• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Filsafat Ilmu.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Filsafat Ilmu.pdf"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang A. Latar Belakang

Filsafat sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berusaha mencari kebenaran Filsafat sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berusaha mencari kebenaran telah memberikan banyak pelajaran, misalnya tentang kesadaran, kemauan, dan telah memberikan banyak pelajaran, misalnya tentang kesadaran, kemauan, dan kemampuan manusia sesuai dengan posisinya sebagai makhluk Tuhan untuk kemampuan manusia sesuai dengan posisinya sebagai makhluk Tuhan untuk dipublikasikan dalam kehidupan. Manusia dianugrahi oleh Tuhan berupa akal, daya dipublikasikan dalam kehidupan. Manusia dianugrahi oleh Tuhan berupa akal, daya  pikir,

 pikir, yang yang tidak tidak diberikan diberikan kepada kepada makhluk makhluk lain, lain, maka maka sudah sudah sepantasnya sepantasnya akal akal iniini dipergunakan semaksimal mungkin untuk kemampuan berpikir tersebut, dan dipergunakan semaksimal mungkin untuk kemampuan berpikir tersebut, dan kemampuan berpikir inilah yang membedakan manusia dengan hewan.

kemampuan berpikir inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Setiap kejadian atau peristiwa pada dasarnya tidak

Setiap kejadian atau peristiwa pada dasarnya tidak dapat lepas dari peristiwa-dapat lepas dari peristiwa- peristiwa

 peristiwa lain lain yang yang mendahmendahuluinya. uluinya. Jadi, Jadi, sesuatu sesuatu itu itu bias bias terjadi terjadi karena karena adaada hubungan dengan peristiwa sebelumny

hubungan dengan peristiwa sebelumnya. Oleh a. Oleh karena itu kejadian demi kejadian atkarena itu kejadian demi kejadian atauau  peristiwa

 peristiwa demi demi peristiwa peristiwa haruslah haruslah selalu selalu diperhatian diperhatian kehadirannyakehadirannya. . Demikian Demikian pulapula dengan apa yang disebut filsafat dan ilmu, ia muncul dan berkembang bukan karena dengan apa yang disebut filsafat dan ilmu, ia muncul dan berkembang bukan karena ia sendiri, melainkan adanya sesuatu (peristiwa) yang memicu muncul dan ia sendiri, melainkan adanya sesuatu (peristiwa) yang memicu muncul dan  berkemban

 berkembangnya.gnya.

Setelah menyadari betapa pentingnya berpikir, rasanya mempelajari filsafat Setelah menyadari betapa pentingnya berpikir, rasanya mempelajari filsafat menjadi sangat perlu adanya. Filsafat

menjadi sangat perlu adanya. Filsafat merupakmerupakan sarana yang baik uan sarana yang baik untuk memahamintuk memahami  bagaimana

 bagaimana cara cara berpikir berpikir tersebut. tersebut. Dalam Dalam makalah makalah ini ini akan akan difokuskan difokuskan membahasmembahas tentang hakekat filsafat, hakekat filsafat ilmu, dan juga menjelaskan mengenai tentang hakekat filsafat, hakekat filsafat ilmu, dan juga menjelaskan mengenai  perbedaan

 perbedaan dan persamaan dan persamaan antara filsafat dengan filsafantara filsafat dengan filsafat ilmu.at ilmu.

B. Rumusan Masalah B. Rumusan Masalah

Begitu pentingnya mempelajari filsafat

Begitu pentingnya mempelajari filsafat Ilmu, Kebenaran dan PenjelajahannyaIlmu, Kebenaran dan Penjelajahannya yaang telah dijelaskan pada pendahuluan, adapun permasalahan yang akan dibahas yaang telah dijelaskan pada pendahuluan, adapun permasalahan yang akan dibahas antara lain :

antara lain :

1. Apakah Hakikat Filsafat Ilmu ? 1. Apakah Hakikat Filsafat Ilmu ? 2. Apakah Hakikat kebenaran ? 2. Apakah Hakikat kebenaran ? 3. Apa kriteria kebenaran Ilmiah ? 3. Apa kriteria kebenaran Ilmiah ?

4. Apa saja jenis dan Sifat Kebenaran Ilmiah ? 4. Apa saja jenis dan Sifat Kebenaran Ilmiah ?

(2)

6. Apakah

6. Apakah KeterkaKeterkaitan itan antara Filsafat Ilmu dan antara Filsafat Ilmu dan Kebenaran ?Kebenaran ? 7. Bagaimana Penjelajahan Ilmu dan batas-batasnya ?

7. Bagaimana Penjelajahan Ilmu dan batas-batasnya ?

C. Tujuan Penulisan C. Tujuan Penulisan

Dari beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dapat kami simpulkan Dari beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dapat kami simpulkan Tujuan penulisan makalah ini antara lain :

Tujuan penulisan makalah ini antara lain : 1. Untuk mengetahui Hakikat Filsafat 1. Untuk mengetahui Hakikat Filsafat Ilmu.Ilmu. 2. Untuk

2. Untuk mengetahui Hakikat Kebenaran.mengetahui Hakikat Kebenaran.

3. Untuk mengetahui kriteria kebenaran Ilmiah. 3. Untuk mengetahui kriteria kebenaran Ilmiah. 4. Untuk mengetahui jenis dan sifat

4. Untuk mengetahui jenis dan sifat kebenakebenaran Iran Ilmiah.lmiah. 5. Untuk

5. Untuk mendapamendapatkan kebenaran Itkan kebenaran Ilmiah.lmiah.

6. Untuk mengetahui keterkaitan antara filsafat

6. Untuk mengetahui keterkaitan antara filsafat ilmu dan kebenaran.ilmu dan kebenaran. 7. Untuk mengetahui penjelajahan ilmu dan batas-batasnya.

7. Untuk mengetahui penjelajahan ilmu dan batas-batasnya.

D. Manfaat Penulisan D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan artikel adalah sebagai berikut : Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan artikel adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Umum 1. Manfaat Umum

Semoga dengan penulisan ini bisa membantu para pembaca baik itu Semoga dengan penulisan ini bisa membantu para pembaca baik itu mahasiswa maupun calon guru dalam mendalami materi

mahasiswa maupun calon guru dalam mendalami materi Filsafat Ilmu.Filsafat Ilmu. 2. Manfaat Khusus

2. Manfaat Khusus

Mengembangkan kemampuan penulis dalam mempelajari Materi filsafat Mengembangkan kemampuan penulis dalam mempelajari Materi filsafat Ilmu.

(3)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Filsafat Ilmu

Ada berbagai definisi filsafat ilmu yang dihipun oleh The Liang Gie, di sini hanya akan dikemukakan empat pendapat yang dianggap paling reprsentatif, diantaranya adalah:

Robert Ackermann, filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat- pendapat ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu

yag telah dibuktikan.

Lewis White Beck, filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.

Cornelius Benjamin, filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafati yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya, dan peranggapan-peranggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang pengetahuan intelektual.

May Brodbeck, filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan, dan penjelasan mengenai andasan-landasan ilmu.

Kempat definisi tersebut memperlihatkan ruang lingkup dan cakupan yang dibahas dalam filsafat ilmu, meliputi antara lain: (1) komparasi kritis sejarah perkembangan ilmu, (2) sifat dasar ilmu pengetahuan, (3) metode ilmiah, (4) peranggapan- peranggapan ilmiah, (5) sikap etis dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Adapun yang paling banyak dibicarakan terutama adalah sejarah  perkembangan ilmu, metode ilmiah, dan sikap etis dalam pengembangan ilmu  pengetahuan.

Prof Sikun Pribadi yang dikutip oleh Burhanuddin salam mengemukakan  perbedaan antara filsafat dan ilmu pengetahuan sebagai berikut: jelaslah bahwa  perbedaan antara filsafat dan ilmu pengetahuan, ialah bahwa ilmu pengetahuan  bertolak dari dunia fakta, sedangkan filsafat bertolak dari dunia nilai, artinya selalu menghubungkan masalah dengan makna keseluruhan hidup, walaupun kedua bidang

(4)

Ilmu berhubungan dengan mempersoalkan fakta-fakta yang factual, yang diperoleh dengan eksperimen, observasi, dan verifikasi, hanya berhubungan sebagian dari aspek kehidupan atau kejadian yang ada di dunia ini, sedangkan keseluruhan yang bermana mengemukakan perbedaan antara filsafat dan ilmu sebagai berikut.

Ilmu berhubungan dengan lapangan yang terbatas, filsafat mencoba menghubungkan dengan keseluruhan pengalaman, untuk memperoleh suatu  pandangan yang lebih komprehenshif tentang sesuatu.

Ilmu menggunakan pendeatan analitis dan deskriptip, sedangkan filsafat sintesis dan sinoptis, berhubungan dengan sifat-sifat dan kualitas alam dan hidup secara keseluruhan.

Ilmu menganalisis keseluruhan menjadi bagian-bagian dari organisme yang menjadi organ-orgn. Filsafat mencoba membedakan sesuatu dalam bentuk sintetis yang menjelaskan dan mencari makna sesuatu secara keseluruhan.

Ilmu menghilangkan faktor-faktor pribadi yang subyektif, sedangkan filsafat tertarik kepada personalitas, nilai-nilai dan semua pengalaman. Ilmu tertarik pada hakikat sesuatu sebagaimana adanya, sedangkan filsafat tidak hanya tertarik pada  bagian-bagian yang nyata melainkan juga kepada kemungkinannya yang ideal dari suatu benda, dan nilai dan maknanya. Ilmu meneliti alam, mengontrol proses alam sedangkan tugas filsafat mengadakan kritik, menilai, dan mengkoordinasikan tujaun. Ilmu lebih menekankan pada deskripsi hukun-hukum fenomenal dan hubungan kausal. Felsafat tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan pertanyaan “why” dan “how”

B. Objek Filsafat Ilmu

Menurut jujun S. Suriasumantri (1986:2) tiap-tiap pengetahuan memiliki tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya.Komponen tersebut adalah ontology, epistemology, dan aksiologi. Ontology menjelaskan atau untuk menjawab mengenai pertanyaan apa, epistemology menjelaskan dan menjawab mengenai pertanyaan bagaimana, dan aksiologi menjelakan dan menjawab mengenai pertanyaan untuk apa?

(5)

Filsafat ilmu sebagaimana dengan halnya dengan bidang ilmu yang lain, juga memiliki objek material dan objek formal tersendiri. Objek material atau pokok  bahasan filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum. Di sini terlihat jelas perbedaan yang hakiki antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan. Pengetahuan itu lebih  bersifat umum dan didasarkan atas pengalaman sehari-hari, sedangkan ilmu  pengetahuan adalah pengetahuan yang bersifat khusus dengan ciri-ciri sistematis,

metode ilmiah tertentu, serta dapat diuji kebenarannya.

Adapun objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apahakikat imu itu sesungguhnya? Bagaimana cara memperoleh kebenaran yang ilmiah? Apa fungsi ilmu pengetahuan itu bagi manusia? Problem-problem inilah yang dibicarakan dalam landasan pengembangan ilmu  pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

C. Arti Kebenaran Ilmiah

Apa itu kebenaran Ilmiah? Untuk sampai kepada pengertian kebenaran Ilmiah dijelaskan masing-masing pengertian dari keduanya. Kebanaran ada yang  berbendapat bahwa berasal dari “benar”. Benar timbul dari pernyataan yang sesungguhnya. Pernyataan merupakan penyusunan tanda-tanda secara tertib yang oleh aturan sintaksis disebut kalimat berita. Pernyataan merupakan makna yang terkandung dalam kalimat berita. Namun istilah pernyataan merujuk kepada yang murni dari sintaksis. Karena pernyataan berarti kalimat berita sedangkan makna yang dimaksudkan oleh pernyataan adalah “proposisi”.

Sudah jelas bahwa tidak ada perangkat tanda yang dapat dikatakan benar selanjutnya secara lues kita tidak dapat mengatakan bahwa sesuatu pernyaataan benar, kadang-kadang pernyaataan diartikan sama dengan proposisinya, sedangkan yang dimaksudkan benar di dalam pembahasan ini adalah perkataan benar hanya dapat diterapkan dalam propoosisinya.

(6)

diketahui memiliki begitu banyak aspek yang senantiasa sangat sulit untuk diungkapkan serentak. Kenyataannya manusia hanya mampu mengetahui beberapa aspek dari suatu objek sedangkan yang lainnya tetap tersembunyi baginya. Dengan demikian, jelas bahwa amat sulit untuk untuk mencapai kebenaran yang lengkap dari suatu objek tertentu apalagi mencapai seluruh kebenaran dari segala sesuatu yang dapat dijadikan objek pengetahuan.

Pengetahuan terbagi menjadi tiga

1. Pengetahuan biasa disebut juga dengan pengetahuan pra-imiah yaitu  pengetahuan dari hasil pencerapan indra terhadap objek tertentu.

2. Pengetahuan ilmiah yaitu pengetahuan yang diperoleh lewat metode-metode yang lebih menjamin kepastian kebenaran yang dicapai.

3. Pengetahuan falsafi yaitu kebenaran yang diperoleh lewat pemikiran rasional yang didasarkan pemahaman, penafsiran, spekulasi, penilaian kritis, dan pemikiran-pemikiran logis, analitis dan sistematis. Pengetahuan falsafi berkaitan dengan hakikat, prinsip, objek, dan asas dari realitas yang dipersoalkan selaku objek yang hendak diketahui.

(7)

BAB III PEMBAHASAN

A. Hakikat Filsafat Ilmu

1. Pengertian Filsafat Ilmu

Terdapat banyak definisi/pengertian mengenai filsafat ilmu misalnya: a. Cornelius Benjamin (dalam The Liang Gie, 19 : 58)

Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis menelaah sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metoda, konsep-konsep, dan pra-anggapan-pra-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual.

 b. Conny Semiawan at al (1998 : 45)

Menyatakan bahwa filsafat ilmu pada dasarnya adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan (science of sciences) yang kedudukannya di atas ilmu lainnya.

c. Jujun Suriasumantri (2005 : 33-34)

Filsafat ilmu sebagai bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang ingin menjawab tiga kelompok pertanyaan mengenai hakikat ilmu sebagai  berikut :

1). Kelompok pertanyaan pertama antara lain sebagai berikut ini. Objek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangap manusia ? (disebut dengan istilah Ontologis)

2). Kelompok pertanyaan kedua : Bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu ? Bagaimana prosedurnya ? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar ? Apa yang dimaksud dengan kebenaran ? Dan seterusnya. (disebut dengan istilah epistemologis)

3). Kelompok pertanyaan ketiga : Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu ? Bagaimana kaitan antara cara menggunakan ilmu dengan kaidah-kaidah moral ? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah

(8)

 berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Dan seterusnya. (disebut dengan istilah aksiologis)

2. Karakteristik filsafat ilmu

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diidentifikasi karakteristik filsafat ilmu, yaitu:

a. Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat.

 b. Filsafat ilmu berusaha menelaah ilmu secara filosofis dari sudut  pandang ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

3. Objek filsafat ilmu

a. Objek material filsafat ilmu adalah ilmu

 b. Objek formal filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar tinjauan filosofis, yaitu secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

4. Manfaat Mempelajari filsafat ilmu

Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam sikap ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus diharapkan untuk bersikap kritis terhadap berbagai macam teori yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber lainnya.

Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan bagi para mahasiswa sebagai calon ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah dan untuk melakukan  penelitian ilmiah. Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki  pemahaman yang utuh mengenai ilmu dan mampu menggunakan pengetahuan

tersebut sebagai landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian ilmiah.

Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis. Setelah mahasiswa lulus dan bekerja mereka pasti berhadapan dengan berbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan masalah diperlukan kemampuan dan kedalaman berpikir kritis dalam menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu diterapkan.

(9)

B. Hakekat Kebenaran

Mencari hakekat kebenaran mungkin sering kita ucapkan, tapi susah dilaksanakan. Makhluk apa itu kebenaran juga kita kadang masih nggak ngerti. Yang pasti bahwa “benar” itu pasti “tidak salah” ;). Pertanyaan-pertanyaan kritis kita di masa kecil, misalnya mengapa gajah berkaki empat, mengapa burung bisa terbang, dsb kadang tidak terjawab secara baik oleh orang tua kita. Sehingga akhirnya sering sesuatu kita anggap sebagai yang memang sudah demikian wajarnya (taken for granted). Banyak para ahli yang memaparkan ide tentang sudut pandang kebenaran termasuk bagaimana membuktikannya. Saya mencoba ulas masalah hakekat kebenaran ini dari tiga sudut pandang yaitu: kebenaran ilmiah, kebenaran non-ilmiah dan kebenaran filsafat.

Harus kita pahami lebih dahulu bahwa meskipun kebenaran ilmiah sifatnya lebih sahih, logis, terbukti, terukur dengan parameter yang jelas, bukan berarti bahwa kebenaran non-ilmiah atau filasat selalu salah. Malah bisa saja kebenaran non-ilmiah dan kebenaran filsafat terbukti lebih “benar” daripada kebenaran ilmiah yang disusun dengan logika, penelitian dan analisa ilmu yang matang. Contoh menarik adalah kasus patung Kouros yang telah diteliti dan dibuktikan keasliannya oleh  puluhan pakar selama lebih dari 1,5 tahun di tahun 1983, bahkan juga dianalisa dengan berbagai alat canggih seperti mikroskop elektron, mass spectrometry, x-ray diffraction, dsb. Namun beberapa pakar lain (George Despinis, Angelos Delivorrias) menggunakan pendekatan intuitif sebagai ahli geologi dan mengatakan bahwa  patung tersebut palsu (terlalu fresh, seolah tidak pernah terkubur, kelihatan janggal). Akhirnya patung itu dibeli dengan harga tinggi oleh museum J. Paul Getty di California dengan asumsi kebenaran ilmiah lebih bisa dipertanggungjawabkan. Kenyataan kemudian membuktikan bahwa semua dokumen tentang surat tersebut  palsu, dan patung itu dipahat disebuah bengkel tempa di Roma tahun 1980. Cerita ini

menjadi pengantar buku bestseller berjudul Blink kar ya Malcolm Gladwell. 1. Kebenaran Ilmiah

Kebenaran yang diperoleh secara mendalam berdasarkan proses  penelitian dan penalaran logika ilmiah. Kebenaran ilmiah ini dapat ditemukan dan diuji dengan pendekatan pragmatis, koresponden, koheren.

(10)

Kebenaran Pragmatis: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila memiliki kegunaan/manfaat praktis dan bersifat fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, Yadi mau bekerja di sebuah perusahaan minyak karena diberi gaji tinggi. Yadi bersifat pragmatis, artinya mau  bekerja di perusahaan tersebut karena ada manfaatnya bagi dirinya, yaitu

mendapatkan gaji tinggi.

Kebenaran Koresponden: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila materi pengetahuan yang terkandung didalamnya berhubungan atau memiliki korespondensi dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Teori koresponden menggunakan logika induktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Dengan kata lain kesimpulan akhir ditarik karena ada fakta-fakta mendukung yang telah diteliti dan dianalisa sebelumnya. Contohnya, Jurusan teknik elektro, teknik mesin, dan teknik sipil Undip ada di Tembalang. Jadi Fakultas Teknik Undip ada di Tembalang.

Kebenaran Koheren: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila konsisten dan memiliki koherensi dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Teori koheren menggunakan logika deduktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal umum ke khusus. Contohnya, seluruh mahasiswa Undip harus mengikuti kegiatan Ospek. Luri adalah mahasiswa Undip, jadi harus mengikuti kegiatan Ospek.

2. Kebenaran Non-Ilmiah

Berbeda dengan kebenaran ilmiah yang diperoleh berdasarkan  penalaran logika ilmiah, ada juga kebenaran karena faktor-faktor

non-ilmiah. Beberapa diantaranya adalah:

Kebenaran Karena Kebetulan: Kebenaran yang didapat dari kebetulan dan tidak ditemukan secara ilmiah. Tidak dapat diandalkan karena kadang kita sering tertipu dengan kebetulan yang tidak bisa dibuktikan. Namun satu atau dua kebetulan bisa juga menjadi perantara kebenaran ilmiah, misalnya penemuan kristal Urease oleh Dr. J.S. Summers.

(11)

Kebenaran Karena Akal Sehat (Common Sense): Akal sehat adalah serangkaian konsep yang dipercayai dapat memecahkan masalah secara  praktis. Kepercayaan bahwa hukuman fisik merupakan alat utama untuk  pendidikan adalah termasuk kebenaran akal sehat ini. Penelitian psikologi

kemudian membuktikan hal itu tidak benar.Â

Kebenaran Agama dan Wahyu: Kebenaran mutlak dan asasi dari Allah dan Rasulnya. Beberapa hal masih bisa dinalar dengan panca indra manusia, tapi sebagian hal lain tidak.

Kebenaran Intuitif: Kebenaran yang didapat dari proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan proses berpikir. Kebenaran intuitif sukar dipercaya dan tidak bisa dibuktikan, hanya sering dimiliki oleh orang yang  berpengalaman lama dan mendarah daging di suatu bidang. Contohnya

adalah kasus patung Kouros dan museum Getty diatas.

Kebenaran Karena Trial dan Error: Kebenaran yang diperoleh karena mengulang-ulang pekerjaan, baik metode, teknik, materi dan paramater- parameter sampai akhirnya menemukan sesuatu. Memerlukan waktu lama

dan biaya tinggi.

Kebenaran Spekulasi: Kebenaran karena adanya pertimbangan meskipun kurang dipikirkan secara matang. Dikerjakan dengan penuh resiko, relatif lebih cepat dan biaya lebih rendah daripada trial-error.

Kebenaran Karena Kewibawaan: Kebenaran yang diterima karena  pengaruh kewibawaan seseorang. Seorang tersebut bisa ilmuwan, pakar

atau ahli yang memiliki kompetensi dan otoritas dalam suatu bidang ilmu. Kadang kebenaran yang keluar darinya diterima begitu saja tanpa perlu diuji. Kebenaran ini bisa benar tapi juga bisa salah karena tanpa prosedur ilmiah.

3. Kebenaran Filsafat

Kebenaran yang diperoleh dengan cara merenungkan atau memikirkan sesuatu sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, baik sesuatu itu ada atau mungkin ada. Kebenaran filsafat ini memiliki proses

(12)

kelompok (madzab). Bagi yang tidak terbiasa (termasuk saya ;)) mungkin terminologi yang digunakan cukup membingungkan. Juga banyak yang oportunis alias menganut madzab dualisme kelompok, misal mengakui kebenaran realisme dan naturalisme sekaligus.

a. Realisme: Mempercayai sesuatu yang ada di dalam dirinya sendiri dan sesuatu yang pada hakekatnya tidak terpengaruh oleh seseorang.

 b. Naturalisme: Sesuatu yang bersifat alami memiliki makna, yaitu bukti  berlakunya hukum alam dan terjadi menurut kodratnya sendiri.

c. Positivisme: Menolak segala sesuatu yang di luar fakta, dan menerima sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancaindra. Tolok ukurnya adalah nyata, bermanfaat, pasti, tepat dan memiliki keseimbangan logika.

d. Materialisme Dialektik: Orientasi berpikir adalah materi, karena materi merupakan satu-satunya hal yang nyata, yang terdalam dan berada diatas kekuatannya sendiri. Filosofi resmi dari ajaran komunisme.

e. Idealisme: Idealisme menjelaskan semua obyek dalam alam dan  pengalaman sebagai pernyataan pikiran.

f. Pragmatisme: Hidup manusia adalah perjuangan hidup terus menerus, yang sarat dengan konsekuensi praktis. Orientasi berpikir adalah sifat  praktis, karena praktis berhubungan erat dengan makna dan kebenaran.

C. Kriteria Kebenaran Ilmiah

Berpikir adalah suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Sesuatu dikatakan benar sesuai dengan kriteria kebenaran. Menurut Depdikbud kebenaran adalah keadaan yang cocok dengan keadaan sebenarnya. Jadi sesuatu dikatakan memiliki nilai kebenaran jika sesuai dengan keadaan sebenarnya. Jenis kebenaran ada 3 macam, yaitu (1). Kebenaran epistimologis adalah kebenaran yang  berhubungan dengan pengetahuan manusia (2). Kebenaran antologis adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan. (3). Kebenaran sematis adalah kebenaran yang berkaitan dengan  pemakaian bahasa. Ini tergantung pada kebebasan manusia sebagai makhluk hidup

(13)

1. Kriteria Kebenaran Epistimologis

Ilmu pengetahuan yang paling utama membicarakan berbagai macam kriteria kebenaran, dalam hal ini terdiri atas jenis-jenis kebenaran sebagai berikut:

a. Kebenaran absolut, yaitu kebenaran mutlak. Cirinya adalah benar dengan sendirinya, tidak berubah-ubah, dan tidak membutuhkan pengakuan dari siapapun supaya menjadi benar.

 b. Kebenaran absolut ini hanya dimiliki oleh Tuhan, pencipta alam semesta. c. Kebenaran relatif, yaitu kebenaran yang berubah-ubah. Contoh selera

musik, menurut A musik pop bagus tetapi menurut B musik rock lebih  bagus.

d. Kebenaran spekulatif, yaitu kebenaran yang menjadi ciri khas filsafat. Kebenaran ini bersifat kebetulan dengan landasar logis dan rasional. e. Kebenaran korespondensi, kebenaran yang bertumpu pada realitas objektif.

Kriteria kebenaran dicirikan oleh adanya relevansi pernyataan dengan kenyataan, antara teori dan praktik. Contoh: UNY terletak di Yogyakarta.

f. Kebenaran pragmatis, kebenaran yang diukur dengan adanya manfaat suatu  pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik secara individu maupun

kelompok.Contoh: ilmu perbintangan bermanfaat bagi nelayan maka memiliki nilai kebenaran pragmatis.

g. Kebenaran normatif, kebenaran yang didasarkan pada sistem sosial yang sudah baku. Misalnya kebenaran karena tuntutan adat kebiasaan atau kesepakatan sosial yang telah lama berlaku dalam kehidupan kultural masyarakat yang bersangkutan.

h. Kebenaran religius, kebenaran yang didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai dalam agama.

i. Kebenaran filosofis, kebenaran hasil perenungan dan pemikiran refleksi ahli filsafat yang disebut hakikat atau the nature.

 j. Kebenaran estetis, kebenaran yang didasarkan pada pandangan tentang keindahan dan keburukan

(14)

k. Kebenaran ilmiah, kebenaran yang ditandai oleh terpenuhinya syarat-syarat ilmiah, menyangkut relevansi teori dan kenyataan hasil penelitian di lapangan.

l. Kebenaran teologis, kebenaran yang didasarkan pada firman-firman Tuhan. m. Kebenaran ideologis, kebenaran karena tidak menyimpang dari cita-cita

kehidupan suatu bangsa.

n. Kebenaran konstitusional, kebenaran atas dasar Undang-undang, tindakan yang sesuai dengan UU dinyatakan sebagai konstitusional sedangkan yang bertentangan dengan UU disebut sebagai inkonstitusional

o. Kebenaran logis, kebenaran karena lurusnya berpikir. Dicirikan oleh  bentuk pemberian pengertian dan definisi.

D. Jenis dan Sifat Kebenaran Ilmiah 1. Teori dan Sifat kebenaran Ilmiah

Bagi positivis, benar substantif menjadi identik dengan benar faktual sesuai dengan empiris. Bagi realis, benar substantif identik dengan benar riil objektif, benar sesuai dengan konstruk skema rasional tertentu. Sedangkan benar epistemologik  berbeda, terkait pada pendekatan yang digunakan dalam mencari kebenaran.

Kebenaran positivistik dilandaskan pada diketemukannya frekuensi tinggi atau variansi besar, sedangkan pada fenomenologik kebenaran dibuktikan berdasar diketemukan yang esensial, pilah dari yang non-esensial atau eksemplar, dan sesuai dengan skema moral tertentu. Dengan demikian, benar epistemologik menjadi  berbeda dengan benar substantif. Benar positivistik berbeda dengan benar fenomenologik, berbeda dengan benar realisme metafisik. Bagi positivisme sesuatu itu benar bila ada korespondensi antara fakta yang satu dengan fakta yang lain. Bagi fenomena baru dapat dinyatakan benar setelah diuji korespondensinya dengan yang dipercayainya (belief). Pragmatisme mengakui kebenaran, bila faktual berfungsi (Muhadjir 1998:10) (1). Teori Kebenaran, (2). Teori kebenaran korespondensi.

Menurut teori ini, kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya (Keraf dan Dua M, 2001: 66). Suatu pernyataan dapat dikatakan benar jika mengandung pernyataan yang sesuai dengan kenyataan yang ada. Dengan kata lain, kebenaran korespondensi terletak

(15)

 pada kesesuaian antara subjek dan objek. Teori kebenaran korespondensi ini adalah teori yang dapat diterima secara luas oleh kaum realis karena pernyataan yang ada selalu berkait dengan realita.

a. Teori kebenaran koherensi

Kebenaran ditemukan dalam relasi antara proposisi baru dengan  proposisi yang sudah ada. Suatu pengetahuan, teori, pernyataan, proposisi atau hipotesis dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan, teori,  proposisi atau hipotesis lainnya, yaitu kalau proposisi itu meneguhkan dan konsisten dengan proposisi sebelumnya yang dianggap benar (Keraf dan Dua M, 2001: 88). Dengan kata lain pernyataan dianggap benar jika pernyataan itu bersifat konsisten dengan pernyataan lain yang telah diterima kebenarannya, yaitu yang koheren menurut logika. Sebagai contoh,  pernyataan “semua manusia pasti akan mati” adalah pernyataan yang benar, maka jika ada pernyataan bahwa saya pasti akan mati adalah pernyataan  benar karena saya adalah manusia.

 b. Teori kebenaran pragmatis

Teori pragmatis dicetuskan oleh filsuf pragmatis dari Amerika Serikat Charles S. Peirce (1839-1914) dalam sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul “How to Make our Ideals Clear”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang kebanyakan adalah  berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan dengan filsafat Amerika. Ahli-ahli filsafat ini di antaranya adalah William James (1842-1910), John Dewey (1859-1952), George Herbert Mead (1863-1931) dan C.I. Lewis (Suriasumantri, 1984:57)

Bagi kaum pragmatis kebenaran adalah sama artinya dengan kegunaan. Ide, konsep, pengetahuan, atau hipotesis yang benar adalah ide yang berguna. Ide yang benar adalah ide yang paling mampu memungkinkan seseorang (berdasarkan ide itu) melakukan sesuatu secara paling berhasil dan tepat guna. Berhasil dan berguna adalah kriteria utama untuk menentukan apakah suatu ide itu benar atau tidak. Bagi kaum pragmatis jika ide,  pengetahuan atau konsep tidak ada manfaatnya maka ide tersebut merupakan

(16)

c. Teori kebenaran sintaksis

Teori ini berpangkal pada keteraturan gramatika yang dipakai oleh suatu pernyataan tata-bahasa yang melekat. Jadi suatu pernyataan bernilai  benar jika mengikutu aturan gramatika yang baku. Teori ini berkembang diantara para filsuf bahasa, terutama yang ketat terhadap pemakaian gramatika seperti Friederich Schleiermacher.

d. Teori kebenaran semantis

Teori ini dianut oleh faham filsafat analitika bahasa yang dikembangkan pasca filsafat Bertrand Russel sebagai tokoh pemula filsafat Analitika Bahasa. Menurut teori ini, suatu pernyataan dianggap benar ditinjau dari segi arti atau makna. Hal ini hendak menekankan bahwa suatu  pernyataan benar jika pernyataan tersebut memiliki arti.

e. Teori kebenaran non-deskripsi

Teori kebenaran non-deskripsi dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme. Suatu pernyataan dianggap benar tergantung peran dan fungsi pernyataan itu sendiri. Pengetahuan akan memiliki nilai kebenaran sejauh pernyataan itu memiliki fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari.

f. Teori kebenaran logis yang berlebihan

Teori ini mempunyai pemahaman bahwa masalah kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa dan hal ini mengakibatkan adanya suatu  pemborosan karena pada dasarnya pernyataaan yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logik yang sama dari masing-masing yang melingkupinya.

2. Sifat Kebenaran Ilmiah

Kebenaran ilmiah paling tidak memiliki tiga sifat dasar, yakni:

a. Struktur yang rasional-logis. Kebenaran dapat dicapai berdasarkan kesimpulan logis atau rasional dari proposisi atau premis tertentu. Karena kebenaran ilmiah bersifat rasional, maka semua orang yang rasional (yaitu yang dapat menggunakan akal budinya secara baik), dapat memahami kebenaran ilmiah. Oleh sebab itu kebenaran ilmiah kemudian dianggap

(17)

sebagai kebenaran universal. Dalam memahami pernyataan di depan, perlu membedakan sifat rasional (rationality) dan sifat masuk akal (reasonable). Sifat rasional terutama berlaku untuk kebenaran ilmiah, sedangkan masuk akal biasanya berlaku bagi kebenaran tertentu di luar lingkup pengetahuan. Sebagai contoh: tindakan marah dan menangis atau semacamnya, dapat dikatakan masuk akal sekalipun tindakan tersebut mungkin tidak rasional.  b. Isi empiris. Kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada,

 bahkan sebagian besar pengetahuan dan kebenaran ilmiah, berkaitan dengan kenyataan empiris di alam ini. Hal ini tidak berarti bahwa dalam kebenaran ilmiah, spekulasi tetap ada namun sampai tingkat tertentu spekulasi itu bisa dibayangkan sebagai nyata atau tidak karena sekalipun suatu pernyataan dianggap benar secara logis, perlu dicek apakah  pernyataan tersebut juga benar secara empiris.

c. Dapat diterapkan (pragmatis). Sifat pragmatis, berusaha menggabungkan kedua sifat kebenaran sebelumnya (logis dan empiris). Maksudnya, jika suatu “pernyataan benar” dinyatakan “benar” secara logis dan empiris, maka pernyataan tersebut juga harus berguna bagi kehidupan manusia. Berguna, berarti dapat untuk membantu manusia memecahkan berbagai  persoalan dalam hidupnya.

Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang sesuai dengan fakta dan mengandung isi pengetahuan. Pada saat pembuktiannya kebenaran ilmiah harus kembali pada status ontologis objek dan sikap epistemologis (dengan cara dan sikap  bagaimana pengetahuan tejadi) yang disesuaikan dengan metodologisnya.

Hal yang penting dan perlu mendapat perhatian dalam hal kebenaran ilmiah yaitu bahwa kebenaran dalam ilmu harus selalu merupakan hasil persetujuan atau konvensi dari para ilmuwan pada bidangnya masing-masing.

Kebenaran ditemukan dalam pernyataan-pertanyaan yang sah, dalam ketidak-tersembunyian (aleteia). Kebenaran adalah kesatuan dari pengetahuan dengan yag diketahui, kesatuan subjek dengan objek, dan kesatuan kehendak dan tindakan. Kebenaran sering dianggap sebagai sesuatu yang harus “ditemukan” atau direbut melalui pembedaan antara kebenaran dengan ketidakbenaran.

(18)

E. Cara Mendapatkan Kebenaran Ilmiah 1. Kriteria Kebenaran

Apakah “benar” itu? Randall & Bucher: “Persesuaian antara pikiran dan kenyataan”. Jujun S. Suriasumantri: “Pernyataan tanpa ragu”. Ketika kita mengakui kebenaran sebuah proposisi bahwa bumi bergerak mengelilingi matahari, dasar kita, tidak lain adalah sesuai tidaknya proposisi tersebut dengan kenyataannya.

2. Teori Penentuan Kebenaran

a. Teori Koherensi (Teori kebenaran saling berhubungan)

“Suatu proposisi (pernyataan) dianggap benar apabila pernyataan tersebut  bersifat konheren atau konsisten atau saling berhubungan dengan pernyataan- pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Contoh: jika kita menganggap  bahwa, “semua makhluk hidup pasti akan mati” adalah pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa “pohon kelapa adalah makluk hidup dan pasti akan mati” adalah benar pula, sebab pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan yang pertama.

 b. Teori Korespondensi (Teori saling berkesesuaian)

Teori ini digagas oleh Bernard Russell (1872-1970). Menurutnya pernyataan dikatakan benar bila materi pengetahuan yang dikandung pernyataan tersebut saling berkesesuaian dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Contoh: jika seseorang mengatakan bahwa “tugu monas ada di kota Jakarta” maka pernyataan tersebut adalah benar sebab pernyataan tersebut sesuai dengan fakta bahwa tugu monas berdiri di kota Jakarta.

Teori korespondensi digunakan untuk proses pembuktian secara empiris dalam  bentuk pengumpulan data-data yang mendukung suatu pernyataan yang telah

dibuat sebelumnya.

c. Teori Pragmatisme (Teori konsekuensi kegunaan)

Teori yang dicetuskan oleh Peirce (1839-1914) ini disandarkan pada teori  pragmatisme. Penganut teori ini menyatakan bahwa kebenaran suatu  pernyataan diukur dengan kriteria “apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis?”. Artinya, suatu pernyataan dikatakan  benar jika konsekuensi dari pernyataan tersebut memiliki kegunaan praktis

(19)

3. Cara Penemuan Kebenaran

Antara Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan (knowledge) sudah puas dengan “menangkap tanpa ragu” kenyataan sesuatu, sedangkan ilmu (science) menghendaki  penjelasan lebih lanjut dari sekedar apa yang dituntut oleh pengetahuan. Contoh: Si Buyung mengetahui bahwa pelampung kailnya selalu terapung di air, ia akan membantah jika dikatakan bahwa gabus pelampungnya itu tenggelam, sampai disini wilayah pengetahuan. Namun, jika ia memahami bahwa berat jenis pelampung lebih kecil dibandingkan berat jenis air sehingga mengakibatkan pelampung selalu terapung, maka ini telah memasuki wilayah ilmu. Untuk mencapai kebenaran  pengetahuan dan ilmu tersebut ditempuh oleh manusia dengan cara “ilmiah” dan

“non-ilmiah”.

4. Cara penemuan kebenaran ilmiah

Penemuan kebenaran dengan cara ilmiah adalah berupa kegiatan penelitian ilmiah dan dibangun atas teori-teori tertentu. kita dapat pahami bahwa teori-teori tersebut berkembang melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang dilakukan secara sistematis dan terkontrol berdasarkan data-data empiris yang ditemukan di lapangan.

Teori yang ditemukan harus dapat diuji keajekan dan kejituan internalnya. Artinya, jika penelitian ulang dilakukan dengan langkah-langkah serupa pada kondisi yang sama maka akan diperoleh hasil yang sama atau hampir sama.

Untuk sampai pada kebenaran ilmiah ini, maka harus melewati 3 tahapan berpikir ilmiah yang harus dilewati, yaitu: 1) Skeptik; 2) Analitik; dan 3) Kritis.

a. Skeptik

Cara berfikir ilmiah pertama ini ditandai oleh cara orang di dalam menerima kebenaran informasi atau pengetahuan tidak langsung di terima begitu saja, namun dia berusaha untuk menanyakan fakta atau bukti terhadap tiap  pernyataan yang diterimanya.

 b. Analitik

Ciri ini ditandai oleh cara orang dalam melakukan setiap kegiatan, ia selalu  berusaha menimbang-nimbang setiap permasalahan yang dihadapinya, mana

(20)

cara ini maka jawaban terhadap permasalahan yang dihadapi akan dapat diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan.

c. Kritis

Ciri berfikir ilmiah ketiga adalah ditandai dengan orang yang selalu berupaya mengembangkan kemampuan menimbang setiap permasalahan yang dihadapinya secara objektif. Hal ini dilakukan agar semua data dan pola  berpikir yang diterapkan selalu logis.

5. Cara penemuan kebenaran non-ilmiah a. Akal sehat (common sence)

Akal sehat menurut Counaut adalah serangkaian konsep dan bagan yang memuaskan untuk kegunaan praktis bagi manusia. Sedangkan bagan konsep adalah seperangkat konsep yang dirangkaikan dengan dalil-dalil hipotesis dan teori.

 b. Prasangka

Penemuan pengetahuan yang dilakukan melalui akal sehat kebanyakan diwarnai oleh kepentingan orang yang melakukannya. Hal ini menyebabkan akal sehat mudah berubah menjadi prasangka. Dengan akal sehat orang cenderung ke arah perbuatan generalisasi yang terlalu dipaksakan, sehingga hal tersebut menjadi prasangka.

c. Pendekatan intuitif

Dalam pendekatan ini orang memberikan pendapat tentang suatu hal yang  berdasarkan atas “pengetahuan” yang langsung atau didapat dengan cepat melalui proses yang tidak disadari atau tidak dipikirkan terlebih dahulu. Dengan intuitif orang memberi penilaian tanpa didahului oleh suatu renungan.

6. Penemuan kebetulan dan coba-coba

Penemuan secara kebetulan dan coba-coba, banyak diantaranya yang sangat  berguna. Penemuan ini diperoleh tanpa rencana, dan tidak pasti. Misalnya, seorang

anak yang terkunci dalam kamar, dalam kebingungannya ia mencoba keluar lewat  jendela dan berhasil.

(21)

7. Pendapat otoritas ilmiah dan pikiran ilmiah

Otoritas ilmiah biasanya dapat diperoleh seseorang yang telah menempuh  pendidikan formal tertinggi, misalnya Doktor atau seseorang dengan pengalaman  profesional atau kerja ilmiah dalam suatu bidang yang cukup banyak (profesor). Pendapat mereka seringkali diterima sebagai sebuah kebenaran tanpa diuji, karena apa yang mereka telah dipandang benar. Padahal, pendapat otoritas ilmiah tidak selamanya benar, bila pendapat tersebut tidak disandarkan pada hasil penelitian, namun hanya disandarkan pada pikiran logis semata.

F. Keterkaitan Antara Filsafat Ilmu dan Kebenaran

Perbedaan antara situasi ilmu pengetahuan dulu dan sekarang tentu tidak terbatas pada kesatuan lebih besar yang menandai ilmu pengetahuan di masa lampau. Terdapat juga perbedaan-perbedaan lain. Antara lain cukup menyolok mata bahwa tempat yang diduduki ilmu pengetahuan dalam hidup sehari-hari dulu sama sekali  berbeda, kalau dibandingkan dengan situasi modern sekarang. Dulu ilmu  pengetahuan praktis tidak mempengaruhi hidup sehari-hari. Dan dianggap biasa saja,  bila ilmu pengetahuan tidak mempunyai konsekuensi dalam hidup kemasyarakatan, karena maknanya sama sekali lain. Dalam konteks ini misalnya terdapat suatu  perkataan Aristoteles yang cukup menarik “ umat manusia menjamin urusannya

untuk hidup sehari-hari barulah dapat ia arahkan perhatiannya kepada ilmu  pengetahuan”. Jadi, rupanya kegiatan ilmiah tidak bertujuan mempermudah urusan ini atau meningkatkan taraf hidup jasmani. Apalagi, pada waktu itu tidak mungkin orang berpikir mau meningkatkan taraf hidup, karena tingginya taraf hidup dianggap telah ditentukan oleh alam kodrat dan manusia tidak sanggup mengubah alam kodrat. Pada ketika itu ilmu pengetahuan mempunyai tujuan yang sama sekali lain. Ilmu  pengetahuan bertujuan memperingatkan manusia bahwa selain makhluk alamiah (makhluk yang tersimpul dalam tata susunan alam) ia masih merupakan suatu yang lain, yaitu makhluk yang mengetahui tentang dirinya dan dengan demikian juga dengan perbedaannya dengan alam. Ilmu pengetahuan bermaksud mendalami tentang diri manusia dan alam itu, supaya secara rohani manusia dapat sampai pada inti dirinya. Karena itu pula ilmu pengetahuan tidak “berguna”, dalam arti bahwa

(22)

dipraktekkan demi ilmu pengetahuan itu sendiri, karena hanya dengan dan ilmu  pengetahuan manusia bisa menjadi manusia sungguh-sungguh, yaitu makhluk yang

menyadari dirinya dan kedudukannya yang unik dalam kosmos.

Kini fungsi manusia dari ilmu pengetahuan telah berubah secara radikal. Barangkali masih ada sisa sedikit dari fungsi aslinya (harus kita selidiki lagi nanti), tetapi yang pasti ialah bahwa ilmu pengetahuan sekarang ini melayani kehidupan sehari-hari menurut segala aspeknya. Kegiatan ilmiah dewasa ini didasarkan pada dua keyakinan berikut ini:

1. Segala sesuatu dalam realitas dapat diselidiki secara ilmiah, bukan saja untuk mengerti realitas dengan lebih baik, melainkan juga untuk menguasainya lebih mendalam menurut segala aspeknya.

2. Semua aspek realitas membutuhkan juga penyelidikan seperti itu. Kebutuhan-kebutuhan yang paling primer, seperti air, makanan, udara, cahaya, kehangatan, tempat tinggal tidak akan cukup tanpa penyelidikan itu. Dan banyak hal lain dapat disebut lagi.

Tentu saja, dapat dikatakan juga bahwa kita sekarang ini berada dalam semacam gerak spiral: di satu pihak kita harus menggunakan ilmu pengetahuan untuk menjamin kebutuhan-kebutuhan kita yang paling elementer dan di lain pihak keharusan itu sebagian disebabkan karena kita telah mempengaruhi dan mengubah keadaan hidup kita yang natural. Kita sendiri telah menciptakan suatu situasi yang cukup ganjil. Lebih dahulu kita telah merusak lingkungan hidup yang natural (air, udara, tanah) dan kita harus membersihkan lagi lingkungan itu. Namun demikian, kita sepatutnya hati-hati dulu dan tidak terlanjur cepat melontarkan penilaian kita. Lingkungan yang natural mengandung sekurang-kurangnya sama banyak persoalan seperti lingkungan artifisial yang diciptakan dengan bantuan ilmu pengetahuan. Bagaimanapun juga, dulu hanya sejumlah kecil orang sanggup memanfaatkan sumber-sumber alamiah dan dengan berbuat demikian mereka selalu merugikan serta mengorbankan orang lain.

Dari penjelasan di atas, kita dapat memberikan sebuah pandangan bahwa ilmu pengetahuan sekarang ini haruslah diabdikan kepada kemanfaatan bagi kehidupan kemanusiaan yang jika kita kaitkan dengan teori kebenaran dalam filsafat maka haruslah sesuai dengan teori corespondency dimana pernyataan ilmu

(23)

 pengetahuan haruslah sesuai dengan kenyataan di lapangan, selanjutnya juga harus terkait dengan teori consistency artinya bahwa kebenaran ilmu pengetahuan haruslah  berdasarkan penelitian yang menghasilkan pada ketepatan hasil sehingga antara teori corespondency dan teori consistency merupakan teori yang saling melengkapi dan  bukan teori yang dipertentangkan.

Selanjutnya, kita juga dapat memberikan sebuah pandangan bahwa ilmu  pengetahuan sekarang haruslah dapat digunakan sebagai pemecah problem-problem kehidupan yang dalam teori kebenaran filsafat haruslah bernilai pragmatism, hal ini  bukan berarti menggunakan ilmu pengetahuan semaunya sendiri sesuai dengan dorongan nafsu, melainkan pragmatism yang dibingkai oleh nilai-nilai religious keagagamaan sehingga dapat betul-betul bermanfaat dan bernilai guna bagi kehidupan kemanusiaan.

G. Penjelajahan Ilmu Dan Batas-Batasnya

Dasar ontologi ilmu sebenarnya ingin berbicara pada sebuah pertanyaan dasar yaitu : apakah yang ingin diketahui ilmu? Atau bisa dirumuskan secara eksplisit menjadi : apakah yang menjadi bidang telaah ilmu? Berbeda dengan agama atau bentuk pengetahuan yang lainnya, maka ilmu membatasi diri hanya kepada kejadian yang bersifat empiris. Secara sederhana objek kajian ilmu ada dalam  jangkauan pengalaman manusia. Objek kajian ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh pacaindera manusia. Dalam batas-batas tersebut maka ilmu mempelajari objek-objek empiris seperti batu-batuan, binatang, tumbuh-tumbuhan, hewan atau manusia itu sendiri. Berdasarkan hal itu maka ilmu dapat disebut sebagai suatu pengetahuan empiris, di mana objek-objek yang berbeda di luar jangkaun manusia tidak termasuk di dalam bidang penelaahan keilmuan tersebut.

Untuk mendapatkan pengetahuan ini, ilmu membuat beberapa asumsi mengenai objek-objek empiris. Sebuah pengetahuan baru dianggap benar selama kita  bisa menerima asumsi yang dikemukakannya. Secara lebih terperinci ilmu

mempunyai tiga asumsi yang dasar. Asumsi pertama, menganggap objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, umpamanya dalam hal bentuk,

(24)

tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan keilmuan  bertujuan mempelajari tingkah laku suatu objek dalam suatu keadaan tertentu. Asumsi ketiga, ilmu menganggap bahwa tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan. Tiap gejala mempunyai suatu hubungan pola-pola tertentu yang bersifat tetap dengan urutan kejadian yang sama. Dalam pengertian ini ilmu mempunyai sifat deterministik. Namunpun demikian dalam determinisme dalam  pengertian ilmu mempunyai konotasi yang bersifat peluang (probabilistik).

Tiap cabang membuat ranting-ranting baru seperti fisika berkembang menjadi mekanika, hidrodinamika, bunyi, cahaya, panas, kelistrikan, dan magnetisme, fisika nukir dan kimia fisik. Ilmu murni yang kemudian dikembangkan menjadi ilmu-ilmu terapan

Contohnya sebagai berikut: 1. Ilmu Murni

2. Ilmu Terapan : Mekanika, Mekanika Teknik, Hidrodinamika, Teknik Aeronaumatika, Teknik & Desain Kapal, Bunyi, Teknik Akustik, Cahaya & Optik, Teknik Iluminasi, Kelistrikan , Teknik Elektronik, Magnetisme, Teknik Kelistrikan, Fisika Nuklir, Teknik Nuklir

Cabang utama ilmu-ilmu sosial yakni antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari proses mental dan kelakuan manusia), ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhannya lewat proses pertukaran), sosiologi (mempelajari struktur organisasi sosial manusia) dan ilmu politik (mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia  berpemerintahan dan bernegara).

Cabang utama ilmu-ilmu sosial yang lainnya mempunyai cabang-cabang lagi seperti antropologi terpecah menjadi lima yakni, arkeologi, antropologi fisik, linguistik, etnologi dan antropologi sosial/kultural, semua itu kita golongkan ke dalam ilmu murni.

Ilmu murni merupakan kumpulan teori-teori ilmiah yang bersifat dasar dan teoritis yang belum dikaitkan dengan masalah kehidupan yang bersifat praktis. Ilmu terapan merupakan aplikasi ilmu murni kepada masalah-masalah kehidupan yang mempunyai manfaat praktis.

(25)

Banyak sekali konsep ilmu-ilmu sosial “murni” dapat diterapkan langsung kepada kehidupan praktis, ekonomi umpamanya, meminjam perkataan Paul Samuelson, merupakan ilmu yang beruntung (Fortunate) karena dapat diterapkan langsung kepada kebijaksanaan umum (public policy).

Di samping ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, pengetahuan mencakup  juga humaniora dan matematika. Humaniora terdiri dari seni, filsafat, agama, bahasa

dan sejarah. Matematika bukan merupakan ilmu, melainkan cara berpikir deduktif. Matematika merupakan sarana yang penting dalam kegiatan berbagai disiplin keilmuan, mencakup antara lain, geometri, teori bilangan, aljabar, trigonometri, geometri analitik, persamaan diferensial, kalkulus, topologi, geometri non-Euclid, teori fungsi, probabilitas dan statistika, logika dan logika matematika.

(26)

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan

Ilmu pengetahuan terdiri dari dua kata yakni ilmu dan pengetahuan. Ilmu merupakan salah satu dari hasil usaha manusia untuk memperadab dirinya. Sedangkan pengetahuan adalah hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni,  pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi

dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya, adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Selain kedua  penyebab di atas manusia juga mampu untuk menalar apa yang sedang diusahakannya, penalaran sendiri adalah suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Hal ini yang tidak dimiliki oleh makhluk lain selain manusia.

Dalam filsafat, kebenaran dibagi atas beberapa teori diantaranya adalah: Teori korespondency, konsistency, pragmatisme dan teori religius.

Dulu ilmu pengetahuan praktis tidak mempengaruhi hidup sehari-hari. Dianggap sesuatu yang tidak penting dan dianggap biasa saja, bila ilmu pengetahuan tidak mempunyai konsekuensi dalam hidup kemasyarakatan, karena maknanya sama sekali lain. Pada masa lampau kegiatan ilmiah tidak bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan taraf hidup jasmani. Karena manusia pada masa itu menganggap  bahwa taraf hidup sudah ditentukan oleh kodrat.

 Namun, Kegiatan ilmiah sekarang ini didasarkan pada dua keyakinan yaitu:  pertama segala sesuatu dalam realitas dapat diselidiki secara ilmiah, bukan saja untuk mengerti realitas dengan lebih baik, melainkan juga untuk menguasainya lebih mendalam menurut segala aspeknya. Kedua Semua aspek realitas membutuhkan juga  penyelidikan seperti itu. Kebutuhan-kebutuhan yang paling primer, seperti air,

makanan, udara, cahaya, kehangatan, tempat tinggal tidak akan cukup tanpa  penyelidikan.

(27)

B. Saran

Demikian makalah ini kami buat. Semoga dapat memberikan manfaat baik kepada pembaca maupun penyusun. Pastinya dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sangatlah diharapkan demi kesempurnaan makalah ini dan selanjutnya. Dan semoga  bermanfaat bagi kita semua.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Kriteria dan Cara Menemukan Kebenaran. http://catatan-

anakfikom.blogspot.co.id/2012/04/kriteria-cara-menemukan-kebenaran.html. Diakses : 22 Oktober 2016.

Anonim. 2013. Hakikat Kebenaran. (Online) :

https://wahanaviewpoint.wordpress.com/2013/12/28/kriteria-kebenaran/. Diakses : 21 Oktober 2016.

Anonim. 2013. Teori Kebenaran dalam Ferspektif Filsafat Ilmu. (Online) :

https://ilmufilsafat.wordpress.com/category/teori-kebenaran-dalam- perspektif-filsafat-ilmu/. Diakses : 20 Oktober 2016.

Anonim. 2014. Kebenaran Ilmiah. (Online) :

http://www.afdhalilahi.com/2014/11/kebenaran-ilmiah.html. Diakses : 20 Oktober 2016.

Anonim. 2016. Hakikat Filsafat dan Filsafat Ilmu. (Online) : http://eurekaislam.blogspot.co.id/2016/05/hakikat-filsafat-dan-filsafat-ilmu-dan.html. Diakses : 21 Oktober 2016.

Dartono . 2014. Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu Hubungan dengan Kebenaran. (Online) : http://profesorakil.blogspot.co.id/2014/12/sebuah-pengantar-filsafat-ilmu-hubungan.html. Diakses : 22 Oktober 2016.

Hakim. A. 2015. Hakikat Filsafat Dan Filsafat Ilmu. (Online) : https://aliflukmanulhakim.wordpress.com/2015/10/05/hakikat-filsafat-dan-filsafat-ilmu/. Diakses : 20 Oktober 2016.

Hartika, M. 2015. Teori Kebenaran Dalam Perspektif Filsafat Ilmu. (Online) : https://www.academia.edu/15668171/TEORI_KEBENARAN_DALAM_  PERSPEKTIF_FILSAFAT_ILMU. Diakses : 22 Oktober 2016.

Mulyadi . 2009. Batas-Batas Penjelajahan Ilmu. (Online) : https://mulyadiniarty.wordpress.com/2009/11/01/batas-penjelajahan-ilmu/. Diakses : 20 Oktober 2016.

Wahono, R. 2007. Hakekat Kebenaran . (online) : http://romisatriawahono.net/2007/02/20/hakekat-kebenaran/. Dikases : 22 Oktober 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Filsafat ilmu pengetahuan melandaskan dirinya pada teori korespondensi, dimana kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran ilmiah-empiris, yang diperoleh melalui metode

- Filsafat menyatukan pengetahuan yang terpotong dalam pandangan hidup yang sempurna dan terpadu. - Filsafat membantu membedakan ilmu dan scientsm - Filsafat menyumbang

Berdasarkan pendapat tersebut, peranan falsafah ilmu dalam pengembangan ilmu pengetahuan, membedakan ilmu dari 2 (dua) sudut pandangan, yaitu pandangan positivistik

Sementara ketiga filsuf ini berperan penting dalam transisi dari filsafat ilmu positivis, argumen dan pandangan mereka telah digantikan: Data mungkin sarat teori, tetapi

Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu mendengar istilah ilmu, namun banyak orang yang belum memahami dengan sesungguhnya bagaimana filsafat ilmu tersebut. Dalam makalah

Perkembangan suatu ilmu akan kian berkembang dengan seiringinnya perkembangan zaman, termasuk ilmu keagamaan. Studi Islam merupakan bagian dari ilmu pengetahuan

• Filsafat ilmu pengetahuan melandaskan dirinya pada teori korespondensi (keselarasan antara ide dengan semesta luar), dimana kebenaran ilmu pengetahuan adalah.

Filsafat, ilmu pengetahuan dan filsafat filsafat merupakan kegiatan manusia yang berusaha untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan