• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan makalah Filsafat Immanuel Kan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pembahasan makalah Filsafat Immanuel Kan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Abad ke-18 di Jerman biasa disebut Aufklarung atau zaman modern yang di Inggris dikenal dengan Enlightenment. Pemberian nama ini dikarenakan pada zaman itu manusia mencari cahaya baru dalam rasionya. Immanuel Kant mendefinisikan zaman itu dengan mengatakan Aufklarung, dimaksudkan bahwa manusia keluar dari keadaan tidak baligh (dalam bahasa Jerman disebut Unmundigkeit), yang dengannya ia sendiri bersalah. ”Apa sebabnya manusia itu sendiri yang bersalah? Karena manusia itu sendiri tidak menggunakan kemungkinan yang ada padanya, yaitu rasio. Oleh karenanya semboyan Aufklarung menjadi Sapere Aude! “Hendaklah anda berani berfkir sendiri!” Dengan demikian zaman pencerahan merupakan tahap baru dalam proses emansipasi manusia Barat yang sudah dimulai sejak Renaissance dan Reformasi.

Di Inggris pada zaman itu muncul Deisme, yaitu suatu pendirian pemikir-pemikir yang sungguh menerima adanya Allah, akan tetapi beranggapan bahwa Allah tidak menghiraukan penyelenggaraan dunia. Tokoh zaman pencerahan disini antara lain Hume.

Di Prancis muncul para ensiklopedis, materialis serta tokoh-tokoh seperti, Voltaire (1641-1778), Charles De Montesque (1689-1775) dan Jean Jaqcues Rousseau (1712-1778) yang amat terkenal dengan teori kontrak sosialnya.

(2)

Salah satu filsuf yang mempengaruhi Kant adalah David Hume, seorang filsuf dari Skotlandia. Filsafat David Hume ini merupakan filsafat yang menitik beratkan pengetahuan manusia pada penyerapan inderawinya atau empirisme, sebuah penjelasan tentang hakikat substansi dan suatu sebab. Dengan kata lain filsafat Hume ini membatasi pengetahuan manusia hanya mencapai pada apa yang ada di dunia nyata, yaitu benda-benda yang terlihat dan terserap. Kant tentu tidak setuju dengan filsafat yang menurutnya salah dalam menjelaskan pengetahuan manusia ini, oleh karena itu maka David Hume bisa disebut sebagai filsuf yang membangkitkan gairah berpikirnya Immanuel Kant.

B. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kehidupan Immanuel Kant pada zaman modern?

2. Apa sajakah yang menjadi pokok dalam pemikiran Immanuel Kant?

3. Bagaimana pemikiran kritisisme Immanuel Kant? 4. Apa tujuan filsafat Immanuel Kant?

C. Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kehidupan Immanuel Kant pada zaman modern,

(3)

D. Metode penulisan

Dalam penyusunan makalah ini penulis memakai metode penulisan Study Literature, yaitu dengan cara mengumpulkan referensi dari buku-buku yang berhubungan dengan judul makalah yang penulis angkat.

BAB II PEMBAHASAN

A. Kehidupan Immanuel Kant

Dilihat dari riwayat hidupnya, Immanuel Kant adalah seseorang yang sederhana. Selama hidupnya Kant menetap di Prusia dan mengalami masa peperangan tujuh tahun sewaktu Rusia menaklukkan Prusia Timur. Ia juga hidup dalam masa revolusi Perancis dan masa kejayaan Napoleon. Selama hidupnya jarang sekali ia bepergian lebih dari 70 km dari tempat tinggalnya.

(4)

perubahan ejaan yang menentukan bahwa huruf C juga dibaca seperti S, maka untuk tidak membuat meragukan orang yang mengenalnya, nama itu ditulis seperti yang dikenal orang sekarang. Perubahan itu telah terjadi pada zaman neneknya. Perhatian bagi hal-hal kecil semacam itu antara lain yang mempengaruhi sikap hidup Kant yang serba teliti lebih-lebih dalam hal pembagian waktu, sampai ia terkenal sebagai seorang profesor yang bekerja menurut waktu yang telah ditentukannya.

Dari ibunya Kant mendapat pengaruh agama yang beraliran Pietisme, ialah suatu aliran dalam agama yang menghendaki suatu ketaatan yang mendalam dari para pemeluknya. Itulah sebabnya Kant besar kepercayaannya kepada Tuhan hanya kehadirannya di gereja sangat terbatas pada hari-hari besar agama saja. Akan tetapi ia hidup dalam zaman scepticsim serta membaca karangan-karangan voltaire dan Hume. Akibat dari itu semua ialah bahwa ia memiliki problem: what can we know? (apa yang dapat kita ketahui?), what is nature and what are the the limits of human knowledge? (apakah alam ini dan apakah batas-batas pengetahuan manusia itu?) Sebagian besar hidup nya telah ia pergunakan untuk mempelajari logical process of thought (proses penalaran logis), the external world (dunia eksternal) dan the reality of things (realitas segala yang wujud).

(5)

Ia menanamkan filsafatnya sekaligus mempertanggungkannya dengan dogmatisme.

Karyanya yang terkenal dan menampakkan kritisismenya, ialah kritik der Reinen Vernunft Resion dan Qritique of Pure Reason yang membicarakan Reason dan knowing process yang ditulisnya selama 15 tahun. Buku kedua adalah kritik der practischen vernunft (1781) atau bisa disebut Criticue of Practical Reason alias kritik atas rasio praktis yang menjelaskan filsafat moralnya. Ketiga, buku Kritik der Arteilskraft (1790) atau Critique of Judgment alias kritik atas daya pertimbangan.

Riwayat Pendidikan Immanuel Kant

Pada masa kecilnya Kant mula-mula memasuki Collegium Friedericianum di Koenigsberg dari tahun 1732 sampai tahun 1740. Pada sekolah itu Kant tidak mendapat banyak ilmu pengetahuan alam dan filsafat yang baginya sangat menarik. Kemudian ia pindah ke Universitas di Koenigsberg, mula-mula belajar teologi, tetapi setelah belajar selama enam tahun ia pindah mempelajari filsafat. Pada saat itu ia mulai mendapat pengaruh dari Martin Knutzen, seorang profesor dalam mata kuliah logika dan metafisika dan yang merupakan salah seorang penganut filsafat Wollf. Karena dekatnya dengan Martin Knutzen, Kant diizinkan mempergunakan buku-buku milik Martin Knutzen, sehingga pengaruh itu makin mendalam dan karenanya terangsanglah ia untuk mulai mempelajari ilmu pengetahuan Newton.

(6)

berhasil karena Knutzen dipandang sebagai seorang profesor yang luar biasa, sehingga diambil keputusan kursi Knutzen dibiarkan kosong. Sejak tahun 1764 Kant ditawari menjadi pemegang mata kuliah puisi, tetapi ia menolaknya penawaran semacam itu datang pula dari Universitas Jena, pada tahun 1769, dan ia pun mengambil keputusan yang sama. Selama lima belas tahun sejak ia lulus, ia menjadi dosen luar biasa pada Universitas di Koenigsberg. Di samping itu sejak tahun 1766 ia menjadi asisten perpustakaan, sehingga dari pendapatannya itu ia teringankan dalam hal biaya hidupnya. Jabatan di perpustakaan pada tahun 1772 diserahkan kembali karena ia merasa tidak sesuai dengan bidangnya, apalagi karena sejak tahun 1770 ia diangkat menjadi profesor dalam logika dan metafisika, dan jabatan itu dipegangnya sampai ia meninggal. Mata kuliah itu dibinanyan lebih dari 40 tahun, bahkan di samping mata kuliah itu ia pun memberikan mata kuliah lain, diantaranya geografi, antropologi, teologi, dan filsafat moral.

B. Tiga Pokok Pemikiran Immanuel Kant

Immanuel Kant seorang filsuf termasyhur dari Jerman memiliki tiga pokok pemikiran yang harus diketahui terlebih dahulu, dikarenakan pemikirannya begitu original dan terlihat berbeda dari pemikiran para filsuf sebelumnya terutama berangkat dari filsuf Inggris bernama David Hume, berikut ini pokok pemikirannya:

(7)

yang kita ketahui adalah sama dengan akal dan logis, namun Kant memberi definisi berbeda. Pada Kant istilah “rasioâ€/ rasio memiliki arti yang baru, bukan lagi sebagai langsung kepada pemikiran, tetapi sebagai sesuatu yang ada “di belakang” akal budi dan pengalaman inderawi. Dari sini dapat dipilah bahwa ada tiga unsur: akal budi (Verstand), rasio (Vernunft), dan pengalaman inderawi.

2. Dalam filsafatnya Kant mencoba untuk mensinergikan antara rasionalisme dan empirisme. Ia bertujuan untuk membuktikan bahwa sumber pengetahuan itu diperoleh tidak hanya dari satu unsur saja melainkan dari dua unsur yaitu pengalaman inderawi dan akal budi. Pengetahuan a-priori merupakan jenis pengetahuan yang datang lebih dulu sebelum dialami, seperti misalnya pengetahuan akan bahaya, sedangkan a-posteriori sebaliknya yaitu dialami dulu baru mengerti misalnya dalam menyelesaikan Rubix Cube. Kalau salah satunya saja yang dipakai misalnya hanya empirisme saja atau rasionalisme saja maka pengetahuan yang diperoleh tidaklah sempurna bahkan bisa berlawanan. Filsafat Kant menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan gabungan (sintesis) antara keduanya.

(8)

mengarahkan diri kepada subjek. Kant dapat dikatakan sebagai seorang revolusioner karena dalam ranah pengetahuan ia tidak memulai pengetahuan dari objek yang ada tetapi dari yang lebih dekat terlebih dahulu yaitu si pengamat objek (subjek).

Dengan ini tambah lagi salah satu fungsi filsafat yaitu membongkar pemikiran yang sudah dianggap mapan dan merekonstruksikannya kembali menjadi satu yang fresh, logis, dan berpengaruh.

C. Pemikiran Kritisisme Immanuel Kant

Filsafat yang dikenal dengan kritisisme adalah filsafat yang diintrodusir oleh Immanuel kant. Kritisisme adalah filsafat yang memulai perjalanannya dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas rasio (Khuza’i, 2007:25). Perkembangan ilmu Immanuel Kant mencoba untuk menjebatani pandangan Rasionalisme dan Empirisisme, teori dalam aliran filsafat Kritisisme adalah sebuah teori pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan kedua macam unsur dari filsafat Rasionalisme dan disini kekuatan kritis filsafat sangatlah penting, karena ia bisa menghindari kemungkinan ilmu pengetahuan menjadi sebuah dogma.

(9)

1. Apakah yang dapat kita ketahui? 2. Apakah yang boleh kita lakukan?

3. Sampai di manakah pengharapan kita? 4. Apakah manusia itu?

Ciri-ciri kritisisme dapat disimpulkan dalam tiga hal:

1. Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada objek.

2. Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat sesuatu; rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.

3. Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan unsur anaximanes apriori yang berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur aposteriori yang berasal dari pengalaman yang berupa materi.

Kritik atas rasio murni :

(10)

Kant berusaha menjelaskan bahwa pengalaman manusia merupakan paduan antara sintesa unsur-unsur apriori dengan unsur-unsur aposteriori.

Walaupun Kant sangat mengagumi empirisme Hume, empirisme yang bersifat radikal dan konsekuen, maupun ia tidak menyetujui skeptisisme yang dianut Hume dengan kesimpulannya bahwa dalam ilmu pengetahuan kita tidak mampu mencapai kepastian. Pada waktu Kant hidup sudah menjadi jelas bahwa ilmu pengetahuan alam yang dirumuskan oleh newton memperoleh sukses besar. Hukum-hukum ilmu pengetahuan berlaku selalu dan dimana-mana, misalnya air mendidih dalam 100 C, selalu begitu dan begitu dan begitulah di mana-mana. Yang menjadi soal adalah, bagaimana hal itu mungkin terjadi? Syarat-syarat manakah yang harus terpenuhi untuk menjadikan ilmu pengetahuan alam dapat menghasilkan pengetahuan yang begitu mutlak dan perlu pasti? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Kant mengadakan revolusi Filsafat. Ia berkata bahwa ia mau mengusahakan suatu “Revolusi Kopernikan”, berarti suatu revolusi yang dapat dibandingkan dengan perubahan revolusioner yang dijadikan covernicus dalam bidang astronomi. Dahulu para filsuf telah mencoba memahami pengenalan dengan mengandaikan bahwa si subjek mengarahkan diri kepada objek. Kant mengerti pengenalan dengan berpangkal dari anggapan bahwa objek mengarahkan diri kepada subjek. Sebagaimana copernicus menetapkan bahwa bumi berputar sekitar matahari dan bukan sebaliknya, demikian pula Kant memperlihatkan bahwa pengenalan berpusat pada subjek bukan objek. Kant membedakan tiga taraf atau tingkat pengenalan pada taraf indera, akal dan rasio.

(11)

Di atas sudah dikatakan bahwa pengenalan merupakan sintesa antara unsur apriori dengan unsur aposteriori. Unsur apriori memainkan peranan bentuk, dan unsur aposteriori memainkan peranan materi. Menurut Kant, unsur apriori itu sudah terdapat pada indera. Ia berpendapat bahwa pengetahuan indrawi selalu ada dua bentuk apriori, yaitu ruang dan waktu. Jadi, ruang tidak merupakan ruang kosong, di mana benda-benda diletakan; ruang tidak merupakan “ruang dalam dirinya” (ruangan sincli). Dan waktu bukan merupakan suatu arus tetap, dimana penginderaan-penginderaan bisa diciptakan. Keduanya merupakan bentuk apriori sensibilitas. Atau dengan kata lain perkataan, kedua-duanya berakar dalam satu struktur subjek sendiri.

Pendirian tentang pengenalan inderawi ini mempunyai implikasi yang penting. Memang ada suatu realitas, terlepas dari subjek, Kant berkata: memang ada das Ding an Sich selalu tinggal suatu X yang tidak dikenal. Kita hanya mengenal gejala-gejala (Erschenungen), yang selalu merupakan sintesa antara hal-hal yang datang dari luar dengan bentuk ruang dan waktu itulah yang disebut gejala atau penampakan (fenomenon). Hanyalah gejala yang dikenal, sedangkan benda dalam dirinya sendiri tinggal suatu x, tetapi tidak dikenal (numena).

 Taraf Akal budi

(12)

indah yang terdiri dari bentuk dan materi. Materi adalah data-data inderawi dan bentuk adalah apriori, yang terdapat pada akal budi. Bentuk-bentuk apriori ini dinamakan Kant dengan istilah “kategori”.

Menurut Kant ada 12 kategori, tetapi yang terpenting dapat disebut di sini hanya dua kategori saja, yaitu substansi dan kausalitas. Jika kita umpamakan membentuk putusan bahwa A menyebabkan B, maka sahnya putusan itu tidak berlangsung berasal dari realitas, melainkan kita harus memikirkan hubungan antara data A dan data B berdasarkan ketegori kausalitas (sebab-akibat). Maksud Kant kiranya dapat diterangkan sedikit dengan perumpamaan berikut: jika seorang tertentu memakai kacamata yang kacanya berwarna merah, maka ia melihat segala benda berwarna merah. Tentu itu tidak berarti bahwa benda-benda itu sendiri berwarna merah. Keadaan tersebut disebabkan karena jalan melalui mana pengalaman dilakukan (jalan pengalaman yang ditempuh), memuat suatu faktor (kacamata berwarna merah) yang karenanya (karena faktor itu) ia terpaksa hanya bisa melihat hal-hal yang berwarna merah. Demikian hanyalah dengan akal budi kita. Akal budi mempunyai struktur sedemikian rupa, sehingga terpaksa mesti memikirkan data-data inderawi sebagai substansi atau menurut ikatan sebab akibat atau menurut kategori lainnya. Dengan demikian, Kant sudah menjelaskan shahihnya ilmu pengetahuan alam. Sekarang kita mengerti juga bahwa Kant betul-betul mengadakan suatu revolusi kopernikan.

(13)

Tugas rasio adalah menarik kesimpulan dari keputusan-keputusan. Dengan kata lain, rasio mengadakan argumentasi-argumentasi. Seperti akal budi menggabungkan data-data inderawi dengan mengadakan putusan-putusan, demikian rasio menggabungkan putusan-putusan. Kant memperlihatkan bahwa rasio membentuk argumentasi-argumentasi itu dengan dipimpin oleh tiga ide: jiwa, dunia dan Allah. Apa yang dimaksud dengan ide menurut Kant ialah suatu cita-cita yang menjamin kesatuan terakhir dalam bidang gejala-gejala psikis (jiwa), dalam bidang kejadian-kejadian jasmani (dunia) dan dalam bidang segala-galanya yang ada (Allah). Ketiga ide-ide tersebut mengatur argumentasi-argumentasi kita tentang pengalaman, tetapi ketika ide sendiri tidak termasuk pengalaman kita. Karena kategori akal budi hanya berlaku untuk pengalaman, kategori-kategori itu tidak dapat diterapkan pada ide-ide. Tetapi justru itulah yang diusahakan oleh metafisika. Misalnya, metafisika membuktikan bahwa Allah adalah penyebab pertama alam semesta. Tetapi dengan itu metafisika melewati batas-batas yang ditentukan untuk pengenalan manusia. Adanya Allah dan immortalitas jiwa tidak dapat dibuktikan, sekalipun metafisika senantiasa berusaha demikian. Usaha metafisika itu sia-sia. Uraian yang panjang lebar dikemukakan oleh Kant untuk memperlihatkan kepada kita bahwa bukti-bukti untuk adanya Allah yang diberikan dalam filsafat bersifat kontradiktoris.

(14)

tentang Trancendental Aeshethic yang merupakan Trancendental Philosophy, di sini artinya apriori. Trancendental aesthethic ini membicarakan ruang dan waktu. Bagian kedua dari trancendental aesthethic ini adalah bagian trancendental analytic (tahli liy) dan trancendental dialectic (jadaliy). Yang terpenting dapat membuktikan keterbatasan kemampuan rasio manusia ialah trancendental logic bagian kedua, yaitu trancendental dialectic yang dinamakan antinomy of pure reason yang berjumlah empat dan terdiri dari masing-masing tesis dan antitesis yang dalam bahasa arab di pakai istilah tana qudat al-aql al-kha lish.

Kritik atas rasio praktis

(15)

beranggapan bahwa ada tiga hal yang harus disadari sebaik-baiknya bahwa ketiga hal itu dibuktikan, hanya dituntut. Itulah sebabnya Kant menyebutnya ketiga postulat dari rasio praktis. Ketiga postulat dimaksud itu ialah:

1. Kebebasan kehendak, 2. Immoralitas jiwa, 3. Adanya Allah.

Jadi, apa yang tidak dapat ditemui atas dasar rasio teoritis harus diandaikan atas dasar rasio praktis. Tetapi tentang kebebasan kehendak, immoralitas jiwa dan adanya Allah kita semua tidak mempunyai pengetahuan teoritis. Menerima ketiga postulat tersebut dinamakan Kant sebagai glaube alias kepercayaan. Maka dari sinilah kita bisa melihat Kant sebagai filsuf yang mengulik filsafat untuk memperteguh keimanannya; keimanan kristianinya. Coba bandingkan dengan filsuf islam seperti ibn Rusyd yang berupaya menjadikan filsafat sebagai alat penguat keimanan sebagaimana yang tampak dalam kitabnya Fasl Maqa’l Fii masyarakat bayn Hikmat wa al-Shari’at min al-ittisal!.

Kritik atas daya pertimbangan

(16)

Kalau finalitas bisa bersifat subjektif, manusia mengarahkan objek pada diri manusia itu sendiri. Inilah yang terjadi di dalam pengalaman estetis (seni). Pengalaman estetis itu diselidiki dalam bagian pertama bukunya, yaitu berjudul Kritik der Astheischen Urteilskraft. Dengan finalitas yang bersifat objektif dimaksudkan keselarasan satu sama lain dari benda-benda alam. Finalitas dalam alam itu diselidiki dalam bagian kedua, yaitu kritik der Theologischen Unteilskraft.

D. Tujuan Filsafat Immanuel Kant

Melalui filsafatnya Kant bermaksud memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan. Agar maksud itu terlaksana, orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat sepihak emfirisme. Rasionalisme mengira telah menemukan kunci bagi pembukaan realitas pada diri subjeknya, lepas dari pengalaman. Adapun empirisme mengira telah memperoleh pengetahuan dari pengalaman saja. Ternyata bahwa empirisme, sekalipun dimulai dengan ajaran yang murni tentang pengalaman, tetapi melalui idealisme subjektif bermuara pada suatu skeptisisme yang radikal. Kant bermaksud mengadakan penelitiaan yang kritis terhadap rasio murni.

Menurut Hume, ada jurang yang lebar antara kebenaran-kebenaran rasio murni dengan realitas dalam dirinya sendiri. Menurut Kant, syarat dasar bagi segala ilmu pengetahuan adalah:

a. Bersifat umum dan mutlak,

(17)

BAB III PENUTUPAN Kesimpulan

Abad ke-18 di Jerman biasa disebut Aufklarung atau zaman modern yang di Inggris dikenal dengan Enlightenment. Pemberian nama ini dikarenakan pada zaman itu manusia mencari cahaya baru dalam rasionya. Dan tokoh filosof dari Jerman yang terkenal pada saat itu adalah Immanuel Kant.

Immanuel Kant dilahirkan di Koenigsberg, suatu kota di Prusia Timur, Jerman pada tanggal 22 April 1724, dari keluarga pembuat dan penjual alat-alat dari kulit untuk keperluan menunggang kuda.

(18)

Akan tetapi ia hidup dalam zaman scepticsim serta membaca karangan-karangan voltaire dan Hume. Akibat dari itu semua ialah bahwa ia memiliki problem: what can we know? (apa yang dapat kita ketahui?), what is nature and what are the the limits of human knowledge? (apakah alam ini dan apakah batas-batas pengetahuan manusia itu?)

Kehidupannya sebagai filsuf dibagi dalam dua periode: zaman pra-kritis dan zama kritis. Pada zaman pra-kritis ia menganut pendirian rasionalis yang dilancarkan oleh Wolft. Tetapi karena terpengaruh oleh Hume, berangsur-angsur Kant meninggalkan rasionalisme.

Karyanya yang terkenal dan menampakkan kritisismenya, ialah kritik der Reinen Vernunft Resion dan Qritique of Pure Reason yang membicarakan Reason dan knowing process. Buku kedua adalah kritik der practischen vernunft (1781) atau bisa disebut Criticue of Practical Reason alias kritik atas rasio praktis yang menjelaskan filsafat moralnya. Ketiga, buku Kritik der Arteilskraft (1790) atau Critique of Judgment alias kritik atas daya pertimbangan.

Tiga Pokok Pemikiran Immanuel Kant:

1. Kritik pada taraf: Panca indera, akal budi dan rasio,

2. Dalam filsafatnya Kant mencoba untuk mensinergikan antara rasionalisme dan empirisme,

3. Dari sini timbullah bahwa Kant adalah seorang Kopernikan dalam bidang filsafat.

(19)

Kritisisme adalah filsafat yang memulai perjalanannya dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas rasio (Khuza’i, 2007:25).

Immanuel Kant mencoba untuk menjebatani pandangan Rasionalisme dan Empirisisme, teori dalam aliran filsafat Kritisisme adalah sebuah teori pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan kedua macam unsur dari filsafat Rasionalisme dan disini kekuatan kritis filsafat sangatlah penting, karena ia bisa menghindari kemungkinan ilmu pengetahuan menjadi sebuah dogma.

Ciri-ciri kritisisme dapat disimpulkan dalam tiga hal:

1. Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada objek.

2. Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat sesuatu; rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.

3. Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan unsur anaximanes apriori yang berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur aposteriori yang berasal dari pengalaman yang berupa materi.

Kritisime Immanuel Kant meliputi:  Kritik atas rasio murni:

 Taraf indera,

 Taraf akal budi,

 Taraf rasio.

 Kritik atas rasio praktis,

(20)

Tujuan Filsafat Immanuel Kant

Melalui filsafatnya Kant bermaksud memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan. Agar maksud itu terlaksana, orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat sepihak emfirisme.

DAFTAR PUSTAKA

(21)

Khuza’i, Rodliyah. 2007. Dialog Epistimologi Mohammad Iqbal dan Charles S. Peirce. Bandung: PT. Refika Aditama.

Referensi

Dokumen terkait

Pembahasan tentang ilmu ekonomi dari perspektif filsafat ilmu pengetahuan berkaitan dengan apakah ilmu ekonomi memiliki klaim kuat sebagai sebuah disiplin ilmu tertentu

Filsafat Neo Marxisme (atau yang sering disebut ‘Teori Kritis’) adalah aliran filsafat Kontemporer yang berdasarkan filsafat Marx, dan melampaui Marx dalam menghadapi

Pembahasan melingkupi berbagai pandangan filosofis menurut Islam dan Barat tentang hakikat manusia, ilmu pengetahuan, kebenaran, dan nilai serta berbagai aliran filsafat

Immanuel kant lahir di Jerman pada tahun 1724 M. Banyak ahli yang mengatakan bahwa Kant adalah filsuf yang membawa filsafat ke dalam abad baru. Ia merupakan filsuf terbesar

Menganalisis perubahan peradigma lama secara teori, konsep dan aplikasi secara filsafat ilmu dan kemajuan ilmiah baik secara ontologi, epistemologi dan aksiologi dalam

E pistemology adalah pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh; apakah dari akal pikiran (aliran rasionalisme), dari

 Perkembangan filsafat pada abad ke 19 yang Perkembangan filsafat pada abad ke 19 yang mengarah pada filsafat ilmu pengetahuan, mengarah pada filsafat ilmu pengetahuan,

Kompetensi Dasar Memahami pengertian filsafat, perbandingan filsafat ilmu dan agama, sejarah filsafat, obyek filsafat, cabang utama filsafat, aliran-aliran filsafat, dan perkembangan