• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Upaya untuk Pencapaian Adiwiyata pada Sekolah Dasar di Kota Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Upaya untuk Pencapaian Adiwiyata pada Sekolah Dasar di Kota Medan Tahun 2015"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Upaya Pencapaian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian upaya

adalah untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan

keluar, tindakan yang dilakukan untuk mencapai apa yang diinginkan atau

merupakan sebuah strategi. Pencapaian adalah proses, cara atau perbuatan

mencapai. Jadi, dalam hal ini upaya pencapaian Adiwiyata adalah cara yang

dilakukan untuk dapat mencapai penghargaan Adiwiyata.

2.2 Sekolah Dasar

Sekolah merupakan sebuah lembaga penyelenggara pendidikan formal.

Suwarno (2009) mengemukakan bahwa sekolah adalah lembaga pendidikan yang

secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis,

berencana, sengaja, dan terarah, yang dilakukan oleh pendidik yang profesional,

dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum tertentu dan diikuti oleh

peserta didik pada setiap jenjang tertentu, mulai dari TK sampai Pendidikan

Tinggi. Berdasarkan jenjangnya, jalur pendidikan formal terbagi ke dalam tiga

kategori, yaitu pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Sekolah Dasar merupakan

salah satu bentuk satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar. Bafadal

(2009) menyatakan bahwa sekolah dasar adalah satuan pendidikan yang

(2)

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sekolah dasar

merupakan satuan pendidikan pada tingkat dasar yang secara resmi

menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja,

dan terarah, yang dilakukan oleh pendidik yang profesional, dengan program yang

dituangkan ke dalam kurikulum tertentu dan diikuti oleh peserta didik dalam

jangka waktu enam tahun.

2.3 Lingkungan

2.3.1 Lingkungan Hidup

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolan Lingkungan Hidup menjelaskan Lingkungan hidup

adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,

termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,

kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup

lain. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan

terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan

mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang

meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan,

dan penegakan hukum.

2.3.2 Lingkungan Sekolah

Menurut Supardi (2003) menyatakan lingkungan adalah jumlah semua

benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita

tempati. Menurut Yusuf (2001) menyatakan sekolah merupakan lembaga

(3)

pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu

mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual,

intelektual, emosional, maupun sosial.

Jadi, lingkungan sekolah adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta

seluruh kondisi yang ada di dalam lembaga pendidikan formal yang secara

sistematis melaksanakan program pendidikan dan membantu siswa

mengembangkan potensinya.

2.3.3 Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup di Sekolah

Sekolah merupakan salah satu lembaga formal pendidikan yang berfungsi

untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan siswa, selain itu pemahaman

dan pengenalan mengenai lingkungan dapat diperoleh siswa melalui pendidikan di

sekolah. Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk memelihara lingkungan

sekolah antara lain sebagai berikut:

a. Pengelolaan Sampah di Sekolah

Menurut American Public Health Association yang dikutip oleh Sumantri

(2010) mengatakan bahwa sampah (waste) diartikan sebagai sesuatu yang tidak

digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal

dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sampah erat kaitannya

dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai

mikroorganisme penyebab penyakit (bacteri pathogen), dan juga binatang

serangga sebagai pemindahan penyebaran penyakit (vector). Oleh sebab itu,

sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu

(4)

Pengelolaan sampah yang baik, bukan saja untuk kepentingan kesehatan

saja, tetapi juga untuk lingkungan. Yang di maksud dengan pengelolaan sampah

disini adalah meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan

atau pengelolaan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi

gangguan kesehatan remaja dan lingkungan sekolah (Notoatmodjo, 2005).

Selain itu, dapat dilakukan pemanfaatan sampah kembali, yaitu

pemanfaatan sampah organik, seperti composting dimana pemusnahan sampah

dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat organik oleh kuman-kuman

pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan bahan berupa kompos

atau pupuk (Sumantri, 2010). Pemanfaatan sampah anorganik, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan kembali secara langsung, misalnya

pembuatan kerajinan yang berbahan baku dari barang bekas, atau kertas daur

ulang. Sedangkan pemanfaatan kembali secara tidak langsung, misalnya menjual

barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas dan botol air

minum dalam kemasan.

b. Pengelolaan Halaman Sekolah

Sekolah sebagai tempat belajar perlu memiliki lingkungan yang bersih dan

sehat agar tercipta suasana belajar yang nyaman. Apabila lingkungan sekolah

kotor dan tidak sehat, tentu sangat mengganggu kegiatan belajar mengajar di

ruangan kelas. Oleh karena itu, harus bersih dari sampah, debu dan bau yang tidak

sedap agar tidak terjadi penyakit. Lingkungan sekolah yang bersih dan sehat tidak

hanya di dalam kelas tetapi juga di luar kelas seperti di halaman. Halaman sekolah

(5)

Halaman sekolah yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai macam penyakit

sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman bagi semua warga sekolah.

c. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Sekolah

1) Lokasi

Bangunan sekolah harus berada di dalam rencana umum tata ruang

wilayah kebupaten/kota, Tidak terkena pada daerah rawan bencana, bekas tempat

pembungan akhir (TPA) sampah dan bekas lokasi pertambangan, jauh dari

gangguan atau jaringan listrik tegangan tinggi.

2) Kantin/Warung Sekolah

Tersedia tempat cuci peralatan makan dan minuman dengan air yang

mengalir; Tersedia tempat cuci tangan bagi pengunjung kantin/warung sekolah;

Tersedia tempat untuk penyimpanan bahan makan; Tersedia tempat untuk

penyimpanan makan jadi dan siap saji yang tertutup; Tersedia tempat untuk

menyimpan peralatan makan dan minum (Suliha, 2002).

d. Penghijauan Lingkungan Sekolah

Penghijauan adalah kegiatan yang sangat penting dilakukan dalam

menangani lingkungan dan pemanasan global yang sedang terjadi saat ini.

Penghijauan mempunyai berbagai peran dan fungsi. Peran dan fungsi dari

penghijauan diantaranya adalah sebagai paru-paru lingkungan yang sangat

diperlukan makhluk hidup untuk bernafas sebagai pengatur lingkungan.

Pentingnya penghijauan untuk mengurangi peristiwa global worming,

penghijauan sangat penting bagi sekolah, selain menyejukkan udara disekitanya,

(6)

pohon, tetapi juga dengan membersihkan setiap ruangan dan lingkunagan sekitar

sekolah, serta membuang sampah pada tempatnya juga termasuk penghijauan.

Salah satu cara kecil yang dilakukan adalah menyediakan tempat sampah di setiap

ruangan kelas dan lingkungan sekolah.

Program penghijauan di sekolah dapat diterapkan oleh para guru dan para

siswa. Tugas para guru adalah meyakinkan para siswa terhadap dampak positif

dan negatif apabila melakukan penghijauan. Selain itu mengajak anak didiknya

melakukan penghijauan dengan hal-hal yang menarik, misalnya melakukan acara

penanaman seribu bunga disekolah (Kusmaeni, 2014).

Secara keseluruhan, kebersihan dan keasrian sekolah adalah tanggung

jawab bersama dari setiap warga sekolah. Selain guru dan siswa, pemeliharaan

dan perwujudan lingkungan sekolah yang bersih, sehat dan asri tidak lepas dari

peran orang tua, swasta lembaga swadaya masyarakat mapupun pemerintah.

Kondisi demikian akan melahirkan siswa yang cerdas, bermutu, berwawasan

lingkungan serta mampu menerapkan sikap cinta dan peduli lingkungannya di

lingkungan sekolah maupun masyarakat.

2.4 Program Adiwiyata (Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata -Kementerian Lingkungan Hidup)

2.4.1 Sejarah Program Adiwiyata

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (2012) mengemukakan bahwa Kebijakan Pendidikan Lingkungan

Hidup (PLH) telah disepakati pada tanggal 19 Februari 2004 oleh 4 (empat)

(7)

Pendidikan Nasional, Departemen Agama dan Departemen Dalam Negeri.

Kebijakan ini sebagai dasar arahan bagi para pemangku kepentingan

(stakeholders) dalam pelaksanaan dan pengembangan pendidikan lingkungan

hidup di Indonesia serta sebagai salah satu solusi dalam upaya meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap pelestarian fungsi lingkungan

hidup. Dalam upaya mempercepat pengembangan pendidikan lingkungan hidup

khususnya jalur pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,

maka pada tanggal 21 Februari 2006 telah dicanangkan Program Adiwiyata,

dengan tujuan mendorong dan membentuk sekolah peduli dan berbudaya

lingkungan yang mampu berpartisipasi dan melaksanakan upaya pelestarian

lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan generasi sekarang

maupun yang akan datang.

Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Negara

Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan

kesadaran warga sekolah dalam upaya pelesatarian lingkungan hidup. Dalam

program ini diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah

menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang

negatif (KNLH, 2010).

Pelaksanaan program Adiwiyata merupakan amanah UU No. 23 Tahun

1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU No. 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, tepatnya pada pasal 65 butir

(2) setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses

(8)

lingkungan hidup yang baik dan sehat (KNLH, 2008). Tindak lanjut dari UU No.

32 Tahun 2009 adalah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05

Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata. Secara aturan

atau dasar hukum pelaksanaan, program Adiwiyata sudah seharusnya berjalan di

semua Sekolah (Permen LH, 2013).

2.4.2 Pengertian Adiwiyata

Adiwiyata mempunyai pengertian atau makna sebagai tempat yang baik

dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma

serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan

hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan (Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012).

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05

Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata mengatakan

bahwa sekolah adiwiyata adalah sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan

dan program adiwiyata adalah program untuk mewujudkan sekolah yang peduli

dan berbudaya lingkungan.

Program Adiwiyata merupakan penerapan perilaku manusia terhadap alam

untuk melindungi dan melestarikan keberadaan alam agar terjadi keberlanjutan

kehidupan. Keberhasilan program Adiwiyata apabila warga sekolah memiliki

perilaku yang berwawasan lingkungan di manapun berada. Program tersebut

selain untuk pembentukan karakter peduli lingkungan juga sebagai salah satu cara

menghemat anggaran, sebab dalam indikator Adiwiyata tercantum upaya

(9)

2.4.3 Tujuan Program Adiwiyata

Tujuan program adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang

bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan

berkelanjutan (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2012).

2.4.4 Prinsip Program Adiwiyata

Pelaksanaan Program Adiwiyata diletakkan pada prinsip-prinsip dasar

berikut:

a) Partisipatif: Komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang

meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai

tanggungjawab dan peran.

b) Berkelanjutan: Seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan

terus menerus secara komprehensif

c) Edukatif (Permen LH, 2013).

2.4.5 Keuntungan mengikuti Program Adiwiyata

Keuntungan yang diperoleh sekolah dalam mengikuti program Adiwiyata

adalah :

a) Mendukung pencapaian standar kompetensi/ kompetensi dasar dan standar

kompetensi lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menegah.

b) Meningkatkan efisiensi penggunaan dana operasional sekolah melalui

penghematan dan pengurangan konsumsi dari berbagai sumber daya dan

(10)

c) Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kondisi belajar mengajar

yang lebih nyaman dan kondusif.

d) Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai-nilai pemeliharaan dan

pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar bagi warga sekolah

dan masyarakat sekitar.

e) Meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

melalui kegiatan pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan dan

pelestarian fungsi lingkungan di sekolah (Kementerian Lingkungan Hidup

dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012).

Menurut Arjuna dan Salmonsius yang dikutip oleh Saragih (2012), ketika

sebuah sekolah sudah mengikuti program Adiwiyata maka sekolah tersebut akan

mendapatkan bantuan dana pendampingan, sesuai dengan kebutuhan yang

diajukan oleh sekolah dan disetujui oleh Kementrian Lingkungan Hidup.

2.5 Komponen Program Adiwiyata

Kementerian Lingkungan Hidup (2011) mengemukakan bahwa terdapat

empat aspek yang harus diperhatikan sekolah untuk dikelola dengan baik dalam

menjalankan Adiwiyata yaitu aspek kebijakan sekolah berwawasan lingkungan,

aspek kurikulum berbasis lingkungan, aspek kegiatan lingkungan berbasis

partisipatif, dan aspek sarana dan prasarana pendukung ramah lingkungan.

2.5.1 Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan

Untuk mewujudkan Sekolah yang berwawasan lingkungan maka

diperlukan beberapa kebijakan sekolah yang mendukung dilaksanakanya kegiatan

(11)

prinsip-prinsip dasar program Adiwiyata yaitu edukatif, partisipatif dan berkelanjutan.

Pengembangan kebijakan sekolah yang diperlukan untuk mewujudkan sekolah

berwawasan lingkungan tersebut adalah visi dan misi sekolah yang berwawasan

lingkungan, kebijakan sekolah dalam mengembangkan pembelajaran Pendidikan

lingkungan hidup, kebijakan peningkatan SDM (tenaga kependidikan dan non

kependidikan) di bidang pendidikan lingkungan hidup, kebijakan sekolah dalam

upaya penghematan sumberdaya alam, kebijakan sekolah yang mendukung

terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat, serta kebijakan sekolah untuk

pengalokasian dan penggunaan dana bagi kegiatan yang terkait dengan

lingkungan hidup.

2.5.2 Kurikulum Berbasis Lingkungan

Penyampaian materi lingkungan hidup kepada siswa dapat dilakukan

melalui kurikulum belajar yang beragam. Pengembangan materi, model

pembelajaran dan metode belajar yang bervariasi, dilakukan untuk memberikan

pemahaman kepada siswa tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan

persoalan lingkungan sehari-hari. Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan

hidup untuk mewujudkan sekolah yang berwawasan lingkungan dapat dicapai

dengan melakukan pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran,

penggalian dan pengembangan materi serta persoalan lingkungan hidup yang ada

di masyarakat sekitar, pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan

budaya, serta pengembangan kegiatan kurikuler untuk peningkatan pengetahuan

(12)

2.5.3 Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif

Untuk mewujudkan sekolah yang berwawasan lingkungan, warga sekolah

perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran lingkungan hidup. Selain

itu sekolah juga diharapkan melibatkan masyarakat disekitarnya dalam melakukan

berbagai kegiatan yang memberikan manfaat baik bagi warga sekolah, masyarakat

maupun lingkunganya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh warga

sekolah dalam mengembangkan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif adalah

menciptakan kegiatan ekstrakurikuler/kurikuler dibidang lingkungan hidup

berbasis partisipatif disekolah, mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang

dilakukan oleh pihak luar, dan membangun kegiatan kemitraan dalam

pengembangan pendidikan lingkungan hidup di sekolah.

2.5.4 Sarana dan Prasarana Pendukung Ramah Lingkungan

Mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan perlu

didukung sarana prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan

hidup. Pengelolaan dan pengembangan sarana tersebut meliputi pengembangan

fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk pendidikan lingkungan hidup,

peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar sekolah,

penghematan sumberdaya alam air, listrik dan alat tulis kantor serta peningkatan

kualitas pelayanan makanan sehat dan pengembangan sistem pengelolaan sampah.

2.6 Pembinaan Adiwiyata

2.6.1 Pengertian Pembinaan adiwiyata

Suatu tindakan yang dilakukan oleh organisasi/ lembaga atau pihak

(13)

adiwiyata yang berdampak positif terhadap perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup.

2.6.2 Tujuan Pembinaan Adiwiyata Pembinaan adiwiyata bertujuan untuk:

1. Meningkatkan kapasitas sekolah untuk mewujudkan Sekolah Adiwiyata

atau sekolah peduli dan berbudaya lingkungan.

2. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia dalam

pengelolaan Program Adiwiyata.

3. Meningkatkan pencapaian kinerja pengelolaan adiwiyata baik di propinsi

maupun di kabupaten/kota termasuk sekolah dan masyarakat sekitarnya.

2.6.3 Komponen dan Standar Adiwiyata Komponen dan standar adiwiyata meliputi:

1. Kebijakan berwawasan lingkungan, memiliki standar:

a) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

b) Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) memuat program

dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

2. Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, memiliki standar:

a) Tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan

pembelajaran lingkungan hidup.

b) Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan

(14)

3. Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif memiliki standar:

a) Melaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup yang terencana bagi warga sekolah.

b) Menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup dengan berbagai pihak, antara lain masyarakat,

pemerintah, swasta, media, dan sekolah lain.

4. Pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan memiliki standar:

a) Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan.

b) Peningkatan kualitas pengelolaan sarana dan prasarana yang ramah

lingkungan di sekolah (Permen LH, 2013).

2.7 Penilaian Adiwiyata

Setelah dilakukan pembinaan, penyelenggara program (Menteri, menteri

terkait, gubernur atau bupati/walikota) melakukan penilaian untuk mengukur

tingkat pencapaian adiwiyata. Penilaian adiwiyata tersebut berupa checklist yang

berdasarkan indikator atau kriteria program adiwiyata yaitu kebijakan

berwawasan lingkungan, pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan

lingkungan berbasisi partisipasif, dan pengelolaan sarana pendukung ramah

lingkungan. Penilaian program adiwiyata dilakukan dengan tahapan, yaitu:

A. Sekolah Adiwiyata kabupaten/Kota

1. Sekolah menyampaikan permohonan penilaian sebagai sekolah adiwiyata

kepada tim penilai kabupaten/kota.

2. Calon sekolah adiwiyata menyampaikan dokumen berdasarkan lembar

(15)

kebijakan sekolah yang berwawasan lingkungan, yang terdiri dari

dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Rencana

Kegiatan dan Aksi Sekolah/Madrasah (RKAS/M).

3. Bagi sekolah yang memenuhi standar administrasi dilakukan verifikasi

dengan menggunakan lembar evaluasi sekolah adiwiyata.

4. Tim penilai adiwiyata kabupaten/kota melakukan verifikasi terkait

pencapaian dari 4 (empat) komponen adiwiyata, yaitu:

a) Kebijakan berwawasan lingkungan;

b) Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan;

c) Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif; dan

d) Pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan.

5. Berdasarkan hasil verifikasi, tim penilai adiwiyata kabupaten/kota

menetapkan nilai pencapaian sekolah.

6. Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan sekolah adiwiyata

tingkat kabupaten/kota apabila mencapai nilai paling rendah 56 (lima

puluh enam), yaitu 70% (tujuh puluh perseratus) dari total nilai paling

tinggi 80 (delapan puluh).

7. Sekolah Adiwiyata tingkat kabupaten/kota dapat diusulkan untuk ikut

dalam seleksi penerimaan penghargaan sekolah adiwiyata tingkat provinsi,

apabila sudah mencapai nilai paling rendah 64 (enam puluh empat) yaitu

80% (delapan puluh perseratus) dari total nilai paling tinggi 80 (delapan

(16)

B. Sekolah Adiwiyata Provinsi

1. Tim penilai adiwiyata provinsi melakukan evaluasi terhadap dokumen

hasil penilaian yang diusulkan oleh kabupaten/kota, dan laporan kegiatan

pembinaan.

2. Calon sekolah adiwiyata tingkat provinsi yang terpilih, dilakukan

verifikasi.

3. Berdasarkan hasil verifikasi, Tim penilai adiwiyata provinsi menetapkan

nilai pencapaian sekolah.

4. Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan sekolah adiwiyata

tingkat provinsi apabila mencapai nilai paling rendah 64 (enam puluh

empat), yaitu 80% (delapan puluh perseratus) dari total nilai paling tinggi

80 (delapan puluh).

5. Sekolah adiwiyata tingkat provinsi dapat diusulkan untuk ikut dalam

seleksi penerimaan penghargaan sekolah adiwiyata tingkat

nasional,apabila sudah mencapai nilai paling rendah 72 (tujuh puluh dua)

yaitu 90% (sembilan puluh perseratus) dari total nilai paling tinggi 80

(delapan puluh).

C. Sekolah Adiwiyata Nasional

1. Tim penilai adiwiyata nasional melakukan evaluasi terhadap dokumen

hasil penilaian yang diusulkan oleh provinsi dan laporan kegiatan

pembinaan.

(17)

3. Berdasarkan hasil verifikasi, Tim penilai adiwiyata nasional menetapkan

nilai pencapaian sekolah.

4. Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan sekolah adiwiyata

nasional apabila mencapai nilai paling rendah 72 (tujuh puluh dua), yaitu

90% (sembilan puluh perseratus) dari total nilai paling tinggi 80 (delapan

puluh).

D. Sekolah Adiwiyata Mandiri

1. Tim penilai adiwiyata nasional menetapkan sekolah adiwiyata

nasional yang akan dilakukan verifikasi berdasarkan usulan dari provinsi.

2. Sekolah adiwiyata nasional yang terpilih, dilakukan verifikasi.

3. Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan sekolah adiwiyata

mandiri apabila sekolah adiwiyata nasional tersebut telah melakukan

pembinaan terhadap sekolah lain, paling sedikit 10 (sepuluh) sekolah,dan

sekolah yang dibina tersebut telah mendapatkan penghargaana diwiyata

kabupaten/kota.

4. Sekolah adiwiyata mandiri dapat diusulkan untuk ikut dalam seleksi

penerimaan penghargaan tingkat Asean Eco School (Permen LH, 2013).

2.8 Pemberian Penghargaan Adiwiyata 2.8.1 Pengertian Penghargaan Adiwiyata

Penghargaan Adiwiyata merupakan pemberian insentif yang diberikan

kepada sekolah yang telah berhasil memenuhi 4 (empat) komponen program

Adiwiyata. Bentuk insentif yang diberikan dapat berupa piagam, piala dan atau

(18)

2.8.2 Tujuan Pemberian Penghargaan Adiwiyata

a. Sebagai wujud apresiasi atas usaha yang telah dilakukan sekolah dalam

upaya melaksanakan perlindungan dan pengeloaan lingkungan dalam

proses pembelajaran.

b. Sebagai tanda bahwa suatu sekolah telah melaksanakan 4 (empat)

komponen sekolah adiwiyata.

c. Sebagai dasar untuk pelaksanaan pembinaan program adiwiyata yang

harus dilaksanakan oleh pihak kabupaten/kota, propinsi, dan pusat.

2.8.3 Jenis dan Bentuk Penghargaan

a. Sekolah Adiwiyata kabupaten/kota mendapat penghargaan dari

Bupati/Walikota, bentuk penghargaan berupa piagam dan piala.

b. Sekolah Adiwiyata provinsi mendapatkan penghargaan dari Gubernur,

bentuk penghargaan berupa piagam dan piala.

c. Sekolah Adiwiyata nasional mendapatkan penghargaan piagam dari

Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,

hanya sekolah Adiwiyata nasional dengan nilai terbaik mendapat piala dari

Menteri Lingkungan hidup.

d. Sekolah Adiwiyata mandiri mendapatkan penghargaan piagam dari

Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,

sedangkan piala dari Menteri Lingkungan Hidup, hanya sekolah Adiwiyata

mandiri dengan nilai terbaik, piala penghargaannya diserahkan oleh

(19)

2.9 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka konsep diatas digambarkan interaksi antar variabel

penelitian yaitu kebijakan sekolah yang berwawasan lingkungan, kurikulum

sekolah berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif serta sarana

dan prasarana pendukung ramah lingkungan. Kemudian, variabel yang ingin

dicapai adalah upaya yang dilakukan sekolah untuk pencapaian Adiwiyata terkait

kebijakan, kurikulum, kegiatan serta sarana dan prasarana sekolah tersebut. SD Adiwiyata

Tingkat Kota Medan

Kebijakan Sekolah Berwawasan

Lingkungan

Kurikulum Sekolah Berbasis Lingkungan

Kegiatan Lingkungan Berbasis

Partisipatif

Sarana dan Prasarana Pendukung Ramah

Lingkungan

Upaya

yang

dilakukan

sekolah

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Pencegahan Dadah murid supaya dapat Pendidikan Pencegahan Dadah murid supaya dapat mengelakkan diri daripada terjebak dengan dadah. mengelakkan diri daripada terjebak

Place adalah sekelompok/segolongan masyarakat yang dijadikan sasaran pemasaran produk jasa bank yang diharapkan menjadi nasabah bank yang bersangkutan. 10

Untuk itulah Karsono pergi menuju kemarkas BKR untuk menemui dan bertanya kepada salah satu temannya yang merupakan anggota dari BKR kota yaitu Heru Suaji untuk

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Putri Sarini tahun (2011) menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara

Metode penelitian dimulai dengan melakukan ekstraksi subyek pada citra, dilanjutkan dengan ekstraksi fitur berdasarkan empat parameter estetika untuk mendapatkan data training dan

ini sebagaimana yang disebutkan oleh Dimyati dan Sudjiono dalam teori bahwa problematikapembelajaran berasal dari dua faktor yaitu faktor intern dan ekstern. 33

Dari hasil uji hipotesis tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa variabel kepemimpinan tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai,

Glukosa menjadi sumber energi utama dan diubah menjadi laktat melalui glikolisis anaerob oleh karena keadaan hipoksia dimana perfusi ke jaringan yang rusak itu terbatas.. Dari