TUGAS HUKUM TATA NEGARA
“SOAL DAN JAWABAN”
DOSEN:
Dr. MIRZA NASUTION SH. M.Hum.
DISUSUN:
REZA KURNIA AKBAR
150200332
1. Kenapa hukum dikatakan sebagai produk politik ?
Jawaban:
Karena hukum sebagai variable terpengaruh (dependen variable), sedangkan politik sebagai variabel berpengaruh (independent variable). Hukum dalam arti peraturan, merupakan
kristalisasi dari kehendak-kehendak politik yang saling berinteraksi dan bersaingan. Pendekatan yang dikotomis dalam politik hukum berfungsi untuk melihat konfigurasi politik yang bagaimana dan karakter produk hukum macam apa yang dihasilkan.
variabel politik
1. Konfigurasi politik demokratis, adalah susunan system politik yang membuka kesempatan bagi partisipasi rakyat secara penuh untuk ikut aktif menentukan kebijaksanaan umum.
2. Konfigurasi politik otoriter, adalah susunan system politik yang lebih memungkinkan negara berperan sangat aktif serta mengambil seluruh inisiatif dalam pembuatan kebijaksanaan negara.
Variabel hukum
1. Berkarakter responsif, adalah produk hukum yang mencerminkan rasa keadilan dan memenuhi harapan masyarakat.
2. Berkarakter konservatif atau ortodoks , adalah produk hukum yang isinya lebih mencerminkan visi social elit politik, keinginan pemerintah dan lebih bersifat positivis-instrumentalis, yakni menjadi alat pelaksanaan ideologi dan program negara.
2. Bagaimana kaitan antara Pola Pikir Sistem Hukum Nasional (PPSHN) dan Kerangka Sistem Hukum Nasional (KSHN) ?
Jawaban:
PPSHN dan KSHN merupakan dua hal yang saling memengaruhi dan merupakan satu kesatuan yang utuh dan terpadu. Di satu pihak, PPSHN merupakan dasar dan tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan melalui kegiatann-kegiatan sebagaimana disebutkan di muka. Di lain pihak, wujud, corak, dan tujuan KSHN tidak mungkin terwujud tanpa dilaksanakannya kegiatan-kegiatan yang sebagaimana disebutkan di muka.
3. Apa beda system hukum Indonesia dan system hukum Nasional ?
Jawaban:
Sistem hukum Indonesia adalah suatu sistem dalam bidang hukum yang berlaku pada saat ini di Indonesia. Dari segi materi hukum, banyak peraturan yang merupakan produk Belanda yang sampai saat ini berlaku. Dari segi aparatur hukum adalah yang
sebagaimana terlihat pada saat ini.
4. Bagaimana dinamika sosial-politik dalam perkembangan hukum di Indonesia ?
Jawaban:
Periode Liberallisme (1840-1890)
Perkembangan awal dari masa ini adalah adanya kebijakan untuk membina tata hukum secara sadar, di mana kebijakan unifikasi versus realita dualisme sepanjang abad.
Periode Politik Etis (1890-1940)
Pada periode ini, terdapat beberapa ciri yang ditandai dengan adanya arahan etik dalam kebijakan kolonial pada peralihan adab (1890-1910). Selain itu, ditandai dengan adanya usaha-usaha keras untuk mempertahankan berlakunya hukum adat untuk orang-orang pribumi (1910-1942). Dan hukum untuk anak-anak pribumi dalam kerangka kebijakan kolonial yang baru.
Periode Munculnya Gerakan Dekolonisasi hingga Era Orde Baru (1940-1990)
Adanya perkembangan dan pembangunan hukum di Indonesia pada masa pasca kolonial: masa peralihan (1940-1950). Selain itu ditandai juga dengan adanya perkembangan hukum di Indonesia pasca revolusi fisik pada zaman pemerintahan Presiden Soekarno (1950-1966), dan perkembangan hukum di Indonesia sepanjang masa pemerintahan Orde Baru (1966-1990).
5. Dalam politik perundang-undangan ada yang dinamakan politik hukum baru perda, apa yang dimaksud politik hukum perda?
Jawaban:
Diberlakukakannya UU No.22 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 No.60) tentang Pemerintahan Daerah tanggal 7 Mei 1999 menjadi landasan
berlakunya Politik Hukum Baru Otonomi Daerah termasuk didalamnya diatur tentang masalah Peraturan Daerah (PERDA). Ketentuan tentang Perda dan Keputusan Kepala Daerah dalam UU tersebut diatur dalam pasal 69 sampai dengan pasal 74.
Ketentuan lebih lanjut yang mengatur mengenai Politik Hukum Perda terdapat dalam ketetapan MPR No.III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan. Dalam ketetapan ini, Perda didefenisikan sebagai Peraturan untuk melaksanakan aturan hukum diatasnya dan menampung kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan, yang meliputu sebagai berikut :
1. Perda Provinsi, yang dibuat oleh DPRD Provinsi bersama Gubernur.
3. Peraturan Desa atau yang setingkat, yang dibuat oleh Badan Perwakilan Desa atau yang setingkat, sedangkan tata cara pembuatan Peraturan Desa atau yang setingkat diatur oleh Perda Kabupaten/Kota yang bersangkutan.