BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
2.1.1 Definisi Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh (Notoatmodjo 2007), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Lawrence Green (1980) dalam (Notoatmodjo 2007), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, antara lain :
2. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana- sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2.2 Kondom
2.2.1 Definisi Kondom
Kondom adalah alat kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan atau penularan penyakit kelamin pada saat bersenggama. Kondom biasanya dibuat dari bahan karet latex, berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma. Kondom dipakai pada alat kelamin pria pada keadaan ereksi sebelum bersenggama (bersetubuh) atau hubungan seksual (BKKBN,2006).
2.2.2 Sejarah Kondom
Kondom adalah salah satu jenis alat kontrasepsi tertua. Alat yang berbahan dasar olahan karet ini pertama kali diperkenalkan sekitar 1000 tahun sebelum masehi oleh orang-orang mesir. Seorang bernama Gabrielle Fallopius melakukan percobaan pembuatan kondom pada tahun 1500-an, pria berkebangsaan Itali ini mengembangkan kondom yang terbuat dari bahan kain linen untuk mencegah penularan penyakit kelamin pada laki-laki.
Menurut Charles Panati, dalam bukunya Sexy Origins and Intimate Things, sarung untuk melindungi penis telah dipakai sejak berabad silam. Sejarah menunjukkan orang-orang Roma, mungkin juga Mesir, menggunakan kulit tipis dari kandung kemih dan usus binatang sebagai “sarung”. Kondom primitif itu dipakai bukan untuk mencegah kehamilan tapi menghindari penyakit kelamin. Untuk menekan kelahiran, sejak dulu pria selalu mengandalkan kaum perempuan untuk memilih bentuk kontrasepsi, sehingga menurut persepsi kaum laki-laki pada saat itu tidak berpengaruh dalam pencegahan kehamilan.
yang mengakibatkan melemahnya daya gempur pasukan. Untuk menanggulanginya tabib kerajaan membuatkan pelindung untuk melindungi alat kelamin para prajurit, yang disebut Kondom.
Nama “kondom” berasal dari bahasa latin “Condon” yang berarti wadah.. Di tahun 1980-an penggunaan kondom meningkat karena persebaran virus baru HIV/AIDS. Pada saat itu kondom dirasa dapat menjadi alat yang bisa menanggulanginya. Sampai saat ini kondom telah banyak ber-evolusi, dengan berbagai macam rasa dan bentuk agar lebih nyaman digunakan dan lebih variatif dalam memberikan sensasi berhubungan seks, bahkan di era 1990-an sampai 2000-an telah diperkenalkan
2.2.3 Cara Menggunakan Kondom dengan Baik dan Benar Cara menggunakan dengan baik dan benar:
1. Pegang bungkus kondom dengan kedua belah tangan lalu dorong kondom dengan jari anda keposisi bawah. Tujuannya agar tidak robek saat membuka bungkusnya, selanjutnya sobek bagian atas bungkus kondom.
2. Dorong kondom dari bawah agar keluar dari bungkusnya, kemudian pegang kondom dan perhatikan bagian yang menggulung harus berada disebelah lua Pencet ujung kondom agar tidak ada udara yang masuk dan letakkan pada kepala penis.
dengan menggunakan telapak tangan untuk mendorong gulungan kondom hingga pangkal penis (jangan menggunakan kuku, karena kondom dapat robek).
4. Jangan ada kontak penis dengan vagina sebelum menggunakan kondom. Segera setelah ejakulasi, cabut penis dari vagina. Pegang pangkal penis dan lepaskan kondom dengan hati-hati selagi masih tegang (jangan sampai ada cairan sperma yang tercecer keluar).
5. Ikat kondom agar cairan sperma tidak dapat keluar, dan buang ditempat yang aman. Jangan buang kondom bekas pakai di WC karena dapat menyumbat. Pilih kondom yang paling cocok dengan selera dan ukuran penis anda (BKKBN, 2006) 2.2.4 Manfaat Kondom
Untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit infeksi menular lain seperti infeksi gonorrhea, chalamida, herpes hingga HI/AIDS serta merupakan metode lain dalam keluarga berencana
2.5.5 Efektifitas Kondom
penggunaan kondom pada pekerja seks meningkat dari 60,7% (2001) menjadi 91,0% (2002), terdapat penurunan prevalensi sifilis dari 6% menjadi 3% (Rojanapithayakorn, 2008).
2.2.6 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Kondom 1. Keuntungan
a. Sangat efektif sebagai alat kontrasepsi bila digunakan dengan benar. b. Tidak menganggu produksi ASI bagi ibu yang menyusui
c. Memberi perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seksual termasuk HIV/AIDS
d. Tidak memerlukan pemeriksaan medis atau pengawasan yang ketat e. Murah dan dapat dibeli secara umum
f. Metode sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda g. Pria ikut secara aktif dalam program keluarga berencana.
2. Kerugian
a. Angka kegagalan relatif tinggi
b. Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seksual guna memasang kondom.
c. Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati, dan terus menerus pada setiap senggama.
2.3 IMS (Infeksi Menular Seksual) 2.3.1 Pengertian IMS
Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, dan parasit yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis (Aprilianingrum, 2002). Wells (2009) menyatakan bahwa Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Hubungan seks ini termasuk hubungan seks lewat liang senggama, lewat mulut atau lewat dubur. IMS adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksualdan akan semakin beresiko apabila berganti-gati pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal (Sjaiful, 2007)
Kebanyakan IMS membahayakan organ reproduksi pada wanita dan pria. Pada wanita IMS dapat merusak dinding vagina atau leher rahim dan pada pria yang terinfeksi lebih dulu adalah saluran air kencing. IMS yang tidak diobati dapat mempengaruhi organ-organ reproduksi bagian dalam dan menyebabkan kemandulan baik pada pria tau wanita (Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2009).
dapat ditularkan dari ibu ke anaknya selama kehamilan dan kelahiran, dan juga melalui darah serta jaringan tubuh.
2.3.2 Jenis Penyakit IMS
IMS ada banyak sekali jenisnya. Beberapa diantaranya yang paling penting adalah : GO atau kencing nanah, Klamidia, Herpes kelamin, Sifilis atau raja singa, Jengger ayam, Hepatitis, dan HIV/AIDS
Nama Gejala Umum Gejala Khusus Jenis Tes
Klamidia Nyeri saat Kencing Keluar cairan lendir & bening dari kemaluan, terasa gatal berwarna kuning atau kehijauan dan bau
Pemeriksaan luka yang terasa nyeri di sekitar kelamin
Pada stadium lanjut akan
Nyeri yang sangat saat kencing
Tampak cairan berupa nanah kental pada kemaluan. Cairan juga bisa keluar dari dubur
Pemeriksaan Nanah
Kutil Kelamin Timbul kutil pada daerah terinfeksi
Dalam kasus lanjut, kutil
bergerombol seperti jengger ayam di daerah kemaluan dan daerah anus
Pemeriksaan jaringan dan tes darah
HIV/AIDS Virus walaupun sudah ada di dalam darah tidak
Penyakit in disebabkan oleh Chamydia trachomatis. Masa tanpa gejala berlangsung 7-21 hari. Gejalanya adalah timbul peradangan pada alat reproduksi laki-laki dan perempuan. Pada perempuan, gejalanya bisa berupa keluarnya cairan alat kelamin atau keputihan encer berwarna putih kekuningan, rasa nyeri di rongga panggul dan perdarahan setelah hubungan seksual (Sjaiful, 2007)
2. Sifilis
menunjukkan gejala apa-apa atau disebut masa laten. Setelah 5-10 tahun penyakit sifilis akan menyerang susunan saraf otak, pembuluh darah dan jantung. Pada perempuan hamil sifilis dapat ditularkan kepada bayi yang dikandungnya (Sjaiful,2007)
3. GO
Penyebabnya adalah Bakteri Neisseria Gonorrhea. Masa inkubasi penyakit ini 2-10 hari setelah kuman masuk ke tubuh. Gejala pada pria meliputi uretra (lubang kencing) keluar cairan berwarna putih, kuning kehijauan, rasa gatal, panas dan nyeri, mulut uretra bengkak dan agak merah. Gejala pada wanita adalah penyakit radang panggul, kemungkinan kemandulan, infeksi mata pada yang dilahirkan, memudahkan penularan HIV, lahir muda, cacat, dan lahir mati
4. Herpes Genetalis
Penyebabnya adalah Virus Herpes Simplex, dengan masa Inkubasi: 4-7 hari setelah virus masuk tubuh, dimulai dengan rasa terbakar atau rasa kesemutan pada tempat virus masuk. Akibat yang ditimbulkan yaitu rasa nyeri berasal dari syaraf, dapat ditularkan pada bayi waktu lahir, dapat menimbulkan infeksi baru, penularan pada bayi dan menyebabkan lahir muda, cacat bayi dan lahir mati, memudahkan penularan HIV, dan kanker leher rahim
5. Kutil Kelamin
leher rahim atau kanker kulit di sekitar kelamin. Pada laki-laki mengenai kelamin dan saluran kencing bagian dalam (Sjaiful, 2007)
6. HIV/ AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immuno Deficiency Virus. Virus ini menurunkan sampai merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Setelah beberapa tahun jumlah virus semakin banyak sehingga sistem kekebalan tubuh tidak lagi mampu melawan penyakit yang masuk. Selajutnya AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome atau kumpulan berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIV 2.3.3 Penularan Infeksi Menular Seksual
Cara penularan IMS adalah dengan cara kontak langsung yaitu kontak dengan eksudat infeksius dari lesi kulit atau selaput lendir pada saat melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang telah tertular. Cara penularan lainnya secaraperinatal, yaitu dari ibu ke bayinya, baik selama kehamilan, saat kelahiran ataupun setelah lahir. Bisa melalui transfuse darah atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk darah.
Perilaku seks yang dapat mempermudah penularan PMS adalah : 1. Berhubungan seks yang tidak aman (tanpa menggunakan kondom). 2. Gonta-ganti pasangan seks.
4. Melakukan hubungan seks anal (dubur), perilaku ini akan menimbulkan luka atau radang karena epitel mukosa anus relative tipis dan lebih mudah terluka disbanding epitel dinding vagina.
5. Penggunaan pakaian dalam atau handuk yang telah dipakai penderita PMS (Hutagalung, 2002).
2.3.4 Cara Mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS)
Menurut Depkes RI (2006) langkah terbaik untuk mencegah IMS adalah menghindari kontak langsung, yaitu dengan cara sebagai berikut :
1. Menunda kegiatan seks bagi remaja (abstinensi) 2. Menghindari berganti-ganti pasangan seksual 3. Memakai kondom dengan benar dan konsisten 1.2 Faktor yang memperngaruhi Penggunaan Kondom
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kondom dalam Pencegahan IMS
Faktor-faktor ini mencakup mengenai pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan. Contohnya : agar seorang waria mau menggunakan kondom diperlukan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tersebut tentang kondom.
1. Pengetahuan
terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Selanjutnya menurut Soekidjo pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
Pengetahuan terdiri dari 6 (enam) tingkatan, yaitu: a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi dan dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Application)
d. Analisa (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau objek analisa komponen-komponen tetapi di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesa (Synthesis)
Sintesa menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengetahuan merupakan faktor yang mempermudah perubahan perilaku masyarakat. Dengan pengetahuan yang baik tentang kondom, maka individu akan lebih mudah merubah perilaku untuk menggunakan kondom dalam mencegah penyakit menular seksual
2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007).
Newcomb dalam Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Sikap mempunyai berbagai tingkatan yakni: Sikap terdiri dari berbagai tingkatan menurut Wawan dan M. Dewi (2010) yakni :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.
3. Ketersediaaan kondom
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya tempat pembelian kondom, tempat konsultasi, tempat berobat, ketersediaan kondom/kemudahan mendapatkan kondom dan sebagainya. Untuk perilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasana pendukung, misalnya penggunaan kondom. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor – faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.
Hasil penelitian yang dilakukan Mardjan (1996) di lokalisasi Singkawang Propinsi Kalimantan Barat membuktikan bahwa ketersediaan kondom dan sikap pelanggan merupakan faktor utama yang dapat memengaruhi penggunaan kondom dikalangan para WTS pada lokalisasi Singkawang Kabupaten Sambas Propinsi
4. Dukungan
para petugas termasuk petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.
2.5 Landasan Teori
Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Hubungan seks ini termasuk hubungan seks lewat liang senggama, lewat mulut atau lewat dubur. IMS juga adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Salah satu cara yang dapat mencegah penularan IMS adalah penggunaan kondom. Kondom adalah selubung lateks tipis yang menutupi penis yang sedang ereksi dan mencegah semen masuk ke dalam vagina (Wulansari, 2007). Lawrence Green seperti dikutip Notoatmojo (2003) menyatakan, terdapat 3 faktor yang mendasari perilaku remaja yaitu presdiposing, enabling, dan reinforcing.
Sumber: Notoadtmodjo, 2003 Faktor Enabling - Ketersediaan
fasilitas, sarana/prasana
Faktor Reinforcing - Dukungan keluarga - Dukungan tokoh
masyarakat - Dukungan tokoh
agama
- Dukungan petugas kesehatan
Faktor Predisposing - Pengetahuan - Sikap
- Nilai
- Karakteristik Individu
Gambar 2.1 : Kerangka Teori Teori Lowrance Green
2.6 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Berdasarkan dari gambar diatas, yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor presdiposing (pengetahuan dan sikap), enabling (ketersediaan kondom) faktor reinforcing (dukungan pekerja seksual, dukungan petugas kesehatan, dan dukungan media) sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah penggunaan kondom.
Faktor Enabling - Ketersediaan
kondom
Faktor Reinforcing - Dukungan pekerja
seksual
- Dukungan Petugas Kesehatan
- Dukungan Media Faktor Predisposing - Pengetahuan - Sikap
Perilaku penggunaan
kondom
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Faktor Reinforcing
- Dukungan pekerja seksual
- Dukungan Petugas Kesehatan