• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PANDANGAN ISLAM TENTANG KEBUDAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PANDANGAN ISLAM TENTANG KEBUDAYA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

“PANDANGAN ISLAM TENTANG KEBUDAYAAN”

Disusun oleh :

Ahmad Anwar Roziqin (175050100111148) Haqqi Fauzan (175050100111152) Hasnan Nur F (175050100111154)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

(2)

Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan nikmat-NYA kepada kita, sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Berkat rahmat-NYA saya masih diperkenankan untuk menyusun makalah ini. Maklah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah PAI.

Makalah ini berjudul “Pandangan Islam Tentang Kebudayaan”, kebudayaan sendiri memiliki arti sebagai suatu kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal, hati dan tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan. Tujuan makalah ini ditulis untuk pembaca yang berminat mengetahui tentang kebudayaan menurut pandangan islam berdasarkan hukum islam.

Harapannya makalah ini dapat memenuhi tugas mata kuliah PAI. Dan makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca. Makalah yang saya buat ini masih banyak kekurangannya sehingga masih banyak yang harus diperbaiki, saya harapkan para pembaca berkenan memberi masukan untuk menyempurnakan makalah ini.

Malang, November 2017

(3)

Daftar Isi

Sampul i

Kata Pengantar ii Daftar Isi iii BAB I PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 1

Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

Konsep Kebudayaan dalam Islam 2 Prinsip Kebudayaan Islam 2

Masjid sebagai Pusat Peradaban Islam 3 Nilai-nilai Islam dalam Kebudayaan Indonesia 4 Sejarah Intelektual Islam 5

BAB III PENUTUP 9 Kesimpulan 9

Saran9

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kebudayaan merupakan segala sesuatu yang diciptakan oleh umat manusia dan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. (koentjaraningrat). Kebudayaan itu meleket dengan diri manusia, artinya manusia yang menciptakan kebudayaan. Sejak zaman dahulu hingga sekarang.

Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia, karena yang akan menjadi sasaran bimbinganya adalah umat manusia. Misinya yaitu memberikan bimbingan kepada umat manusia agar dalam mengembangkan kebudayaanya tidak melepaskan diri dari nilai-nilai ketuhanan. Sebagaimana sabdanya yang berarti: “Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak”. Dalam mengawali tugasnya nabi meletakan dasar-dasar kebudayaan Islam yang kemudian berkembang menjadi peradaban Islam. Dakwah Islam terjadi dalam proses yang panjang dan rumit karena terjadi asimilasi budaya-budaya setempat dengan nilai-nilai Islam yang kemudian menghasilkan kebudayaan Islam. Kebudayaan ini berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui kebenaranya secara universal.

Untuk mengetahui perkembangan kebudayaan Islam menjadi sebuah peradaban maka kami akan membahasnya di makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penjelasan mengenai konsep kebudayaan dalam Islam dan sejarah peradabanya?

2. Apakah kebudayaan menurut para ahli itu?

3. Prinsip-prinsip apa saja yang ada dalam kebudayaan Islam ? 4. Bagaimana sikap Islam terhadap kebudayaan ?

1.3 Tujuan

(5)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Kebudayaan dalam Islam.

Islam memandang kebudayaan sebagai suatu proses dan sebagai eksistensi hidup manusia. Kebudayaan merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal, hati dan tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan. Kebudayaan islam adalah hasil olah akal, budi cipta rasa, karsa dan karya manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah dan berkembang. Dalam perkembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani, sehingga merugikan diri sendiri. Di sini agama berfungsi membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab.

Kebudayaan akan terus berkembang dan tidak akan berhenti selama masih ada kehidupan manusia. Segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas dan kreativitas manusia, baik dalam konteks hubungan sesamanya, ataupun dengan lingkungannya, akan selalu terkait dengan kebudayaan orang lain. Ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk budaya dan makhluk sosial. Kebudayaan akan terhenti apabila manusia sudah tidak mampu menggunakan akal budinya. dalam riwayat-NYA kebudayaannya tidak melepaskan dari nilai ketuhanan, sebagaimana sabdanya

ب

قل للخم لا ملري اكمل ملميلتل ل تهثمئيه

“Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (H.R. Ahmad).

2.2 Prinsip Kebudayaan Islam

(6)

Sebagai agama, Islam merupakan sumber nilai, yang memberikan inspirasi dan corak kebudayaan. Karena itu kebudayaan Islam bukan kebudayaan yang diciptakan oleh orang Islam semata, tetapi juga meliputi kebudayaan yang bersumber dari ajaran Islam atau kebudayaan yang bersifat Islami, meskipun ia muncul dari orang Islam maupun non-Islam. Artinya suatu kebudayaan yang muncul di luar masyarakat Islam atau diciptakan oleh orang luar Islam, tetapi apabila dilihat dari kaca mata Islam sesuai dengan pesan dan nilai Islam dan ada bukri jelas diinspirasi oleh ajaran-ajaran Islam, maka ia dapat dikatakan sebagai kebudayaan Islam. Sebaliknya jika isi kebudayaan berbeda, bahkan bertentangan dengan nilai Islam, maka bukanlah kebudayaan Islam.

Kebudayaan Islam merupakan satu perwujudan dari fungsi manusia di dunia ini, yakni sebagai hamba dan khalifah Allah. Adapun karakteristik kebudayaan Islam adalah:

1. Rabbaniyah (bernuansa Ketuhanan ). Ia bercampur keimanan secara umum dan ketauhidan secara khusus.

2. Akhlaqiyah, yakni tidak ada pemisah antara akhlak dengan ilmu, akhlak dengan perbuatan, akhlak dengan ekonomi, akhlak dengan politik, akhlak dengan peperangan, akhlak dengan semua segi kehidupan lainnya.

3. Insaniyah, yakni menghormati manusia, memelihara fitrah, kemuliaan dan hak-haknya. Kebudayaan islam tegak atas asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang dimuliakan oleh Tuhannya

4. ‘Alamiyah

5. Tasamuh. Islam tidak mewajibkan orang non islam yang didup dalam naungan kebudayaannya untuk menjalankan syariat Islam. Islam tidak memaksa orang lain untuk masuk ke dalam lingkungan kebudayaan islam kebudayaan yang berketuhanan, kemanusiaan, dan bernuansa akhlak

Prinsip-prinsip kebudayaan dalam Islam merujuk pada sumber ajaran Islam yaitu:

1. Menghormati akal. Manusia dengan akalnya bisa membangun

(7)

2. Memotivasi untuk menuntut dan mengembangkan ilmu. Firman Allah Swt :”Allah akan mengangkat (derajad) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajad” (Qs, aL-Mujadalah, 58:11).

3. Menghindari taklid buta. Kebudayaan Islam hendaknya mengantarkan umat manusia untuk tidak menerima sesuatu sebelum diteliti.

Sebagaimana telah difirmankan Allah Swt: “Dan janganlah kamu mengikuti dari sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani semua itu akan dimintai

pertanggungjawaban” (QS, al-Isra, 17:36).

4. Tidak membuat pengrusakan. Firman Allah Swt: “Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan” (Qs, al-Qhasash, 28:77).

Islam membagi kebudayaan menjadi tiga macam :

1. Kebudayaa yang tidak bertentangan dengan Islam. Dalam kaidah fiqih disebutkan : “al-Adatu-muhakkamatun” artinya bahwa adat istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat, yang merupakan bagian dari budaya manusia, mempunyai pengaruh di dalam penentuan hukum. Tetapi yang perlu dicatat, bahwa kaidah tersebut hanya berlaku pada hal-hal yang belum ada ketentuannya dalam syariat Islam.

2. Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam, kemudian direkonstruksi sehingga menjadi kebudayaan Islami.

3.Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam. Seperti, budaya Ngaben yang dilakukan oleh masyarakat Bali. Yaitu upacara pembakaran mayat yang diselenggarakan dalam suasana yang meriah dan gegap gempita, dan secara besar-besaran. Umat Islam tidak boleh mengikutinya bahkam Islam melarangnya karena kebudayaan seperti itu merupakan kebudayaan yang tidak mengarah kepada kemajuan adab, dan persatuan, serta tidak

mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia, sebaliknya justru merupakan kebudayaan yang menurunkan derajat kemanusiaan. Karena mengandung ajaran yang menghambur-hamburkan harta untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan menghinakan manusia yang sudah meninggal dunia (Ahmadzain, 2006/12/08).

2.3 Masjid sebagai Pusat Peradaban Islam

Secara etimologi, masjid adalah tempat untuk sujud. Secara terminologi, masjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan aktivitas ibadah dalam arti luas (Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993:295).

(8)

sebagai pusat peradaban. Oleh sebab itu, masjid oleh umat Islam dijadikan sebagai simbol persatuan umat. Sejak Nabi Muhammad saw mendirikan masjid pertama kali, fungsi masjid masih orisinil kokoh sebagai pusat peribadatan dan peradaban.

Menurut Athiyah al-Abrasyi, umat Islam telah memanfaatkan masjid untuk tempat ibadah dan sebagai lembaga pendidikan dan pengetahuan Islam dan pendidikan keagamaan, di mana dipelajari kaidah-kaidah Islam, hukum-hukum agama, sebagai tempat pengadilan, sebagai tempat pertemuan bagi pemimpin-pemimpin militer, dan bahkan sebagai istana tempat menerima duta asing. Pendek kata masjid dijadikan sebagai pusat kerohanian dan sosial politik. (Athiyah al-Abrasyi, 1984:58).

Namun, kondisi masjid-masjid saat ini sudah sangat berbeda. Fungsi masjid mulai menyempit, orang banyak menggunakan masjid hanya untuk ibadah-ibadah ritual semata. Fungsi masjid dapat lebih efektif jika di dalamnya

disediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan, seperti :

1. Perpustakaan, yang menyediakan berbagai buku bacaan dengan berbagi disiplin ilmu.

2. Ruang diskusi, yang digunakan untuk berdiskusi sebelum atau sesudah sholat berjama’ah.

3. Ruamg kuliah, yang bisa juga digunakan untuk pelatihan-pelatihan remaja masjid

(Muhaimin & Abdul Mujib, 1993:296).

Dilihat dari pertumbuhannya, jumlah masjid di Indonesia dari tahun ke tahun kian bertambah. Tetapi secara jujur diakui bahwa fungsionalisasinya belum optimal. Salah satu jalan untuk memfungsikannya secara maksimal adalah dengan menumbuhkan kesadaran umat akan pentingnya peranan masjid untuk

mencerdaskan dan mensejahterakan jama’ahnya. Peran masjid perlu dioptimalkan. Sebab, menurut Islam masjid mempunyai fungsi utama yang bertitik pusat kepada pusat pembinaan umat manusia, yaitu sebagai pusat ibadah ritual dan ibadah sosial (Sudrajat Ajat, 2008:232).

2.4 Nilai-nilai Islam dalam Kebudayaan Indonesia

(9)

Nabi Muhammad Saw. Adalah seorang Rasul Allah dan harus diingat bahwa beliau adalah orang Arab. Dalam kajian budaya sudah barang tentu apa yang ditampilkan dalam perilaku kehidupannya terdapat nilai-nilai budaya lokal. Sedangkan nilai-nilai Islam itu bersifat universal. Maka dari itu sangat

dimungkingkan apa yang dicontoh oleh Nabi dalam hal mu’amalah ada nuansa-nuansa budaya yang dapat kita aktualisasikan dala kehidupn modern dan

disesuaikan dengan muatan budaya lokal masing-masing. Contohnya dalam cara berpakaian dan cara makan. Dalam ajaran Islam sendiri meniru budaya satu kaum boleh-boleh saja sepanjang tidak bertengtangan dengan nilai-nilai dasar Islam. Apalagi yang ditirunya adalah panutan suci Nabi Muhammad Saw, namun yang tidak boleh adalah menganggap bahwa nilai-nilai budaya Arabnya dipandang sebagai ajaran Islam.

Dalam perkembangan dakwah Islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh para Wali di tanah jawa. Karena kehebatan para wali Allah dalam mengemas ajaran Islam dengan bahasa budaya setempat, sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah masuk dan menjadi tradisi dalam kehidupan sehari hari mereka.

2.5 Sejarah Intelektual Islam

Pada masa awal perkembangan Islam, sistem pendidikan dan pemikiran yang sistematis belum terselenggara karena ajaran Islam tidak diturunkan

sekaligus. Namun ayat Al-Quran yang pertama kali turun dengan jelas meletakkan fondasi yang kokoh atas pengembangan ilmu dan pemikiran dalam Islam. Sejarah intelektual Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga masa :

 Masa Klasik, yang terjadi antara tahun 650-1250 M.

Pada masa ini kemajuan umat Islam dimulai sejak dilakukannya ekspansi oleh dinasti Ummayah. Ekspansi ini menimbulkan pertemuan dan persatuan berbagai bangsa, suku dan bahasa, yang menimbulkan kebudayaan dan peradaban yang baru.

1. Dalam bidang hukum Islam, muncul ulama mazhab seperti Imam Hanafi, Imam Syafi’i, dan Imam Malik.

2. Dalam bidang filsafat, muncul AL-Kindi (801), sebagai filosof Arab pertama, yang berharap agar kaum muslimin menerima filsafat sebagai bagian kebudayaan Islam, sebab filsafat tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Al-Razi (865) dan al-Farabi (870), mereka dikenal sebagai

(10)

al-Ma’mun (813-833) terkenal sebagai raja yang cendekiawan, karena perhatiannya terhadap ilmu pengetahuan sangat besar. Selain itu dinasti Umayyah di Spanyol yang didirikan Abdurrahman, yang lolos dari kejaran Bani Abbasiyah pada tahun 750 M. mendirikan pusat pemerintahan di Cordova, masjid, universitas, dan perpustakaan yang berisi ribuan buku sebagai pusat pengembangan budaya islam.

Di Mesir seorang Jenderal kekhalifahan Fathimiyah yang bernama Jasuhar as-Saqili, mendirikan masjid al-Azhar di Cairo pada tahun 972 M, yang kemudian menjadi Universitas al-Azhar. Disamping itu didirikan juga Darul Hikmah sebagai pusat kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan. (Sudrajat Ajat, 2008:228)

 Masa Pertengahan (1250-1800)

 Kemajuan dan Kemunduran Khilafah Abbasiyah

 Kamajuan dalam hal ini mengalami kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat

pesat karena beberapa faktor seperti: 1. Faktor Politik

 Pindahnya ibu kota negara dari syam ke Irak dan Baghdad. Baghdad

pada masa itu merupakan kotayang paling tinggi kebudayaannya.

 Banyaknya cendekiawan yang diangkat menjadi pegawai pemerintah

dan istana. 2. Faktor Sosiografi

 Meningkatkan kemakmuran umat islam pada waktu itu.

 Luasnya wilayah kekuasan islam menyababkan banyak orang Persia

dan Romawi yang masuk islam kemudian menjadi muslim yang taat. Hal ini menyebabkan perkawinan campuran yang melahirkan

keturunan yang tumbuh memadukan kebudayaan yang berbeda.

 Aktivitas Ilmiah

1. Penyusunan buku-buku ilmiah, berjalan melalui tiga fase yaitu pertama adalah pencatatan pemikiran atau hadis atau hal-hal lain pada kertas kemudian dirangkap. Kedua pembukuan dan yang ketiga penyusunan dan pengaturan kembali buku. 2. Penerjemahan merupakan aktivitas yang paling besar

peranannya dalam mentrasfer ilmu pengetahuan yang berasal dari buku-buku bahasa asing ke dalam bahasa Arab.

3. Setelah penerjemahan dilakukan penjelasan dan pengeditan.

 Kemajuan Ilmu Pengetahuan

 Kemajuan ilmu agama yaitu ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu kalam dan ilmu

fikih, serta kamajuan ilmu umum. (Munthoha dkk, 1998:36)

 Kemunduran

(11)

dalam islam.akibat menjauhnya umat Islam dari filsafat timbul kecenderungan akal yang dipertentangkan dengan wahyu, iman dengan ilmu, dunia dengan akhirat. Awal kemunduran ilmu pengetahuan dan filsafat dalam Islam yaitu adanya perdebatan di kalangan para filosof muslim, juga terjadi terjadi perdebatan diantara fuqoha (ahli fiqih) dengan para teolog (ahli ilmu kalam). Pemikiran yang berkembang saat itu adalah pemikiran dikotomis yang membedakan agama dengan ilmu, dan urusan dunia dengan akhirat. (Sudrajat Ajat, 2008:229)

 Masa Modern

Periode ini merupakan masa kebangkitan umat Islam. Mereka menyadari ketertinggalannya dengan barat. Ini disebabkan karena umat Islam meninggalkan tradisi klasik, yang kemudian diadopsi dan dikembangkan oleh barat. Para penguasa, ulama dan intelektual muslim mulai mencari jalan untuk

mengembalikan umat Islam ke zaman kejayaan yaitu dengan cara:

1. Memurnikan ajaran Islam dari unsur-unsur yang menjadi penyebab kemunduran umat Islam.

2. Menyerap pengetahuan barat untuk mengimbangi pengetahuan mereka. 3. Melepaskan diri dari penjajahan bangsa barat.

Dalam prakteknya tidak semua alternative diterima oleh umat Islam. Karena dari sisi pemikiran, realitas yang terjadi adalah umat Islam cenderung menjadi imitator, bahkan aplikator model barat. Di samping itu dalam konteks

pembangunan social politik dan ekonomi Negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam tidak bisa lepas dari konteks makro yaitu barat sebagai decisiom maker nya dan yahudi sebagai pengendalinya. Namun upaya untuk maju akan terus dilakukan oleh umat Islam.

(12)

Kebudayaan merupakan pengembangan akal dari manusia, karena peradaban yang semakin modern maka banyak kebudayaan-kebudayaan yang melenceng dari agama. Agama sebagai pedoman untuk pengembangan akal budi manusia agar tidak melenceng dari aturan-aturan yang telah ada dalam agama.

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Munir Mulkhan. Ideologi Gerakan Dakwah. Episode Gerakan M. Natsirdan Azhar Basyir (Yogyakarta: Sipress, 1996).

Athiyah Al-Barasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1984).

(13)

Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam : Studi Kritis dan Refleksi Historis (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997).

Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia, 1976).

Wardiman Djojonegoro, “Pembinaan Nilai Islam dalam Pengembangan Budaya Nasional” dalam Aswab Mahasin dkk., Ruh Islam dalam Budaya Bangsa: Wacana Antar Agama dan Bangsa (Jakarta: Bina Rena Pariwara,1996).\ Yusuf Al-Qardhawy, Islam Inklusif dan Eksklusif, terj. Nabhani Idris (Jakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Filsafat Islam muncul sebagai imbas dari gerakan penerjemahan besar- besaran dari buku-buku peradapan Yunani dan peradaban-peradaban lainnya pada masa kejayaan Daulah

Dengan demikian Islam tidaklah datang untuk menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam menginginkan

Karena itulah bagaimana homoseksual dalam pandangan psikologi Islam maka disebutkan bahwa perbuatan homoseksual telah bertentangan dengan fitrah yang diciptakan Allah

Dak"ah "ah dil dilaku akukan kan aga aga& & a3a a3a&an &an-a3a -a3a&an &an Isl Islam am ben bena&- a&-ben bena& a& dik

MAKALAH SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM PERADABAN ISLAM PADA MASA MODERN1.

Kebanyakan orang dewasa akan mengakui bahwa matematika adalah sebuah mata pelajaran yang penting, tetapi hanya sedikit yang memahami apa sebenarnya

memeluk Islam bahkan dia boleh menganut agamanya tetapi dia tidak boleh menzahirkan syiar-syiar agamanya dalam negara Islam kerana negara Islam adalah negeri Tauhid bukan

Dalam bidang filsafat, muncul AL-Kindi (801), sebagai filosof Arab pertama, yang berharap agar kaum muslimin menerima filsafat sebagai bagian kebudayaan Islam, sebab filsafat tidak