BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam urat merupakan hasil metabolisme purin yang diproduksi dari senyawa purin endogen maupun dari makanan. Kecanduan alkohol dan konsumsi makanan tinggi purin, serta konsumsi air yang rendah dan kurang olahraga merupakan faktor penyebab terjadinya hiperurisemia (Assob, et al., 2014). Hiperurisemia dikatakan apabila konsentrasi serum asam urat dalam darah untuk pria > 7 mg/dL dan untuk wanita > 6 mg/dL (Ernst, et al., 2008).
Hiperurisemia dapat dianggap sebuah kondisi terkait dengan peningkatan resiko terhadap penyakit gout, penyakit kardiovaskular, hipertensi dan penyakit metabolik (Chen, et al., 2014). Hiperurisemia dapat disebabkan oleh peningkatan produksi asam urat (overproduce), penurunan ekskresi asam urat oleh ginjal (underexcretion), atau kombinasi dari kedua mekanisme tersebut. Kurang dari 5% penderita gout mengalami hiperurisemia akibat produksi asam urat yang berlebihan (Sanders, 2004).
Gout hanya dapat terjadi apabila kristal asam urat bertumpuk di dalam sendi. Ini terjadi pada beberapa orang yang mempunyai asam urat terlalu banyak di dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi dalam tubuh lama kelamaan akan membentuk kristal dan akan mengakibatkan akumulasi pada sendi pergerakan yang akan menimbulkan rasa nyeri yang berlebihan (Dieppe, 1995).
Barat (32,1%), dan Bali (30%). Data Riskesdas juga menunjukkan prevalensi penyakit sendi terhadap usia yaitu pada usia 55-64 tahun 45,0%, usia 65-74 tahun 51,9%, usia ≥ 75 tahun 54,8%.
Tujuan dari pengobatan gout adalah untuk mengurangi rasa nyeri dan gejala lain yang disebabkan oleh peradangan secepat mungkin. Pilihan pada situasi ini diantaranya yaitu obat-obat antiinflamasi non steroid (AINS), kolkisin, dan glukokortikoid. Ada dua kelompok obat untuk terapi penyakit gout yaitu obat yang menghentikan proses inflamasi akut (AINS dan kolkisin) dan obat yang mempengaruhi kadar asam urat (urikostatik dan urikosurik). Allopurinol, penghambat xantin oksidase, merupakan salah satu pilihan untuk kebanyakan pasien gout. Allopurinol dapat secara efektif menurunkan kadar asam urat pada pasien dengan hiperurisemia melalui mekanisme kerja urikostatik dan secara spesifik diindikasikan pada pasien dengan peningkatan produksi asam urat. Namun, obat-obatan ini memiliki efek samping seperti demam, sakit kepala, diare, reaksi hipersensitivitas, dan lain-lain (Sanders, 2004).
Alpukat (Persea americana Mill.) merupakan tanaman yang dapat tumbuh subur di daerah tropis seperti Indonesia dan merupakan salah satu jenis buah yang digemari masyarakat karena selain rasanya yang enak dan kandungan antioksidan yang tinggi (Afrianti, 2010). Namun demikian, biji alpukat yang merupakan salah satu hasil produk pertanian belum dimanfaatkan. Biji alpukat diketahui memilki efek hipoglikemik dan dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati sakit gigi, maag kronis, hipertensi dan diabetes mellitus (Dewi, 2013). Hasil skrining fitokimia biji alpukat yang dilakukan oleh Ernawati (2009) menunjukkan adanya golongan flavonoida, glikosida, steroida/triterpenoida, tanin dan saponin. Biji alpukat melalui penelitian ilmiah terbukti memiliki efek terapi, termasuk antibakteri, antioksidan, antiinflamasi, antijamur dan analgesik (Idris, et al., 2009).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
a. apakah senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia dan ekstrak etanol biji alpukat?
b. apakah pemberian ekstrak etanol biji alpukat dapat menurunkan kadar asam urat pada mencit putih jantan yang diinduksi dengan potassium oxonate? c. apakah variasi dosis ekstrak etanol biji alpukat memiliki efek penurunan kadar
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:
a. senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia dan ekstrak etanol biji alpukat adalah flavonoid, glikosida, saponin, steroid/triterpenoid, dan tanin.
b. pemberian ekstrak etanol biji alpukat dapat menurunkan kadar asam urat pada mencit putih jantan yang diinduksi dengan potassium oxonate.
c. variasi dosis ekstrak etanol biji alpukat memiliki efek penurunan kadar asam urat yang sama seperti allopurinol.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan hipotesis di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a. senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia dan ekstrak etanol biji alpukat.
b. efek ekstrak etanol biji alpukat dalam menurunkan kadar asam urat pada mencit putih jantan yang diinduksi oleh potassium oxonate.
c. variasi dosis ekstrak etanol biji alpukat memiliki efek penurunan kadar asam urat yang sama seperti allopurinol.
1.5 Manfaat Penelitian
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan kerangka pikir penelitian sebagai berikut:
Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter
Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian Ekstrak etanol
biji alpukat (EEBA) Simplisia Biji
Alpukat
1. Makroskopik 2. Mikroskopik 3. Kadar air
4. Kadar sari larut air 5. Kadar sari larut etanol 6. Kadar abu total 7. Kadar abu tidak larut
asam Karakteristik
Kandungan
metabolit sekunder 1.2. Alkaloid Flavonoid 3. Glikosida 4. Saponin 5. Tanin
6. Steroid/triterpenoid
Persen Penurunan
Kadar Asam Urat Kadar Asam Urat Kontrol
CMC-Na 1% bb
Allopurinol 10 mg/kg bb
EEBA 50 mg/kg bb, 100 mg/ kg bb,