• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH Pengolahan air limbah industri b

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH Pengolahan air limbah industri b"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI BESI DAN BAJA

KEL V

1. Gillian kalaty 2. Yulen monjel 3. Saul teurupun

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Pengolahan Air Limbah Industry Besi Dan Baja “ dengan baik dan tepat pada waktunya.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah dibuat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan dapat berguna bagi kamisendiri maupun orang yang membacanya.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………..

KATA PENGANTAR………

DAFTAR ISI………..

BAB I PENDAHULUAN………..

BAB II PEMBAHASAN………

BAB III PENUTUP……….

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah baru saja mengesahkan Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, yang merupakan pengganti dari peraturan sebelumnya Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 jo PP 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan kewajiban bagi setiap individu penghasil limbah B3 sesuai dengan PP No. 101 Tahun 2014,Pasal 3 (1), bahwa Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Pengelolaan Limbah B3 yang dihasilkannya.

Pengelolaan Limbah B3 dimaksudkan agar Limbah B3 yang dihasilkan dari aktivitas/kegiatan seminimalkan mungkin dan bahkan diupayakan sampai dengan nol, yaitu dengan melakukan reduksi pada sumber dengan pengolahan bahan, substitusi bahan, pengaturan operasi kegiatan, dan digunakannya teknologi bersih.Jika masih dihasilkan Limbah B3 maka diupayakan pemanfaatan Limbah B3, namun dengan tetap menjaga agar limbah B3 tersebut tidak mencemari lingkungan dan membahayakan bagi kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Kegiatan industri besi baja merupakan salah satu kegiatan yang dapat menimbulkan limbah B3. Limbah B3 tidak dapat begitu saja ditimbun, dibakar atau dibuang ke lingkungan, karena mengandung bahan yang dapat mencemari lingkungan dan membahayakan manusia serta makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara penanganan yang lebih khusus dibanding limbah yang bukan B3. Limbah B3 tersebut perlu diolah, baik secara fisik, biologi, maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya atau berkurang daya racunnya. Setelah diolah limbah B3 masih memerlukan metode pembuangan yang khusus untuk mencegah resiko terjadi pencemaran.

B. Rumusan Masalah 1. Apa itu Limbah

(5)

5. Bagaimana caraengolahan limbah b3 besi dan baja berdasarkan peraturan yang berlaku 6. Bagaimana pemanfaatan limbah B3

7. Bagaimana tahapan pengolahaaan limbah B3 besi dan baja

C. Tujuan

Tujuan pengelolaan limbah B3 pada industri besi/baja dan logam adalah untuk

Mengetahui sejauh mana limbah yang dihasilkan dari proses produksi baja masuk dalam katagori B3 dengan:

1. Mengetahui apa itu Limbah

2. Mengetahui bagaimana cara proses produksi pabrik besi dan baja 3. Mengetahui jenis limbah yang dihasilkan oleh pabrik besi dan baja 4. Mengetahui ji karakteristik limbah

5. Mengetahui pengolahan limbah b3 besi dan baja berdasarkan peraturan yang berlaku 6. Mengetahui pemanfaatan limbah B3

7. Mengetahui tahapan pengolahaaan limbah B3 besi dan baja

D. Sasaran

Sasaran dari kegiatan ini adalah keluarnya rekomendasi untuk pengelolaan limbah B3 sektor industri besi dan baja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Adapun untuk mencapai sasaran tersebut, lingkup pekerjaan yang dilakukan selama studi ini adalah ;

1. Kunjungan lapangan ke salah satu pabrik besi baja PT. Krakatau Steel 2. Pengumpulan data dan pengambilan sampel

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Limbah

Sesuai dengan PP No. 101 Tahun 2014, pengertian Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Sedangkan Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.

B. Jenis dan Proses Produksi Pabrik Besi/Baja

Secara umum, ada tiga produk akhir kegiatan produksi PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, yaitu hot rolled coil, cold rolled coil, dan wire rod.

Perusahaan ini memiliki 7 (tujuh) buah fasilitas produksi yang membuat perusahaan ini menjadi satu-satunya industri baja terpadu di Indonesia. Ketujuh buah pabrik tersebut menghasilkan berbagai jenis produk baja dari bahan mentah, yaitu:

1. Pabrik Besi Spons (Direct Reduction Plant) 2. Pabrik Billet Baja (Billet Steel Plant) 3. Pabrik Baja Slab 1 (Slab Steel Plant 1) 4. Pabrik Baja Slab 2 (Slab Steel Plant 2)

5. Pabrik Pengerolan Canai Panas (Hot Strip Mill) 6. Pabrik Pengerolan Canai Dingin (Cold Rolling Mill) 7. Pabrik Batang Kawat (Wire Rod Mill)

(7)

untuk pipa, bangunan, bahan konstruksi kapal, dan lainnya. Lebih lanjut lagi, baja lembaran panas diolah melalui proses pengerolan ulang dan proses secara kimia di Pabrik Baja Lembaran Dingin (Cold Rolling Mill). Produk baja yang dihasilkan berupa baja lembar dingin yang banyak digunakan untuk komponen bagian dalam mobil atau motor.Selain itu, produk baja lembaran dingin juga digunakan sebagai badan kendaraan, peralatan rumah tangga, kaleng, dan lainnya. Di sisi lain, produk baja billet yang dihasilkan oleh Pabrik Baja Billet, mengalami proses pengerolan di Pabrik Batang Kawat (Wire Rod Mill) sehingga dihasilkan batang kawat baja yang banyak diaplikasikan untuk senar piano, mur, paku, baut, pegas, kawat baja, dan lainnya.

Tabel 9.1. Nama-Nama Unit Produksi Pabrik Besi Baja PT. Krakatau Steel

No Unit Produksi Kapsitas Produk

1 Pabrik besi sponge 2.000.000

MT/Thn

Baja ponge

2 Pabrik Bilet Baja 600.000 MT/Thn Baja bilet 3 Pabrik Slab Baja (I dan II) 2.000.000

MT/Thn

Baja slab

4 Pabrik Baja Lembaran Canai Panas

2.400.000 MT/Thn

Baja Lembaran Panas (Coil & Plates)

5 Pabrik Baja Lembaran Canai Dingin

950.000 MT/Thn Baja Lembaran Canai Dingin (Coil & Sheets)

6 Pabrik Baja Batang Kawat 450.000 MT/Thn Baja Batang Kawat (Coil)

Sumber: Manual Sistem Manajemen Krakatau Steel (SMKS)

(8)

C. Jenis Limbah B3 pada Pabrik Besi Baja

Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah proses untuk mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/atau tidak beracun dan/atau immobilisasi limbah B3 sebelum ditimbun dan/atau memungkinkan agar limbah B3 dimanfaatkan kembali (daur ulang). Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara pengolahan fisika dan kimia, stabilisasi/solidifikasi, dan insinerasi.

Tata cara penetapan limbah B3 berdasarkan PP No. 101 Tahun 2014 adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan daftar lampiran limbah B3

2. Uji karakteristik

3. Uji toxicity characteristic leaching procedure (TCLP), dan 4. Uji lethal dose 50 (LD50)

5. Uji toksisitas sub-kronis

Uji Karakteristik adalah suatu uji yang dilakukan dilaboratorium, jika limbah mengandung salah satu atau lebih sifat, dan/atau salah satu atau lebih pencemar yang melebihi ambang batasnya. Uji TCLP adalah cara untuk menentukan kecenderungan limbah mengalami pelindian atau leaching yang merupakan salah satu cara untuk menentukan karakteristik limbah beracun. Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika

Limbah memiliki konsentrasi zat pencemar lebih besar dari TCLP-A sebagaimana tercantum dalam Lampiran III PP No.101 Tahun 2014 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini. Sedangkan limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika Limbah memiliki konsentrasi zat pencemar sama dengan atau lebih kecil dari TCLP-A dan lebih besar dari TCLP-B sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

(9)

kilogram) berat badan pada hewan uji mencit. Nilai Uji Toksikologi LD50 dihasilkan dari uji toksikologi, yaitu penentuan sifat akut limbah melalui uji hayati untuk mengukur hubungan dosis-respon antara limbah dengan kematian hewan uji. Nilai Uji Toksikologi LD50 diperoleh dari analisis probit terhadap hewan uji. Sedangkan limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika memiliki nilai lebih besar dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan pada hewan uji mencit dan lebih kecil atau sama dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 5000 mg/kg (lima ribu miligram per kilogram) berat badan pada hewan uji mencit.

Uji toksisitas sub-kronis adalah Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika uji toksikologi sub-kronis pada hewan uji mencit selama 90 (sembilan puluh) hari menunjukkan sifat racun sub-kronis, berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan, akumulasi atau biokonsentrasi, studi perilaku respon antarindividu hewan uji, dan/atau histopatologis.

Setelah kandungan/parameter fisika dan/atau kimia dan/atau biologi yang terkandung dalam limbah B3 tersebut di ketahui, maka terhadap selanjutnya adalah menentukan pilihan proses pengolahan limbah B3 yang dapat memenuhi kualitas dan baku mutu pembuangan dan/atau lingkungan yang ditetapkan.

Jenis limbah B3 yang dihasilkan di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk., adalah sebagai berikut: 1. Limbah B3 dari sumber spesifik

Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan.

a) Debu EAF(Electric Arc Furnace)

Berasal dari BSP, SSP I dan SSP II. Pada perkembangannya debu tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang telah mempunyai izin pemanfaatan limbah B3 dari KLH, sebagai bahan baku.

b) Sludge (Lumpur)

(10)

c) Slag

Limbah Slag di PT. KrakatauSteel (Persero) Tbk, berasal dari proses Steel Making dari SSP I, SSP II, dana BSP yang dilakukan dengan menggunakan teknologi Slag Atomizing Technologi (SAT) dan Material Recovery Plant (MRP)

d) Mill Scale

Mill scale adalah serpihan dari besi baja yang terbentuk pada permukaan ketika sedang diproduksi.

e) Water Pickle Liquor (WPL)

WPL merupakan hasil dari pembersihan permukaan baja pada pabrik Cold Rolling Mill (CRM).WPL tersebut dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang telah mempunyai izin pemanfaatan limbah B3 di KLH.

f) Catalyst

Berasal dari pabrik DR dimana catalist berasal dari hasil penyerapan sulfur pada proses reformasi (pembuatan gas reduktor).

g) PS (Precious Slag) Ball

Produk yang dihasilkan dari metode SAT yaitu berupa PS Ball. PS Ball merupakan produk ramah lingkungan dengan struktur molekul yang stabil dari pengolahan slag cair. Pemanfaatan produk dari pengelolaan limbah slag dengan menggunakan metode SAT sampai saat ini baru dimanfaatkan sebagai abrasive (blasting naterial).

h) Fines Sponge Iron

Fines Sponge Iron bukanlah termasuk limbah karena merupakan bahan bakusponge iron yang kurang dari 5 mm lewat proses pengayakan di Direct Reduction Plant. Fines sponge iron dapat digunakan kembali melalui proses pemadatan agar ukurannya lebih dari 5 mm danselanjutnya masuk kembali ke dalam proses.

i) Iron Concentrate

(11)

pengolahan mineral (mineral processing /concentration), seperti grinding, magnetic separator, atau flotasi.

2. Limbah B3 dari sumber non spesifik

Limbah B3 dari sumber non spesifik adalah limbah B3 yang pada umumnya berasal bukan dari proses utama, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarutan kerak, pengemasan dan lain-lain.

a) Oli dan grease bekas

Oli dan grease bekas berasal dari mein-mesin pada seluruh pabrik di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Oli tersebut diserahkan pada pihak ketiga yang sudah mempunyai izin dari KLH untuk mengelola.

b) Majun

Majun merupakan limbah B3 berupa kain bekas yang terkontaminasi oli dan minyak.Majun tersebut diserahkan pada pihak ketiga yang sudah mempunyai izin dari KLH untuk mengelola.

D. Uji Karakteristik Limbah

Sebelum melakukan pengolahan, terhadap limbah B3 harus dilakukan uji analisa kandungan/parameter fisika dan/atau kimia dan/atau biologi guna menetapkan prosedur yang tepat dalam proses pengolahan limbah B3 tersebut.

Limbah dikatagorikan sebagai limbah B3 jika memiliki sifat diantara yang disebut dibawah yaitu : Mudah meledak, Sangat mudah sekali menyala, Sangat mudah menyala, Mudah terbakar, Reaktif, Beracun,Korosif, Infeksi, Pengujian toksikologi

Hasil analisa laboratorium uji karakteristik limbah B3 PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.yang dilakukan di Laboratorium Sucofindo adalah sebagai berikut.

Karakteristik Jenis limbah Standar Metode

Stag Ps ball Fines

sponge iron

Moll scale PPRI No 85/1999 jo PPRI No

(12)

Eksplosive Tidak

Air Negatif Negatif Negatif Negatif PPRI No

85/1999

Tes H2S Positif Positif Positif Positif PPRI No

85/1999

Tes CN Negatif Negatif Negatif Negatif PPRI No

85/1999

(13)

12.5 korosive) korosive) jo PPRI No

18/1999 Sumber: Hasil Uji Lab Sucofindo, 2013

Dari uji karakteristik diatas memperlihatkan bahwa limbah industri besi baja dan logam dari PT. Krakatau Steel tidak termasuk limbah yang mudah meledak, mudah terbakar, tidak bereaksi dengan air, tidak bereaksi dengan CN dan tidak korosif, namun bereaksi positif terhadap H2S. Apabila limbah B3 tersebut akan dimanfaatkan lebih lanjut maka harus dipastikan bahwa limbah tersebut dihindarkan dari kondisi lingkungan asam atau dibawah pH<2. Selain itu, limbah tersebut jika bercampur dengan air berpotensi menimbulkan menghasilkan gas, uap, atau asap berbahaya.

Uji Toksisitas

Limbah B3 beracun adalah Limbah yang memiliki karakteristik beracun berdasarkan uji penentuan karakteristik beracun melalui TCLP, Uji Toksikologi LD50, dan uji sub-kronis.

Nilai Uji Toksikologi LD50 dihasilkan dari uji toksikologi, yaitu penentuan sifat akut limbah melalui uji hayati untuk mengukur hubungan dosis-respon antara limbah dengan kematian hewan uji.Nilai Uji Toksikologi LD50 diperoleh dari analisis probit terhadap hewan uji.

Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika memiliki nilai sama dengan atau lebih kecil dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan pada hewan uji mencit.

Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika memiliki nilai lebih besar dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan pada hewan uji mencit dan lebih kecil atau sama dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 5000 mg/kg (lima ribu miligram per kilogram) berat badan pada hewan uji mencit.

Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika uji toksikologi sub-kronis pada hewan uji mencit selama 90 (sembilan puluh) hari menunjukkan sifat racun sub-kronis, berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan, akumulasi atau biokonsentrasi, studi perilaku respon antarindividu hewan uji, dan/atau histopatologis.

Uji Kimia TCLP

(14)

limbah/bahan ini ditimbun diatas atau didalam tanah, maka air hujan akan dengan mudah melarutkan (leach out) polutan racun tersebut .

Hasil Uji laboratorium (tabel 2), baik yang dilakukan oleh PT. Krakatau Steel maupun BPPT melalui Laboratorium Sucofindo menunjukkan bahwa limbah dari PT. Krakatau Steel Cilegon, Banten, masih jauh dibawah baku mutu yang diijinkan

E. Pengelolaan Limbah B3 Besi Baja Berdasarkan Peraturan yang Berlaku

Berdasarkan PP No. 101 Tahun 2014, beberapa limbah dari industri besi baja termasuk dalam limbah khusus.

Kategori Limbah:

Kategori 1 : Limbah B3 yang berdampak akut dan langsung terhadap manusia dan dapat dipastikan akan berdampak negatif terhadap lingkungan hidup.

Kategori 2 : Limbah B3 yang mengandung B3, memiliki efek tunda (delayed effect), dan berdampak tidak langsung terhadap manusia dan lingkungan hidup serta memiliki toksisitas sub-kronis atau sub-kronis.

Kode limbah Jenis limbah Sumber limbah Aktegori bahaga B402 Slag baja, fine sponge Peleburan bijih/logam

besi baja berteknologi electric arc furnace

2

B406 Konsentrasi Besi Peleburan bijih/logam besi baja berteknologi EAF

2

B406 Mill scale Peleburan bijih/logam

besi baja berteknologi EAF

2

B407 Debu EAF Peleburan bijih/logam

besi baja berteknologi

(15)

EAF

B408 PS Ball Peleburan bijih/logam

besi baja berteknologi EAF

2

Sumber: PP No.101 Tahun 2014

Daftar Limbah B3 dari Industri Besi Baja yang tidak Spesifik

No Kode Limbah Nama Limbah Kategori

1. A102d Aki/baterai bekas 1

2. B107d Limbah elektronik termasuk cathode ray tube (CRT), lampu TL, printed circuit board (PCB), karet kawat (wire rubber)

2

3. B109d Filter bekas dari fasilitas pengendalian pencemaran udara 2

4. B110d Kain majun bekas (used rags) dan yang sejenis 2

Sumber: PP No.101 Tahun 2014

Daftar Limbah B3 dari Sumber Spesifik Umum

Kode

A309-1 Fluxing agent bekas 1 A309-2 Limbah amonia, fenol,

sianida & hidrogen sulfida

1

A309-3 Spent pickleliquor 1 A309-4 Sludge spent pickle

liquor

1

A309-5 Sludge amonia still lime 1 A309-6 Residu dari proses

produksi kokas (tar)

1

(16)

3. Manufakturi

B309-1 Dross dari peleburan 2 B309-2 Debu dari fasilitas

pengendalian pencemaran udara

2

B309-3 Pasir foundry (sand foundry) & debu cupola

2

B309-4 Emulsi minyak dari fasilitas pendingin

2

B309-5 Sludge IPAL yang mengolah efluen dari coke oven atau blast furnace.

2

Sumber: PP No.101 Tahun 2014

F. Pemanfaatan Limbah B3 Saat Ini

Limbah yang dihasilkan oleh pabrik besi baja PT. Krakatau Steel mengandung beberapa unsur dan senyawa bahan kimia yang masih dapat dimanfaatkan, baik oleh PT. Krakatau steel sendiri maupun oleh pabrik lain, misal debu EAF mempunyai kandungan Zn yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan menjadi Zinc Oksida melalui proses thermal dengan temperature di atas 1300 oC. Berikut pemanfaat limbah B3 dari pabrik besi baja saat ini.

Pemanfaatan Limbah B3 di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.

No Nama Limbah Sumber Perlakuan

1. Mill Scale Hot Strip Mill (HSM)

a. Dimanfaatkan untuk industri magnet domestic

b. Diekspor ke cina

2. Steel Slag Slab Steel Plant (SSP) dan Billet Steel Plant (BSP)

(17)

3. Debu EAF dan

Diserahkan pada pihak ketiga berizin

5. Waste Pickle Liquor (WPL)

Cold Rolling Mill (CRM) Diserahkan ke pemanfaat yang berizin

6. Resin Catalyst dan karbon aktif

Direct Reduction Plant (DRP)

Diserahkan ke pemanfaat yang berizin

Sumber : PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk

G. Teknologi Pengolahan Limbah B3

Tujuan dari pengolahan limbah B3 adalah untuk mengurangi bahaya dari limbah terhadap manusia dan lingkungan. Hal ini dapat dicapai dengan mengubah limbah menjadi material yang tidak berbahaya atau ramah lingkungan melalui proses kimia, fisika, biologis dan termal.

Teknologi pengolahan Limbah B3secara umum dapat dibagi empat macam, meliputi proses fisika/fisikokimia, proses kimia, proses biologi, dan proses termal. Secara umum skema teknologi pengolahan limbah B3 terhadap jenis limbah B3 yang berbeda-beda dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Pemilihan teknologi pengolahan limbah B3 disesuaikan dengan karakteristik limbah B3 tersebut.

(18)

Upaya pengelolaan limbah B3 di industri besi dan baja dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi limbah dengan mengoptimalkan penyimpanan bahan baku dalam proses kegiatan atau house keeping, substitusi bahan, modifikasi proses, maupun upaya reduksi lainnya.

2. Kegiatan pengemasan dilakukan dengan penyimbolan dan pelabelan yang menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3 berdasarkan acuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-05/Bapedal/09/1995.

3. Penyimpanan dapat dilakukan di tempat yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku acuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-01l/Bapedal/09/1995.

4. Pengumpulan dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan pada ketentuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep--01/Bapedal/09/1995 yang menitikberatkan pada ketentuan tentang karakteristik limbah, fasilitas laboratorium, perlengkapan penanggulangan kecelakaan, maupun lokasi.

(19)

6. Upaya pemanfaatan dapat dilakukan melalui kegiatan daur ulang (recycle), perolehan kembali (recovery) dan penggunaan kembali (reuse) limbah B3 yang dlihasilkan ataupun bentuk pemanfaatan lainnya.

7. Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi, solidifikasi secara fisika, kimia, maupun biologi dengan cara teknologi bersih atau ramah lingkungan. 8. Pengangkutan Limbah B3 dilakukan dengan alat angkut yang bersifat tertutup, untuk

menghindari pencemaran lingkungan.

(20)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan PP No. 101 Tahun 2014, beberapa limbah B3 yang dihasilkan dari industry besi baja termasuk dalam limbah khusus, dimana limbah tersebut didorong untuk dimanfaatkan lebih lanjut menjadi limbah yang lebih bermanfaat namun dengan tetap memperhatikan pencemaran terhadap lingkungan dan kesehatan keselamatan manusia dan makhluk hidup lain.

Berdasarkan hasil analisis uji laboratorium, limbah-limbah B3 yang masuk dalam kategori tersebut positif mempunyai sifat reaktif pada saat uji sulfida, yaitu slag, PS Ball, Fines Sponeg iron dan mill scale.

B. Saran

Limbah B3 yang dihasilkan dari industry besi dapat dimanfaatkan menjadi produk lain. Oleh karena itu, agar limbah-limbah B3 tersebut tidak mencemari lingkungan dan membahayakan terhadap kesehatan, maka beberapa hal berikut yang harus diperhatikan:

1. Limbah tersebut dipastikan dijauhkan dari kondisi asam/basa dan kontak dengan air

2. Limbah disimpan dalam bangunan pelindung yang kuat, tidak mencemari lingkungan sekitarnya

3. Melakukan monitoring lingkungan di sekitar tempat penimbunan sementara limbah B3 tersebut.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

1. United States, Environmental Protection Agency, 2005. Introduction to Land Disposal Units (40 CFR Parts 264/265, Subparts K, L, M, N).

2. Manual Sistem Manajemen Krakatau Steel (SMKS) PT. Krakatau Steel

Gambar

Tabel 9.1. Nama-Nama Unit Produksi Pabrik Besi Baja PT. Krakatau Steel
gambar  di  bawah  ini.  Pemilihan  teknologi  pengolahan  limbah  B3  disesuaikan  dengan

Referensi

Dokumen terkait

terhadap Limbah B3 yang memiliki total konsentrasi zat pencemar lebih besar dari atau sama dengan total konsentrasi zat pencemar pada kolom A Lampiran I Peraturan

Diperlukan pengaturan lebih lanjut tentang Persyaratan dan Tata Cara Teknis Pengemasan Limbah B3, kecuali untuk Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus. Minimum

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu nilai efisiensi removal adsorben arang batok kelapa untuk mengurangi konsentrasi zat pencemar air limbah industri pertambangan iodium

Atas dasar itulah maka diputuskan untuk merancang ulang instalasi pengolahan air limbah yang bertujuan menghasilkan efluen dengan konsentrasi pencemar yang disesuaikan dengan

Sedangkan endapan (sludge) yang biasanya diperoleh dari proses filter press dari IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), menurut Sunu (2001) dapat dikategorikan sebagai limbah

adalah untuk menurunkan kadar zat-zat pencemar yang terkandung didalam air limbah industri sampai memenuhi persyaratan efluen yang berlaku..

Tetapi bila konsentrasi bahan pencemar dalam limbah lebih besar dari konsentrasi bahan pencemar dalam badan penerima (kemungkinan juga tidak ada), maka konsentrasi bahan

Sedangkan endapan (sludge) yang biasanya diperoleh dari proses filter press dari IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), menurut Sunu (2001) dapat dikategorikan sebagai limbah