LABORATORIUM KIMIA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN KELOMPOK KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
OLEH KELOMPOK III Jeni Rustan (N111 12 009)
Ika Reskia Nurul Hamka (N111 12 105) Edwin Rinaldi Philbert (N111 12 266 ) Krismawati Simon (N111 12 268)
GOLONGAN RABU PAGI ASISTEN : ANDI REZKIANI BETA
MAKASSAR 2013
Ayu Isitiqomah Fauziah (N111 12 296) Nurul Fajaryanti (N111 12 341)
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Didalam sebuah produk seperti cairan vitamin atau obat sejenis lainnya terkadang sulit untuk membedakan dengan benar tentang unsur / zat yang terkandung didalamnya. Dengan adanya kemajuan teknologi dibidang elektrokimia saat ini telah memiliki peranan penting dalam menentukan berbagai kandungan / unsur zat didalam cairan. Adapun teknologi yang masih digunakan saat ini seperti penerapan metode kromatografi. Kromatografi ( Chromatography ) sebenarnya secara harfiah berasal dari nama "warna menulis", namun tak ada hubungan secara langsung kecuali senyawa pertama yang mengalami pemisahan dengan cara ini adalah pigmen hijau tumbuhan, seperti klorofil. Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa yaitu yang pertama, fasa tetap ( Stationary Phase ) dan kedua, fasa bergerak (
Mobile Phase ). Dengan adanya penelitianpenelitian baru yang memungkinkan untuk menerapkan prinsip kromatografi pada senyawa-senyawa yang tak berwarna termasuk gas.
Chromatography ), dan kromatografi cair kinerja tinggi ( High Performance Liquid Chromatography ).
Pada kromatografi lapisan tipis, terdapat lapisan tipis ( tebal 0.1-2 mm ) yang terdiri atas bahan padat yang dilapiskan kepada permukaan penyangga datar ( plat ), yang biasanya terbuat dari kaca, tetapi dapat pula terbuat dari plat polimer atau logam. Lapisan yang melekat pada permukaan dengan bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat dan kromatografi lapisan tipis dapat digunakan untuk keperluan yang luas dalam pemisahanpemisahan. Seperti halnya, kromatografi lapisan tipis yang banyak digunakan akhir-akhir ini oleh sebagian besar laboratorium di Indonesia menggunakan alat berupa TLC Scanner 3 merk CAMAG ( Made in Switzerland ) dengan metode kromatografi lapisan tipis, yang mana proses pengambilan sample yang berada pada permukaan plat (tempat sample yang telah dilakukan pemisahan) menggunakan scanner didalam alat tersebut kemudian hasilnya ditransfer ke PC dan dilakukan proses selanjutnya. Dan kelebihan dari TLC Scanner 3 CAMAG sendiri adalah mampu menganalisa senyawa berwarna dan tak berwarna, membutuhkan waktu yang relatif cepat.
I.2 Maksud dan Tujuan I.2.1 Maksud Percobaan
I.2.2 Tujuan Percobaan
Memisahkan dan mengidentifikasi parasetamol, vitamin c, teofilin dan kofein dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Menentukan eluen-eluen yang cocok dengan sampel yang ingin diuji. Menentukan nilai Rf dari paracetamol, teofilin, vitamin C, koffein.
I.3 Prinsip Percobaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Dalam analisis dalam berbagai kandungan kimia, cara pertama yaitu campuran harus dipisahkan. Banyak cara untuk memisahkan senyawa dalam suatu campuran, salah satu diantaranya yang paling sering dan mudah diguunakan yaitu kromatografi. Proses kromatografi melibatkan 2 fase yaitu fase gerak dan fase diam. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan sedangkan fase diam dapat berupa celah-celah atau bentuk granul padat atau berupa lapisan cairan encer yang diserap oleh sebuah padatan (1).
Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia, Michael Rswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan cara perlokasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelasyang berisi kalsium karbonat (CaCO3) (2).
Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan 2 fase yaitu gerak dan diam serta mengkuantifikasi macam-macam komponen dalam suatu campuran yang kompleks, baik komponen organik mauapun anorganik. (2)
seperti Kromatografi Kertas (KK), Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dan Kromatografi Gas (GC). (3)
Dalam kromatografi juga dikenal istilah kromatografi jenis planar dan kolom. Kromatografi planar menggunakan fase diam berupa lempeng tipis yang umumnya terbuat dari kaca, lempeng alumunium dan sebagainya. Yang termasuk kromatografi planar yaitu kromatografi kertas (KK) dan kromatografi lapis tipis (KLT). (2)
Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikiann juga peralatan yang digunakan. Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan hampir semua laboratorium melaksanakan metode ini (2).
Kromatografi lapis tipis (KLT) fase diamnya berupa lapisan seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat alumunium, atau pelat plastik (2).
Fase gerak dari pustaka dapat ditentukan dengan uji pustaka atau dengan dicoba-coba karena pengerjaan KLT ini cukup cepat dan mudah. Sistem yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran ini dapat diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi dengan optimal. Dalam pembuatan dan pemilihan fase gerak yang harus diperhatikan yaitu kemurnian dari eluen itu sendiri karena KLT merupak teknik yang sensitif; daya elusi dari pelarut itu juga harus diatur sedemikian rupa agar harga Rf berkisar antara 0,2-0,8 yang menandakan pemisahan yang baik; polaritas dari pelarut juga harus diperhatikan agar pemisahan terjadi dengan sempurna. (2)
Ada 2 cara yang digunakan untuk menganalisis secara kuantitatif dengan KLT. Pertama, bercak yang terbentuk diukur langsung pada lempeng dengan menggunakan ukur luas atau dengan teknik densitometri. Cara kedua yaitu dengan mengorek bercak lalu menetapkan kadar senyawa yang terdapat dalam bercak tersebut dengan menimbang hasil korekan.
Beberapa metode kromatografi
Kromatografi kertas, dinamakan berdasarkan bahan yang digunakan untuk fiksasi stationer
Kromatografi lapis tipis, mendapatkan namanya dari bentuk luar adsorbs yang digunakan sebagai fase stationer yang difiksasi sebagai lapis tipis pada penyangga seperti kaca atau gelas atau lembar aluminium.
Kromatografi kolom bahan sorpsi dapat diisikan ke dalam kolom gelas.
Kromatografi gas, membutuhkan kolom khusus yang diisi bahan sorpsi, sedangkan fase mobil yang digunakan adalah gas
Kromatografi tekanan tinggi, berbeda dengan kromatografi gas, sebagai ganti gas adalah suatu cairan yang dimasukkan dengan tekana tinggi kedalam kolom yang berisi
Kromatografi penuh terion, menggunakan harsa sintetik sebagai fase stationer yang bertindakk sebagai penukar kation atau anion
Kromatografi afinitas, sebagai fase stationer digunakan pengembang makromolekul dengan gugus fungsi yang mempunyai afinitas yang jelas atau mempunyai kemampuan bereaksi terhadap molekul yang hendak ditentukan.
II.2 Uraian bahan 1. Parasetamol (4 : 37)
Nama resmi : Acetaminophenum
Sinonim : Asetaminofen, parasetamol RM/BM : C8H9NO2 / 181,16
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P, dalam 90 bagian propilengikol P, larut dalam alkali hiroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlindung dari cahaya.
Kegunaan : Sebagai sampel 2. Vitamin C (4: 47 )
Nama resmi : Acidum Ascorbicum
Nama lain : Asam Askorbat, Vitamin C RM/BM : C6H8O6/ 173,13
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam
etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan dalam benzen P. Kegunaan : Sampel
3. Teofilin (4: 597)
Nama resmi : Theophyllinum Nama lain : Teofilina
RM/BM : C7H8N4O2. H2O/ 198,18
Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; pahit; mantap di udara
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 180 bagian air, lebih mudah larut dalam air panas; larut dalam kurang lebih 120 bagian etanol (95%) P; mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan ammonia encer P.
Kegunaan : Sampel 4. Koffein (4 : 175 )
Nama resmi : Coffeinum Nama lain : Kofeina
RM/BM : C8H10N4O2/ 194,19
biasanya menggumpal; putih; tidak berbau; rasa pahit
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kelarutan : agak sukar larut dalam air dan etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P; sukar larut dalam eter P.
Kegunaan : Sampel 5. NH4OH (4 : 86)
Nama resmi : Ammonia Nama lain : Amonia
RM/BM : NH4OH/ 35,05
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; bau khas; menusuk kuat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat; di tempat sejuk Kelarutan : Mudah larut dalam air
Kegunaan : Sebagai eluen 6. Metanol (4 : 706 )
Nama resmi : Metanol P RM/BM : CH3OH
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
7. Etil asetat ( 4 : 673 )
Nama resmi : Etil asetat P RM/BM : CH3CO.O.C2H5
Pemerian : Cairan,tidak berwarna, baukhas Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Kegunaan : Sebagai eluen
8. Kloroform (4: 151)
Nama resmi : Choloroformum Nama lain : Kloroform RM/BM : CHCl3 / 119,38
Pemerian : Cairan, mudah menguap; tidak berwarna; bau khas; rasa manis dan membakar
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik bersumbat kaca, terlindung dari cahaya
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 200 bagian air; mudah larut dalam etanol mutlak P, dalam eter P, dalam sebagian besar pelarut organic, dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak
Kegunaan : Sebagai eluen 9. Aseton (4 : 655)
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna; mudah menguap; bau khas; mudah terbakar.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%) P, dengan eter P dan dengan kloroform P, memebentuk larutan jernih
Kegunaan : Sebagai sampel 10. n-heksana (4:283)
Nama resmi : Hexaminum Nama lain : Heksamina RM/BM : C6H12N4/140,19
Pemerian : Hablur mengkilap, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa membakar dan manis kemudian agak pahit. Jika di panaskan dalam suhu ± 260 menyublim.⁰
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, dalam 12,5 ml etanol (95 %) P dan dalam lebih kurang 10 bagian kloroform P
III.3 Prosedur kerja
1. Kofein a. Dalam bulk
Fase diam : Silica
Fase gerak : S1 = etil asetat-metanol-NH4OH pekat S2 = methanol
S3 = metanol-butanol S4 = metanol-kloroform Deteksi : UV 254 nm
Penyiapan sampel: Dilarutkan dalam kloroform-etanol
b. Kofein (dalam kapsul bersama denagn profoksifen dan aspirin) Fase diam : Silica
Fase gerak : Butil asetat Deteksi : UV 254 nm
Penyiapan sampel : Diserbuk lalu dilarutkan dalam metanol dan disaring
c. letakan spatula pada sekitar sampel kofein, tambahkan 4,0 ml diklorometana
- siapkan TLC plate. Gunakan pensil untuk menandai garis sekitar 0,5 cm dari pinggir piringan
- Tempatkan 1 cm dari sisi kiri dan dan terus ke kanan menggunakan pensil
- Sekitar 1 cm dari tempat standar kofein, gunakan mikropipet lain untuk menandai
- Kembangkan TLC plate dengan menempatkannya pada TLC chamber yang telah diisi dengan pelarut hingga level 0,5 cm
- Ketika sudah mencapai 0,5 cm, hapus segera tanda dan tandai di mana npelarut meningkat.
- Biarkan pelaarut berhenti menguap dan amati dibawah cahaya UV. 2. Paracetamol
a. System TA-Rf 95, system TB-Rf 00, system TD-Rf 15, system TE-Rf 45, system TF-Rf 32, system TAD-Rf 26, system TAE-Rf 77, system TAJ-Rf 30, system TAK-Rf 05, system TAL-Rf 73 (solusi besi (III) klorida, biru samar, diasamkan larutan permanganate, positif)
b. Encerkan sejumlah zat uji dengan metanol P hingga diperoleh larutan yang mengandung ± 1 mg paracetamol per ml. Larutan memenuhi uji identifikasi secara kromatografi lapis tipis (281), gunakan fase gerak campuran dari kromopentana klorida P:metanol P (2: ) pH antara 3,8 dan 6,1
c. Fase diam: silica gel Fase gerak: Heksan-aseton Deteksi UV
O
Penyiapan sampel: Sebanyak 1 gram sampel dipindahkan ke dalam tabung sentrifus gelas 15 ml bertutup rapat, lalu ditambah dengan 5 ml eter p, digojog selama 30 menit, disentrifus selama 15 menit pada 1000 rpm.
3. Teofilin
a. System TA-Rf 75; system TB-Rf 01; system TC-Rf 30; system TE-Rf II, system TF-Rf 9; system TG-Rf 33; system TL-Rf II; system TAF-Rf 70; system TAF-Rf 66; system TAJ-Rf 40; system TAK-Rf 21; system TAL-Rf 78 (pereaksi ludy+ encer, orange). Plate: silica gel F2S4 (0,25 mm ketebalan la pisau. Fase gerak: kloroform:metanol (9:1). Dilihat dengan UV (λ = 254 nm); Rf = 0,54
b. Teofilin (tablet dengan efedrin dan fenobarbital) Fase diam : Selulosa
Fase gerak:Kloroform-aseton-metanol-amonium hidroksida (50:10:10:1) Deteksi : UV 254 nm
Penyiapan sampel: serbuk ditambah dengan kloroform-metanol (4:1), lalu disaring.
c. Teofilin (kapsul dengan guanefesin) Fase diam : selulosa
Fase gerak: Metanol:air Deteksi : UV 254 nm
a. (dalam bulk) Fase diam : silica
Fase gerak : metanol-aseton-air (20:4:3) Deteksi : UV
Penyiapan sampel : dilarutkan dalam etanol absoulut.
b. - tuangkan 5 ml eluen ke kamar elusi, tutup ruangan dengan penutup dan diamkan 15-20 menit
- Sementara ruang elusi dijenuhkan dengan upa pelarut, ambil setengah dari tablet Vitamin C, lalu dihancurkan dengan mortar dan ditambah aquades
- Filtrat larutan tersebut ke gelas kimia
- Tandai garis start di silca gel 6-8 mm dari tepi piring dengan pensil grafit
- Tandai juga lokasi dimana sampel akan terlihat
- Jarak antara tetangga bintik-bintik harus sekitar 10 mm dan tempat harus minimal 5 mm dari tepi piring
c. Tuang 5 ml eluen ke kamar elusi. Tutup chamber dan diamkan 15-20 menit . sementara ruang dijenuhkan dengan uap pelarut
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol eluen, chamber, gelas piala, gelasukur, gunting, kertas saring, lampu UV 254 dan 366 nm, mistar , pensil, pinset, pipa kapiler (penotol), Silikagel GF254 III.1.2 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquadest, ammonia, etanol, etilasetat, kloroform, larutan sampel (Vitamin c, teofilin, kofein, parasetamol,), kloroform, NH4OH, aseton, dan metanol.
III.2 Cara kerja
1. Sampel dan pembanding dilarutkan dengan NH4OH dalam 2 vial dan dibungkus dengan alumunium foil
2. Eluen dibuat dengan perbandingan yang sudah ditentukan
3. Chamber dijenuhkan dengan eluen yang telah dibuat, kertas saring dimasukan dan chamber ditutup dengan penutup kaca.
4. Larutan sampel serta larutan pembanding tersebut diambil menggunakan pipa kapiler
5. Sampel dalam pipa kapiler tersebut ditotol bagian batas bawah yang sudah ditandai pada lempeng yang sudah diaktifkan terlebih dahulu
7. Ditunggu hingga eluen mencapai batas atas dan lempeng diagkat, diangin-anginkan beberapa menit
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan
Keterangan
a: jarak noda sampel yang terbentuk b: Jarak noda pembanding yang terbentuk c: Jarak yang ditempuh eluen
IV.2 Perhitungan
Rf ¿ jarak titik tengahnoda dari batas bawahjarak tepi muka pelarut darititik awal
a) Kelompok I
Sampel A (heksan:aseton)
Rf = 1,24,2 = 0,28
Sampel A (etanol:etil asetat)
KEL Sampel Pembanding Eluen a b c Rf
I A Paracetamol Heksan:aseton (3:1)Etanol:etil asetat (2:1) 1,2- -- 4,2- 0,28 -II B Koffein Heksan:Etil asetat (1:3)Metanol:Air (2:1) -- -- -- -
-III C Teofilin Kloroform:aseton (6:1)Methanol:NH4OH (1:1) 0,8- 0,8- 4,2- 0,19
-IV D Vitamin C Metanol:Aseton (2:4) Metanol:Etil Asetat (1:3)
Rf = 1,34,2 = 0,309
b) Kelompok II
Sampel B
c) Kelompok III
Sampel C (Kloroform: aseton) (6:1)
Rf = 0,84,2 = 0,19
Pembanding (teofilin) (klororofm:aseton) (6:1)
Rf = 0,84,2 = 0,19
d) Keompok IV
Sampel D (metanol:aseton)
Rf = 4,353,5 = 0,80
Sampel D (metanol:etil asetat)
Rf = 4,353,6 = 0,82
e) Kelompok V
f) Kelompok VI
Sampel F (metanol:aseton)
Sampel F (metanol:etil asetat)
Rf = 2,74,0 = 0,675
IV.3 Gambar
Laboratorium Kimia Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Sampel : C Pembanding : Teofilin
Eluen : Kloroform : Aseton (6:1) Deteksi : UV 254 nm
Laboratorium Kimia Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Sampel : C Pembanding : Teofilin
Eluen : Kloroform : Aseton (6:1) Deteksi : UV 366 nm
Laboratorium Kimia Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Laboratorium Kimia Farmasi
BAB V
Pada percobaan ini dilakukan analisis kuantitatif dengan metode kromatografi lapis tipis. Sampel yang dianalisis yaitu sampel C dengan pembanding berupa teofilin baku.
Pada percobaan ini, mula-mula sampel dilarutkan dengan NH4OH didalam vial, kemudian eluen dimasukan dalam chamber dan dijenuhkan dengan kertas saring sebagai penanda kejenuhan chamber. Setelah itu sampel dan pembanding atau baku teofilin ditotolkan pada silica gel yang telah diaktifkan.
Chamber dijenuhkan dengan eluen agar aluen lebih mudah untuk mempartisi sampel maupuin pembanding. Digunakan silica gel karena mengandung bahan tambahan kalsium sulfat untuk mempertinggi daya lekat.
Harga Rf dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut: - Pelarut
- Bahan pengembang - Suhu
- Kejenuhan chamber - Kelembaban ruangan - Konsentrasi
- Panjang trayek migrasi
Noda yang terbentuk dengan penggunaan eluen kloroform dan aseton (6:1), sampel danpembanding membentuk noda yang sama sepanjang 0,8 cm diamati dengan UV 254 nm didapat nilai Rf sebesar 0,19. Sedangkan yang diamati dengan UV 366 nm tidak terlihat dengan baik.
Pada sampel C dengan pembanding teofilin, dipisahkan dengan eluen metanol:NH4OH dengan perbandingan (1:1). Pada percobaan ini tidak terbentuk noda. Kemungkinan karena sampel yang
BAB VI
VI.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Harga Rf sampel C dengan pembanding teofillin menggunakan eluen kloroform:aseton (6:1) adalah 0,19
2.
3. Rf sampel dan pembanding dengan eluen metanol:NH4OH tidak dapat ditentukan dikarenakan eluen yang tidak bisa
VI.2 Saran
1. Sebaiknya alat-alat laboratorium diperbanyak jumlahnya agar praktikum berjalan lancar
2. Sebaiknya jumlah asisten yang mengawasi di laboratorium diperbanyak agar praktikum lebih efisien
DAFTAR PUSTAKA
2. Gholib, Ibnu.. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007
3. Marzuki, Asnah.. Kimia Analisis Farmasi. Makassar: Dua Satu Press. 2013
4. Ditjen POM. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 1979