• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Siswa Kelas IV SDN Wedoro Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan Semest

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Siswa Kelas IV SDN Wedoro Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan Semest"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

6

Pada bab ini akan diuraikan tentang pembelajaran Numbered Heads Together yang berisi tentang pengertian, sintaks, pentingnya Numbered Heads Together, kaitan antara Numbered Heads Together dengan hasil belajar serta kelemahan dan kelebihan dari Numbered Heads Together. Selain Numbered Heads Together juga akan di uraikan tentang hasil belajar yang berisi tentang pengertian hasil belajar, pentingnya penilaian hasil belajar, prinsip penilaian hasil belajar, pengukuran hasil belajar dan faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

2.1Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

Kata IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris Natural Science atau Science. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau sangkut paut dengan alam. Science artinya Ilmu Pengetahuan. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Science secara harafiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Samantoa, 2011:3). Widyastyanto (2011:1) menyatakan bahwa IPA merupakan salah satu kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta, baik ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta yang bernyawa ataupun yang tak bernyawa dengan jalan mengamati berbagai jenis dan perangkat lingkungan alam serta lingkungan alam buatan.

(2)

pembelajaran IPA di SD / MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah.

Menurut Hendro Darmojo (dalam Samatowa 2011:2) IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Ilmu alam merupakan terjemahan kata-kata bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, scince artinya ilmu pengetahuan. IPA atau science itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.

Berdasarkan uraian tersebut, maka IPA menurut para ahli merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam maupun lingkungan sekitar yang menekankan pada pemberian pengalaman langsung dengan mengamati langsung segala sesuatu yang ada di alam semesta.

Secara rinci, standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA untuk SD/MI kelas IV Semester 2 disajikan sebagai berikut:

Standar

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda

7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda

8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya

8.3 Membuat suatu karya/model untuk

menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari

(3)

Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar

8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik

9.2Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari. cahaya matahari, dan gelombang air laut). 10.2Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan

fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

10.3Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor) 11. Memahami hubungan

antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat

11.1Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan

11.2Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan 11.3Menjelaskan dampak pengambilan bahan

(4)

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya mencakup bidang kognitif, afektif, diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksi pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Morgan (Ngalim Purwanto, 2002: 84) juga mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Menurut Naniek Sulistya Wardani (2012: 18) evaluasi belajar yang tiddak hanya menekankan hasil belajar saja, namun juga menekan pada evaluasi proses belajar.

Menurut Benyamin S. Bloom, David Krathhwohl serta Norman E. Gronlund dan R.W. de Maclay ds. 1956 (dalam Naniek Sulistya Wardani 2012:55-56) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

1. Menghafal, menarik kembali informass yang mapan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatnya.

2. Memahami, mengkonstruk makna/pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki/ mengintegrasikan pengetahuan yang baru kedalam skema yang telah ada dalam pikiran peserta didik.

3. Mengaplikasikan, mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Kategori ini mencakup proses kognitif: menjalankan dan mengimplementasikan. 4. Menganalisis, menguraikan suatu permasalahan / obyek ke

unsur-unsurnya dan menentukan saling keterkaitan antar unsur tersebut. Ada tiga proses kognitif: menguraikan, mengorganisir, dan menemukan pesan tersirat.

(5)

6. Membuat, menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada 3 macam proses kognitif: membuat, merencanakan dan memproduksi.

David Krathwohl (dalam Naniek Sulistya Wardani 2012:27-29) menyebutkan lima jenis perilaku ranah afektif, sebagai berikut:

1. Menerima kemampuan peserta didik melihat fenomena atau stimull. 2. Menjawab partisipassi aktif dari peserta didik.

3. Menilai, kemampuan meletakkan nilai terhadap obyek, fenomena atau tingkah lau.

4. Organisasi: menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan pertentangan, pembangunan sistem nilai yang konsisten.

5. Karakteristik dari nilai atau kelompok nilai.

Norman E. Grounlund dan R.W. de Maclay, ds (dalam Naniek Sulistya Wardani 2012:30-31) menyebutkan lima jenis perilaku ranah psikomotor, sebagai berikut:

1. Persepsi, menunjukkan pada proses kesadaran adanya perubahan setelah keaktifan.

2. Kesiapan, menunjukkan langkah setelah adanya persepsi.

3. Respon terpimpin, dengan persepsi dan kesiapan diatas mengembangkan kemampuan dalam aktifitas mencatat dan membuat laporan.

4. Mekanisme, penggunaan sejumlah skill dalam aktifitas yang kompleks meliputi 1,2 dan 3 di atas.

(6)

Tujuan dan Fungsi Pembelajaran

Tujuan utama penggunaan evaluasi dalam pembelajaran (classroom evaluation) di sekolah adalah membantu guru dan peserta didik untuk mengambil keputusan profesional dalam memperbaiki pembelajaran.

Dalam dalam buku Naniek Sulistya Wardani (2012:4-5) panduan penilaian berbasis kelas (Depdiknas, 2006) menjelaskan fungsi evaluasi pembelaajaran adalah untuk:

1. Menggambarkan tingkat penguasaan kompetensi peserta didik.

2. Membantu peserta didik memilih program atau jurusan, atau untuk mengembangkan kepribadian.

3. Menemukan kesulitan belajar dan mengembangkan prestasi peserta didik serta sebagai alat diagnosis bagi guru.

4. Sebagai upaya guru untuk menemukan kelemahan proses pembelajaran yang dilakukan ataupun yang sedang berlangsung.

5. Sebagai kontrol bagi guru dan semua stake holder pendidikan tentang gambaran kemajuan perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik.

Prinsip Evaluasi Pembelajaran

Prinsip evaluasi pembelajaran adalah patokan yang harus dipedomani ketika anda sebagai guru mellakukan evaluasi proses dan hasil pembelajaran. Ada beberapa prinsip dasar evaluasi pembelajran yang harus dipedomani menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012: 65-67) adalah sebagai berikut:

1. Komprehensif (Menyeluruh)

(7)

2. Berorientassi pada Kopetensi

Dalam pelaksanaan kurikulum tingkat sayuan pendidikan (KTSP), evaluasi harus berorientasi pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan).

3. Terbuka, Adil dan Obyektif

Prosedur evaluasi, kriteria evaluasi dan pengambilan kepututusan hendaknya diketahui oleh pihak yang berkepentingan, sehingga terbuka bagi berbagai kalangan (stakeholders) baik langsung maupun tidak langsung.

4. Berkesinambungan

Evaluasi yang dilakukan guru dikelas secara terus menerus mulai dari memberi PR, latihan, ulangan, ulangan umum bersama dan ujian akhir secara berkesinambungan, direncanakan melalui rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bertahap dari minggu ke minggu, bulan dan semester, teratur dari waktu kewaktu, yang kesemuanya itu untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan kemajuan belajar peserta didik.

5. Bermakna

Evaluasi diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak. Untuk itu, evaluasi hendaknya dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

6. Terpadu, Sistematis dan Menggunakan Acuan Kriteria

Pelaksanaan evaluasi merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran dan dilakukan secara berebncana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang baku, serta mendasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. 7. Mendidik dan Akuntabel

(8)

Teknik Evaluasi Pembelajaran

Teknik pengumpulan informasi pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Balitbang Depdiknas dalam Wardani, dkk. (2012:69-70). Teknik penilaian dikelompokkan menjadi dua, yakni teknik tes dan nontes.

1. Teknik Tes

Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar, Suryanto Adi, dkk, dalam Wardani Naniek Sulistya, dkk., (2012:70).

Tes sebagai alat ukur sangat banyak macamnya, berikut macam tes berdasarkan cara pengerjaannya, Wardani Naniek Sulistya, dkk., (2012:144) yaitu :

1. Tes Tertulis

Tes tertulis yaitu tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Tes objektif, ada yang pilihan ganda, jawaban singkat atau isian, benar-salah, dan menjodohkan.

b. Tes uraian, ada tes uraian objektif dan tes uraian non-objektif. 2. Tes Lisan

Tes lisan yaitu tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan Tanya jawab secara langsung antara pendidik dengan peserta didik.

3. Tes Perbuatan

(9)

2. Teknik Non Tes

Teknik non tes berisi pertanyaan atau peryataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Teknik non tes sangat penting dalam mengases peserta didik pada ranah afektif dan psikomotor. Jenis teknik non tes, yaitu : 1. Unjuk Kerja

Merupakan suatu penilaian/pengukuran yang dilakukan melalui pengamatan aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu yang berupa tingkah laku atau interaksinya seperti berbicara, berpidato, dan berdiskusi. 2. Penugasan

Merupakan penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang mengandung penyelidikan (investigasi) yang harus selesai dalam waktu tertentu.

3. Tugas Individu

Penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada peserta didik yang dilakukan secara individu.

4. Tugas kelompok

Penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada peserta didik yang dilakukan secara kelompok.

5. Portofolio

Teknik yang digunakan kepada siswa untuk menjabarkan tugas atau karyanya. Portofolio memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari dan dicapai siswa.

(10)

guru dan menilai peserta didik baik secara individual maupun secara klasikal, dapat dibantu oleh guru lain.

Proses pengukuran yang telah dilakukan, kegiatan yang selanjutnya dilakukan adalah penilaian. Menurut Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan, penilaian adalah seragkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Wardani, dkk., (2012-51) menjelaskan bahwa evaluasi merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah pengukuran. Kriteria ini berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM (kriteria Ketuntasan Minimal), atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan Penilaian Acuan Patokan/ Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK), sedangkan kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penilaian Acuan Norma/Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR).

(11)

2.1.3 Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

Pembelajaran kooperatif terdapat berbagai variasi model pembelajaran. Menurut Lie (2005:59) salah satu variasi dari model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Heads Together) dikembangkan oleh Spancer Kagan pada tahun 1993 dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut (Kunandar, 2006:368).

Berdasarkan uraian tersebut, maka pembelajaran kooperatif menurut para ahli adalah model pembelajaran yang melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang dicakup dalam suatu pembelajaran.

(12)

Berdasarkan uraian tersebut, maka pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) menurut Nur (2011:78) adalah variasi diskusi kelompok yang mempunyai ciri khas guru hanya menunjuk seorag siswa yang mewakili kelompoknya.

Numbered Heads Together merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif. Karena Numbered Heads Together merupakan salah satu variasi atau tipe pembelajaran kooperatif, maka semua prinsip dasar pembelajaran kooperatif melekat pada tipe ini (Trianto, 2009:67). Hal ini berarti dalam Numbered Heads Together memiliki unsur saling ketergantungan positif antar siswa, ada tanggung jawab perseorangan, serta ada komunikasi antar anggota kelompok. Keterlibatan siswa secara kolaboratif dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama ini memungkinkan NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan hasil belajar. NHT (Number Heads Together) juga memiliki prinsip dasar akuntabilitas perseorangan yang membuat setiap siswa bertanggung jawab atas pembelajaran atau kontribusi mereka. Tiap siswa memiliki tanggung jawab kepada guru dan teman sekelas untuk berbagi gagasan dan jawaban. Unsur yang menuntut siswa untuk bertanggung jawab yaitu pada tahap terakhir yaitu pada saat pemenggilan nomor, hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa siswa akan bersedia mendengarkan dan partisipasi (Sharan,2012:215).

Berdasarkan uraian tersebut, maka model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) menurut Sharan (2012:215) adalah tiap siswa mempunyai tanggung jawab kepada guru dan teman sekelas untuk berbagi gagasan dan jawaban.

(13)

1. Sintakmatik

Pnomoran (Numbering), Pengajuan Pertanyaan (Questioning), Berpikir bersama (Head Together), Pemberian Jawaban (Answering).

2. Sistem sosial

Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Siswa untuk berinteraksi dengan anggota kelompok dalam diskusi kelompok dan berinteraksi dengan anggota kelompok lain dalam diskusi kelas (Lie, 2005:59).

3. Prinsip reaksi

Salah satu siswa dalam kelompok yang ditunjuk nomornya, harus menyampaikan hasil diskusi, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab bagi setiap anggota kelompok untuk menguasai hasil diskusi (Suprijono, 2009:92).

4. Sistem pendukung

Sistem pendu kung atau sarana yang digunakan dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together) yaitu digunakannya nomor bagi setiap siswa dan pertanyaan atau soal untuk diskusi kelompok (Suprijono,2009:92).

5. Dampak instruksional dan dampak pengiring

(14)

Berdasarkan uraian tersebut, maka model pembelajaran model NHT (Numbered Head Together) menurut Joyce dan Weil (2012:8) menyatakan setiap model pembelajaran memiliki unsur-unsur yaitu sintakmati, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak instruksional dan dampak pengiring.

Tujuan Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) Ibrahim (2008:27) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu (a) Prestasi belajar akademik, 20 artinya pembelajaran model NHT bertujuan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. (b) Pengakuan adanya keragaman, artinya bertujuan agar siswa dapat menerima dengan kemampuan dan latar belakang yang berbeda-beda. (c) Keterampilan sosial, artinya NHT bertujuan untuk pengembangan keterampilan sosial siswa misalnya aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerjasama dalam kelompok dan sebagainya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka yang di maksud model pembelajaran Numbered Heads Together adalah model pembelajaran yang tiap-tiap siswa memiliki tanggung jawab kepada guru dan teman sekelas untuk berbagai gagasan dan jawaban. Unsur yang menutun siswa untuk bertanggung jawab di sini adalah dengan adanya pemanggilan nomor oleh guru secara acak sehingga siswa harus aktif dalam kelompok dan menguasai jawaban. Melalui pembelajaran kooperatif ini, siswa pandai dan kurang pandai dapat saling berinteraksi, siswa pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

Kaitan Antar Numbered Heads Together dengan Hasil Belajar

(15)

a) Siswa dibagi dalam kelompok . Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.

b) Guru memberikan tugas dan masing – masing kelompok mengerjakannya. c) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan

memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini .

d) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.

e) Siswa lain diminta untuk memberi tanggapan, kemudian guru menunjuk nomor lain.

f) Kesimpulan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka keterkaitan antara Numbered Heads together dengan hasil belajar adalah pada saat proses pembelajaran jika siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran maka akan memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi.

Kelebihan dan Kekurangan Numbered Heads Together

Menurut Zuhdi (2010:65 ) Numbered Heads Together memiliki kelebihan yaitu: (1) setiap siswa menjadi siap semua, (2) siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh – sungguh, (3) dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Metode ini juga memiliki kelemahan yaitu: (1) kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru (2) tidak semua kelompok dipanggil oleh guru, (3) dan kendala teknis misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung diatur kegiatan kelompok. Solusi mengatasi kelemahan tersebut adalah guru membuat catatan kecil agar nomor yang dipanggil tidak dipanggil lagi oleh guru, guru harus mengatur waktu pembelajaran dengan baik sehingga semua anggota kelompok dapat dipanggil oleh guru dan sebelum pembelajaran ruang kelas harus sudah tertata yang mendukung untuk diskusi kelompok.

(16)

Sintaks Numbered Heads Together

Pada dasarnya , Numbered Heads Together (NHT) merupakan uraian dari diskusi kelompok. Menurut Slavin (1995) , model yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok. Tujuan dari NHT (Numbered heads together) adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain untuk meningkatkan kerjasama siswa, NHT (Numbered Heads Together) juga bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran ditingkat kelas.

Sintaks atau tahap-tahap pelaksanaan NHT (Numbered Heads Together) pada hakikatnya hampir sama dengan diskusi kelompok, yang rinciannya adalahsebagai berikut:

 Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok.

 Masing-masing siswa dalam kelompoknya diberi nomor.

 Guru memberi tugas /pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk

mengerjakan.

 Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang

dianggap paling tepat dan dipastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.

 Guru memanggil salah satu nomor secara acak.

 Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil

diskusi kelompok mereka

 Kelompok atau teman yang lain memberikan tanggapan, kemudian guru

melanjutkan memanggil kelompok yang lainnya.  Siswa dengan dipandu guru membuat kesimpulan.

(17)

tepat. Selain untuk meningkatkan kerjasama siswa, NHT (Numbered Heads Together) juga bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran ditingkat kelas.

2.2 KAJIAN YANG RELEVAN

Hasil belajar oleh Ismiyati (2012) dalam skripsinya dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together ) Pada Siswa Kelas 1 Semester 2 SDN 4 Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011 /2012 “ diketahui bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata kelas pada pra siklus 65,6 dengan dengan ketuntasan belajar 42 % pada siklus 1 menjadi 70 dengan ketuntasan belajar 64% dan pada siklus II menjadi 78,3 dengan ketuntasan 83% tuntas, Indikator keberhasilan 70% siswa tuntas dan KKM yang ditentukan adalah 65 . Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

Hasil belajar oleh Rima Chandra Novitasari (2011) , berjudul “ Upaya Peningkatan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Perubahan Lingkungan Kelas 4 SDN Tegalrejo 05 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/ 2011 “ dapat diketahui bahwa hasil penelitian ini menunjukan ada peningkatan ketuntasan belajar , yakni dari 65,6% sebelum siklus , meningkat menjadi 71,8% pada siklus I dan 100% pada siklus II. KKM 70 dengan indicator keberhasilan 70% siswa tuntas. Berdasarkan penelitian ini diperoleh simpulan bahwa penerapan Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi perubahan lingkungan kelas 4 SDN Tegalrejo 05 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2010 / 2011.

Hasil belajar dilakukan oleh Yuni Winarti (2012), berjudul “ Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Tentang Materi Menaksir dan Membulatkan Operasi Hitung Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

(18)

disimpulkan bahwa dalam penelitian ini terjadi peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa yang terlihat dari interaksi siswa dalam berdiskusi, mempresentasikan hasil diskusi serta merespon jawaban temannya. Siswa pada siklus I hanya mencapai 79% belum mencapai indikator keberhasian ≥ 80% namun pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 91% . Hasil belajar siklus I dari 32 siswa sebanyak 17 siswa atau 53,13% tuntas dan sebanyak 15 siswa atau 46,87% belum tuntas dan pada siklus II sebanyak 36 siswa atau 100% dari jumlah siswa mencapai ketuntasan . Indikator keberhasilan 80% siswa tuntas , KKM (70) . Hal ini menunjukan adanua peningkatan hasil belajar siswa matematika materi menaksir dan membulatkan operasi hitung pada siswa kelas 4 setelah menggunakan Numbered Heads Together .

2.3 KERANGKA PIKIR

Hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Wedoro Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan nampak bahwa pembelajaran yang dilakukan bersifat konvensional yang berbasis pada guru dengan menggunakan metode ceramah, hasil belajar IPA siswa perlu ditingkatkan guna mencapai standar KKM. Dalam pembelajaran ini siswa tidak terlibat dan hanya menjadi pendengar, siswa hanya menjadi peserta yang pasif dan siswa juga cenderung cepat bosan.

(19)
(20)

Gambar 2.1

Skema Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model NHT

Hasil Belajar

Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda

(21)

2.4 HIPOTESIS PENELITIAN

Gambar

Gambar 2.1 Skema Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model NHT

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Rabu tanggal Tujuh belas bulan Juni tahun Dua ribu lima belas kami yang bertanda tangan dibawah ini Pokja Pengadaan Barang/Jasa ULP Kabupaten Aceh Barat Daya

PENGARUH KEPERCAYAAN MEREK DAN CITRA MEREK TERHADAP NIAT BELI SEPATU NIKE DI SURABAYA.. Disusun

Ini pun ditambah lagi dengan kesan bahwa penelitian yang demikian itu seolah-olah hanya dalam naungan paradigma positivistik (post positivistik).. Gambaran tentang pengetahuan

Penelitian ini merupakan pemodelan geologi bawah permukaan menggunakan data gayaberat pada Lembar Tanjungkarang untuk menentukan batas-batas formasi batuan dan endapan granit

Siswa menunjukkan pemahaman yang baik tentang konsep tata bahasa, tetapi kalimat tidak memiliki kejelasan dan penguasaan tenses. Siswa menunjukkan pemahaman dan

HARAPAN MANUSIA AKAN KEKUATAN ALLAH SWT DAN GAIB PADA RAJAH DALAM TRADISI TERBANGAN DI KABUPATEN BANDUNG. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

[r]

Faktor fisik yang menyebabkan aktivitas pertannian lebih banyak dilakukan pada wilayah beting gisik yang relatif jauh dari garis