• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI PERTANIAN periurban

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI PERTANIAN periurban"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Desa bingin rupit yang terletak di daearah kawasan kecamatan rupit kabupaten musi rawas utara sumatera selatan yang memiliki lahan yang di tempat tinggali masyrakat sebagai tempat bangunan rumah,dan juga sebagai lahan pertanian serta perkebunan .kondisi lahan nya sangat bermacam-macam mulai dari lahan kering,lahan gambut dan lahan basah.

Namun kendala serta potensi di bidang pengelolaan lahan pertanian di sana masih banyak yang belum terdeteksi serta niat dan kemampuan untuk mengelola lahan masih kurang di minati mengingat jumlah rata-rata masyrakat yang menempuh pendidikan masih belum seratus persen sempurna terutama pendididikan di bidang pertanian .

Akibat dari itu semua banyak nya masalah-masalah social yang muncul mulai dari angka kejahatan yang bertambah serta menyumbang sedikit angka penganguran . kedepan tugas kita bersama sebagai masyrakat desa bingin rupit terutama para pemuda nya untuk terus mengembang kan serta terus menerus menggali potensi desa kita yang tercinta ini . agar desa kita menjadi makmur sejahtra dalam ekonomi dan mampu meyumbang masyrakat yang sehat lahir dan batin dan menjauh kan masyarakat kita dari penyakit kesenjangan social yang terjadi di masyrakat saat ini.

1.2 Tujuan

(2)

BAB II

STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI PERTANIAN BERBASIS KEARIPAN LOKAL

A. Kearifan lokal dalam pemanfaatan lahan

Kearifan lokal dalam pemanfaatan lahan dapat ditunjukkan pada (1) sistem mata pencaharian, (2) sistem pemilihan tempat usaha bertani, dan (3) pola usaha tani dan komditas pilihan yang dipengaruhi oleh persepsi individual atau kelompok dalam menyikapi kondisi lahan dan lingkungannya.

1. Sistem Mata Pencaharian

Mata pencaharian sebagai petani lebih banyak merupakan warisan dari generasi ke

generasi. Petani di lahan kering umumnya mempunyai mata pencaharian rangkap artinya sebagai petani dapat sekaligus sebagai peternak, peternak kambing atau kerbau, atau buruh tani.

Pilihan mata pencaharian tersebut disesuaikan dengan kondisi alam setempat sehingga kadang-kadang sebagai individu dapat sebagai petani yang mengusahakan lahannya pada saat musim hujan, tetapi pada waktu dan kesempatan lain dapat sebagai peternak kerbau pada saat kondisi lahannya kering, dan juga adakalanya merantau sebagai pedagang pada saat paceklik atau kemarau panjang

Seiring masuk nya industri perkebunan kelapa sawit di desa saya banyak lahan perkebunan karet di alih fungsikan sebagai perkebunan kelapa sawit

masyrakat yang memilih banting setir sebagai buruh di salah satu perkebunan tersebut pilihan tersebut muncul ketika harga hasil tanaman karet di beli dengan harga murah .banyak masyrakat yang beputus asa untuk terus mengembangkan pertanian karet .

Tidak sedikit pula masyrakat yang memiliki perkebunan kelapa sawit milik sendiri namun kendala dalam pengembangan nya masih kurang sehingga hasil produksi yang di dapat kan masih belum memuaskan. .

(3)

2. Sistem Pemilihan Tempat

Kondisi lahan kering dan gambut sangat beragam masyarakat juga memanfaatkan lahan gambut tebal untuk usaha taninya seperti perkebunan karet dan kelapa sawit

Namun dalam pemilihan lahan atau tanah, petani setempat masih banyak yang belum mampu sepenuh nya mengelola dan mengembangkan nya sehingga petani tidak mengetahui tanaman apa cocok di tanam sesuai dengan lahan yang ada tsb.

Berikut saya sajikan untuk menambah sedikit pengetahuan tanaman apa yang cocok untuk di tanam di lahan kering dan gambut :

- Lahan kering :

 Tanaman karet

 Tanaman pohon jeruk

 Duku

 Durian

 Kayu jati

 Rotan

 Jagung

 Kedelai

 Umbi-imbian

 Singkong dan banyak lagi..

- Lahan gambut :

 Tanaman kelapa sawit

 Bayam

 Buncis

 Cabai

 Kangkung

 Sawi

 Slada

 Pare

 Melon

(4)
(5)

3. Pola Usaha Tani dan Pilihan Komoditas

Lahan gambut mempunyai sifat rapuh (fragile), yaitu dapat berubah sewaktu-waktu baik akibat alam seperti kekeringan, kebakaran, kebanjiran ataupun akibat pengelolaan seperti reklamasi, drainase, pengolahan tanah, dan atau pertanian intensif.

Usaha tani di lahan gambut bersifat polyculture dan multiculture yang hakaketnya merupakan upaya untuk menghindari kegagalan total dari usaha taninya. Namun para petani lahan gambut dalam memilih komoditas yang dikembangkan sangat beragam karena dibatasi pemahaman dan pengalaman.

Pemilihan komoditas dalam pengembangan di lahan gambut ini sudah sejak ratusan tahun silam dilakukan petani tradisional. Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan petani-petani pioner dalam pengembangan kelapa, karet, kelapa sawit, lada, nenas, tebu, rambutan, cokelat, dan padi umumnya. Tanaman-tanaman ini dikenal sebagai tanaman yang tahan atau toleran dengan kondisi rawa seperti genangan, kemasaman, salinitas, keracunan besi dan lain sebagainya.

Uraian di atas menunjukan bahwa pemanfaatan lahan gambut sangat tergantung pada kemampuan dan pengalaman petani setempat yang tampaknya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan kegigihan dalam pencapaian keberhasilan dalam usaha taninya.

Lahan kering ditandai dengan rendahnya curah hujan ( < 250 - 300 mm/tahun), indek kekeringan (rasio / perbandingan antara curah hujan dan evapotranspirasi kurang dari 0.2), variasi tanaman sangat terbatas (hanya semak belukar, rerumputan dan pepohonan kecil di daerah tertentu), suhu yang sangat tinggi (+- 49 derajat celsius pada musim panas), tekstur tanah adalah pasir dan memiliki salinasi yang tinggi pada tanah dan air tanahnya yang diakibatkan oleh tingginyaevaporasidaninfiltrasi.

Lahan kering ini terjadi sebagai akibat dari curah hujan yang sangat rendah, sehingga keberadaan air sangat terbatas, suhu udara tinggi dan kelembabannya rendah. Lahan kering sering dijumpai pada daerah dengan kondisi antisiklon yang permanen, seperti daerah yang terdapat pada antisiklon tropisme. Daerah tersebut biasanya ditandai dengan adanya perputaran angin yang berlawanan arah jarum jam di utara garis khatulistiwa dan perputaran angin yang searah jarum jam di daerah selatan garis khatulistiwa.

(6)

- Air sebagai faktor pembatas dalam memproduksi tanaman pertanian

- Musim tanam yang sangat pendek dan hanya beberapa tanaman yang dapat dibudidayakan

- Sodium Klorida (NaCl) sebagai penyebab utama terjadinya tanah mengandung kadar garam tinggi

- Daya kapilaritas tanaman yang sangat tinggi akibat tingginya evaporasi menyebabkan tanah mengandung kadar garam yang tinggi

Adapun beberapa solusi yang dapata diaplikasikan untuk mengatasi kendala-kendala yang ada tersebut, yakni :

- Mencari sumber mata air alternative

- Menginformasikan kondisi lahan kering dan cara penanggulangannya kepada pihak pemerintah, swasta dan masyarakat

- Menggunakan tanaman yang resisten dan sistem irigasi yang efektif dan efisien - Manajemen sumberdaya air secara terpadu

- Meningkatkan sistem pemanenan air hujan

B. Kearifan lokal dalam pengelolaan lahan dan air

Pengelolaan lahan dan air di lahan kering dan gambut dalam perspektif kearifan lokal dapat ditunjukkan pada (1) sistem penyiapan lahan dan pengolahan tanah, (2) penataan lahan, (3) pengelolaan kesuburan tanah, dan (4) sistem pengelolaan air yang dipengaruhi oleh komoditas tanaman yang dikembangkan dan persepsi individual atau kelompok dalam menyikapi kondisi lahan dan lingkungannya.

1. Sistem Penyiapan Lahan dan Pengolahan Tanah

Penyiapan lahan oleh petani di lahan gambut dalam budiaya padi secara tradisional menggunakan tajak sejenis parang panjang. Tajak selain sebagai alat penebas rumput juga pemapas dan pembalik tanah permukaan se dalam 2-5 cm sehingga juga berfungsi sebagai alat olah tanah terbatas (minimum tillage). Pekerjaan penebasan rumput atau jerami ini disebut menajak (dari kata tajak) Gulma atau jerami yang telah ditebas kemudian dikumpulkan dibentuk seperti bola dibiarkan terendam yang disebut memuntal (dari kata puntal).

(7)

tradisional ini secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya produksi asam-asam terutama pirit.

Seiring dengan introduksi varietas-varietas unggul (tanaman pangan), penyiapan lahan dipandang lebih menguntungkan dengan menggunakan herbisida. Penyiapan lahan dengan herbisida menghemat tenaga antara 5-10 HOK per hektar.

Namun demikian, penggunaan herbisida banyak dikhawatirkan akan berdampak terhadap lingkungan hidup dan kesehatan konsumen.

2. Sistem Penataan Lahan

Penataan lahan dimaksudkan apabila petani berkeinginan melakukan penganekaragaman tanaman (diversifikasi) seperti kelapa, karet, jeruk, rambutan atau tanaman tahunan lainnya. Penganekaragaman tanaman ini adakalanya dilakukan karena hasil komoditas utama mata pencahrian mulai menurun atau karena pemilikan lahan yang semakin luas dengan alasan untuk menabung (misalnya untuk ongkos naik haji) maka sebagian lahan digunakan untuk tanaman tahunan.

Penataan lahan dilakukan dengan membuat tukungan (awalnya disebuttongkongan) yaitu meninggikan sebagian tanah dengan ukuran Bibit tanaman tahunan ditanam di atas tukungan. Tinggi tukungan biasanya dibuat 5-10 cm lebih tinggi dari tinggi maksimal muka air sehingga tanaman tidak terendam atau kebasahan. Sistem tukungan banyak sekarang diterapkan pada tanaman perkebunan seperti kelapa sawit yang disebut dengan tapak timbun.

Cara-cara budidaya seperti sistem tukungan untuk budidaya tanaman perkebunan dan pengelolaan lahan oleh petani lokal tradisional.

3. Sistem Pengelolaan Kesuburan Tanah

Kesuburan lahan gambut terletak pada hasil biomasa yang dihasilkannya bukan yang terkandung dalam tanahnya.

Menurut Jaya et al. (2004) hasil biomasa yang berada di atas tanah hutan rawa gambut berkisar antara 73-82% dari total biomasa. Biomasa dari tanaman pohon mencapai 350 sampai 905 ton per hektar.

(8)

4. Sistem Pengelolaan Air

Berkenaan dengan sifat dan watak tanah, apabila di lapisan bawah terdapat senyawa pirit, maka upaya untuk mempertahankan muka air pada batas di atas lapisan pirit merupakan kunci keberhasilan karena pirit yang apabila teroksidasi karena misalnya kekeringan atau pengatusan yang berlebih (over drainage) maka pirit bersifat labil dan akan membebaskan sejumlah ion hydrogen dan sulfat. Pada kondisi ini tanah menjadi sangat masam (pH 2-3) dan kelarutan Al, Mn, dan Fe meningkat.

C. POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN YANG BERBASIS KEARIPAN LOKAL

Melihat dari kebiasaan masyrakat serta mempelajari dari apa yang di senangi dan geluti dalam melakukan kegiatan pertanian atau sebagai mata pencahrian bahwa mereka selalu ingin memproduksi tanaman dengan jumlah yang banyak serta minim perlakuan

perawatan terhadap tanaman akibat nya kelangsungan tanaman dan lingkungan menjadi dampak dari pemakaian lahan yang tidak terkontrol itu .

Berikut pengembangan beberapa komoditas tanaman yang berpotensi berbasis kearipan local :

1. Tanaman kelapa sawit

Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu jenis komoditas yang memberikan sumbangan yang cukup besar untuk pendapatan negara. Indonesia merupakan salah satu negara sebagai penghasil kelapa sawit yang cukup besar. Prospek budidaya kelapa sawti masih cukup cerah karena kelapa sawit digunakan untuk berbagai produk olahan termasuk minyak kelapa sawit yang menjadi bagian dari sembilan bahan poko masyarakat Indonesia saat ini.

(9)

a). Benih

Teknologi dalam pembibitan kelapa sawit sudah sangat berkembang. Di bidang penelitian, peneliti sudah mampu membudidayakan kelapa sawit lewat kultur jaringan yang akan mempertahankan kualitas produksi buah kelapa sawitsama persis dengan pohon induk. Akan tetapi, teknik kultur jaringan tentu akan terlalu rumit dilakukan oleh pekebun sehingga ada baiknya pekebun memilih sumber bibit yang lebih mudah seperti lewat benih kelapa sawit yang disediakan oleh balai penelitian kelapa sawit. Pekebun juga bisa menyediakan benih sendiri dengan cara mengontrol penyerbukan bunga betina pohon induk.

b). Tips pembibitan

Setelah mendapatkan benih kelapa sawit dengan kualitas yang baik, pembibitan harus dilakukan di lahan datar dan tidak jauh dari sumber air. Sebagai tips ntuk mempermudah penanaman kelak, ada baiknya lokasi pembibitan terletak di tengah areal yang akan ditanami kelapa sawit. Lahan pembibitan harus bersih dari gulma dan dilengkapi dengan alat penyiraman, jalan, dan drainase.

(10)

Perkebun bisa menggunakan dua teknik budidaya pembibitan yakni dengan cara langsung di polibag tanpa proses dederan dan dengan cara tidak langsung yang meliputi dua tahap berupa tiga bulan tahap pembibitan awal atau dederan dan sembilan bulan tahap pembibitan utama. Selama proses pembibitan, bibit perlu disiram dua kali sehari, dipupuk, dan diseleksi untuk mendapatkan bibit yang mampu tumbuh optimal di lahan tanam.

d). Syarat tumbuh optimal

Petani boleh saja menerapkan teknik menanam kelapa sawit tingkat tinggi yang melibatkan berbagai teknologi maju, tetapi teknik tersebut tidak akan membawa hasil yang optimal selama syarat tumbuh optimal tanaman kelapa sawit tidak dipenuhi. Kelapa sawit sangat cocok ditanam di daerah tropis dengan curah hujan rata-rata 1.500-3.00 mm per tahun. Kelapa sawit akan tumbuh optimal di dataran rendah dengan ketinggian 200-400 meter di atas permukaan laut.

e). Penyinaran,suhu,dan karakteristik tanah

Kelapa sawit akan tumbuh dengan baik apabila lama penyinaran langsung matahari 1-7 jam setiap harinya. Buah kelapa sawit yang dihasilkan akan jauh lebih optimal saat tanaman tersebut tumbuh di daerah dengan suhu rata-rata 25-27 derajat Celcius. Tanaman kelapa sawit menuntut tanah yang gembur, subur, dan mempunyai drainase baik untuk tumbuh optimal dengan pH tanah 4,0-6,5.

f). Penanaman kelapa sawit

(11)

g). Penanaman bibit dan tanaman kacangan

Pembuatan lubang pohon bisa dilakukan beberapa minggu sebelum penanaman bibit dengan ukuran 60 x 60 x 60 meter atau 50 x 40 x 40 meter sesuai dengan titik tanam yang ditentukan lewat pengajiran. Barulah bibit bisa ditanam sesuai waktu yang ditentukan. Umumnya cara menanam kelapa sawit akan diikuti dengan penanaman tanaman penutup tanah antara pohon berupa tanaman kacangan untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit.

h). Pengendalian gulma dan pemupukan

Pengendalian gulma merupakan bagian cara tanam kelapa sawit yang sangat penting karena gulma akan sangat mengganggu pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa sawit. Gulma bisa dikendalikan secara manual, kimia, dan kultur teknis. Pemupukan juga merupakan proses yang penting dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan ukuran dan diberikan sesuai dengan jadwal. Selain itu, pekebun juga harus menjadwalkan pemangkasan teratur serta pengendalian hama dan penyakit agar produksi tandan kelapa sawit optimal

2. Tanaman Karet

(12)

a) Syarat tumbuh

Pada manual teknik budidaya karet, karet akan tumbuh dengan baik jika beberapa syarat paling mendasar terpenuhi. Lahan yang akan ditanami karet sebaiknya berada di wilayah dengan temperatur udara rata-rata 24ºC-18ºC dengan curah hujan rata-rata 1.500-2.000 mm per tahun. Setiap harinya, paling tidak sinar matahari terpapar sempurna selama 5-7 jam. Tanaman karet juga memerlukan tingkat kelembaban yang tinggi untuk tumbuh.

Kondisi tanah yang diinginkan oleh tanaman karet adalah tanah dengan tingkat kesuburan yang tinggi dan tidak mengandung padas sehingga air bisa diteruskan dengan baik. Tingkat keasaman tanah yang sesuai adalah sekitar pH 5-6 dengan batas toleransi pH 3-8. Tanah yang cocok untuk budidaya karet mempunyai ketinggian 200 meter di atas permukaan laut.

b) Pembibitan

Ada beberapa cara pembibitan yang bisa dilakukan untuk mendapatkan bibit karet dengan sifat unggul. Pembibitan karet bisa dilakukan dengan melalui beberapa tahap. Tahap yang pertama adalah tahap persemaian perkecambahan sedangkan tahap pembibitan selanjutnya adalah persemaian bibit.

(13)

sebelum siap ditebar di atas bedengan. Dauh atau jerami dengan ukuran tinggi 1m diperlukan untuk naungan sisi timur dan ukuran tinggi 80 cm diperlukan sebagai naungan sisi barat.

Benih direndam dalam larutan POC NASA dengan takaran satu tutup untuk satu liter air selama 3-6 jam. Benih akan disemaikan langsung harus disiram dengan larutan POC NASA dengan takaran setengah tutup per liter air. Untuk cara tanam benih yang benar, jarak tanam dipertahankan selebar 1-2 cm. Benih yang sudah disemai harus disiram secara teratur dan normalnya benih akan mulai berkecambah pasa usia 10-14 hari setelah tanam.

Benih yang sudah berkecambah kemudian dipindahkan ke area persemaian bibit yang sudah dicangkul dengan kedalaman 60-75 cm kemusian dihaluskan serta diratakan. Area tersebut perlu dibuat bedengan dengan ketinggian 20 cm termasuk parit antar bedengan dengan kedalaman 50 cm. Selanjutnya, cara menanam benihnya adalah dengan membuat jarak tanam 40 x 40 x 60 cm untuk bibit okulasi coklat dan jarak tanam 20 x 20 x 60 untuk bibit okulasi hijau.

Selain perlu disiram secara teratur, bibit dalam persemaian perlu pula dipupuk dengan pupuk makro selama 3 bulan sekali dan perlu pula disiram dengan POC NASA setiap 1-2 minggu sekali. Klon untuk benih dan bibit unggul bisa ditemukan di lembaga riset pemerintah maupun swasta seperti Balai Penelitian Karet Getas.

c) Pengelolaan tanah

Proses bercocok tanam karet selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengolah tanah sebelum bibit karet siap ditanam. Tanah dibersihkan dari pohon besar dengan penebangan dan alang-alang dengan menggunakan herbisida. Sisa penyakit perlu pula dibasmi dengan menggunakan fungisida. Teras perlu dibuat pada tanah dengan kemiringan di atas 10 deg sementara rorak perlu dibuat pada tanah yang landai sebagai aliran air serta pencegah erosi. Pemancangan juga diperlukan dalam teknik menanam karet sesuai dengan jarak tanam serta tingkat kerapatan pohon yang direncanakan. Dua minggu sebelum penanaman karet, lubang tanam harus dibuat terlebih dahulu pada titik pancang dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm. Pupuk juga perlu ditambahkan ke dalam lubang untuk memacu pertumbuhan akar pohon karet yang baru saja ditanam.

d) Penanaman dan Penyulaman Karet

(14)

pemeriksaan bibit perlu dilakukan sehingga bibit yang mati bisa segera diganti untuk mempertahankan populasi tanaman karet.

e) Perawatan dan Pemeliharaan

Langkah perawatan awal yang harus dilakukan pada tanaman karet adalah dengan membuang tunas palsu dan tunas cabang sebelum tunas berkayu. Selain cara pemliharaan tersebut, percabangan tanaman juga perlu dibentuk dan dirangsang dengan cara penyanggulan, pengikatan batang, pemotongan ujung batang, pemotongan ujung tunas, pengguguran daun, maupun pengeratan batang. Penyanggulan merupakan cara yang paling direkomendasikan.

f) Tumpang sari

Penanaman tumpang sari pada lahan karet merupakan salah satu tips yang sangat berguna untuk meningkatkan produktivitas lahan perkebunan karet itu sendiri. Sebelum karet siap menghasilkan, tanaman tumpang sari akan memberikan pendapatan selain akan sangat membantu mengurangi rendahnya harga komoditas karet.

g) Pemupukan

(15)

PENUTUP

Adapun yang dapat di simpulkan di penulisan makalah ini adalah bahwa semua bentuk lahan dapat kita jadikan lahan pertanian yang baik dengan pemanfaatan pengembangan berbasis kearipan lokal sehingga di peroleh kesejahtraan yang besifat alami dari potensi yang di miliki di desa tersebut .pembudidayaan sangat baik dan menguntungkan apabila di tekuni dan di sadari dampak pengelolaan nya sehingga tercapai produksi yang optimal dan mendatang kan pundi-pundi rupiah di dalam nya .

Referensi

Dokumen terkait

Saya cemas terhadap kematian yang mungkin akan terjadi Saya takut akan kematian ketika melihat orang yang sudah meninggal Saya tau apa yang harus saya lakukan untuk meraih

(2) Wajib Retribusi Tempat Penyeberangan di Air adalah orang pribadi atau Badan Hukum yang menurut ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Retribusi diwajibkan untuk

Individu atau kelompok masyarakat memiliki etos kerja tinggi jika menunjukan tanda-tanda adalah: (1) mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja

Biaya tidak langsung adalah pengeluaran untuk manajemen, supervisi, jasa untuk pengadaan bagian proyek yang tidak akan menjadi instalasi atau produk permanen, tetapi diperlukan

Imam Syafi’i adalah seorang Ulama’ besar yang pernah menjadi guru Imam Hambali berkata kepada muridnya itu. Jazuli, Ilmu Fiqih: Penggalian, Perkembangan dan

Organ tersebut berperan penting pada proses absorpsi cairan yang berasal dari  tubulus seminiferus testis, pematangan, penyimpanan dan penyaluran spermatozoa ke  ductus

a) Menggunakan sensor getar jenis Piezo electric sehingga setiap adanya perubahan atau perambatan gelombang dari lempeng tektonik baik secara horizontal maupun vertikal akan

Pengembangan kapas di Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Barat dilakukan di lahan tadah hujan dengan musim hujan yang