• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA antara Strategi Pembelajaran Inkuiri dengan Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Kelas V SD Negeri Se-Gugus Singoprono 1 Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2014/

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA antara Strategi Pembelajaran Inkuiri dengan Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Kelas V SD Negeri Se-Gugus Singoprono 1 Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2014/"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

4 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.Kajian Teori 2.1.1. Hakekat IPA 2.1.1.1. Pengertian IPA

IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja, tetapi juga mencakup pengetahuan seperti ketrampilan dalam hal melaksanakan penyelidikan ilmiah. Proses ilmiah yang dimaksud misalnya melalui pengamatan, eksperimen dan analisis yang bersifat rasional. Sedangkan sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur dalam mengumpulkan data yang diperoleh.

Menurut Usman (2006:2) IPA adalah suatu cara metode untuk mengamati alam yang bersifat analisis, lengkap, cermat serta menghubungkan antara fenomena lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang obyek yang diamati.

Menurut Abdullah (2003:18) IPA adalah pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus. Purnell’s (1983), concise dictionary of science, 34(2) 1983 “science the broad field of human knowledge, acquired by systematic observation and experiment, and explained by men of rules, larws, principles, theories, and hypothesis” yang artinya ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan yang luas yang didapatkan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesis-hipotesis.

Iskandar (2001: 2-5) IPA adalah fakta-fakta, konsepkonsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori IPA, ketrampilan proses IPA adalah ketrampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan di antaranya adalah (1) mengamati, (2) mengukur, (3) menarik kesimpulan, (4) mengendalikan variabel, (5) merumuskan hipotesis, (6) membuat grafik dan tabel data, (7) membuat definisi operasional, dan (8) melakukan eksperimen.

(2)

5

observasi dan eksperimen tentang gejala alam dan berusaha mengembangkan rasa ingin tahu tentang alam serta berperan dalam memecahkan, menjaga dan melestarikan lingkungan.

2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA

Menurut Muslichah (2006:23) tujuan pembelajaran IPA di SD adalah untuk menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi, dan masyarakat, mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, mengembangkan gejala alam, sehinga siswa dapat berfikir kritis dan objektif. 2.1.1.3 Prinsip-prinsip Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran IPA di SD akan efektif bila siswa aktif dalam proses pembelajaran guru. Oleh sebab itu guru SD perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran di SD. Prinsip-prinsip pembelajaran di SD menurut depdiknas dalam (Muslichah 2006 :44) adalah (1) prinsip motivasi, (2) prinsip latar, (3) prinsip menemukan, (4) prinsip belajar melakukan (learning to doing), (5) prinsip belajar sambil bermain, dan (6) prinsip hubungan social.

2.1.1.4 Tinjauan tentang Sifat-sifat Cahaya

Menurut Choiril Asmiyawati, Wigati Hadi .(2008:110) benda -benda yang ada disekitar dapat kita lihat apabila ada cahaya yang mengenai benda tersebut. Cahaya yang mengenai benda akan dipantulkan oleh benda ke mata sehingga benda tersebut dapat terlihat. Cahaya berasal dari sumber cahaya, semua benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya. Contoh sumber cahaya adalah matahari, senter, lampu, dan bintang. Cahaya memiliki sifat merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan dan dapat dibiaskan.

(3)

6

Heri Sulistyanto (2008: 125) sifat-sifat cahaya : (a) cahaya dapat merambat lurus, (b) cahaya dapat menembus benda bening, (c) cahaya dapat dipantulkan, (d) cahaya dapat dibiaskan.

a. Cahaya dapat Merambat Lurus

Cahaya dapat merambat lurus dapat dijumpai pada saat cahaya yang masuk melalui celah-celah atau jendela kamar yang ada di rumah. Arah rambatan cahaya yang masuk melalui celah-celah atau jendela merambat lurus. Hal ini dapat dibuktikan dengan sebuah percobaan yang sederhana yaitu dengan tiga buah karton yang dilubangi tengahnya kemudian disusun sejajar. Maka nyala lilin yang diletakkan di depan karton terlihat. Sedangkan pada salah satu karton digeser maka nyala lilin tidak dapat terlihat.

b. Cahaya dapat Menembus Benda Bening

Cahaya dapat menembus benda bening dapat dijumpai pada kaca jendela rumah. Cahaya dapat masuk ke dalam rumah selain melalui celah-celah juga melalui kaca jendela yang ada di rumah. Kaca yang bening dapat ditembus oleh cahaya matahari. Apabila kaca jendela di rumah ditutup dengan karton, maka cahaya tidak dapat masuk ke dalam rumah. Hal ini dapat menunjukkan bahwa cahaya hanya dapat menembus benda bening. Hal ini dapat dibuktikan dengan sebuah percobaan yang sederhana yaitu dengan menyorotkan lampu senter

mengenai gelas bening maka cahaya yang mengenai gelas bening akan menembus benda tersebut. Maka sebaliknya jika gelas bening tersebut ditutup dengan karton maka cahaya tidak dapat menembus gelas bening tersebut.

c. Cahaya dapat Dipantulkan

(4)

7

mengenai permukaan yang kasar atau tidak rata. Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya. Berdasarkan bentuk permukaannya ada cermin datar dan cermin lengkung. Cermin lengkung ada dua macam yaitu cermin cembung dan cermin cekung.

1) Cermin Datar

Cermin datar yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya datar dan tidak melengkung. Cermin datar dapat kamu gunakan untuk bercermin. Pada saat bercermin, kamu akan melihat bayanganmu di dalam cermin. Sifat-sifat bayangan yang terbentuk oleh cermin datar

a) Bayangan benda tegak dan semu. Bayangan semu adalah bayangan yang dapat kita lihat dalam cermin, tetapi di tempat bayangan tersebut tidak terdapat cahaya pantul.

b) Besar dan tinggi bayangan sama dengan besar dan tinggi benda sebenarnya.

c) Jarak benda dengan cermin sama dengan jarak bayangannya.

d) Bagian kiri pada bayangan merupakan bagian kanan pada benda dan sebaliknya.

2) Cermin Cembung

Cermin cembung adalah cermin yang permukaan bidang pantulnya melengkung ke arah luar. Cermin cembung biasa digunakan untuk sepion pada kendaraan bermotor. Bayangan cermin cembung bersifat maya, tegak dan lebih kecil (diperkecil) dari pada benda yang sesungguhnya.

3) Cermin Cekung

Cermin cekung yaitu cermin yang bidang pantulnya melengkung ke arah dalam. Cermin cekung biasa digunakan sebagai reflektor pada lampu senter. Sifat bayangan benda yang dibentuk oleh cermin cekung sangat berpengaruh pada letak benda tersebut terhadap cermin.

1. Jika benda dekat dengan cermin cekung, bayangan benda bersifat tegak, lebih besar dan maya.

(5)

8 d. Cahaya dapat Dibiaskan

Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang kerapatannya berbeda cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambat cahaya setelah melewati medium rambatan yang berbeda disebut pembiasan Sinar datang adalah sinar yang keluar dari sumber cahaya, sinar pantul adalah sinar yang dipantulkan oleh bidang pemantul. Adapun garis normal adalah garis maya yang tegak lurus pada bidang batas dua buah zat. Bila cahaya yang merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya cahaya yang merambat dari udara ke air. Akan tetapi jika cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya cahaya merambat dari air ke udara.

Pembiasan cahaya sering di jumpai pada kehidupan sehari-hari. Misalnya dasar kolam air yang jernih terlihat lebih dangkal dari pada kedalaman sebenarnya. Kemudian pada pensil yang dimasukkan kedalam gelas yang berisi air, maka pensil tersebut akan nampak patah. Dasar kolam yang jernih airnya terlihat lebih dangkal dari sebenarnya. Peristia ini merupakan salah satu bentuk pembiasan cahaya yang terjadi dalam kehiduapn sehari-hari. Misalnya saja pensil yang dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air terlihat bengkok. Selain itu keeping logam yang dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air maka akan terlihat lebih besar. Kedua contoh tersebut merupakan contoh pembiasan cahaya. Apabila cahaya merambat melalui dua medium yang berbeda kerapatannya maka cahaya akan mengalami pembelokan dan pembiasan.

(6)

9 2.1.2. Pengertian Pembelajaran

Proses belajar tidak dapat dipisahkan dari aktivitas dan interaksi, karena persepsi dan aktivitas berjalan seiring secara dialogis. Pengetahuan tidak dipisahkan dari aktivitas di mana pengetahuan itu dikonstruksikan, dan di mana makna diciptakan, serta dari komunitas budaya di mana pengetahuan didesiminasikan dan diterapkan. Dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri ini mahasiswa akan dihadapkan pada suatu permasalahan yang harus diamati, dipelajari, dan dicermati, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep mata kuliah dalam kegiatan pembelajaran. Secara logika apabila mahasiswa meningkat partisipasinya dalam kegiatan pembelajaran, maka secara otomatis akan meningkatkan pemahaman konsep materi pembelajaran, dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan prestasi belajar.

Dalam praktik pembelajaran, pada dasarnya pendekatan inkuiri adalah menggunakan pendekatan konstruktivistik, di mana setiap siswa sebagai subyek belajar, dibebaskan untuk menciptakan makna dan pengertian baru berdasarkan interaksi antara apa yang telah dimiliki, diketahui, dipercayai, dengan fenomena, ide, atau informasi baru yang dipelajari. Dengan demikian, dalam proses belajar mahasiswa telah membawa pengertian dan pengetahuan awal yang harus ditambah, dimodifikasi, diperbaharui, direvisi, dan diubah oleh informasi baru yang diperoleh dalam proses belajar.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoretis, tetapi mereka miskin aplikasi (Wina Sanjaya, 2007:1).

(7)

10

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Wina Sanjaya, 2007: 2).

Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting dan strategi untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar proses pendidikan setiap guru dan atau pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan (proses pembelajaran) dapat dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses pembelajaran. Begitu banyak komponen yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan, namun demikian, tidak mungkin upaya meningkatkan kualitas dilakukan dengan memperbaiki setiap komponen secara serempak. Hal ini selain komponen-komponen itu keberadaannya terpencar, juga kita sulit menentukan kadar keterpengaruhan setiap komponen (Wina Sanjaya, 2007:13).

Pembelajaran berkaitan dengan konteks dan isi, dilihat dari sisi konteks akan dapat dilihat bagian-bagian yang dibutuhkan untuk mengubah suasana yang membudayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Sedangkan dilihat dari isi akan dapat ditemukan keterampilan penyampaian untuk kurikulum apapun, disamping strategi yang dibutuhkan siswa untuk bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari yaitu penyajian yang prima, fasilitasi yang luwes, keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup yang memperkuat informasi dan menerapkan apa yang dipelajari guru dalam situasi pendidikan sehari-hari (Syaiful Sagala, 2010).

2.1.3. Strategi Pembelajaran Inkuiri ( SPI )

(8)

11

Wilkins (1990: 85) yang menyatakan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat yang terus-menerus mengalami perubahan, pengajaran IPS harus menekankan kepada pengembangan berpikir. Terjadinya ledakan pengetahuan, menurutnya, menuntut perubahan pola mengajar dari yang hanya sekedar mengingat fakta yang biasa dilakukan melalui strategi pembelajaran dengan metode kuliah atau dari metode latihan dalam pola tradisional, menjadi pengembangan kemampuan berpikir kritis. Strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir itu adalah strategi inkuiri sosial.

Menurut Bruce Joyce, lebih dari satu abad istilah inkuiri mengandung makna sebagai salah satu usaha ke arah pembaruan pendidikan. Namun demikian, istilah inkuiri sering digunakan dalam bermacam-macam arti. Ada yang menggunakannya berhubungan dengan strategi mengajar yang berpusat pada siswa, ada juga yang menghubungkan istilah inkuiri dengan mengembangkan kemampuan siswa untuk menemukan dan merefleksikan sifat-sifat kehidupan sosial, terutama untuk melatih siswa agar hidup mandiri dalam masyarakatnya (Wina Sanjaya, 2007: 203).

Pendekatan inkuiri dalam pembelajaran dapat lebih membiasakan kepada anak untuk membuktikan sesuatu mengenai materi pelajaran yang sudah dipelajari. Membuktikan dengan melakukan penyelidikan sendiri oleh siswa dibimbing oleh guru, penyelidikan itu dilakukan oleh para siswa baik dilapangan seperti laboratorium, situs purbakala, hewan yang keliaran sesuai mata ajar yang dipelajari di sekolah. Setelah diselidiki melalui tempat-tempat tersebut kemudian dianalisis oleh para siswa bersama guru menggunakan buku-buku referensi, ensiklopedia, kamus dan lainnya yang berkaitan dengan materi tersebut. Dengan menggunakan pendekatan inkuiri ini mengembangkan kognitif siswa lebih terarah dan dalam kehidupan sehari-hari dapat diaplikasikan secara motorik (Syaiful Sagala, 2010: 198).

(9)

12

bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi. Menurut Downey (1967) dalam Joyce (1992:107) menyatakan bahwa inti dari berpikir yang baik adalah kemampuan untuk memecahkan masalah. Dasar dari pemecahan masalah adalah kemampuan untuk belajar dalam situasi proses berpikir. Dengan demikian, hal ini dapat di implementasikan bahwa kepada siswa hendaknya diajarkan bagaimana belajar meliputi apa yang diajarkan, bagaimana hal itu diajarkan, jenis kondisi belajar, dan memperoleh pandangan baru. Salah satu yang termasuk dalam model pemrosesan informasi adalah model pembelajaran inkuiri.

Seperti yang dikutip oleh Suryosubroto (1993:193), menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inkuiri, atau inkuiri merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pernyataan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Gulo (2002), menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran, dan (3) mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

(10)

13

yang telah diingatnya akan segera dilupakan ketika proses ujian telah berakhir (Muh. Ilyas Ismail, 2008: 5).

2.1.3.1. Langkah-langkah pelaksanaan Strategi Pembelajaran Inkuiri Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan inkuiri dapat mengikuti langkah – langkah sebagai berikut

a. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responstif

a) Menjelaskan topik, tujuan, adan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa

b) Menjelaskan pokok – pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan

c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. b. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berfikir memecahkan teka-teki itu. a) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.

b) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti

c) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa

c. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. d. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajuakan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.

(11)

14

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.

f. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong’nya dalam proses pembelajaran.

2.1.4. Hakikat Pembelajaran Berbasis Masalah

Membuat siswa berfikir, menyelesaikan masalah, dan menjadi pelajar yang otonom bukan tujuan baru bagi pendidikan. Berbagai stategi mengajar, seperti discovery learning, inquiry learning, dan inductive learning memiliki sejarah panjang. John Dewey (1993) mendeskripsikan secara cukup terperinci tentang nilai penting dari reflective thinking

(berfikir reflektif) dan proses-proses yang semestinya digunakan guru untuk membantu siswa memperoleh keterampilan dan proses berfikir produktif. Jerome Bruner (1962) menekankan nilai penting dari discovery learning dan bagaimana guru untuk membantu pelajar menjadi “konstruksionis” terhadap pengetahuannya sendiri. Richard Suchman (1962) mengembangkan pendekatan yang disebut inquiry training yang gurunya menyodorkan berbagai situasi yang membingungkan kepada siswa dan mendorong mereka untuk menyelidiki dan mencari jawabannya. Untuk maksud tersebut, PBL akan dilacak melalui tiga cara utama pemikiran aban kedua puluh.

(12)

15

fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk berpikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri.

1. Dewey dan Kelas Berorientasi Masalah

Seperti halnya cooperative learning, Pembelajaran berbasis masalah menemukan akar intelektualnya dalam hasil karya John Dewey. Dalam Democracy and Education (1916), Dewey mendeskripsikan pandangan tentang pendiidkan dengan sekolah sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk penyelidikan dan pengatasan masalah kehidupan nyata. Pedagogi Dewey mendorong guru untuk melibatkan siswa di berbagai proyek berorientasi masalah dan membantu siswa menyelidiki masalah sosial dan intelektual penting. Dewey dan siswa-siswanya, menganjurkan bahwa pembelajaran di sekolah seharusnya purposeful (memiliki maksud yang jelas) dan tidak abstrak dan bahwa pembelajaran yang purposeful itu dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya dengan memerintahkan anak-anak dalam kelompok-kelompok kecil untuk menangani proyek-proyek yang mereka minati dan mereka pilih sendiri. Visi pembelajaran yang purposeful dan problem centered (dipusatkan pada masalah) yang didukung oleh hasrat bawaan siswa untuk mengeksplorasi situasi-situasi yang secara personal sangat berarti.

2. Piaget, Vygotsky, dan Konstruktivisme

Dewey memberikan dasar filosofis untuk Pembelajaran berbasis masalah. Pada abad kedua puluh, tetapi psikologilah yang banyak memberikan dukungan teoretisnya. Para Psikologi Eropa, Jean Piaget dan Lev Vygotsky mempunyai peran instrumental dalam mengembangkan konsep construktivision (konstruktivisme) yang banyak menjadi sandaran Pembelajaran berbasis masalah kontemporer.

(13)

16

(1954-1963). Perspektif ini mengatakan, seperti yang juga dikatakan oleh Piaget, bahwa pelajar dengan umur berapapun terlibat secara aktif dalam proses mendapatkan informasi dan menginstruksikan pengetahuannya sendiri. Pengetahuan tidak statis, tetapi berevolusi menginstruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka untuk mendasarkan diri pada dan memodifikasi pengetahuan sebelumnya. Menurut Piaget, pedagogik yang baik itu.

Harus melibatkan penyodoran berbagai situasi dimana anak bisa bereksperiman, dalam artinya yang paling luas mengujicobakan berbagai hal untuk melihat apa yang terjadi, memanipulasi benda-benda, memanipulasi simbol-simbol, melontarkan pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, merekonsiliasikan apa yang ditemukannya pada suatu waktu yang lain, membandingkan temuannya dengan temuan anak-anak lain. *Duckworth, 1991, hal. 2). Vygotsky (1978-1994) percaya bahwa intelek berkembang ketika individu menghadapi pengalaman baru dan membingungkan dan ketika mereka berusaha mengatasi diskrepansi yang ditimbulkan oleh pengalaman-pengalaman ini. Dalam usaha menemukan pemahaman ini, individu menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya dan mengonstruksikan makna baru. Keyakinan Vygotsky berbeda dengan keyakinan Piaget dalam beberapa hal penting. Bila Piaget memfokuskan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui anak terlepas dari konteks sosial atau kulturnya, Vygotsky menekankan pentingnya aspek sosial belajar. Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain mengacu pengonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan perkembangan intelektual pelajar.

(14)

17

menentukan fungsi intelektual individu saat ini dan kemampuannya untuk mempelajari sendiri hal-hal tertentu. Individu juga memiliki tingkat perkembangan potensial, yang oleh Vygotsky didefinisikan sebagai tingkat yang dapat difungsikan atau dicapai oleh individu dengan bantuan orang lain, misalnya guru, orang tua, atau teman-teman sebayanya yang lebih maju.

Zona yang terletak diantara tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial pelajar disebutnya sebagai zone of proximal development. Nilai penting dari ide-ide Vygotsky adalah belajar terjadi melalui interaksi sosial dengan guru dan teman sebaya. Dengan tantangan dan bantuan yang tepat guru dan sebaya yang lebih mampu, siswa maju ke zone of proximal development tempat pembelajaran baru terjadi.

3. Bruner dan Discovery Learning

Jarome Bruner salah seorang revormis kurikulum tahun 1960an di USA. Ia mengembangkan teori pembelajaran discovery learning yaitu sebuah model pembelajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui personal

discovery (penemuan pribadi). Tujuan pendidikan bukan hanya untuk memperbesar dasar pengetahuan siswa tetapi juga untuk menciptakan berbagai kemungkinan untuk invention (penciptaan) dan discovery

(penemuan).

(15)

18

2.1.4.1. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah 1. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)

Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat.

2. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.

3. Tahap investigasi (investigation)

Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami. 4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.

Kelebihan pembelajaran berdasarkan masalah sebagai suatu model pembelajaran adalah:

1) Solving Realistik dengan kehidupan siswa 2) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa 3) Memupuk sifat inquiry siswa

(16)

19

5) Memupuk kemampuan problem. Kekurangannya adalah:

1) Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks 2) Sulitnya mencari problem yang relevan

3) Sering terjadi mis konsepsi

4) Memerlukan waktu yang cukup panjang. 2.1.5. Hasil Belajar

Untuk mengungkapkan dan mengukur hasil belajar harus dilakukan evaluasi. Menurut pendapat Kirkendall (1980) evaluasi adalah proses penentuan nilai atau manfaat dari suatu data kolektif. Stuffelbeam (1971) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses memperoleh, menyajikan, dan menggambarkan informasi yang berguna untuk menilai suatu alternatif pengambilan keputusan. Pandangan ini menunjukkan bahwa hasil kegiatan evaluasi dipergunakan untuk pengambilan keputusan. Ebel (1986) berpendapat bahwa evaluasi merupakan suatu kebutuhan dimana evaluasi harus memberikan keputusan tentang informasi apa saja yang dibutuhkan, bagaimana informasi tersebut dikumpulkan, serta bagaimana informasi tersebut disintesiskan untuk mendukung hasil yang diharapkan. Astin (1993) menyarankan tiga komponen yang harus dievaluasi agar hasilnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Ketiga komponen tersebut adalah masukan, lingkungan sekolah dan keluarannya. Selama ini yang dievaluasi adalah prestasi belajar peserta didik, khusunya pada ranah kognitif saja. Ranah afektif jarang diperhatikan lembaga pendidikan, walaupun semua menganggap hal itu penting, karena sulit mengukurnya, apalagi mengevaluasi ketiga komponen tersebut di atas (Harun Rasyid, 2009: 3).

Menurut Arikunto (2009: 2) evaluasi adalah mengukur dan menilai. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran yang bersifat kuatitatif. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk yang bersifat kualitatif.

(17)

20

yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan membandingkan hasilnya dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Sudjana (1998) menjelaskan bahwa evaluasi pada dasarnya memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya (Fathurrohman, 2010: 75). Dalam penelitian ini hasil belajar IPA materi sifat-sifat cahaya menggunakan evaluasi individu.

2.2. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan

Nuraini ( 2012 ) yang berjudul pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Cepit Sewon Bantul tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Cepit Sewon Bantul tahun ajaran 2011/2012. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode pre-experimental designs. Desain penelitian ini adalah Intact-Group Comparison. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 51 siswa, yang terdiri dari 25 siswa kelas IVA dan 26 siswa kelas IV B. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi dan tes. Teknik analisis data penelitian ini adalah teknis analisis data perhitungan deskriptif. Analisis hasil belajar dilakukan secara kuantitatif dengan menghitung nilai rata-rata, standar deviasi,dan range.Dari hasil penelitian ini dapat diketahui penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran IPS sudah sesuai dengan langkah-langkah penggunaannya, yang meliputi tahap orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan merumuskan kesimpulan.

(18)

21

6,7 dan 23,3, sedangkan standar deviasi dan range untuk kelompok kontrol adalah 9,7 dan 33,4. Berdasarkan nilai rata-rata, standar deviasi, serta range kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode inkuiri mempunyai pengaruh po sitif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Cepit Sewon Bantul tahun ajaran 2011/2012.

Putri (2014) yang berjudul penerapan model problem based learning untuk peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V SD 7 Klumpit Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Masalah yang menjadi alasan dilaksanakannya penelitian ini adalah kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran sehingga mengakibatkan rendahnya nilai hasil belajar siswa. Guru dalam menyampaikan materi menggunakan metode ceramah, sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Rumusan masalah penelitian tindakan kelas ini yaitu apakah penerapan Problem Based learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD 7 Klumpit Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus Tahun pelajaran 2012/2013?

Model pembelajaran Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Bangun ruang merupakan sebuah bangun yang memiliki ruang yang dibatasi oleh beberapa sisi. Jumlah dan model sisi yang membatasi bangun tersebut menentukan nama dan bentuk bangun tersebut. Hipotesis penelitian ini adalah Model cooperative learning tipe Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika soal cerita materi sifat-sifat bangun ruang siswa kelas V SD 7 Klumpit Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus Tahun pelajaran 2012/2013.

(19)

22

dokumentasi. Instrumen tes penelitian ini meliputi soal tes hasil belajar, lembar observasi dan dokumentasi. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari prasiklus diperoleh rata-rata 61,25 dengan persentase sebesar 40% dalam kategori sedang. Pada siklus I diperoleh rata-rata 69,25 dengan persentase sebesar 65% dalam kategori tinggi. Pada siklus II diperoleh rata-rata 81,75 dengan persentase mencapai 95% dalam kategori sangat tinggi sehingga hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari pre-test sampai dengan siklus II. Begitu juga pada aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model Problem Based Learning pada siklus I pertemuan ke 1 memperoleh persentase 46,7% kategori cukup dan pada pertemuan ke 2 memperoleh persentase 57,3% kategori masih cukup. Pada siklus II mengalami peningkatan pertemuan ke 1 memperoleh persentase 69,4% kategori baik dan pada pertemuan ke 2 memperoleh persentase 81,50% kategori sangat baik. Pengelolaan kelas guru dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model Problem Based Learning juga mengalami peningkatan. Pada siklus I pertemuan ke 1 memperoleh persentase 61% kategori baik, dan pertemuan ke 2 memperoleh persentase 69% kategori baik, pada siklus II pertemuan ke 1 memperoleh persentase 78% kategori sangat baik, dan pertemuan ke 2 memperoleh persentase 91% kategori sangat baik. Disimpulkan bahwa model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun ruang kelas V SDN 7 Klumpit Gebog Kudus. Penulis menyarankan bagi guru Sekolah Dasar sebaiknya menggunakan model pembelajaran yang sesuai agar siswa lebih mudah memahami pelajaran, lebih aktif, kreatif, dan menyenangkan. Penulis juga menyarankan kepada peneliti yang lain diharapkan mampu memicu berkembangnya penelitian yang lebih inovatif.

(20)

23 2.3. Kerangka Berfikir

Strategi pembelajaran mempunyai kegunaan yang besar dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi kepada siswa. Dengan strategi pembelajaran siswa dapat aktif bertanya, mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan yang diberikan guru.

Dalam pembelajaran IPA strategi pembelajaran Inkuiri sangat membantu siswa dalam memahami suatu materi. Masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah, pemberian tugas saja, sehingga siswa masih pasif dalam pembelajaran khususnya pembelajaran IPA. Guru harus memilih cara/strategi yang tepat agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran IPA di SD.

Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan keefektifan hasil belajar siswa. Diantara berbagai strategi pembelajaran, inkuiri adalah strategi pembelajaran diharapkan dapat membantu meningkatkan keefektifan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Melalui kolaborasi antara peneliti dan guru kelas.

(21)
(22)

25 2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori di atas dapat diajukan hipotesis: dugaan yang mungkin benar atau mungkin juga salah diterima atau ditolak tergantung pada penelitian (Sutrisno Hadi, 2002: 63). Untuk mencapai tujuan penelitian perlu hipotesis.

Hipotesis Kerja (H1) ” ada perbedaan hasil belajar IPA antara strategi pembelajaran Inkuiri dengan Pembelajaran Berbasis Masalah pada siswa kelas V SD Negeri se-gugus Singoprono 1.”

Referensi

Dokumen terkait

Teori Kontinjensi ( Contingency Theory ) Menurut teori, sistem yang terbuka pada suatu perusahaan sangat berkaitan dengan interaksi untuk penyesuaian dan pengendalian

Oleh karena itu skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk menciptakan aplikasi remote mikrotik yang dilengkapi dengan kemampuan setting hotspot otomatis dan menyediakan menu

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Perilaku Ibu dalam Pemenuhan Gizi Seimbang pada Balita di Posyandu Mayang Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar”

The research finding enriches the theories in pragmatics and translation theory, especially in socio-pragmatic analysis on speech act of request and its

Dengan demikian dari 18 variabel dengan nilai negatif pelanggan belum memperoleh kepuasan dan baru 1 variabel dengan nilai nol yang mencapai kepuasan pelanggan pada

Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung dengan karyawan yang berhubungan dengan keterangan atau informasi yang diperlukan, sedangkan

PEMERI NTAH KABUPATEN ACEH SELATAN UNI T LAYANAN PENGADAAN. BARANG DAN JASA

Berdasar Berita Acara Evaluasi Penawaran nomor 027/17/Pokja PBJ-TP/IX/2015 tanggal 28 September 2015, dengan ini diumumkan bahwa paket lelang sebagai berikut :. Nama paket pekerjaan