengatakan yang sebenarnya. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang seringkali mengatakan kebohongan dengan maksud membuat senang seseorang. Dalam hubungan antara atasan dan bawahan, seringkali kejujuran akan berdampak kurang menyenangkan, terutama kejujuran dalam kesalahan kerja. Seorang pemimpin mukmin akan taat dan patuh, kepada Allah dan rasul-Nya, tidak berani menyembunyikan kebenaran, karena mengetahui akibat jika tidak berlaku jujur, terutama yang dapat mengakibatkan kerugian orang lain. Meskipun kadangkala kejujuran berbuah yang tidak menyenangkan, seorang pemimpin wajib menjunjung tinggi kejujuran. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al Anfaal 8:58, “Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.” Dan dalam QS An Nahl 16:94, telah ditegaskan, “Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan tergelincir kaki (mu) sesudah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan kemelaratan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah: dan bagimu azab yang besar.”

Manusia seringkali menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan pribadinya. Sebagaimana juga dilakukan pemimpin untuk mendapatkan apa yang diinginkan, kadangkala mengabaikan kejujuran, dengan anggapan kejujuran dapat menyebabkan ketidaksenangan atas sesuatu.

4. Memberi teladan yang baik

(8)

M akalah Disam paikan Pada International W orkshop On Islamic Development Workshop Ant arbangsa Pembangunan bert eraskan Islam (8th W API), M edan 11 Juni 2015

mereka memberikan teladan yang buruk, sehingga anggota/ bawahan tidak tahu harus meneladani siapa. Al Qur’an sudah menuliskan apa-apa saja yang telah terjadi dan yang akan terjadi, namun manusia seakan dibutakan oleh kenikmatan duniawi. Dalam QS An Nuur 24:34, “Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” Harusnya manusia menyadari bahwa telah ada teladan dari pendahulu-pendahulu, bahwa siksa dan kenikmatan yang dijanjikan Allah nyata dan benar-benar terjadi. Teladan dapat pula diberikan dengan berkata-kata yang baik, atau tidak berkata apa-apa jika tak mampu berkata baik. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dalam hadits dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya (HR Bukhori dan Muslim). Berlebih-lebihan dalam pembicaraan dapat menyebabkan kehancuran, sedangkan menjaga pembicaraan merupakan jalan keselamatan. Media massa merupakan salah satu penyebab pembicaraan yang sia-sia, di mana kerap membuka aib seseorang dengan tujuan meningkatkan jumlah pemirsa. Ketika satu pemimpin membicarakan dan mengkritik pemimpin lain dianggap biasa dan bagian dari politik sehat, padahal sebenarnya melanggar syariat, dan tidak dipahami oleh manusia. Pemimpin wajib memberikan teladan yang baik, seperti santun dalam berkata, disiplin, jujur, tidak korupsi.

5. Istiqomah

Istiqomah dapat diartikan sebagai teguh pada pendirian, apapun yang terjadi. Demikian halnya pemimpin, haruslah teguh dengan apa yang telah ia putuskan. Walaupun keputusan yang diambil akan berdampak bagi kehidupan masyarakat dan hubungan internasional. Allah telah berfirman dalam QS Al Imron 3:101, “Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”

Dan pada QS Al Baqarah 2:63. Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa". Kemudian pada QS Al An’am 6:6, “Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.”

(9)

M akalah Disam paikan Pada International W orkshop On Islamic Development Workshop Ant arbangsa Pembangunan bert eraskan Islam (8th W API), M edan 11 Juni 2015

Pemimpin dengan sifat istiqomah akan berpegang teguh pada ketentuan Allah, dan membawa kaumnya pada kemakmuran. Ia tidak akan mudah berubah ketetapan karena dominasi pihak lain maupun iming-iming yang menguntungkan bagi dirinya. Dari Abu Amr, Suufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi RA dia berkata: saya berkata; Wahai Rasulullah SAW, katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu. Beliau bersabda: Katakanlah saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah (Riwayat Muslim)

6. Berilmu

Ilmu dapat dibedakan menjadi 2 yaitu ilmu duniawi yang berhubungan dengan kehidupan makhluk di dunia yang fana, serta ilmu agama yang merupakan ketentuan dan ketetapan Allah SWT, yang menciptakan alam semesta. Pemimpin yang menjadi pemimpin negara, organisasi dan perusahaan, tentunya memiliki ilmu duniawi yang cukup untuk mengatur kehidupan berorganisasi. Mereka mengetahui bagaimana memperlakukan bawahan dan pengikutnya. Namun semua bersifat duniawi, dan harus dikembalikan kepada ilmu agama. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda kepada ka’ab bin ujrah: “mudah-mudahan Allah melindungimu dari para pemimpin yang bodoh (dungu). Ka’ab bin ujzah bertanya: apa yang dimaksud dengan pemimpin yang dungu wahai rasulullah saw? Beliau menjawab: mereka adalah para pemimpin yang hidup sepeninggalku. Mereka tidak pernah berpedoman pada petunjukku, mereka tidak mengikuti sunnahku. Barang siapa yang membenarkan kedustaan mereka ataupun mendukung atas kezaliman mereka, maka orang itu tidak termasuk golonganku, karena aku bukanlah orang seperti itu. Mereka juga tidak akan mendapatkan air minum dari telagaku. Wahai ka’ab, sesungguhnya puasa adalah benteng, sedekah itu bisa menghapus kesalahan, sedangkan shalat adalah upaya mendekatkan diri kepada allah (qurban) –dalam riwayat lain burhan (dalil)- wahai ka’ab sesungguhnya tidak akan masuk surga seonggok daging yang berasal dari barang haram. Dan api neraka lebih berhak untuk melahapnya. Wahai ka’ab bin ujrah, manusia terpecah menjadi dua golongan: pertama, orang yang membeli dirinya (menguasai dirinya), maka dia itulah yang memerdekakan dirinya. Golongan yang menjual dirinya, maka dia itulah yang membinasakan dirinya sendiri.” (hr. Ahmad bin hambal)

(10)

M akalah Disam paikan Pada International W orkshop On Islamic Development Workshop Ant arbangsa Pembangunan bert eraskan Islam (8th W API), M edan 11 Juni 2015

dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” Ilmu yang dimiliki bukanlah untuk diperdebatkan, diadu untuk menilai siapa yang mampu mengargumentasikannya dengan baik, bukan pula untuk menilai siapa yang paling banyak ilmunya. Namun ilmu bagi pemimpin adalah untuk diaplikasikan dalam menyelesaikan permasalahan dalam organisasinya. Ilmu yang dimilikipun dapat disampaikan kepada yang lain, agar bertambah pemahaman akan persoalan dan solusi yang dapat dilakukan. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak pemimpin yang berilmu, banyak ilmuwan yang sangat jenius. Namun ilmu yang dimiliki lebih banyak digunakan untuk berbantah-bantahan saja, seperti yang sering ditayangkan di televisi. Alangkah baiknya jika majelis atau perkumpulan yang diadakan itu untuk membahas solusi, bukan memperpanjang masalah sebagaimana yang selama ini selalu dilakukan. Allah telah berfirman dalam QS Al Mujadilah 58:11, “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Ada pepatah dalam bahasa Indonesia, seperti ilmu padi, semakin lama semakin merunduk, yang menganalogikan bahwa jika semakin banyak isinya, maka akan semakin tunduk dan rendah hati. Berbeda dengan tong kosong nyaring bunyinya, bahwa yang tidak ada isinya akan berbunyi nyaring. Namun inilah yang disenangi masyarakat, acara televisi tentang perbantahan yang tiada solusi. Allah telah berfirman dalam QS Al Isra’ 17:36, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” Sungguh pengikut telah dibutakan atau tidak mendapat hidayah dari Allah sehingga memilih dan mengikuti pemimpin yang salah.Hal inilah yang disebut dalam firman QS Al Jatsiyah 45:23, “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” Inilah gambaran jika memilih pemimpin yang tidak memiliki ilmu. Maka akan menghancurkan seluruh kehidupan organisasi tersebut.

7. Amanah, memenuhi janji

Amanah atau dapat dipercaya merupakan salah satu sifat yang dimiliki oleh Rasulullah SAW. Amanah berarti memenuhi janji, memberikan apa yang sudah dijanjikan. Firman Allah tentang amanah dapat ditemukan pada QS Al Maaidah 5:67, “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”

(11)

M akalah Disam paikan Pada International W orkshop On Islamic Development Workshop Ant arbangsa Pembangunan bert eraskan Islam (8th W API), M edan 11 Juni 2015

berfirman dalam QS An Nahl 16:91, “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” Artinya ketika diangkat menjadi pemimpin ia sudah berjanji akan memenuhi amanat yang diberikan kepadanya. Dan pada QS An Nisaa 4:58, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” Sungguh jika seorang pemimpin tidak bisa memegang dan menjalankan amanah, sungguh sangat pedih siksa yang akan ia terima. Sebagaimana firman Allah dalam QS Al Maaidah 5:13, “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” 8. Keadilan

Adil dapat diartikan sebagai seimbang, tidak berat sebelah dan sesuai dengan prosinya. Keadilan tidak bersifat mutlak, namun berdasarkan porsinya. Allah berfirman dalam QS An Nisaa 4:135, “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biar pun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau pun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjaan.” Berbicara yang benar, tidak menyampaikan kebohongan, merupakan bagian dari bersikap adil. Dan dalam QS Al Maaidah 5:8, “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Allah telah menurunkan Al Qur’an sebagai petunjuk, dalam setiap aspek kehidupan manusia., dan memerintahkan untuk berbuat adil selalu, kepada siapapun. Sebagaimana dalam QS An Nisaa 4:105, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat,”

(12)

M akalah Disam paikan Pada International W orkshop On Islamic Development Workshop Ant arbangsa Pembangunan bert eraskan Islam (8th W API), M edan 11 Juni 2015

kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Sungguh pemimpin saat ini telah dibutakan oleh kekuasaannya. Tidak mampu lagi memegang amanat, tidak mampu melihat dan mencermati fenomena yang terjadi. Padahal tidak sedikit tayangan televisi yang memperlihatkan ketidak adilan, namun pemimpin seakan tutup mata atau mungkin inilah yang berarti Allah telah menutup pintu hati dari rahmat dan hidayah-Nya. Nauzubillah min dzalik.

9. Kemanusiaan

Dari Abu Hurairah RA dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “setiap anggota tubuh manusia wajib disedekahi, setiap hari di mana matahari terbit lalu engkau berlaku adil terhadap dua orang (yang bertikai) adalah sedekah, engkau menolong seseorang yang berkendaraan lalu engkau bantu dia untuk naik kendaraannya atau mengangkatkan barangnya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah ketika engkau berjalan menuju sholat adalah sedekah dan menghilangkan gangguan dari jalan adalah sedekah” (Riwayat Bukhori dan Muslim)

Dalam sifat kemanusiaan terkandung unsur menyantuni, empati dan mau berkorban. Hal ini sebagaimana dalam QS Al Baqarah 2:207, “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”

Manusia satu dengan lainnya adalah bersaudara, maka sudah sewajarnya jika mereka saling tolong menolong. Dalam hubungan itu, mereka tidak saling menyakiti, baik dengan fisik maupun dengan perbuatan lain seperti riya atau pamer. Pemimpin yang baik haruslah memiliki sifat kemanusiaan, artinya bahwa yang dipimpinnya seringkali menggantungkan hidupnya kepada pemimpinnya. Mereka seringkali iri dengan pemimpinnya yang hidup dengan berkelimpahan harta benda, dan dalam tayangan televisi melakukan pemborosan harta, bahkan dengan uang negara. Hal ini sangat bertentangan dengan QS An Nisaa 4:38, “Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barang siapa yang mengambil setan itu menjadi temannya, maka setan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.” Allah telah menunjukkan bahwa akan datang golongan yang tersesat, yang hanya menuruti hawa nafsunya saja, tidak mempedulikan siapapun, yang penting hanya membuatnya senang. Itulah kecenderungan manusia sebagai pemimpin, mempergunakan kekuasaan dengan semena-mena, dan telah dibutakan hati, mata dan pendengaran untuk mempedulikan pengikutnya. Sebagaimana firman Allah dalam QS Maryam 19:59, “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” Dan dalam QS Al Qashash 28:4, “Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.”

10. Disiplin

(13)

M akalah Disam paikan Pada International W orkshop On Islamic Development Workshop Ant arbangsa Pembangunan bert eraskan Islam (8th W API), M edan 11 Juni 2015

pemimpin itu sendiri tidak menerapkannya. Pemimpin harusnyalah menjadi orang pertama yang menjunjung tinggi kedisiplinan, karena ia menjadi acuan pengikutnya untuk bertindak. Allah telah berfirman dalam QS Al Baqarah 2:123, “Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan seseorang lain sedikit pun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafaat kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong.” Disiplin dalam menggunakan waktu merupakan hal yang sangat penting, karena waktu tidak dapat diputar kembali. Ketika sudah kehilangan waktu maka tiada satupun yang dapat mengembalikan dan mengulang apa-apa saja yang belum dikerjakan. Maka berdisiplinlah, jangan sia-siakan waktu. Allah berfirman dalam QS Al Jatsiyah 45:18. “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.”

11. Meninggalkan yang tidak bermanfaat

Manusia seakan sudah tidak mampu membedakan antara hal yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, karena tipis sekali perbedaan antara keduanya. Berbicara yang berlebihan merupakan salah satu contoh perbuatan yang tidak bermanfaat, karena berpotensi ghibah dan fitnah di dalamnya.

Dari Abu Hurairah Radhiallahu dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “merupakan tanda baiknya Islam seseorang, dia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya” (Hadits Hasan riwayat Turmuzi) Dalam QS Al Qashash 28:55, Allah telah berfirman, “Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil".

Kehidupan dunia sungguh telah sangat menyesatkan. Manusia banyak melakukan perbuatan itu tanpa disadarinya, dengan menganggapnya sebagai hal yang biasa dalam kehidupan dan bagian dari gaya hidup. Terlebih seorang pemimpin harus mampu berkomunikasi dan berhubungan dengan banyak pihak dan sedikit banyak akan melakukan perbuatan yang tidak bermanfaat dengan dalih menghormati tamu atau komunitas. Sungguh seolah-olah dia menjadi penyembah dari materi, waktu, dan hal keduniawian lain selain Allah. Dalam QS Al Maaidah 5:76. Katakanlah: "Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudarat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?" Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Pada QS Al Baqarah 2:219. Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir,” dan ditegaskan dalam QS Al Hajj 22:13, “Ia menyeru sesuatu yang sebenarnya mudaratnya lebih dekat dari manfaatnya. Sesungguhnya yang diserunya itu adalah jahat penolong dan sejahat-jahat kawan.”

Melihat kondisi kehidupan yang semakin hari semakin tidak bersahabat, maka sangat perlu sifat istiqomah, yang akan membuat manusia teguh pada pendirian, dan tidak mengikuti ajakan melakukan perbuatan yang tidak bermanfaat.

(14)

M akalah Disam paikan Pada International W orkshop On Islamic Development Workshop Ant arbangsa Pembangunan bert eraskan Islam (8th W API), M edan 11 Juni 2015

Bukan hal yang luar biasa ketika pemimpin marah atas ketidak sesuaian apa yang diharapkan dengan kenyataan. Kemarahan ditunjukkan untuk memberikan peringatan, bahkan menunjukkan wibawa kepada bawahan. Sesungguhnya kemarahan atas kesalahan seseorang tidak perlu dilakukan, sebagaimana hadits dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW: “(Ya Rasulullah) nasihatilah saya. Beliau bersabda: Jangan kamu marah. Beliau menanyakan hal itu berkali-kali. Maka beliau bersabda: Jangan engkau marah” (Riwayat Bukhori) Hal ini menunjukkan bahwa manusia diperintahkan untuk bersabar, baik terhadap yang sesuai dengan keinginannya ataupun tidak. Karena kemarahan dapat memberikan dampak yang luas, seperti malunya orang yang dimarahi sehingga ia dapat menjadi dendam, rusaknya hubungan. Tiada pula manfaat dari kemarahan selain rasa puas melampiaskannya. Dalam QS Al Baqarah 2:155, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” Kemudian pada QS Al Imron 3:186, “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.”

Bukanlah karakter pemimpin yang baik ketika menyampaikan kesalahan dengan kemarahan/ ketidaksabaran. Karena semua itu merupakan ujian, ketika dapat memimpin dengan bijaksana dan sabar.

13. Sifat malu

Malu adalah landasan akhlak mulia dan selalu bermuara kepada kebaikan. Siapa yang lebih banyak malunya maka lebih banyak kebaikannya, dan siapa yang sedikit malunya semakin sedikit kebaikannya. Sifat malu bermanfaat untuk ‘iffah yaitu menjaga diri dari perbuatan tercela dan wafa’ yaitu menepati janji. Pemimpin yang baik haruslah memiliki rasa malu, karena dengan sifatnya itu ia dapat mengendalikan hawa nafsunya. Ia akan malu jika korupsi, tidak adil, berbuat kesalahan dan menzolimi kaumnya. Dalam sebuah hadits dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al Anshary Al Badry RA dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “sesungguhnya ungkapan yang telah dikenal orang-orang dari ucapan nabi-nabi terdahulu adalah : Jika engkau tidak malu, perbuatlah apa yang engkau suka” (Riwayat Bukhori)

Dan Allah telah berfirman dalam QS Al Ahzab 33:53, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu ke luar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.”

(15)

M akalah Disam paikan Pada International W orkshop On Islamic Development Workshop Ant arbangsa Pembangunan bert eraskan Islam (8th W API), M edan 11 Juni 2015

Zalim berarti menyakiti, dapat dilakukan kepada diri sendiri maupun orang lain. Zalim adalah perbuatan yang harus dihindari, karena mengakibatkan dampak yang sangat besar. Pemimpin yang zalim akan menyengsarakan kaumnya karena membuat keputusan yang tidak adil dan hanya menguntungkan sebagian saja. Contoh perbuatan zalim adalah korupsi. Korupsi dapat membunuh ribuan bahkan jutaan orang, karena apa yang dikorupsi seharusnya untuk menyantuni orang miskin. Dalam QS Al Anfaal 8:65, Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.” Jika dahulu Rasulullah SAW berperang melawan orang kafir, maka sekarang perang dilakukan melawan koruptor. Hal yang cukup sulit, karena kurangnya komitmen dari pemimpin, dan ketakutan terhadap keterlibatan pemimpin. Pemimpin yang tidak zalim tentunya akan memiliki komitmen untuk memberantas korupsi. Sungguh pemimpin yang sangat zalim jika melakukan korupsi dan memperkaya keluarga mereka. Sebagaimana difirmankan Allah dalam QS At Taubah 9:55, “Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” Pemimpin pada masa sekarang lebih memerhatikan kesejahteraan keluarganya daripada kaum yang dipimpinnya. Mereka mampu melakukan kezoliman, melakukan korupsi dan menelantarkan kaumnya.

15. Amar ma’ruf nahi munkar

Ma’ruf adalah seluruh ketaatan. Dinamakan ma’ruf karena ia bisa diketahui dengan akal dan fitrah yang lurus serta ditegaskan oleh syariat samawi. Segala hal yang diperintahkan oleh Allah dan Rasulullah disebut ma’ruf. Mungkar adalah segala hal yang dilarang oleh Allah dan Rasulullah. Amar ma’ruf nahi mungkar adalah yang membedakan antara orang-orang beriman dan orang-orang munafik. Ada tingkatan amar ma’ruf nahi mungkar yang telah dijelaskan oleh Rasulullah, di mana beliau bersabda: “barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah mengubahnya dengan tangannya, jika tidak bisa dengan lisannya, dan jika tidak bisa dengan hatinya. Dan yang terakhir adalah iman yang paling lemah” Selain itu ada tiga sifat yang harus dilakukan oleh orang yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, yaitu: (1) ilmu, bahwa harus mengetahui terhadap ma’ruf yang diperintahkan dan kemungkaran yang dilarang, (2) lemah lembut, untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar harus lemah lembut dan bijaksana, (3) sabar, terhadap cobaan, karena untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar harus memiliki kesabaran.

Allah telah berfirman dalam QS Al Imron 3:110, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

16. Bermusyawarah

(16)

M akalah Disam paikan Pada International W orkshop On Islamic Development Workshop Ant arbangsa Pembangunan bert eraskan Islam (8th W API), M edan 11 Juni 2015

adalah musyawarah untuk mufakat. Artinya bahwa apapun permasalahan, terutama yang melibatkan banyak orang perlu dirundingkan bagaimana pemecahannya. Pemimpin yang baik dan adil akan melakukan musyawarah, sehingga dapat mengambil aspirasi dari berbagai pihak untuk penyelesaian permasalahan yang dihadapi. Persoalan musyawarah ini telah difirmankan Allah SWT dalam QS An Naml 27:32, Berkata dia (Balqis): "Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis (ku)".

Pertimbangan dari berbagai pihak sangat penting, karena tiada seorangpun yang mampu memandang sebuah persoalan dari segala aspek / sudut pandang secara obyektif. Sehingga dengan musyawarah akan diperoleh berbagai perspektif dan memberikan lebih banyak alternatif solusi. Maka dalam pemerintahan akan terdapat kabinet yang akan membantu pekerjaan pemimpin, terdapat parlemen yang bersama-sama merumuskan kebijakan bagi rakyat.

17. Rendah hati

Pemimpin seringkali lupa dengan dari mana dulu ia berasal, seringkali dulu ia bukan apa-apa dan bukan siapa-apa-siapa-apa. Artinya bahwa mungkin dulu ia tidak memiliki harta benda, dan harta benda itu ia peroleh dari jabatan kepemimpinan yang dimilikinya sekarang. Ia pun seringkali merasa lebih tinggi dan mulia dari warga yang dipimpinnya, dengan segala kelebihan yang menyebabkan ia dipercaya untuk memimpin suatu kaum. Sungguh pemimpin seperti itu telah lalai dan berlaku sombong. Seorang pemimpin mestilah berlaku rendah hati, dengan tidak merasa lebih dari kaum yang dipimpinnya. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam QSAsy Syuara’ 26:215, “dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.” Kemudian dalam QS Luqman 31:18-20, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.”

Sungguh mulia seorang pemimpin yang mampu rendah hati dengan kepemimpinan yang ia miliki. Ia akan menyadari bahwa kepemimpinan merupakan amanah, titipan, dan suatu saat Allah akan mengambilnya kembali.

KESIMPULAN

Islam, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, ihsan dan akhlak mulia, kejujuran, memberi teladan yang baik, istiqomah, berilmu, amanah (memenuhi janji), keadilan, kemanusiaan, disiplin, meninggalkan yang tidak bermanfaat, jangan (tidak) marah / bersabar, sifat malu, larangan berbuat zalim/ tidak berbuat kerusakan, amar ma’ruf nahi munkar, bermusyawarah, rendah hati.

(17)

M akalah Disam paikan Pada International W orkshop On Islamic Development Workshop Ant arbangsa Pembangunan bert eraskan Islam (8th W API), M edan 11 Juni 2015

A. F. Djunaedi, Filosofi Dan Etika Kepemimpinan Dalam Islam, Al-Mawarid Edisi XIII Tahun 2005

Abdul Hakim, 2012, The Implementation of Islamic Leadership and Islamic Organizational Culture and Its Influence on Islamic Working Motivation and Islamic Performance PT Bank Mu’amalat Indonesia Tbk. Employee in the Central Java, Asia Pacific Management Review 17(1) (2012) 77-90

Abu Yahya, 2012, Imarah Islam Indonesia, Cetakan 1, Maret 2012, Jakarta, Imarah Press Ambo Asse, 2010, Konsep Adil Dalam Al-Qur’an, Al-Risalah, Volume 10 Nomor 2

Nopember 2010

Chapra, Umer, 2001, Masa Depan Ilmu Ekonomi: Sebuah Tinjauan Islam/ The Future of Economics: An Islamic Perspective, Jakarta: Gema Insani Press, 2001

Dhani Gunawan, 1999, Perbankan Syariah Indonesia, Menuju Millenium Baru; Suatu Tinjauan Pengembangan, Pengawasan, dan Prospek” sebagai sumbangan pemikiran untuk bahan Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan edisi bulan Desember 1999 Djoko Setyo Hartono, 2011, Ekonomi Islam Sebagai Solusi Altenatif Krisis Ekonomi Eropa,

Seminar Nasional Ilmu Ekonomi Terapan, Fakultas Ekonomi UNIMUS 2011

Irra Chrisyanti Dewi dan Nuri Herachwati, Analisis Dampak Kepemimpinan Transaksional Dan Transformasional Terhadap Pembelajaran Organisasi Pada PT Bangun Satya Wacana Surabaya, Jurnal Manajemen Teori dan Terapan Tahun 3, No. 3, Desember 2010

Mardin Idris, 2003, Hubungan Pemahaman Kepemimpinan Islam Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Perguruan Tinggi Islam Swasta di Yogyakarta, Fenomena: Vol. 1 No. 2 September 2003 ISSN : 1693-4296

Mohamed Branine, David Pollard, , Human Resource Management with Islamic Management Principles: A dialectic for a reverse diffusion in management

Murasa Sarkaniputra, 2006, Ruang Lingkup Ekonomi Syari’ah: Tinjauan Teori dan Praktik di Indonesia, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Reformulasi Sistem Ekonomi Syari’ah dan Legislasi Nasional, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, di Semarang, 6-8 Juni 2006

Saeed M. Mohtsham, 2007, Vision and Visionary Leadership – An Islamic Perspective, International Review of Business Research Papers Vol.3 No.2 June 2007, Pp. 248 - 277 246

Sik-Liong Ang1, Patrick Kim Cheng Low, Saad Abd Sattar Al-Harran, 2012, Islamic Leadership Lessons From The 9th Century Based On Ibn Khaldun’s Muqaddimah, Educational Research (ISSN: 2141-5161) Vol. 3(3) pp. 212-219, March 2012, diakses melalui http://www.interesjournals.org/ER

Stoner, James A.F. dan Feeman, Edward, E., (1996) Management, New Jersey: Prentice-Hall, 1989.

Suraiya Ishak , 2011, Model Kepemimpinan Etika Berlandas Sirah Nabi Muhammad SAW (Ethical Leadership Model Based on Prophet Muhammad PBUH Biography), Jurnal Hadhari 3 (2) (2011) 23 - 44

(18)

M akalah Disam paikan Pada International W orkshop On Islamic Development Workshop Ant arbangsa Pembangunan bert eraskan Islam (8th W API), M edan 11 Juni 2015

Referensi

Dokumen terkait

WAHYU KRISTIAN SUGANDI. Disain Dan Kinerja Unit Pemotong Serasah Tebu Dengan Menggunakan Pisau Tipe Reel. Dibimbing oleh RADITE P.A. SETIAWAN dan WAWAN HERMAWAN.

Variabel keunggulan kompetitif tidak berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan pada PT Sumber Air Pagar Batu tetapi berdasarkan persamaan regresi, jika

Selain belajar menceritakan pengalaman, dalam bab ini kalian juga dapat belajar menggunakan huruf kapital, membaca cerita tokoh idola serta membuat karangan sederhana...

Fungsi majas mempuitiskan dalam lirik lagu Dewa 19 album Bintang Lima yaitu ungkapan yang ingin disampaikan dalam lirik lagu yang memakai kalimat yang biasa saja

penulis mengadakan Pretest, setelah itu penulis menjelaskan tujuan serta tahap kegiatan konseling kelompok menggunakan teknik cognitive behaviour therapy. Dalam hal ini penulis

Apabila kolom ID Operasional (kolom 1) berisi ‘3’ dan kolom Nomor Referensi (kolom 2) berisi Nomor Referensi yang sama dengan Nomor Referensi sebelumnya yang pernah

Masih adanya asam lemak bebas dalam minyak nyamplung pada E- T akan mengurangi jumlah katalis KOH karena bereaksi dengan asam lemak bebas sehingga reaksi transesterifikasi

Padahal semua ilmu pengetahuan atau materi pendidikan bersumber dari Allah (QS. al-Baqarah : 3) yang tertulis di dalam al-Qur’an, dijabarkan dalam hadits dan