• Tidak ada hasil yang ditemukan

Larvae Density as an Indicator of Dengue Haemorrhagic Fever Transmision in Endemic Area in East Java

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Larvae Density as an Indicator of Dengue Haemorrhagic Fever Transmision in Endemic Area in East Java"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Kepadatan Larva Nyamuk Vektor sebagai Indikator Penularan

Demam Berdarah

Dengue

di Daerah Endemis di Jawa Timur

Arum Sih Joharina*, Widiarti

Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI Jl. Hasanudin No.123 Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the serious health problems in Indonesia. There are always DHF cases every year. East Java is a province with high cases of DHF every year, with the peak of burden was 86,52 cases per 100.000 people in 2010. This study, conducted in 2011, was aimed to know the larval density figure and key container in the dengue endemic areas in East Java. In total, there were 10 villages from three districts (Tulungagung, Malang and Kediri) were surveied. One hundred houses were visualy surveied to count the larvae indices: House Index (HI), Container Index (CI), and Breteau Index (BI) based on the WHO regulation. Larvae-Free Index based on the Indonesian Ministry of Health regulation was also measured. The larvae indices measured indicated that eight villages were categorized as middle risk (density figure 5) and two villages (Bago Village from Tulungagung and Mojoroto Village from Kediri) were categorized as high risk (density figure 6). Cement bath tub was the key container of all location. Based on these results known that three districts were potential for dengue transmission.

A B S T R A C T / A B S T R A K INFO ARTIKEL

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih terus terjadi di Indonesia sampai saat ini. Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu daerah dengan kejadian DBD yang cenderung tinggi dari tahun ke tahun. Tren kasus DBD di Jawa Timur berfluktuasi, dengan puncak kasus pada 2010, yaitu mencapai 86,52 kasus per 100.000 penduduk. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011 untuk mengetahui kepadatan larva vektor DBD dan key container di daerah endemis DBD di 10 kelurahan di tiga kabupaten (Tulungagung, Malang, dan Kediri) . Sebanyak kurang lebih 100 rumah per lokasi dilakukan survei larva nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Survei larva dilakukan secara visual survei untuk mengetahui indeks jentik (House Index, Container Index, dan Breteau Index, serta ABJ). Kepadatan vektor di delapan kelurahan termasuk kategori sedang, dan dua lokasi yaitu Kelurahan Bago (Kabupaten Tulungagung), dan Kelurahan Mojoroto (Kota Kediri) termasuk dalam kategori tinggi. Key container di semua lokasi adalah sama, yaitu bak mandi. Berdasarkan hasil ini maka kelima kabupaten/kota masih berpotensi terhadap terjadinya penularan DBD.

© 2014 Jurnal Vektor Penyakit. All rights reserved Kata Kunci:

DBD,

kepadatan larva vektor, key container,

potensi penularan Article History: Received : 28 Oct. 2014 Revised : 5 Dec. 2014 Accepted : 10 Dec. 2014

*Alamat Korespondensi : email : joharina.as@gmail.com

Larvae Density as an Indicator of Dengue Haemorrhagic

Fever Transmision in Endemic Area in East Java

Keywords: DHF,

larvae density, key container, transmission potency

PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit tular vektor yang masih terus terjadi di negara beriklim tropis cenderung rentan terhadap penularan DBD. Berdasarkan data WHO tahun 2004 sampai dengan 2009, Indonesia merupakan negara

dengan jumlah penderita DBD tertinggi se-1

(2)

tahun 2009 dengan prevalensi 68,22 penderita per 100.000 penduduk. Pada tahun 2010 – 2012 angka kejadian berangsur turun hingga target nasional kasus DBD yaitu 53

2 per 100.000 penduduk terpenuhi.

DBD merupakan bentuk berat dari infeksi virus dengue selain Dengue Shock Syndrome (DSS). Di Indonesia terdapat empat serotipe 4 virus Dengue (Den1, Den2, Den3, dan Den4). Sirkulasi lebih dari satu jenis serotipe di suatu tempat menyebabkan keparahan penyakit lebih berat dibandingkan jika hanya terdapat satu jenis serotipe saja. DBD ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

5 , 6

albopictus. Kedua spesies tersebut mempunyai kapasitas vektorial sehingga dapat berperan sebagai vektor. Kapasitas vektorial antara lain yaitu kedua spesies rentan terhadap infeksi virus dengue, mampu mereplikasi virus dengue, dan mampu 6 memindahkan virus dengue kepada manusia. Perbedaannya, Ae . a e gy p t i memiliki kompetensi vektorial lebih tinggi karena merupakan antropofilik yang sangat kuat, memiliki habitat di pemukiman dan memiliki perilaku menggigit berkali-kali untuk m e l e n gka p i s a t u s i k l u s g o n o t ro p i k . Sedangkan Ae. albopictus masih memiliki sifat liar, habitatnya lebih banyak di lingkungan terbuka dan hanya menghisap darah sekali

6 selama satu siklus gonotropik.

Provinsi Jawa Timur terletak antara 7,12 °LU – 8,48°LS dan 111,0°BT – 114,4°BT merupakan salah satu provinsi yang cenderung tinggi dalam angka kejadian DBD. Pada tahun 2009 angka insiden (Incidence Rate/IR) DBD per 100.000 penduduk sebesar 50,03 kasus, kemudian tahun 2010 meningkat

8

menjadi 86,53 kasus. Tahun 2011 angka insiden DBD per 100.000 penduduk Jawa Timur menurun drastis menjadi 13 kasus, namun tahun 2012 meningkat lagi menjadi 21,49 kasus. Upaya pengendalian penyakit DBD di Jawa Timur sudah dicanangkan oleh pemerintah daerah melalui program

pengendalian terpadu 3M Plus (menguras, mengubur, menutup tempat penampungan air), fogging, pelatihan jumantik (juru pemantau jentik), dan lain-lain, akan tetapi program ini kurang berhasil, dilihat dari besar Angka Bebas Jentik (ABJ) 83,50%, di bawah

7 standar nasional yaitu 95%.

Studi ini bertujuan memperoleh gambaran status kepadatan vektor DBD berdasarkan besar House Index (HI), Container Index (CI), dan Breteau Index (BI) sesuai

6

dengan standar WHO, dan Angka Bebas Jentik 2 (ABJ) sesuai dengan standar nasional, serta menentukan key container sebagai preferensi bertelur nyamuk di daerah endemis DBD di Jawa Timur. Informasi kepadatan vektor diperlukan sebagai indikator potensi penularan virus dengue, dan informasi key container diperlukan untuk menentukan

9 target utama dalam pengendalian vektor.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan waktu penelitian

Survei dilakukan pada bulan Oktober tahun 2011 di 10 kelurahan dari tiga 3 kabupaten/kota endemis DBD. Lokasi tersebut meliputi Kelurahan Kepatihan (2 lokasi) dan Kelurahan Bago dari Kabupaten Tulungagung; Kelurahan Mulyoagung, Kelurahan Kebonagung, dan Kelurahan Mangliawan dari Kota Malang; Kelurahan Sukorejo, Kelurahan Doko, Kelurahan Mojoroto, dan Kelurahan Bandar Lor dari Kota Kediri;

Survei larva

Sejumlah 100 rumah dari setiap lokasi digunakan sebagai sampel survei larva sesuai dengan ketentuan WHO, dimulai dari rumah yang terdapat kasus DBD dan rumah-rumah di sekelilingnya. Survei larva nyamuk Ae. aegypti

dan Ae. albopictus menggunakan metode

visual survey yaitu dengan mengamati ada tidaknya larva nyamuk di semua tempat tampungan air (kontainer) di dalam dan di luar rumah.

Penentuan indeks larva, kepadatan vektor (density figure), dan key kontainer

(3)

ditetapkan oleh WHO yaitu House Index (HI),

Container Index (CI), dan Breteau Index (BI). Suatu daerah dikatakan berisiko tinggi terhadap penularan DBD apabila Container Index 5% dan House Index 10% , dan dikatakan berpotensi tinggi terhadap penyebaran penyakit DBD apabila angka

10

Breteau Indeks lebih dari 50%. Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah persentase rumah yang tidak ditemui jentik, merupakan indikator yang lebih banyak digunakan secara nasional (target ABJ 95%).

Indeks larva dinyatakan dengan rumus 6

sebagai berikut:

6

Kepadatan jentik (density figure) dihitung berdasarkan nilai HI, CI, dan BI yang dikategorikan menjadi kepadatan rendah, sedang dan tinggi menggunakan kriteria dari Queensland Government (2011). Kepadatan larva dikategorikan sesuai dengan Tabel.1.

Tabel 1. Kriteria kepadatan larva berdasarkan indeks jentik

Key container diidentifikasi dengan mendata jenis-jenis kontainer yang paling banyak positif jentik yang ditemukan di dalam maupun di luar rumah.

HI = Jumlah rumah diperiksaJumlah rumah positif x 100

CI = Jumlah kontainer positif x 100

Jumlah kontainer diperiksa

BI = Jumlah kontainer positif x 100

Jumlah rumah diperiksa

ABJ = Jumlah rumah bebas jentik x 100

Jumlah rumah diperiksa

Density

figure HI CI BI Kategori

1 1-3 1-2 1-4 rendah

2 4-7 3-5 5-9 sedang

3 8-17 6-9 10-19 sedang 4 18-28 10-14 20-34 sedang 5 29-37 15-20 35-49 sedang 6 38-49 21-27 50-74 tinggi 7 50-59 28-31 75-99 tinggi 8 60-76 32-40 100-199 tinggi 9 77+ 41+ 200+ tinggi

HASIL

Indeks jentik di tiga Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Hasil survei di tiga kelurahan di Kabupaten Tulungagung secara keseluruhan menunjukkan HI lebih dari standar WHO (HI > 10%) dengan rata-rata 33,38%, CI juga menunjukkan hasil lebih dari standar WHO (CI > 5%) dengan rata-rata 26,67%, sedangkan BI masih di bawah ambang standar WHO (BI < 50%) dengan rata-rata 36, 47% (Gambar 1). Dari ketiga kelurahan di Kabupaten Tulungagung, Kelurahan Bago menunjukkan indeks jentik paling tinggi dengan density figure 6 berarti bahwa kepadatan jentik di Kelurahan Bago termasuk tinggi. Dua lokasi lainnya yaitu Kelurahan Kepatihan lokasi I dan II memiliki density figure 5 sehingga termasuk dalam kategori kepadatan sedang.

Hasil survei di Kelurahan Mulyoagung, Kelurahan Kebonagung, dan Kelurahan Mangliawan, Kota Malang menujukkan nilai rata-rata HI 27,58%, lebih tinggi dari standar WHO, rata-rata CI 22,36% juga melebihi standar WHO. Akan tetapi nilai BI masih berada di kisaran standar WHO yaitu BI rata-rata 31,90%. Tiga kelurahan yang disurvei memiliki tingkat kepadatan vektor yang sama yaitu termasuk dalam kategori sedang,

5 dengan density figure.

(4)

A

B

(5)

D

Gambar 1.A. House Indeks (HI); B. Container Index (CI); C. Breteau Index (BI); dan D. Angka Bebas Jentik (ABJ) di 10 kelurahan di Kabupaten Tulungagung,

Kota Malang, dan Kota Kediri Provinsi Jawa Timur tahun 2014.

Penentuan key container

Berdasarkan hasil visual survei, kontainer bak mandi merupakan kontainer terbanyak positif jentik. Jenis–jenis kontainer yang mengandung jentik di 10 kelurahan dinyatakan dalam Gambar 2.

(6)

PEMBAHASAN

Kabupaten Tulungagung, Kota Malang, dan Kota Kediri termasuk daerah endemis DBD dari tahun 2003 sampai 2010, artinya setiap tahun selalu ada kasus DBD di daerah tersebut. Hasil penelitian di lokasi-lokasi survei secara umum sudah memberikan gambaran bahwa kepadatan jentik sebagian besar lokasi termasuk kategori sedang, bahkan terdapat dua lokasi termasuk kategori tinggi. Berdasarkan hal ini maka Kabupaten Tulungagung, Kota Malang, dan Kota Kediri masih berpotensi terhadap terjadinya penularan DBD di periode waktu mendatang. Potensi penularan DBD dibuktikan dengan adanya peningkatan kasus pada tahun 2012 di Jawa Timur secara umum.

Komponen utama penularan virus dengue di suatu daerah meliputi keberadaan virus, host, dan vektor. Faktor pencetus utama adalah adanya virus dengue. Penularan virus

dengue dari manusia sakit ke manusia lain sangat dimungkinkan dengan makin tingginya mobilitas penduduk. Pada daerah endemis DBD peluang terjadinya penularan akan lebih t i n g g i , b a h k a n d a p a t m e n i m b u l k a n hiperendemisitas yaitu sirkulasi suatu serotipe virus yang sama secara terus menerus pada suatu wilayah. Adanya transmisi transovarial virus dari nyamuk ke telurnya turut meningkatkan peluang penularan. Host atau inang utama virus

dengue di wilayah urban maupun rural adalah manusia. Laju pertumbuhan penduduk yang semakin pesat turut meningkatkan potensi penularan. Nyamuk Ae. aegypti sebagai vektor utama sangat kosmopolitan serta habitatnya sangat dekat dengan kehidupan manusia.

Kepadatan vektor sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain curah hujan. Jumlah kasus DBD per tahun di Indonesia sejalan dengan fluktuasi curah hujan secara global, begitu pula di Provinsi Jawa Timur. Hubungan antara curah hujan dengan kepadatan vektor DBD telah diteliti oleh Yotopranoto dkk di sebuah kecamatan di Kota Surabaya. Hasilnya menyebutkan bahwa terjadi peningkatan kepadatan dari bulan Januari ke Maret, sejalan dengan puncak musim hujan di Surabaya yaitu pada bulan

Januari-Februari. Curah hujan tinggi akan meningkatkan breeding site nyamuk, terutama di lingkungan luar rumah sehingga dapat meningkatkan kepadatannya.

Temperatur dan kelembaban juga sangat mempengaruhi hidup nyamuk. Peningkatan temperatur dan kelembaban berkorelasi positif dengan kasus DBD. Temperatur yang cenderung tinggi akan mempercepat stadium larva, serta mempercepat masa inkubasi virus. Demikian pula kelembaban yang tinggi juga memperpanjang umur nyamuk sehingga meningkatkan frekuensi menghisap darah. Isu adanya perubahan iklim global menyebabkan efek rumah kaca sehingga temperatur dan kelembaban udara meningkat.

Bak mandi sebagai key container

Key container merupakan gambaran jenis tempat penampungan air yang paling berperan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk vektor DBD. Secara umum bak mandi merupakan kontainer paling disukai nyamuk untuk meletakkan telur. Hasil ini serupa dengan penelitian lain di Kecamatan Nginden, Sukolilo, Surabaya yang dilakukan pada tahun 2008. Peran key container sebagai sasaran dalam pengendalian vektor DBD telah dibuktikan oleh Maciel de Freitas dan L o u re n c ¸ o - d e - O l ive i ra ( 2 0 1 1 ) d a p a t menurunkan kepadatan nyamuk betina secara drastis namun hanya untuk jangka waktu yang pendek. Dengan mengetahui key container diharapkan dapat membantu fokus pengendalian, terutama yang dilakukan oleh masyarakat sendiri.

Pengendalian vektor di Kabupaten Tulungagung, Kota Malang, dan Kota Kediri

(7)

memutus rantai penularan. Program pengendalian yang telah diterapkan oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur meliputi peniadaan tempat bertelur nyamuk (dengan 3M Plus), pemberantasan nyamuk dewasa dengan fogging, dan pelatihan jumantik sebagai salah satu penegakan surveilans sebenarnya sudah mencakup segala aspek apabila diterapkan dangan konsisten. Kepadatan vektor dapat dijadikan indikator keberhasilan program pemberantasan DBD, sehingga kepadatan vektor di 10 kelurahan yang menjadi titik survei dalam penelitian ini dapat menjadi indikator bahwa program pengendalian di tingkat kelurahan tersebut belum berhasil. Kemungkinan–kemungkinan yang menjadi penyebabnya menjadi keterbatasan yang belum diukur di penelitian ini.

KESIMPULAN

Delapan lokasi survei di Kabupaten Tulungagung, Kota Malang, dan Kota Kediri di Provinsi Jawa Timur memiliki kepadatan larva kategori sedang, sedangkan dua lokasi yaitu Kelurahan Bago (Kabupaten Tulungagung) dan Kelurahan Mojoroto (Kota Kediri) memiliki kepadatan jentik kategori tinggi. Seluruh lokasi survei masih berpotensi terhadap terjadinya penularan Demam Berdarah Dengue. Bak mandi merupakan key container tempat perkembangbiakan nyamuk vektor DBD di tiga kabupaten.

SARAN

Bak mandi merupakan key container

tempat perkembangbiakan nyamuk vektor DBD di tiga kabupaten sehingga dapat dijadikan fokus pengendalian untuk jangka pendek.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Dinkes Kabupaten Tulungagung, Dinkes Kota Malang, dan Dinkes Kota Kediri, serta kepada para teknisi lapangan B2P2VRP yang terlibat dalam survei larva.

DAFTAR PUSTAKA

1. Organization, W.H. Dengue status in South East Asia Region : An epidemiological perspective. 2008.

2. Arboviruses, S.P., Informasi Umum Demam Berdarah Dengue, 2011, Ditjen PP & PL: Jakarta.

3. Epidemiologi, P.D.d.S. Buletin Jendela Epidemiologi. Demam Berdarah Dengue, ed. 2. 2010. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. 4. Suwandono, A., et al., Four dengue virus

serotypes found circulating during an outbreak of dengue fever and dengue haemorrhagic fever in Jakarta, Indonesia, during 2004. Trans R Soc Trop Med Hyg, 2006. 100(9), (855-862).

5. G u b l e r, D . J . , D e n g u e a n d D e n g u e Haemorrhagic Fever. Clinical Microbiology Reviews, 1998. 11(3), (480 - 496).

6. WHO, comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic fever. revised and expanded edition, 2011, SEARO Thecnical Publication: India.

7. Dinkes-Jatim, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012, 2012, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur: Surabaya.

8. Dinkes-Jatim, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2010, 2010, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur: Surabaya.

9. Zuhriyah, Habibie, and Baskoro, The Key Container of Aedes aegypti in Rural and Urban Malang, East Java, Indonesia Health and the Environment Journal, 2012. 3(3).

10. Zulkarnaini, Y.I. Siregar, and Dameria, Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan Rumah Tangga dengan Keberadaan Jentik Vektor Dengue di Daerah Rawan Demam Berdarah Dengue di Kota Dumai Tahun 2008. Journal of Environmental Science, 2009. 2(3). 11. Ariva, L. and K. Oginawati Identifikasi Density

Figure dan Pengendalian Vektor Demam Berdarah pada Kelurahan Cicadas Bandung. 2011.

12. Rohani, N., et al., persistency of transovarial dengue virus in Aedes aegypti (Linn). Southeast Asian J Trop Med Public Health, 2008. 39(5).

(8)

Indonesia. Journal of Indonesian Tropical and Infectious Disease, 2010. 1(2).

14. Yussanti, N., M. Salamah, and H. Kuswanto, Pemodelan Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Jawa Timur Berdasarkan Faktor Iklim dan Sosio-ekonomi Dengan Pendekatan Regresi Panel Semiparametrik, dalam Jurusan

Statistika Fakultas MIPA2011, ITS: Surabaya. 15. Maciel-de-Freitas, R. and R.

Gambar

figure 5 sehingga termasuk dalam kategori
Gambar 2.Gambar 2. Jenis penampungan air (kontainer) positif jentik

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, setelah menyaksiskan video yang ditampilkan maka siswa mempraktikan teknik yang telah disaksikan selanjutnya setelah proses pembelajaran yang diberikan

Hasil yang diperoleh: cairan eluasi terbaik adalah kloroform-etanol-asam asetat glassial (94:5:1) yang diukur pada panjang gelombang 429 nm, kadar rata-rata kurkumin dalam

a) Diketahui bahwa BI Rate tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham sektor pertambangan. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari tingkat alpha

1 Saya merasa adanya hubungan yang sangat dekat antara atasan dengan bawahan di tempat saya bekerja.. 2 Organisasi di tempat saya bekerja memiliki rasa saling

Penyimpanan eletronik dari pemrograman informasi dan pengurangan data untuk metode pemrograman yang lebih kaku, sebagaimana penekanan pita kertas, sebuah konsep yang menandai

Untuk membuat database penggajian yang harus dilakukan adalah membuat tabel yang sudah dianalisa oleh penulis, tabel tersebut adalah; tabel karyawan, tabel

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah sehingga peneliti diberikan kemudahan serta kelancaran dalam menyelesaikan skripsi yang

Pertama, mengalami pertobatan yang sejati “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Ma r. Kebenaran a gung yang dikhotbahkan Kri stus adalah waktunya telah genap; Kerajaan Al