• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah filsafat barat modern muhammad

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah filsafat barat modern muhammad "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Filsafat merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat mendasar, sehingga semua disiplin ilmu yang lain akan mendapat pijakan filsafat. Dengan demikian, kajian ilmiah yang terdapat dalam ilmu pengetahuan akan ditemukan hakikat, seluk beluk dan sumber pengetahuan yang mendasarinya.

Pencarian kebijaksanaan bermakna menelusuri hakikat dan sumber kebenaran. Alat untuk menemukan kebijaksanaan adalah akal yang merupakan sumber primer dalam berpikir. Oleh karena itu kebenaran filosofis tidak lebih dari kebenaran berpikir yang rasional dan radikal.

Dalam perkembangan sejarahnya, filsafat terbagi menjadi beberapa zaman sejarah, yaitu Zaman Patristik, Zaman Awal Skolastik, Zaman Keemasan Skolastik, Zaman Akhir Abad Pertengahan, Zaman Modern (1600-1800) dan Zaman Baru (1800-1950 M).

(2)

BAB II

PEMBAHASAN

I. Filsafat Barat Modern abad ke-17 Aliran Idealisme

Idealisme berasal dari kata idea yang berarti sesuatu yang hadir dalam jiwa dan isme yang berarti paham atau pemikiran. Sehingga, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakekat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (roh) Pandangan ini telah dimiliki oleh Plato yang sudah jauh ada sebelum adanya tokoh-tokoh idealisme1.

Idealisme mempunyai argumen epistimologi tersendiri. Penganut aliran idealisme menggunakan argumen yang mengatakan bahwa objek-objek fisik pada akhirnya adalah ciptaan Tuhan. Idealisme secara umum selalu berhubungan dengan rasionalisme yang mengajarkan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dengan akal manusia. Lawan rasionalisme ialah empirisme2 yang mengatakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh melalui akal, akan tetapi dengan pengalaman. Orang-orang empiris amat sulit menerima paham bahwa semua realitas bergantung kepada jiwa atau roh karena pandangan itu melibatkan dogma metafisik atau doktrin yang fokusnya kepada hal-hal yang terlihat nyata maupun abstrak3.

II. Filsafat Barat Zaman Modern abad ke-18

1 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum (Bandung:Remaja Rosda Karya, 2003), hal.144

2Empirisme adalah suatu aliran dalam filosof yang menekankan peranan pengalaman dalam

memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan peranan akal.(Ahmad Syadali, 2004:116)

(3)

Pada abad ke-18, era filsafat semakin berkembang ke arah yang lebih modern, berbeda sekali dengan zaman-zaman sebelumnya, yang filsafat itu sendiri didoktrin oleh gereja, sehingga pembahasan para filsuf tidak jauh dari jiwa atau roh yang didasari oleh doktrin metafisik. Immanuel Kant mendefenisikan zaman itu dengan mengatakan,

“Dengan Aufklarung dimaksudkan bahwa manusia keluar dari keadaan tidak balig yang dengannya ia sendiri bersalah.”

Maksud dari denifisinya itu adalah, manusia itu sendiri bersalah. Mereka mempunyai rasio atau akal yang telah di anugerahkan oleh Tuhan, tetapi mereka tidak menggunakan akalnya sendiri untuk mencari kebenaran4.

1. Pengertian Aufkalerung atau Pencerahan

Banyak para ahli yang berpendapat bahwa zaman aufkalerung itu fase dewasa yaitu masa kelanjutan dari zaman Renaissanance. Aufkalerung berasal dari bahasa Jerman yang berarti “pencerahan” atau dalam bahasa Inggris disebut “Enlighment”. Disebut era pencerahan, karena pada abad ke-17 di Inggris berkembanglah suatu tata negara yang liberal. Oleh karena itu, lambat laun pencerahan tumbuh menjadi keyakinan umum diantara para ahli pikir.

Sikap pencerahan terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat adalah, orang-orang membuang jauh ajaran Descartes. Cita-cita pemikiran pencerahan dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan sampai pada puncaknya yaitu oleh Isaac Newton, yang telah memberikan hukum fisika klasik. Hukum-hukum filsafat itu diterapkan pada ilmu pengetahuan yang lain.

Dari Inggris, gerakan ini dibawa ke Perancis dan dari sana tersebarlah ke seluruh Eropa. Di Perancis gerakan ini bertentangan dengan kemasyarakatan, gereja dan negara sehingga terjadilah konflik.

(4)

Akhirnya Jerman mengikuti jejak Perancis itu. Akan tetapi, di Jerman gerakan aufkalerung ini berjalan lebih damai dan tenang.

Yang menjadi pusat perhatian di Jerman adalah etika. Orang-orang bercita-cita untuk mengubah ajaran kesusilaan yang berdasarkan wahyu menjadi suatu kesusilaan yang berdasarkan kebaikan umum, yang dengan jelas menampakkan perhatian kepada perasaan5.

2. Ciri-ciri Zaman Pencerahan

Abad pencerahan merupakan masa transisi akhir abad pertengahan menuju awal zaman modern, sehingga terjadinya suatu paham dari orang-orang intelektual Eropa yang mem percayai bahwa penggunaan akal pikir akan membimbing manusia untuk menemukan hukum-hukum alam yang semuanya bisa memberi pencerahan. Ciri-ciri abad pencerahan, yaitu:

 Penduniawian Terhadap Ajaran

Para filsuf dan tokoh agama abad pertengahan menafsirkan alam semesta dengan manusia berdasarkan kitab-kitab suci, sedangkan orang-orang pencerahan lebih cenderung kepada ilmu pasti. Para pemikir abad pencerahan berkeyakinan bahwa gerbang menuju kebenaran bukanlah berdasarkan wahyu, tetapi lebih kepada ilmu pasti, logika, dan pemikiran.

 Keyakinan Pada Pemikiran

Zaman pencerahan merupakan abad keyakinan pada tingkat rasional dari alam dan pada hukum-hukum ilmiah. Pemikiran manusia adalah suatu penentu yang berkuasa penuh pada suatu hal, dan manusia telah ditentukan untuk menggunakan kemampuan intelektualnya dalam mengupas kegaiban alam dan juga pemikirannya sendiri.

 Paham Serba Guna

Jiwa tokoh zaman pencerahan bersifat serbaguna dan praktis. Manusia harus mencapai kebahagiaan dan kesejahteraannya sendiri, sehingga

(5)

terbentuklah paham tentang martabat manusia. Manusia bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, bukan kepada Tuhan. Manusia berhak mencari dan mengumpulkan kekayaan demi kebahagiaan, pikirannya bersifat serbaguna dan praktis dengan menempatkan kemajuan ilmu dan teknologi dapat meraih kemakmuran, sehingga muncullah paham tentang hak atas kebahagiaan.

 Optimisme atau Percaya Diri Sendiri

Orang-orang pencerahan sangat yakin, percaya penuh akan kemampuan mereka untuk menemukan hukum-hukum alam sesuai dengan pendapat mereka melalui ilmu pengetahuan yang bersifat alamiah, dan mereka yakin melalui penyelidikan dan penelitian akan dapat mengungkap rahasia-rahasia alam6.

3. Tokoh-tokoh Penting Zaman Pencerahan

Zaman Pencerahan tidak akan terjadi jika tidak ada filsuf yang berkontribusi dalam terjadinya era baru. Tokoh-tokoh yang sangat berperan dalam abad pencerahan, yaitu:

a. George Berkeley

Berkeley yang lahir di Irlandia menganut aliran empirisme. Ia dilahirkan pada 12 Maret 1685 di County Kilkenny, Irlandia. Berkeley mengembangkan suatu pandangan tentang pengenalan visual tentang jarak dan ruang. Selain itu, ia juga mengembangkan sistem metafisik yang serupa dengan idealisme untuk melawan pandangan skeptisisme. Inti pandangan filsafat Berkeley adalah tentang "pengenalan". Menurutnya, pengamatan terjadi bukan karena hubungan antara subyek yang mengamati dan obyek yang diamati. Pengamatan justru terjadi karena hubungan pengamatan antara pengamatan indra yang satu dengan pengamatan indra yang lain. Misalnya, jika seseorang mengamati meja, hal itu dimungkinkan karena ada hubungan antara indra pelihat dan indra peraba. Indra penglihatan hanya mampu menunjukkan ada warna meja, sedangkan bentuk meja didapat dari

6 Lestari, Historiografi Abad Pencerahan(2012). Diakses dari

(6)

indra peraba. Kedua indra tersebut juga tidak menunjukkan jarak antara meja dengan orang itu, sebab yang memungkinkan pengenalan jarak adalah indra lain dan juga pengalaman. Dengan demikian, Berkeley mengatakan bahwa pengenalan hanya mungkin terhadap sesuatu yang kongkret.

Pada 1709, Berkeley menerbitkan karya pertamanya yakni, "An Essay towards a New Theory of Vision", dalam karyanya tersebut ia membahas keterbatasan penglihatan manusia dan mengajukan teori bahwa benda yang terlihat bukanlah benda material, tapi cahaya dan warna. Hal tersebut membayangi karya filosofisnya Treatise Mengenai Prinsip Pengetahuan Manusia tahun 1710, setelah penerimaan yang buruk, ia menulis ulang dalam bentuk dialog dan diterbitkan dengan judul Tiga Dialog antara Hylas dan Philonous pada tahun 17137.

b. David Hume

David Hume lahir di Edinburh, Skotlandia, 7 Mei 1711. Ia mempelajari hukum, sastra, dan filsafat di Universitas Edinburgh. Pribadinya lebih tertarik dengan dunia filsafat dibandingkan dengan ilmu yang lain. Ia adalah seorang filsuf empiris. Ia bekerja sebagai Diplomat di Perancis, Italia, Australia, Austria dan Inggris.

Zaman Hume dikenal sebagai “Zaman Akal Budi”. Budi merupakan ide penting yang mungkin menjadi alasan bagi Hume untuk menunjukkan batas-batas akal budi. Pemikirannya lebih mengkritisi keyakinan-keyakinan yang ada. Pada zaman Hume, banyak filsuf Prancis terancam hidupnya karena dinilai terlalu radikal memperjuangkan gagasan mereka.

Model pemikiran Hume bercorak skeptis, di mana ide rasio tidak melebihi pengalaman. Ia sangat menekankan aspek pengalaman daripada rasionalitas dalam menjelaskan segala sesuatu. Ia juga berusaha mengkritisi keyakinan-keyakinan (tradisi) yang sudah ada

7 Muhammad nurdin fathurrahman, George Berkeley-Filsuf Empiris Inggris(2012). Diakses

(7)

sebelumnya. Meski demikian, Hume juga menyadari keterbatasan akal budi untuk mengungkap sesuatu8.

c. Voltaire

Nama aslinya adalah Francois Marie arouet, lahir 21 November 1694 dan meninggal 30 Mei 1778. Ia lebih dikenal dengan nama penanya “Voltaire” yang adalah seorang penulis dan filsuf Perancis pada era Pencerahan. Voltaire dikenal dengan tulisan filsafatnya yang tajam, dukungan terhadap hak-hak manusia, dan kebebasan sipil, termasuk kebebasan beragama dan hak mendapatkan pengadilan. Ia sering menggunakan karyanya untuk mengkritik dogma gereja dan institusi Perancis pada saat itu. Voltaire dianggap sebagai salah satu tokoh yang paling berpengaruh pada zamannya.

Voltaire merupakan salah satu dari dua tokoh filsuf pencerahan Perancis yang paling terkenal, tetapi fokus filsafat mereka tidak tertuju pada metafisika dan epistemologi. Voltaire membatasi perhatiannya pada masalah yang kurang abstrak dan lebih praktis, seperti politik dan pendidikan. Gagasan Voltaire ialah bila manusia ingin merdeka dan bebas dari kungkungan, ia harus melawan segala bentuk dominasi dan pengaruh agama Kristen dan gereja. Bagi Voltaire sumber segala kejahatan dan bencana kemanusiaan di dunia adalah agama yang terorganisir (The root of all evil in the world was organised religion). Agama memaksa manusia mempercayai absurditas, keyakinan supranatural yang tidak masuk akal dan berbuat sesuatu atas nama kehendak tuhan. Voltaire pecaya bahwa semua agama berakar dari ketakutan manusia terhadap kekuatan misterius dari kekuatan alam. Rasa ketakutan ini dieksploitisir oleh pendeta yang merasa menemukan Tuhan, pengontrol semua kekuatan itu. Perintah dan nasehat pendeta harus dipatuhi jika manusia ingin selamat9.

8Stefanus Sylvan, Pokok Pemikiran David Hume-Tokoh Filsafat Modern(2013) diakses

dari www.academia.edu/3055959/Pokok-Pemikiran-David-Hume

9 Michael H Hart, Voltaire 1694-1778 (2012). Diakses dari

(8)

d. Jean Jaques Rousseau

Jean Jacques Rousseau lahir di Geneva, 28 Juni 1712. Ia adalah seorang tokoh filosofis besar, penulis dan juga komposer. Rousseau mengarang sebuah novel yang berjudul Emile atau On Education yang merupakan kunci pokok pendidikan kewarganegaraan yang seutuhnya. Menurut Rousseau, manusia abad pencerahan sudah mengubah dirinya menjadi manusia rasional yang hanya mementingkan faktor material untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Faktor-faktor non-material berupa perasaan dan emosi mengalami pengikisan yang berakibat manusia seolah-olah hanya bergerak menurut rasionya saja. Abad Pencerahan menurut Rousseau adalah abad pesimisme total. Pemikir-pemikir pencerahan, perkembangan teknologi dan sains menyebabkan dekadensi moral dan budaya. Akibatnya, manusia menjadi rakus dan tamak sehingga terjadi kerusakan dan penghancuran besar-besaran bagi keberlangsungan manusia, baik itu alam maupun manusianya sendiri. Oleh sebab itu, Rousseau berpikir bahwa manusia seharusnya kembali pada kehidupannya yang alamiah yang memiliki emosi dan perasaan untuk mencegah dan terhindar dari kehancuran total. Pemikiran ini menjadi cikal bakal dari aliran Romantisme (paham politik yang mengagungagungkan masa lampau) yang berkembang di Eropa10.

e. Immanuel Kant

Immanuel kant lahir di Jerman pada tahun 1724 M. Banyak ahli yang mengatakan bahwa Kant adalah filsuf yang membawa filsafat ke dalam abad baru. Ia merupakan filsuf terbesar dari zaman modern karena kritiknya yang mendalam atas pengetahuan manusia. Kritik ini tertampung dalam buku-buku yang ia karang. Buku-buku yang terpenting atas kritiknya, yaitu:

a) Kritik der Vernunft, 1781, (kritik atas akal murni)

b) Kritik der Praktischen, 1788 (kritik atas akal budi praktis)

10 Anggina Mutiara Hanum, Perkembangan Pemikiran Politik dari Masa Pencerahan Hingga

(9)

c) Kritik der Urteilskraft, 1790 (kritik atas daya pertimbangan)11.

Kant adalah pelopor aliran kritisme. Secara harfiah, kritik berarti “Pemisahan”. Berfikir Kritis, yaitu lebih mendasarkan diri pada nilai-nilai yang lebih tinggi dari pada akal, tetapi tidak mengingkari adanya persoalan-persoalan yang melampaui akal, sehingga akal ada batas-batasnya12. Filsafat Kant lebih kepada pengenalan yang murni dan yang tidak murni, yang pasti dan yang tidak pasti. Maksudnya, filsafatnya sebagai penyadaran atas kemampuan-kemampuan rasio secara objektif. Menurutnya, pemikiran telah mencapai arahnya yang pasti di dalam ilmu pasti, seperti yang telah disusun oleh Newton13.

Tujuan Kant, yaitu menyusun suatu sistem tentang prinsip-prinsip dasar pengetahuan yang berlaku secara mutlak dan umum. Prinsip-prinsip dasar itu tidak berasal dari pengalaman, sebab pengalaman tidak pernah menghasilkan suatu pengetahuan yang mutlak dan umum. Akan tetapi, pengetahuan yang mutlak dan umum itu harus melekat pada akal murni, sehingga program utama Kant adalah menyelidiki akal budi untuk menemukan prinsip-prinsip dasar bagi pengetahuan dalam segala bentuknya14. Ia juga mengupayakan agar filsafat menjadi ilmu pengetahuan yang pasti dan berguna, yaitu dengan membentuk pengertian-pengertian yang jelas dengan bukti yang kuat15.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

11 Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah (Yogjakarta: Kanisius, 1982), hal.

94

12 Asmoro Achmadi, Filsafat Umum(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 119 13 Harun..., Sari Sejarah...,...,op.cit: hal.64

(10)

Di abad ke-18 dimulai suatu zaman baru yang memang telah berakar pada Renaissance dan mewujudkan buah pahit dari rasionalisme dan empirisme. Masa ini disebut dengan masa pencerahan atau Aufklarung yang menurut Immanuel Kant,di zaman ini manusia terlepas dari keadaan tidak baik yang disebabkan oleh kesalahan manusia itu sendiri yang tidak memanfaatkan akalnya. Voltaire menyebut zaman pencerahan sebagai “zaman akal” dimana manusia merasa bebas, zaman perwalian pemikiran manusia dianggap sudah berakhir,mereka merdeka dari segala kuasa dari luar dirinya. Para tokoh era Aufklarung ini juga merancang program-program khusus diantaranya adalah berjuang menentang dogma gereja dan takhayul populer.

Di Jerman hadir sosok Immanuel Kant yang dalam filsafat kritiknya ia bermaksud memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan. Agar maksud itu terlaksana ,orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat sepihak empirisme.

Referensi

Dokumen terkait