• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Hasil Fraksinasi Ekstrak Etanol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Hasil Fraksinasi Ekstrak Etanol"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT: Uric acid is the end product of purine metabolism in humans and imbalance of uric acid levels in the blood to triggered hyperuricemia then incidence and prevalence is quite high in Indonesia. This study was conducted to determine whether hyperuricemic affects the decrease of uric acid level in white male mouse hyperurisemia by using lado-lado (Litsea cubeba,Pers) leaf. Sample was extracted with 70% ethanol and subsequently fractionated by using hexane, ethyl acetate and water residual solvents. potassium oxonate doses 250 mg/kgBW and long bean juice (Vigna unguiculata,Walp) doses 0.5 mL/20 gramBB frequency 3 times daily as inducer. It taked for 5 days to hyperuricemia condition. At the time of treatment, only use long peanut juice for inducer. Doses 12,5 mg/ kgBW; 25 mg/kgBW and 50 mg/kgBW and variations of 7, 14 and 21 days on hyperuricemic condition. Serum uric acid levels were measured by using a clinical photometer with an enzymatic principle. The resultant decrease in uric acid levels was best obtained at the fraction of ethyl acetate of lado-lado leaves (<0.05) and the doses of 50 mg/kgBW with 7 days of administration was the best variation to decrease uric acid levels in high uric acid serum level condition.

Keyword: lado-lado leaves; uric acid; fractionation; photometer; hyperuricemiai.

ABSTRAK:Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin pada manusia dan ketidakseimbangan kadar asam urat di dalam darah menjadi pencetus hiperurisemia. Insiden dan prevalensinya cukup tinggi di Indonesia. Dalam penelitian ini sudah dilakukan untuk mengkaji pengaruh pemberian hasil fraksinasi daun lado-lado (Litsea cubeba,Pers) terhadap kadar asam urat dalam serum darah mencit putih jantan hiperurisemia. Penyarian simplisia dilakukan dengan etanol 70% dan fraksinasi ekstrak dilakukan dengan menggunakan pelarut heksan, etil asetat dan air. Peningkatan kadar asam urat pada hewan diinduksi dengan Potasium oksonat 250 mg/kgBB dan jus kacang panjang 0,5 mL/20gramBB. Pada uji pendahuluan, hasil fraksinasi diberikan secara oral selama seminggu dengan dosis 25 mg/kgBB. Kelompok yang memberikan penurunan kadar asam urat tertinggi diuji lagi dengan memvariasikan dosis fraksi terpilih 12,5 mg/kgBB, 25 mg/kgBB dan 50 mg/kgBB yang diberikan secara oral selama 7, 14 dan 21 hari. Hasil penelitian menunjukan bahwa kelompok yang memberikan penurunan kadar asam urat serum tertinggi adalah fraksi etil asetat. Terlihat peningkatan yang nyata (P ≤0.05). Pemberian dosis 50 mg/ kgBB dengan lama pemberian 7 hari memberikan hasil terbaik (P ≤0.05) pada kelompok mencit hiperurisemia.

Kata kunci: daun lado-lado; asam urat; fraksinasi; fotometer; hiperurisemia.

Access this article website: jstf.ffarmasi.unand.ac.id

QR Code:

Rizky Yulion

P

1*

,

Suhatri,

Helmi Ariin.

1 Fakutas Farmasi Universitas Andalas,

Padang

Corresponding Author: Rizky Yulion P Fakutas Farmasi Universitas Andalas rizkyyulionputra30@gmail. com

Pengaruh Hasil Fraksinasi Ekstrak Etanol Daun

Lado-lado (

Litsea cubeba,Pers

) Terhadap Kadar

Asam Urat Serum Darah Mencit Putih Jantan

Tinggi Asam Urat

s96

PENDAHULUAN

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh (B. Lin et. al., 2013) didapatkan hasil bahwa akar dari tumbuhan lado-lado (L cubeba,Pers) dapat menjadi adjuvant pada terapi arthritis. Tumbuhan yang memiliki aktiitas antioksidan dan positif lavonoid berpeluang memiliki aktiitas xantin oksidase inhibitor (Y. S. Song et. al., 2003)–(SH Nile et. al., 2013) sehingga dapat menurunkan kadar asam urat didalam darah. Tumbuhan lado-lado diketahui memiliki aktiitas antioksidan (JK Hwang et. al., 2005) dan golongan lavonoid memiliki potensi lebih besar sebagai xantin oksidase inhibitor (L Scotti et. al., 2017). Kuersetin merupakan golongan lavonoid yang mempunyai beraktiitas sebagai xantin oksidase inhibitor yang dapat menurunkan kadar asam urat (L Scotti et. al., 2017)–(Q.-H.

Hu et. al., 2009) maka, digunakan kuersetin sebagai pembanding untuk uji kualitatif dengan metoda kromatograi lapis tipis pada penelitian ini. Xantin oksidase adalah enzim yang memicu terjadinya oksidasi dari hipoxantin untuk dirubah menjadi xantin dan kemudian terbentuklah asam urat (KR Sathisha et. al., 2011). Selain kuersetin, pada hasil isolasi rutin, genistein, apigenin juga memiliki aktiitas xantin oksidase yang dapat menurunkan kadar asam urat didalam darah (J Huang et. al., 2011). Diketahui dari penelitian (SY Wang et. al., 2008) bahwa daun Cinnamomum osmophloeum yang merupakan family lauraceae diketahui memiliki aktiitas xantin oksidase inhibitor.

(2)

hidup yang berlebihan, serta insiden dan prevalensi gout cukup tinggi di Indonesia pada usia produktif karena terjadinya ketidakseimbangan kadar asam urat didalam darah (FM Sholihah et. al., 2005). Banyak faktor dapat menjelaskan meningkatnya prevalensi gout, termasuk diantaranya adalah usia, kebiasaan makan, dan obesitas (DW Hawking et. al., 2005). Pengendapan monosodium urate monohidrat dan kristal asam urat pada sinovial bagian sendi dan jaringan lunak merupakan pencetus hiperurisemia, baik akut maupun kronis (P Bentley, 2007). Gout merupakan hasil dari pengendapan Kristal urat pada jaringan dan menimbulkan respons inlamasi. Gout akut biasanya akan menimbulkan nyeri pada distal monoarthritis, tetapi itu hanya akan terjadi bila terdapat kerusakan sendi (A. G. & L. Goodman, 2008).

METODE PENELITIAN

Persiapan Alat dan Bahan Alat Penelitian

Botol maserasi, rotary evaporator (Ika®rv10), timbangan analitik (Precisa®), lampu uv (Camag®) timbangan hewan, kandang hewan, fotometer klinik (5010V5+®), sentrifus (Nuve-NF200), tabung penampung darah (microtube), pisau silet (Gold®), pipet mikro, pipet tetes, blender, gelas ukur, erlemeyer, jarum oral, lumpang, stamfer, kaca arloji, kertas tisu, serbet, waterbath (Memert®), corong, corong pisah, gunting bedah, papan bedah, tabung reaksi, kapas, kertas saring, spatel, sudip, beaker glass, spuit, pinset.

Bahan Penelitian

Daun lado-lado (Litsea Cubeba, Pers), jus kacang panjang (Vigna unguiculata. L), ampas kacang panjang, potassium oksonat, aloksan, etanol 70%, etil, n-heksan, etil asetat, aqua destilata, glukosa, lempeng KLT silika gel F254, rutin, n-butanol , asam asetat 98%, metanol, eter, makanan standar mencit, serum mencit, allopurinol (PT. Novapharin), na-cmc dan reagen asam urat FS TBHBA (Rajawali®).

Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih jantan yang sehat berumur 3-4 bulan dengan berat badan 20-30 gram sebanyak 84 ekor.

Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan adalah daun lado-lado (Litsea cubeba,Pers). Sampel segar diambil di Jorong Landai, Desa Hulu Air, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat.

Identiikasi Sampel

Identiikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium ANDA Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas.

Pembuatan Ekstrak Etanol Daun lado-lado (Litsea cubeba, Pers)

Daun segar lado-lado (L cubeba, Pers) disortir dan dilakukan pencucian hingga bersih kemudian dikering anginkan, selanjutnya dihaluskan dengan menggunakan blender hingga didapatkan simplisia kasar dan ditimbang. Kemudian sampel kering yang telah dirajang dimasukkan ke dalam wadah maserasi dan ditambahkan pelarut etanol 70%, dimasukkan 1 (satu) bagian serbuk kering simplisia ke dalam maserator lalu ditambahkan 10 (sepuluh) bagian pelarut. Proses maserasi dilakukan selama 1 hari, selama 6 jam pertama sambil sekali-sekali diaduk, kemudian diamkan selama 18 jam. Maserat dipisahkan dengan cara penyaringan. proses penyarian diulangi sekurang-kurangnya dua kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Lalu semua maserat dikumpulkan kemudian diuapkan dengan penguap vakum dengan menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental (Depkes RI, 2008).

Proses Fraksinasi Daun lado-lado (Litsea cubeba, Pers) Ekstrak etanol 70% daun lado-lado difraksinasi dengan pelarut air dan n-heksan dengan (1:1) dalam corong pisah kemudian dikocok secukupnya, lalu dibiarkan hingga terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan n-heksan dan lapisan air, lalu dilakukan pemisahan kedua lapisan tersebut. Perlakuan ini dilakukan beberapa kali pengulangan hingga lapisan n-heksan terlihat jernih hingga diperoleh larutan sampel fraksi n-heksan. Lapisan air kemudian difraksinasi kembali dengan menggunakan pelarut etil asetat, dilakukan dengan beberapa kali pengulangan seperti perlakuan diatas hingga diperoleh sampel fraksi air dan sampel fraksi etil asetat. Semua bagian fraksi n-heksan, etil asetat dan air masing-masing diuapkan secara vakum dengan menggunakan rotary evaporator hingga didapatkan sampel fraksi kental (B. Tahir et. al., 2008)–(AW Ningdyah et. al., 2015).

Pemeriksaan Mutu

Penetapan organoleptik yang meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa. Dilakukan pemeriksaan organoleptik terhadap bentuk, warna, bau dan rasa dari ekstrak daun lado-lado (Litsea cubeba, Pers). Penetapan Susut Pengeringan Ekstrak Etanol Krus bertutup dipanaskan pada suhu 105°C selama 30 menit dan lalu ditara. Simplisia ditimbang sebanyak 1 g dan dimasukkan

2

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 19 Suplemen 1 (Desember 2017)

(3)

ke dalam krus tersebut. Kemudian dipanaskan dalam oven, dengan keadaan tutup terbuka pada suhu 105°C selama 30 menit, dan diulangi hingga bobot konstan. Sebelum setiap penimbangan hasil pengeringan, biarkan krus dalam keadaan tertutup mendingin dalam desikator hingga suhu kamar . Hasil penimbangan dicatat (H Ariin et. al., 2006), (Depkes, 2000).

Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Lado-lado (M Sangi et. al., 2012), (HL Putri et. al., 2015)

Identiikasi Alkaloid.

Ekstrak etanol daun lado-lado (L cubeba,Pers) dipindahkan kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan masing-masingnya dengan pereaksi Dragendorf dan Wagner. Terdapatnya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan merah pada pereaksi Dragendorf, dan endapan coklat pada endapan pereaksi Wagner.

Identiikasi Flavonoid.

Ekstrak etanol daun lado-lado (L cubeba,Pers) dipindahkan kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan HCl dan serbuk Mg. hasil uji positif lavonoid ditandai dengan munculnya warna merah bata.

Identiikasi Saponin.

Ekstrak etanol daun lado-lado (L cubeba,Pers) dipindahkan kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan air kemudian dididihkan selama beberapa menit. Larutan disaring dan iltratnya dikocok kuat. Timbulnya buih yang stabil selama 10 menit setelah pengocokkan menunjukkan terdapatnya saponin.

Identiikasi Tanin.

Ekstrak etanol daun lado-lado (L cubeba,Pers) dipindahkan kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan air kemudian dididihkan selama beberapa menit. Larutan ini disaring dan iltratnya ditambah FeCl3 1% (b/v). Warna biru tua atau hitam kehijauan menunjukkan terdapatnya tanin.

Identiikasi Triterpenoid dan Steroid.

Ekstrak etanol daun lado-lado (L cubeba,Pers) dipindahkan kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan 25 mL etanol 30% lalu dipanaskan selama 5 menit dan disaring. Filtratnya ditambah pereaksi Lieberman Buchard. Warna merah atau ungu menunjukkan triterpenoid. Warna hijau atau biru menunjukkan steroid.

Uji Kromatograi Lapis Tipis Fraksi Etil Asetat (L cubeba,Pers)

Kromatograi lapis tipis fraksi, menggunakan fase gerak n-butanol, asam asetat dan aqua destilata (7:1:1) dan fase diam silika gel F254. Larutan uji dilarutkan dalam etanol dan digunakan Rutin sebagai pembanding dalam etanol P lalu dideteksi dengan lampu UV dengan λ = 254 nm. Harga Rf dihitung dari masing-masing komponen.

Rf= (jarak (cm) ditempuh komponen ) (jarak (cm) yang ditempuh eluen )

Persiapan Hewan Percobaan

Hewan diadaptasi selama 7 hari untuk membiasakan hewan pada kondisi percobaan dan diberi makanan standar dan minuman yang cukup. Hewan diaklimatisasi selama 7 hari sebelum diberi perlakuan. Hewan dinyatakan sehat apabila selisih berat badan sebelum dan sesudah diadaptasikan tidak lebih dari 10% dan secara visual menunjukkan perilaku normal (HG Vogel, 2008).

Pembuatan Induktor

Potassium oksonat 250 mg/kgBB.

Induktor (penginduksi) yang digunakan untuk membuat mencit hiperurisemia adalah potassium oksonat dengan dosis 250 mg/kgBB mencit.

Jus Kacang Panjang (Vigna unguiculata. L)

Jus kacang panjang dilakukan variasi dosis 0,3 mL/20gramBB; 0,5 mL/20gramBB dan 0,7 mL/20gramBB mencit dan ampas kacang panjang (1:1) dengan makanan standar dengan lama pemberian selama 5 hari (A Suhendi et. al., 2011).

Perlakuan Hewan Percobaan dan Perencanaan Dosis. Pada uji pendahuluan kelompok fraksi dilakukan variasi jenis fraksi dengan lama pemberian 7 hari dengan dosis 25 mg/kgBB, selanjutnya dilakukan uji lanjutan dengan variasi dosis 12,5 25 dan 50 mg/kgBB dengan lama pemberian 7, 14, dan 21 hari.

3

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 19 Suplemen 1 (Desember 2017)

Gambar 2. Proil kromatograi lapis tipis fraksi etil asetat daun

(4)

Pembanding

Pembanding yang digunakan adalah allopurinol dengan dosis 10mg/kgBB (DA Juwita et. al., 2014).

Pembuatan Sediaan

Bahan uji yang digunakan adalah fraksi daun lado-lado yang didispersikan dalam air suling dengan bantuan Na-CMC 0,5% sebagai pensuspensi. Berat fraksi kental yang akan didispersikan ditimbang berdasarkan dosis yang direncanakan. Begitu juga dengan allopurinol sebagai pembanding.

Uji Pendahuluan

Penentuan Pengaruh Variasi dosis jus Kacang Panjang (Vigna unguiculata. L) Sebagai Induktor Hiperurisemia.

Uji pengaruh variasi dosis kacang panjang pada mencit hiperurisemia dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian dosis jus kacang panjang yang dapat menaikan kadar asam urat didalam darah. Hewan uji 12 ekor dikelompokkan menjadi 4 kelompok, terdiri dari 3 ekor mencit dan diperlakukan seperti terlihat dalam tabel berikut :

Semua kelompok hewan percobaan yang mendapatkan jus kacang panjang dengan frekuensi 3x sehari juga diberikan pakan ampas kacang panjang yang dicampurkan dengan pakan standar mencit hingga diperoleh kondisi hiperurisemia. Pengambilan darah dilakukan 2 jam setelah pemberian induksi (Muhtadi A et. al., 2013) dan pengukuran kadar asam urat dalam darah pada masing-masing hewan percobaan dilakukan pada hari ke 5 dengan menggunakan alat digital Nesco®MultiCheck.. Alat dikalibrasi terlebih dahulu dengan nomor kode yang disesuaikan dengan tes strip yang akan digunakan. Tes strip diselipkan pada tempat khusus pada alat tersebut, kemudian pada layar aka muncul gambar “tetesan darah” yang menandakan alat siap digunakan (L Hamzah et. al., 2014). Setelah ekor mencit didisinfektan dengan etanol 70% ujung ekor digunting, tetesan darah pertama dibuang, tetesan berikutnya diserapkan pada test strip sampai terdengar bunyi, setelah itu pendarahan pada ekor mencit dihentikan. Dalam waktu 6 detik pada layar akan tertera kadar asam urat dalam mg/dl. Uji dilakukan pada setiap mencit pada semua kelompok. Kemudian dari hasil tersebut dapat tentukan salah satu variasi dosis jus kacang panjang yang paling efektif yang kemudian

dijadikan induktor hiperurisemia disamping penggunaan potassium oksonat yang juga digunakan sebagai induktor hiperurisemia.

Penentuan Aktiitas Terbaik Hasil Fraksinasi ekstrak Etanol

Daun Lado-Lado.

Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui bagian fraksi yang memiliki aktivitas terbaik dalam menurunkan kadar asam urat dalam darah hewan percobaan. Hewan uji 18 ekor dikelompokkan menjadi 6 kelompok, terdiri dari 3 ekor mencit dan diperlakukan seperti terlihat dalam tabel berikut:

Pada tahapan awal penelitian semua hewan percobaan dikondisikan hingga hiperurisemia. Digunakan induktor potassium oksonat dosis 250 mg/kgBB dengan pemberian sonde oral selama, hingga kadar asam urat darah hewan percobaan berkisar antara 1,7-3,0 mg/dL (Suhendi et al., 2011). Pemberian induktor potassium oksonat dilakukan selama 5 hari. Pengukuran kadar asam urat pada masing-masing kelompok hewan percobaan dilakukan pada hari ke 7 pemberian dosis fraksi. Pemberian sediaan uji dilakukan satu jam setelah induksi hiperurisemia (Suhendi et al., 2011). Pengambilan darah hewan coba dilakukan 2 jam setelah pemberian induksi (Muhtadi et al., 2013) dan dilakukan dari pembuluh darah leher kemudian darah yang didapat segera ditampung kedalam microtube lalu disentrifus dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit. Lapisan atas diambil dan direaksikan dengan reagen Uric acid FS*TBHBA (2,4,6-tribromo-3 hydroxybenzoic acid) lalu diinkubasi selama 10 menit (Artini et al., 2012). Kadar asam urat dihitung dengan menggunakan alat fotometer klinik dengan prinsip enzimatis (Juwita et al., 2014; Muhtadi et al., 2011; Rahman et al., 2014; Verma et al., 2013; T. Wang et al., 2015).

s97

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 19 Suplemen 1 (Desember 2017)

Tabel 1. Kelompok Uji Pengaruh Variasi dosis jus Kacang

Panjang Sebagai Induktor Hiperurisemia

No Kelompok Perlakuan Dosis Perlakuan

1 Kontrol Negatif Diberi makanan biasa

2 Jus Kacang Panjang Diberi 0,3 mL/20gramBB

3 Jus Kacang Panjang Diberi 0,5 mL/20gramBB

4 Jus Kacang Panjang Diberi 0,7 mL/20gramBB

Tabel 2. Uji pendahuluan penentuan aktiitas fraksi terbaik

daun lado-lado

No Kelompok Perlakuan Dosis

1 Kontrol Negatif Hanya diberi larutan

(Na-CMC)

2 Kontrol Positif Hanya diberi penginduksi

3 Hiperurisemia + ekstrak etanol lado-lado

Diberi indiktor potassium oksonat dan ekstrak etanol 25 mg/kgBB

4 Hiperurisemia + fraksi

heksan lado-lado

Diberi indiktor potassium oksonat dan fraksi heksan dosis 25 mg/kgBB

5 Hiperurisemia + fraksi etil

asetat lado-lado

Diberi indiktor potassium oksonat dan fraksi etil ase-tat dosis 25 mg/kgBB

6 Hiperurisemia + fraksi

sisa air lado-lado

(5)

Pengujian Aktiitas Fraksi Daun Lado-Lado.

Hewan percobaan sebanyak 54 ekor dibagi kelompok perlakuan terdiri dari 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 9 ekor hewan percobaan.

Hewan percobaan yang digunakan sebanyak 54 ekor yang dibagi menjadi 6 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 9 ekor. Hewan percobaan terlebih dahulu diaklimatisasi selama 7 hari dan telah dibuat hiperurisemia (selain kelompok kontrol negatif). Sebelum diberi perlakuan hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama ± 2 jam dengan tetap diberi minum ad libitum. Diberikan induksi potassium oksonat dosis 250mg/ kgBB dengan frekuensi 1x sehari, jus kacang panjang 0,5 mL/20gramBB dengan frekuensi 3x sehari dan pemberian pakan ampas kacang panjang (1:1) dengan makanan standar dilakukan selama 5 hari hingga mencapai kondisi hiperurisemia. Pada hari ke 6 dihitung menjadi hari ke 1 pemberian dosis fraksi etil asetat pada masing-masing hewan percobaan.

Dilakukan pengukuran aktiitas pada hari ke 7, 14 dan 21. Pada saat perlakukan dosis obat, masing-masing hewan percobaan diberikan induksi jus kacang panjang 0,5 mL/20gramBB dengan frekuensi 3x sehari. Sediaan fraksi obat diberikan dengan frekuensi 1x sehari dan diberikan satu jam setelah induksi pertama dipagi hari (Suhendi et al., 2011) dan pengambilan darah hewan coba dilakukan 2 jam setelah pemberian induksi (Muhtadi et al., 2013).

Pengukuran Kadar Asam Urat

Diambil 20 μl plasma ditambah 1000 µl monoreagen. Plasma yang telah dicampur homogen dengan pereaksi Uric Acid FS* TBHBA diinkubasi selama 10 menit. Selanjutnya larutan sampel, standart dan blangko (aquadest) dibaca kadarnya pada panjang gelombang 546 nm. dengan menggunakan fotometer klinik (NPR Artini et. al., 2012), (E. Sutrisna et. al., 2012)

HASIL DAN DISKUSI

Sebanyak 1 Kg daun lado-lado yang telah dikeringkan dengan metoda kering angin dan telah dihalus lalu diekstraksi dengan etanol 70% sebanyak 30 L menghasilkan ekstrak kental 185 gram. Rendeman yang diperoleh adalah 18,5% (Lampiran 9). Hasil rendeman yang didapatkan, diatas nilai rendeman yang tertera pada farmakope herbal Indonesia adalah 15,4% (Depkes RI, 2008). Sebanyak 120 gram ekstrak kental daun lado-lado difraksinasi berturut-turut dengan menggunakan n-heksan, etil asetat dan sisa air. Jumlah fraksi kental yang didapatkan adalah n-heksan 2,364 gram, etil asetat 5,94 dan sisa air 101,148.

Dari pemeriksaan organoleptis daun lado-lado mempunyai bentuk kental bau khas, rasa agak pedas dan hangat dan berwarna coklat tua (Lampiran 3). Pada pemeriksaan nilai susut pengeringan ekstrak kental daun lado-lado didapatkan 7,82% (Lampiran 3). Pada pemeriksaan kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada sampel, didapatkan hasil negatif pada uji saponin dan dan steroid. Pada uji alkaloid, lavonoid, tanin, dan triterpenoid, didapatkan hasil positif (Lampiran 3). Didapatkan hasil positif pada uji lavonoid yang bepeluang memiliki aktiitas antioksidan, maka sampel yang digunakan berpotensi sebagai xantin oksidase inhibitor. Pada pengerjaan kromatograi lapis tipis, digukanan plat KLT sebagai fase diam dan untuk fase gerak dipakai heksan - etil asetat (5:5). Didapatkan nilai Rf yang sama dari fraksi etil asetat daun lado-lado dan pembanding kuersetin pada Rf 0,67 (Lampiran 3). Kuersetin dipilih karena merupakan golongan lavonoid yang telah diketahui memiliki aktiitas sebagai xantin oksidase inhibitor (J Huang et. al., 2011) dan menampilkan noda yang cukup dominan pada uji kromatograi lapis tipis.

Kabupaten Lima Puluh Kota mendukung untuk hidup dan tersebarnya tumbuhan lado-lado karna Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki letak geograis pada 110 – 2.261 meter diatas permukaan laut dan lokasi jorong Landai, Desa Hulu Air, Kecamatan Harau merupakan daerah perbukitan dengan cuaca yang cukup panas. Diketahui tumbuhan lado-lado dapat tersebar pada letak geograis 700 – 2.300 meter diatas permukaan laut (Kemenhut, 2014)–(BPS Kabupaten Lima Puluh Kota, 2017). Pada Tinjauan kandungan metabolit sekunder, diketahui bahwa tumbuhan yang memiliki aktiitas antioksidan berpeluang memiliki aktiitas xantin oksidase inhibitor (Y. S. Song et. al., 2003) yang dapat dimanfaatkan untuk menurunkan kadar asam urat didalam darah dengan cara menghambat kerja enzim xantin oksida, sehingga pembentukan kadar asam urat dapat dirintangi didalam darah. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh (JK Hwang et. al., 2005) didapatkanlah hasil bahwa tumbuhan lado-lado diketahui memiliki aktiitas antioksidan dan menunjukan hasil positif terhadap golongan lavonoid merupakan diketahui memiliki aktiitas sebagai antioksidan. Kuersetin merupakan senyawa spesiik

s98

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 19 Suplemen 1 (Desember 2017)

Tabel 3. Perlakuan pengujian fraksi etil asetat daun lado-lado

pada mencit hiperurisemia

No Kelompok Perlakuan Perlakuan terhadap

Hewan Percobaan

1 Kontrol negatif Hanya diberi larutan

(Na-CMC)

2 Kontrol positif Hanya diberi penginduksi

3 Dosis 1 + hiperurisemia Diberi indiktor dan fraksi etil asetat

dosis 12,5 mg/kgBB 4 Dosis 2 + hiperurisemia Diberi indiktor dan fraksi

etil asetat dosis 25 mg/kgBB

5 Dosis 3 + hiperurisemia Diberi indiktor dan fraksi etil asetat

dosis 50 mg/kgBB 6 Pembanding (Allopurinol) Diberi indiktor dan

allopu-rinol

(6)

yang termasuk kedalam golongan lavonoid yang telah diketahui memiliki aktiitas sebagai sebagai xantin oksidase inhibitor yang dapat menurunkan kadar asam urat (J Huang et. al., 2011), (Q.-H. Hu et. al., 2009) maka, kuersetin dipilih sebagai pembanding secara kualitatif pada uji kromatograi lapis tipis untuk membuktikan bahwa adanya kuersetin yang mewakili golongan lavonoid yang telah diketahui memiliki aktiitas xantin oksidase inhibitor. Xantin oksidase adalah enzim yang memicu terjadinya oksidasi dari hipoxantin yang akan dirubah menjadi xantin dan kemudian terbentuklah asam urat (KR Sathisha et. al., 2011). Selain kuersetin, pada hasil isolasi rutin, genistein, apigenin juga memiliki aktiitas xantin oksidase yang dapat menurunkan kadar asam urat didalam darah (J Huang et. al., 2011).

Sebelum dilakukannya proses ekstraksi, sampel dirajang terlebih dahulu agar meningkatkan luas permukaan sampel. Hal ini bertujuan untuk memperluas bidang permukaan sampel sehingga akan memudahkan pelarut untuk masuk ke dalam membran sel dan akan lebih banyak senyawa yang dapat ditarik oleh pelarut. Digunakan sampel daun lado-lado yang telah dikering dan telah dirajang sebanyak 1 kg yang segera dilakukan proses maserasi. Proses selanjutnya daun lado-lado diekstraksi dengan cara maserasi. Maserasi merupakan proses penyarian dengan merendaman simplisia didalam pelarut organik hingga pelarut akan melunakkan susunan sel, sehingga zat– zat yang terkandung di dalamnya akan terlarut (MF Daud et. al., 2011). Cara maserasi dipilih karna merupakan cara yang paling sederhana dan tidak memerlukan peralatan khusus serta suhu yang digunakan relatif rendah, sehingga dapat mencegah penguraian senyawa yang tidak tahan panas atau zat yang belum diketahui apakah zat tersebut tahan panas atau tidak. Proses maserasi sampel daun lado-lado dilakukan dengan menggunakan etanol 70% sebagai pelarut agar dapat menarik zat-zat berkhasiat yang terdapat dalam simplisia yang digunakan dan lebih bersifat universal serta kemampuannya untuk mengendapkan protein dan menghambat kerja enzim, sehingga dapat terhindar dari proses hidrolisis dan oksidasi. Etanol 70% juga lebih dipilih pada proses maserasi dari bahan kering yang memerlukan pembasahan terhadap simplisia sehingga lebih optimal dibandingkan etanol 96%, karna sampel yang digunakan adalah simplisia kering. Digunakan sebanyak 30 liter etanol 70% untuk proses maserasi. (E Kumalasari et. al., 2011; J Harborne et. al., 2009).

Proses maserasi sampel dilakukan di dalam botol gelap dan terlindung dari cahaya dan ditutup untuk menghindari pengaruh oksidasi. Sampel dimaserasi 24 jam, selama 6 jam pertama sampel diaduk-aduk lalu sampel didiamkan untuk 18 jam selanjutnya, dilakukan 3 kali pengulangan pada tahapan ini (Depkes RI, 2008). Pengadukan bertujuan agar pelarut bisa berulang-ulang masuk ke dalam sampel yang telah dipotong dan diharapkan terjadi keseimbangan konsentrasi bahan ekstraktif yang lebih cepat ke dalam pelarut. Keadaan diam selama maserasi bisa menyebabkan turunnya

perpindahan zat aktif. Setelah maserasi dilakukan, maserat disaring dan pelarutnya di uapkan dengan rotary evaporator dengan tujuan untuk mengurangi tekanan udara pada permukaan sehingga menurunkan tekanan uap pelarut dan selanjutnya akan menurunkan titik didih pelarut tersebut. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan terurainya zat aktif yang tidak tahan pemanasan yang terdapat dalam ekstrak tersebut sampai didapatkan ekstrak yang kental dari daun lado-lado sebanyak 185 gram dengan rendeman 18,5%. Jumlah ekstrak kental yang didapatkan memenuhi persyaratan yang tertera pada Farmakope Herbal Indonesia adalah tidak kurang dari 15,7% (Depkes RI, 2008), (J Harborne et. al., 2009).

Selanjutnya, ekstrak etanol yang telah didapat segera dilakukan proses fraksinasi untuk memisahkan senyawa-senyawa berdasarkan tingkat kepolarannya, diantaraya adalah senyawa yang bersifat polar, semi polar dan non polar. Selanjutnya ekstrak kental etanol di fraksinasi untuk mendapatkan senyawa aktif yang bersifat polar, semi polar dan non polar. Pada prinsipnya senyawa polar diekstraksi dengan pelarut polar sedangkan senyawa non polar diekstraksi dengan pelarut non polar. Pelarut yang bersifat polar akan melarutkan komponen yang bersifat polar dan pelarut non polar akan melarutkan komponen senyawa yang bersifat non polar yang juga disebut.“like dissolve like” (J Harborne et. al., 2009), (L Mariana et. al., 2013). Sebanyak 120 gram ekstrak etanol dilakukan proses fraksinasi secara bertahap dengan pelarut air dan n-heksan dalam corong pisah untuk memisahkan kandungan kimia yang bersifat non polar. Lapisan air kemudian difraksinasi dengan pelarut etil asetat untuk mendapatkan fraksi semi polar etil asetat dan fraksi polar air. Semua fraksi yang diperoleh kemudian diuapkan dengan rotary evaporator sampai kental, sehingga didapatkan fraksi kental n-heksan 2,364 gram (rendeman 1,97%), etil asetat 5,94 (rendeman 4,95%) dan sisa air 101,148 (rendeman 84,29%).

Karakterisasi sampel meliputi uji organoleptis, susut pengeringan, uji itokimia dan proil kromatogram menggunakan kromatograi lapis tipis. Didapatkan hasil uji organoleptis Dari pemeriksaan organoleptis, bentuk kental, bau khas, rasa agak pedas dan hangat dan berwarna coklat tua pada ektrak daun lado-lado. Uji organoleptis bertujuan untuk pengenalan awal secara sederhana dan subjektif. Salah satu parameter karakterisasi adalah pemeriksaan susut pengeringan. Nilai dari susut pengeringan dapat menggambarkan nilai kadar air, disamping untuk penentuan kadar air, dapat juga untuk menentukan jumlah zat lain yang mudah menguap pada ekstrak. Kadar air dalam ekstrak yang baik tidak lebih dari 10%, hal ini bertujuan untuk menghindari cepatnya pertumbuhan jamur dalam ekstrak (H Ariin et. al., 2006), (Depkes, 2000). Didapatkan nilai 7,82% pada nilai susut pengeringan ekstrak etanol daun lado-lado. Pengujian susut pengeringan dimaksudkan untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Pada uji itokimia ekstrak daun lado-lado, didapatkan

(7)

hasil positif pada uji alkaloid, lavonoid, tannin, dan triterpenoid, namun pada uji saponin dan dan steroid, didapatkan hasil negatif. Uji KLT dilakukan dengan menggunakan eluen heksan – etil asetat (5:5) dan digunakan kuersetin sebagai pembanding. Hasil KLT dari fraksi etil asetat didapatkan noda dengan nilai Rf 0,67 noda yang dihasilkan dilihat dengan menggunakan lampu ultraviolet dengan panjang gelombang 254 nm, didapatkan noda yang sejajar pada sampel dan kuersetin yang digunakan sebagai pembanding. Hasil tersebut menunjukan bahwa pada fraksi etil asetat daun lado-lado terdapat kuesetin yang merupakan golongan lavonoid yang telah terbukti memiliki aktiitas sebagai xantin oksidase inhibitor yang akan menyebabkan efek penurunan kadar asam urat didalam darah (U Takahama et. al., 2011). Namun pada rangkaian penelitian ini, belum tentu kuersetin yang memberikan aktiitas terbesar, karena sampel yang digunakan masih berupa hasil fraksinasi, bukan merupakan senyawa tunggal.

Pembentukan asam urat terjadi melalui jalur oksidasi hipoxanthin dan guanin menjadi xanthin yang dikatalisis oleh enzim xanthin oksidase dan guanase. Kemudian xanthin akan teroksidasi menjadi asam urat dalam reaksi selanjutnya yang dikatalisis oleh enzim xanthin oksidase. Dengan demikian enzim xanthin oksidase merupakan lokasi esensial untuk intervensi farmakologis pada penderita hiperurisemia dan penyakit gout (Murray et al, 1999).

Digunakan mencit putih jantan sebagai hewan percobaan dalam rangkaian penelitian ini sebanyak 84 ekor yang berumur 3-4 bulan dengan berat badan 20-30 gram. Dilakukan aklimatisasi terhadap semua hewan coba selama 1 minggu, agar semua hewan coba dapat menyesuikan diri dengan lingkungannya. Mencit yang dipilih pada penelitian adalah mencit yang sehat dengan ciri-ciri menunjukan tingkah laku yang normal dan mata jernih bersinar. Selama pemeliharaan mencit diberi makan dan minum yang cukup (Malole, 1989). Pengambilan sampel darah mencit dilakukan 2 jam setelah induksi hiperurisemia diberikan (Muhtadi A et. al., 2013) dan dilakukan dengan cara dislokasi pembuluh darah leher. Darah yang didapatkan segera ditampung pada tabung microtube dengan volume 1,5 mL. Cara ini dipilih karena merupakan cara yang paling mudah untuk pengambilan darah hewan percobaan. Cara ini dapat memicu stress terhadap hewan coba, namun hal ini dapat diatasi dengan melakukan pemilihan pisau silet yang tajam dalam proses dislokasi pembuluh darah leher hewan percobaan. Pengukuran kadar asam urat dalam serum dilakukan dengan menggunakan fotometer klinik.

Untuk menginduksi asam urat dapat digunakan hati ayam, melinjo, kacang-kacangan dan kalium oksonat. Pada uji pendahuluan penelitian ini, digunakan potassium oksonat dengan dosis 250 mg/kgBB dengan frekuensi 1x sehari untuk menginduksi asam urat pada hewan percobaan. Uji pendahuluan ini dilakukan selama 7 hari untuk penentuak jenis fraksi terbaik yang digunakan pada penelitian ini. Didapatkan pada aktiitas fraksi etil asetat

daun lado-lado menunjukan penurunan kadar asam urat terbaik didalam darah pada penelitian ini, sehingga fraksi etil asetat siap digunakan sebagai uji lanjut terhadap uji variasi dosis terhadap kondisi hiperurisemia dan kondisi patologi diabetes.

Pada uji pendahuluan ini, didapatkan hasil nilai penurunan kadar asam urat terbaik pada fraksi etil asetat. Hasil analisis statistik didapatkan nilai homogenitas (P>0,05) maka dilakukan uji anova. Didapatkan efek terbaik fraksi etil asetat (P<0,05) dibandingkan dengan perlakuan. Diduga senyawa aktif yang pemberian dapat menurunkan kadar asam urat terdapat pada fraksi semi polar. Sebagai penginduksi, digunakan potassium oksanat dengan dosis 250 mg/kgBB dengan kombinasi kacang-kacangan. Dari hasil penelitian oleh (Abiyoga, 2017) bahwa kacang-kacangan mengandung purin yang dapat memberikan peningkatan kadar asam urat didalam darah. Kacang panjang (Vigna unguiculata. L) merupakan sayuran golongan kacang-kacangan (Khomsan et al., 2006). Pertimbangan penggunaan jus kacang panjang adalah karna lebih mudah didapatkan dan mudah diolah menjadi jus. Pada penelitian ini digunakan variasi dosis 0,3mL/20gramBB; 0,5mL/20gramBB dan 0,7mL/20gramBB dengan frekuensi 3 kali sehari. Dari hasil yang didapatkan dosis 0,5mL/20gramBB dapat meningkatkan kadar asam urat didalam darah dan digunakan sebagai induktor tambahan selain potassium oksonat. Kadar asam urat mulai naik pada hewan percobaan setelah 5 hari pemberian jus kacang panjang. Pemberian fraksi dilakukan mulai hari naiknya asam urat ini yaitu pada hari ke 5.

Pengukuran kadar asam urat menggunakan metoda enzimatis. Prinsip reaksi adalah terjadinya reaksi oksidasi asam urat menjadi alantolin, karbondioksida dan hidrogen peroksida dengan bantuan enzim urikase. Hasil oksidasi berupa hidrogen peroksida ini akan bereaksi dengan 4-aminoantipirin dan 2,4,6-tribromo-3-hdroxybenzoic acid membentuk senyawa quinoneimin yang bewarna merah muda. Warna ini nanti yang akan diukur oleh fotometer. Pemilihan metoda ini didasarkan pada pengerjaannya yang lebih sederhana yaitu dapat langsung diramalkan kadar asam uratnya melalui absorban yang diukur, lebih sensitif dan merupakan cara yang lazim digunakan dilaboratorium klinik (Kaplan & Szabo, 1979).

Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin pada manusia (Glantzounis et al., 2005). Pada uji aktivitas hiperurisemia fraksi etil asetat daun lado-lado terhadap penurunan kadar asam urat dalam darah pada hewan dibagi dalam beberapa kelompok. Fraksi etil asetat yang diujikan ada 3 variasi dosis yaitu 12,5 mg/kgBB; 25 mg/kgBB dan 50 mg/kgBB. Selain itu ada kelompok pembanding yang diberikan allupurinol dengan dosis 10 mg/kgBB. Didapatkan nilai homogenitas (<0,05) yang menyatakan sebaran nilai yang diperoleh tidak homogen, sehingga dilakukan uji lanjut non parametrik kruskall wallis. Didapatkan hasil secara statistika bahwa, Pada variasi lama pemberian diperoleh nilai yang

s100

(8)

signiikan (P<0.05) yang ditunjukan pada hari ke 7 dan pada variasi pemberian dosis diperoleh nilai signiikan (P<0.05) yang ditunjukan pada dosis 50 mg/kgBB. Pada hasil tersebut dimungkinkan bahwa pada fraksi etil asetat daun lado-lado mengandung senyawa yang beraktiitas menurunkan kadar asam urat didalam darah. Namun, untuk kajian yang lebih mendalam, hendaklah dilanjutkan isolasi senyawa tunggal fraksi etil asetat terhadap penurunan kadar asam urat didalam darah.

KESIMPULAN

Fraksi etil asetat memberikan aktiitas terbaik untuk menurunkan kadar asam urat pada mencit putih jantan serta dengan pemberian variasi dosis dan lama pemberian pada kelompok hiperurisemia, didapatkan dosis 50mg/kgBB dengan lama pemberian 7 hari merupakan hasil terbaik untuk menurunkan kadar asam urat didalam darah.

Lethality Test) Terhadap Hasil Fraksinasi Ekstrak Buah Tampoi (Baccaurea macrocarpa),” J. Kim. Khatulistiwa, vol. 4, no. 1, pp. 75–83, 2015.

4. Badan Pusat Statistik, “Geograis Kabupaten Lima Puluh Kota,” BPS Kabupaten Lima Puluh Kota, 2017. [Online]. Available: https://limapuluhkotakab.bps. go.id/linkTabelStatis/view/id/3. [Accessed: 19-Oct-2017].

5. B. Lin et al., “Inhibitory efects of the root extract of Litsea cubeba (lour.) pers. on adjuvant arthritis in rats,” J. Ethnopharmacol., vol. 147, no. 2, pp. 327– 334, 2013.

6. B. Tahir, C. Saleh, and S. P. Pasaribu, “Uji Fitokimia, Toksisitas Dan Aktivitas Antioksidan Alami Daun Tumbuhan Kelakai (Stenochlaena palustris) Dengan Metode DPPH,” in Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013, 2013, pp. 141–146.

7. D. A. Juwita, H. Ariin, and Popy Handayani, “Pengaruh Fraksi Air Herba Seledri (Apium graveolens L.) Terhadap Kadar Asam Urat Mencit Putih Jantan Hiperurisemia,” in Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV,” 2014, pp. 187–191.

8. Departemen Kesehatan, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi 1. Jakarta: Departemen Kesehatan, 2008.

9. Departemen Kesehatan, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan, 2000.

10. Dinas Kesehatan RI, Materia Medika Indonesia, vol. 4, no. 1. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1980.

11. D. W. Hawking and D. W. Rahn, Pharmacotherapy: A

s101

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 19 Suplemen 1 (Desember 2017)

Gambar 3. Proil kromatograi lapis tipis fraksi etil asetat daun daun lado-lado, fase gerak heksan – etil asetat (5:5)

pada panjang gelombang λ 254 nm

DAFTAR PUSTAKA

1. A. G. & L. Goodman, Goodman & Gilman’s : Manual of Pharmacology and Therapeutics, 11th ed. San Diego, CA, United States of America: The McGraw - Hill Companies, Inc, 2008.

2. A. Suhendi, Nurcahyanti, Muhtadi, and E. Sutrisna, “Antihyperurisemia activity of water extract of black seed (Coleus ambonicus Lour) in balb-c mice and its standardization,” Maj. Farm. Indones., vol. 22, no. 2, pp. 77–84, 2011.

(9)

Pathophysiologic Approach, 6th Editio. United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc., 2005. 12. E. Kumalasari and N. Sulistyani, “Aktivitas Antifungi

Ekstrak Etanol Batang Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steen.) Terhadap Candida Albicans Serta Skrining Fitokimia,” J. Ilm. Kefarmasian, vol. 1, no. 2, pp. 51–62, 2011.

13. E. Sutrisna, A. S. Wahyuni, and L. A. Setiani, “Efek Infusa Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scef.) Boerl.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Mencit Putih Jantan Yang Diinduksi Dengan Potassium Oxonate,” J. Chem. Inf. Model., vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699, 2013.

14. F. M. Sholihah, “Diagnosis and Treatment Gout Arthritis,” J Major., vol. 3, no. 7, pp. 39–45, 2014. 15. H. Ariin, M. Fahrei, and S. Dharma, “Pengaruh

Fraksi Air Herba Seledri (Apium graveolens L.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Mencit Putih Jantan Hiperkolesterol,” in Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III, 2013, pp. 293–304.

16. H. Ariin, N. Anggraini, D. Handayani, and R. Rasyid, “Standarisasi Ekstrak Etanol Daun Eugenia Cumini Merr .,” J. Sains Tek. Far., vol. 11, no. 2, pp. 88–93, 2006.

17. H. G. Vogel, Drug Discovery and Evaluation: Pharmacological Assays, Third., vol. 53. New York: Springer-Verlag Berlin Heidelberg, 2008.

18. H. L. Putri, R. Retnowati, and Suratmo, “Fraksi n-heksana Dari Ekstrak Metanol Daun Mangga Kasturi (Mangifera casturi Koesterm) Dan Uji Fitokimia,” Kim. Student J., vol. 1, no. 1, pp. 772–777, 2015.

19. I. Djajanegara and P. Wahyudi, “Pemakaian sel HeLa dalam uji sitotoksisitas fraksi kloroform dan etanol ekstrak daun Annona squamosa,” J. Ilmu Kefarmasian Indones., vol. 7, no. 1, pp. 7–11, 2009.

20. I. M. O. A. Parwata, W. S. Rita, and R. Yoga, “Isolasi dan uji antiradikal bebas minyak atsiri pada daun sirih (Piper betle Linn) Secara Spektroskopi Ultra Violet-Tampak,” J. Kim., vol. 3, no. 1, pp. 7–13, 2009. 21. J. Huang, S. Wang, M. Zhu, J. Chen, and X. Zhu,

“Efects of Genistein , Apigenin , Quercetin , Rutin and Astilbin on serum uric acid levels and xanthine oxidase activities in normal and hyperuricemic mice,” Food Chem. Toxicol., vol. 49, no. 9, pp. 1943–1947, 2011.

22. J. . Harborne, Metode Fitokimia, Penentun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, 2nd ed., no. 2. Bandung: ITB, 1987.

23. J. K. Hwang, E. M. Choi, and J. H. Lee, “Antioxidant activity of Litsea cubeba,” Fitoterapia, vol. 76, no. 7–8, pp. 684–686, 2005.

24. Kementrian Kehutanan, Kilemo (Litsea cubeba L Persoon), Publikasi., vol. 4. Bogor: Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Rutan, 2014.

25. K. R. Sathisha, S. A. Khanum, J. N. N. Sharath, F. Ayisha, and S. Balaji, “Bioorganic & Medicinal

Chemistry Synthesis and xanthine oxidase inhibitory activity derivatives,” Bioorg. Med. Chem., vol. 19, no. 1, pp. 211–220, 2011.

26. L. Hamzah, H. Ariin, and A. Ahmad, “Pengaruh Ekstrak Etanol Rambut Jagung (Zea Mays, L) Terhadap Kadar Asam Uratdarah Mencit Putih Jantan Hiperurisemia,” in Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV, 2014, pp. 282–293.

27. L. Mariana, Y. Andayani, and R. Gunawan, “Analisis Senyawa Flavonoid Hasil Fraksinasi Ekstrak Diklorometana Daun Keluwih (Artocarpus camansi),” vol. 6, no. 2, pp. 50–55, 2013.

28. L. Scotti et al., “Computer-Aided Drug Design Studies in Food Chemistry,” in Natural And Artiicial Flavoring Agents And Food Dyes, vol. 7, Alexandru Mihai Grumezescu and A. M. Holban, Eds. London: Academic Press, 2017, p. 278.

29. M. F. Daud, E. Sadiyah, and E. Rismawati, “Pengaruh Perbedaan Metode Ekstraksi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava. L),” Pros. SNaPP2011 Sains, Teknol. dan Kesehat., pp. 55–62, 2011.

30. Muhtadi, A. Suhendi, N. W., and E. Sutrisna, “Potensi Daun Salam (Syzigium Polyanthum Walp.) Dan Biji Jinten Hitam (Nigella Sativa Linn) Sebagai Kandidat Obat Herbal Terstandar Asam Urat,” J. Chem. Inf. Model., vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699, 2013.

31. M. Sangi, L. Momuat, and M. Kumaunang, “Uji toksisitas dan skrining itokimia tepung gabah pelepah aren (Arenga pinnata),” J. Ilm. Sains, vol. 12, no. 2, pp. 127–134, 2012.

32. N. P. R. Artini, S. Wahjuni, and W. D. Sulihingtyas, “Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Sebagai Antioksidan Pada Penurunan Kadar Asam Urat Tikus Wistar,” J. Kim., vol. 6, no. 2, pp. 127–137, 2012. 33. P. Bentley, Memorizing Medicine A Revision Guide.

London, UK: Royal Society of Medicine Press Ltd Published, 2007.

34. Q.-H. Hu, C. Wang, J.-M. Li, D.-M. Zhang, and L.-D. Kong, “Allopurinol, rutin, and quercetin attenuate hyperuricemia and renal dysfunction in rats induced by fructose intake: renal organic ion transporter involvement.,” Am. J. Physiol. Renal Physiol., vol. 297, no. 17, pp. F1080-91, 2009.

35. S. H. Nile and S. won Park, “Activity Directed Screening, Antioxidant Activity And Xanthine Oxidase Inhibition By Bioactive Compounds From Cudrania Tricuspidata,” in International Conference on Medicinal and Herbal Products, 2017, no. January 2013, p. 8.

36. S. Lin, G. Zhang, Y. Liao, J. Pan, and D. Gong, “Dietary Flavonoids as Xanthine Oxidase Inhibitors: Structure-Ainity and Structure-Activity Relationships,” J. Agric. Food Chem., vol. 63, no. 35, pp. 7784–7794, 2015. 37. S. Y. Wang, C. W. Yang, J. W. Liao, W. W. Zhen, F.

H. Chu, and S. T. Chang, “Essential oil from leaves of Cinnamomum osmophloeum acts as a xanthine oxidase inhibitor and reduces the serum uric acid

s102

(10)

levels in oxonate-induced mice,” vol. 15, pp. 940– 945, 2008.

38. U. Takahama, Y. Koga, S. Hirota, and R. Yamauchi, “Inhibition of xanthine oxidase activity by an oxathiolanone derivative of quercetin,” Food Chem., vol. 126, no. 4, pp. 1808–1811, 2011.

39. Y. S. Song, S. H. Kim, J. H. Sa, C. Jin, C. J. Lim, and E. H. Park, “Anti-angiogenic, antioxidant and xanthine oxidase inhibition activities of the mushroom Phellinus linteus,” J. Ethnopharmacol., vol. 88, no. 1, pp. 113–116, 2003.

Gambar

Gambar 1.  Foto daun lado-lado (Litsea cubeba,Pers)
Gambar 2. Proil kromatograi lapis tipis fraksi etil asetat daun daun lado-lado, fase gerak heksan – etil asetat (5:5) pada panjang gelombang λ 254 nm
Tabel 2.   Uji pendahuluan penentuan aktiitas fraksi terbaik daun lado-lado
Tabel 3.   Perlakuan pengujian fraksi etil asetat daun lado-lado pada mencit hiperurisemia
+2

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrak etanol daun salam dosis 420 mg/kg BB mempunyai potensi yang sama dengan alopurinol 10 mg/kg BB dalam menurunkan kadar asam urat dalam serum mencit putih jantan

Hasil penelitian menunjukkan fraksi etil asetat ekstrak alfafa dapat menurunkan volume udema kaki tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi karagenin dengan

Pada pemeriksaan kadar asam urat, pemberian otak sapi dapat menaikkan kadar asam urat mencit jantan secara signifikan dan pemberian ekstrak daun sirsak dapat menurunkan kadar

Pengaruh Pemberian Jus Buah Sirsak ( Annona Muricata L.) Terhadap Kadar Asam Urat Darah Mencit Putih Jantan Hiperurisemia.. Padang: Universitas

Hasil pengukuran kadar asam urat serum menunjukkan ekstrak rebung dengan dosis 25, 50 dan 100 mg/kgBB dapat menurunkan kadar asam urat mencit putih jantan dan berbeda secara

tersebut sesuai dengan hasil penelitian efek fraksi etil asetat ekstrak etanol akar pasak bumi terhadap aktivitas fagositosis makrofag dari cairan peritoneum mencit jantan galur

Hasil penelitian menunjukkan fraksi etil asetat ekstrak alfafa dapat menurunkan volume udema kaki tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi karagenin dengan

Berdasarkan data uji antihiperurisemia, ekstrak biji jinten hitam dosis tunggal 200 mg/kgBB terbukti berpotensi menurunkan asam urat dalam darah mencit putih