• Tidak ada hasil yang ditemukan

LARVAE DENSITY OF DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF) VECTOR Aedes sp. IN ENDEMIC, SPORADIC AND POTENTIAL AREA IN SEMARANG CITY, CENTRAL JAVA PROVINCE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "LARVAE DENSITY OF DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF) VECTOR Aedes sp. IN ENDEMIC, SPORADIC AND POTENTIAL AREA IN SEMARANG CITY, CENTRAL JAVA PROVINCE"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

84

pematangan parasit melalui kemoprofilaksis dan Kelompok senyawa kuinon terbesar yang terdapat di 3

vaksinasi. Masalah yang timbul saat ini adalah alam adalah antrakuinon. Distribusi antrakuinon 8 munculnya resistensi plasmodium terhadap obat dalam dunia tumbuh- tumbuhan cukup terbatas. malaria dan insektisida. Selain itu, pemanasan Berikut adalah struktur kimia dari identifikasi global turut berperan dalam meningkatnya kasus kuinon.

malaria.

Pengobatan malaria yang ideal adalah pengobatan untuk membunuh parasit dalam darah, membunuh sporozoit dan bentuk-bentuk ekstra eritrositer untuk mencegah relapse dan membunuh gametosit untuk mencegah terisap oleh nyamuk sehingga tidak terjadi penularan kepada orang lain. Namun sampai saat ini belum ada obat yang memenuhi kriteria tersebut. Berbagai macam obat telah dipergunakan namun kendala utama adalah toksisitas dan efek samping seperti hemoglobinuria

Gambar 1. Struktur kimia benzukuinon, dan blackwater fever, disamping resistensi parasit naftokuinon, dan antrakuinon terhadap obat seperti klorokuin, quinine, fansidar

5

dam mefloquine. Sampai saat ini penggunaan tanaman

Timbulnya resistensi Plasmodium sp. tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal terhadap malaria mendorong para peneliti mencari baik dari daun, batang maupun akar yang anti malaria baru untuk menggantikan anti malaria mempunyai kandungan dan efek farmakologi. Oleh yang tidak efektif lagi. Salah satu usaha menemukan karena itu, perlu adanya pembuktian secara ilmiah anti malaria baru adalah melalui penelitian terhadap apakah ketepeng (Cassia alata L.) dan ketepeng tanaman obat yang digunakan secara tradisional kecil (Cassia tora L.) dapat dijadikan obat malaria

6

oleh masyarakat untuk mengobati malaria. secara in vitro.

Ketepeng (Cassia alata L.) dan ketepeng Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kecil (Cassia tora L.) adalah tanaman perdu yang efektivitas ekstrak etanol daun ketepeng (Cassia mudah tumbuh. Sebagian masyarakat menggunakan alata L.) dan ketepeng kecil (Cassia tora L.) tanaman ini sebagai obat tradisional, diantaranya terhadap P. falciparum secara in vitro.

sebagai anti parasit, laktan, anti helminth, kudis, 7

influenza, bronchitis, dan malaria. Tanaman ini

METODE mempunyai kandungan kimia di antaranya rein

aloe-Pelaksanaan penelitian dibagi dalam 3 tahap. emodina, rein aloe-emodina-diantron, rein, aloe

Tahap pertama adalah pengambilan sampel emodina, asam krisofanat, (dihidroksi metil

tanaman ketepeng (Cassia alata L.) dan ketepeng anthraquinone), tannin. Berdasarkan penelitian

kecil (Cassia tora L.) di Dolo, Kabupaten Sigi, sebelumnya, kandungan kimia yang terdapat dalam

Sulawesi Tengah. Tahap kedua adalah proses akar tananaman ketepeng ini adalah 3-formil-1, 2,8

8 pembuatan ekstrak. Determinasi untuk memastikan

trihidroksiantrakuinon. Sedangkan tanaman

spesies tanaman dan proses ekstraksi tanaman kepeteng kecil (Cassia tora L.) mengandung

ketepeng (Cassia alata L.) dan ketepeng kecil chryzophanol, emodin, aloe-emodin, rhein,

(Cassia tora L.) dilakukan di Instalasi Sumber physcion, obtusin, aurantio-obtusin, robrubusarin,

9 daya Hayati Balai Litbang P2B2 Donggala. Tahap

torachryson, toralactone, vitamin A. Kuinon adalah

ketiga adalah uji aktivitas anti malaria secara in senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar

vitro dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri

Pusat Teknologi keselamatan dan Metrologi atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan

Radiasi. Badan Tenaga Atom Nasinal, Jakarta. dua ikatan rangkap karbon-karbon. Kuinon dewasa

ini digunakan sebagai zat/senyawa yang bersifat anti Bahan yang digunakan dalam penelitian ini malaria. Untuk tujuan identifikasi kuinon dapat adalah kultur P. falciparum 3D7, ekstrak kental dibagi atas 4 kelompok yaitu: benzukuinon, daun ketepeng (Cassia alata L.), ekstrak kental naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid. daun ketepeng kecil (Cassia tora L.). Alat yang Efektivitas ekstrak...(Murni, dkk.)

KEPADATAN JENTIK VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) Aedes sp. DI DAERAH ENDEMIS, SPORADIS DAN POTENSIAL KOTA SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH

Eva Lestari* , Corry Laura J. Sianturi , Retno Hestiningsih , M. Arie Wuryanto Balai Litbang P2B2 Banjarnegara

Jl. Selamanik No. 16A Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

*E_mail: evalestari.epid@gmail.com

Received date: 25/7/2014, Revised date: 06/11/2014, Accepted date: 07/11/2014 LARVAE DENSITY OF DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF) VECTOR Aedes sp.

IN ENDEMIC, SPORADIC AND POTENTIAL AREA IN , CENTRAL JAVA PROVINCE

SEMARANG CITY

1 1 2 2

1

2

ABSTRAK

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk

Aedes aegypti. Kota Semarang merupakan daerah endemis DBD dengan jumlah kasus sebanyak 5.538 kasus, IR 36,75/10.000 penduduk dan CFR 0,8% (tahun 2010). Data kepadatan vektor dapat digunakan untuk menentukan tindakan pengendalian vektor yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung HI, CI, BI, DF, dan Angka Bebas Jentik (ABJ) Aedes sp. di daerah endemis, sporadis dan potensial DBD. Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Metode pelaksanaan survei jentik dengan single larva. Populasi adalah seluruh rumah di Kelurahan Sendangmulyo, Terboyo Wetan, dan Pesantren. Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode purposif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka HI (53,75%), CI (30,77%), BI (75%), dan DF (7) tertinggi di Kelurahan Terboyo Wetan (sporadis). Angka ABJ di semua lokasi penelitian < 95%. Kepadatan jentik daerah sporadis lebih tinggi dibanding daerah endemis DBD. Kepadatan jentik tidak berkorelasi dengan stratifikasi endemisitas wilayah DBD.

Kata kunci: kepadatan jentik, endemis, sporadis, potensial, DBD

ABSTRACT

Dengue Hemorrhagic Fever is a communicable disease caused by the dengue virus and transmitted by Aedes aegypti. Semarang City is an DHF endemic area with 5.538 cases, IR 36,75/10.000 population and CFR 0,8% (in 2010). The vector density data can be used to determine the appropriate vector control. The purpose of this study was to calculate HI, CI, BI, DF and figures larva free (ABJ) of Aedes sp in endemic, sporadic, and potential area. This study was descriptive with cross sectional study. Larvae survey with single larvae method. The population of this study are all of houses in Sendangmulyo, Terboyo Wetan, and Pesantren. The sample had taken by purpossive sampling method. The result of study showed that HI (53.75%), CI (30.77%), BI (75%) and DF (7) highest in Terboyo Wetan (sporadic area). ABJ at all research location < 95%. The density of larvae in sporadic area was higher than endemic areas. The density of larvae was not correlated with stratification of dengue endemicity region.

Keywords: larvae density, endemic, sporadic, potential, DHF

PENDAHULUAN Kota Semarang termasuk daerah endemis

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah DBD, tahun 2010 menempati peringkat pertama di penyakit menular yang disebabkan oleh virus Jawa Tengah. Pada tahun 2008 terdapat 5.249 kasus

1

Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. dengan IR 36,08/10.000 penduduk dan CFR 0,3%. DBD dapat menyerang semua golongan umur dan Pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi lebih banyak menyerang anak-anak, tetapi dalam 3.883 kasus dengan IR 26,21/10.000 penduduk dan dekade terakhir ini dilaporkan ada kecenderungan CFR 1,1%, tetapi pada tahun 2010 meningkat

2

kenaikan proporsi penderita pada orang dewasa. k e m b a l i m e n j a d i 5 . 5 3 8 k a s u s d e n g a n 6

Penyebaran DBD terutama terjadi di kota-kota besar IR 36,75/10.000 penduduk dan CFR 0,8%.

yang padat penduduknya dengan mobilitas tinggi Upaya untuk mengatasi permasalahan DBD 3,4

sehingga sering terjadi kejadian luar biasa (KLB). melalui penelitian untuk mencari vaksin dan obat Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung meningkat antivirus telah dilakukan, akan tetapi sampai saat ini dari tahun ke tahun dengan daerah penyebaran hasilnya belum memuaskan. Alternatif lain yang

5

semakin luas. dapat dilakukan adalah dengan mengendalikan

(2)

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN KETEPENG (Cassia alata L.) DAN KETEPENG KECIL (Cassia tora L.)TERHADAP Plasmodium Falciparum SECARA IN VITRO

Murni*, Gunawan, Brian Janitra Balai Litbang P2B2 Donggala

Jalan Masitudju No 58 Labuan Panimba, Labuan, Donggala, Sulawesi Tengah, Indonesia *Email: Murni_amiruddin@yahoo.co.id

Received date: 3/9/2014, Revised date: 13/11/2014, Accepted date: 14/11/2014

EFFECTIVENESS OF KETEPENG (Cassia alata L.) AND SMALL KETEPENG (Cassia tora L.) ETHANOL EXTRACT ON Plasmodium falciparum IN VITRO

ABSTRAK

Tanaman Ketepeng (Cassiaalata L.) dan Ketepeng Kecil (Cassia tora L.) merupakan tanaman obat yang memiliki berbagai

macam kegunaan, diantaranya untuk mengobati malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol daun ketepeng dan ketepeng kecil terhadap P. falcifarum secara in

vitro yang dihubungkan dengan periode waktu dengan pengenceran bertingkat dari larutan uji. Penelitian dilakukan dengan tahapan: pengambilan sampel tanaman, pembuatan ekstrak dan uji aktivitas anti malaria secara in vitro. Kontrol positif

menggunakan klorokuin dan kontrol negatif menggunakan P. falciparum tanpa penambahan ekstrak uji. Ekstrak etanol daun

ketepeng (Cassia alata L) menunjukkan penurunan jumlah pertumbuhan P. falciparum pada pengenceran 10-8. Ekstrak

etanol daun ketepeng dan ketepeng kecil tidak menunjukkan penghambatan pertumbuhan terhadap P. falciparum.

Kata kunci: ekstrak, Cassia alata L., Cassia tora L., Plasmodium falciparum

ABSTRACT

Ketepeng (Cassia alata L.) and small ketepeng (Cassia tora L.) are medicinal plants with variety of uses, including for treating malaria caused by Plasmodium falciparum. This research aims to determine the effectiveness of the ethanol extract ketepeng and small ketepeng against P. falcifarum in vitro associated with a period of time with terraced dilution of test solutions. Research carried out in phases: sampling plant, extract preparation, and in vitro antimalarial activity assay. Positive control using chloroquine and negative controls using P. falciparum without any treatment. Ethanol extract ketepeng (Cassia alata L) showed a decrease in the number of P. falciparum growth in the dilution. Ethanol extract of ketepeng and small ketepeng did not show growth inhibition against P. falciparum.

Keywords: extract, Cassia alata L., Cassia tora L., Plasmodium falciparum

-8 10

3

PENDAHULUAN yang serius dan mematikan. Penyakit infeksi

Malaria merupakan salah satu penyakit malaria oleh P. falciparum merupakan penyebab infeksi parasit yang utama di dunia. Setiap tahun kesakitan dan kematian tertinggi di antara jenis

300–500 juta kasus malaria menyebabkan 2 juta malaria yang lain. Hal ini karena infeksi 1

kematian. Penyebab malaria adalah parasit dari P. falciparum cenderung mengakibatkan komplikasi genus Plasmodium. Ciri utama genus ini adalah seperti malaria serebral, anemia, hipoglikemia, gagal siklus hidup terjadi dalam dua inang yang berbeda. ginjal dan edema pulmonal nonkardiak. Pada hati, Siklus seksual terjadi dalam tubuh nyamuk malaria menyebabkan komplikasi fatal hepatitis Anopheles betina, yang bertindak sebagai vektor malaria, yaitu sindrom menyerupai hepatitis seperti perantara penyebaran parasit. Siklus aseksual terjadi hepatomegali, ikterik dan penurunan fungsi yang

2 4

dalam tubuh manusia. dapat menyebabkan disfungsi hati.

Ada empat jenis parasit yang menyebabkan Penyebaran penyakit malaria dapat malaria pada manusia yaitu Plasmodium vivax, dikendalikan dengan beberapa cara, yaitu mencegah Plasmodium ovale, Plasmodium falciparum dan kontaminasi dari lingkungan, memutuskan siklus Plasmodium malariae. Walaupun semuanya hidup parasit, mengendalikan perkembangan vektor menyebabkan sakit berat, namun P. falciparum perantara dengan menggunakan insektisida,

BALABA Vol. 10 No. 02, Desember 2014: 83-88

7

populasi vektornya. Pengendalian vektor adalah METODE

upaya menurunkan faktor risiko penularan oleh Penelitian ini merupakan jenis penelitian vektor dengan meminimalkan habitat vektor, deskriptif dengan pendekatan cross sectional. menurunkan kepadatan dan umur vektor, Penelitian dilakukan Bulan Januari-Februari 2011. mengurangi kontak antara vektor dengan manusia Populasi adalah seluruh rumah di Kelurahan serta memutus rantai penularan penyakit. Sendangmulyo, Terboyo Wetan, dan Pesantren. Pengendalian vektor DBD yang paling efisien dan Sampel penelitian untuk Kelurahan Sendangmulyo efektif adalah dengan memutus rantai penularan sejumlah 435 rumah, Kelurahan Terboyo Wetan melalui pengendalian jentik. Pelaksanaannya di sebanyak 80 rumah, dan Kelurahan Pesantren masyarakat dilakukan melalui upaya Pemberantasan sebanyak 43 rumah. Jumlah total sampel adalah 558 Sarang Nyamuk (PSN) DBD dalam bentuk kegiatan rumah. Teknik pengambilan sampel adalah 3M plus. Keberhasilan kegiatan PSN DBD antara purpossive sampling. Survei jentik dilakukan lain dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), dengan single larva, yaitu dengan mengambil satu apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan jentik di setiap tempat genangan air yang ditemukan

8

penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut. Proses Pengamatan vektor DBD penting dilakukan identifikasi dilakukan di laboratorium terpadu untuk mengetahui penyebaran, kepadatan nyamuk, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas habitat utama jentik, dan dugaan risiko terjadinya Diponegoro. Pengambilan jentik dilakukan di dalam penularan. Kepadatan populasi nyamuk Ae. aegypti dan luar rumah. Jentik yang diperoleh dimasukkan dapat diketahui dengan melakukan survei nyamuk, ke dalam botol plastik dan diberi label.

jentik, dan perangkap telur. Ukuran yang dipakai Kepadatan populasi nyamuk (density figure) untuk mengetahui kepadatan jentik Ae. aegypti dihitung dengan cara menggabungkan hasil HI, CI, adalah ABJ, House Index (HI), Container Index (CI), BI sehingga diperoleh kategori tingkat kepadatan

9

dan Breteau Index (BI). jentik sebagai berikut:

Berdasarkan status endemisitas, pada tahun

7,11 2010 di Kota Semarang terdapat kelurahan dengan Tabel 1. Larva Indeks

kriteria endemis, sporadis, dan potensial. Desa/kelurahan dikatakan endemis jika dalam tiga tahun terakhir, setiap tahun terjangkit penyakit DBD. Desa/kelurahan yang dalam tiga tahun terakhir terjangkit penyakit DBD tetapi tidak setiap tahun masuk kriteria sporadis. Sedangkan desa/kelurahan potensial yaitu desa/kelurahan yang dalam tiga tahun terakhir tidak pernah terjangkit penyakit DBD, tetapi penduduknya padat, mempunyai hubungan transportasi yang ramai dengan wilayah lain, dan persentase rumah yang

10

ditemukan jentik lebih dari 5%. Kelurahan

Sendangmulyo termasuk daerah endemis, Berdasarkan tabel di atas, density figure dapat Kelurahan Terboyo Wetan adalah daerah sporadis, dikategorikan menjadi:

dan Kelurahan Pesantren merupakan daerah a. DF = 1, artinya kepadatan rendah

potensial. b. DF = 2-5, artinya kepadatan sedang

11 Penelitian ini bertujuan mengetahui c. DF = 6-9, artinya kepadatan tinggi perbedaan kepadatan jentik nyamuk di daerah

endemis, sporadis, dan potensial DBD. Dengan HASIL

demikian dapat diketahui seberapa besar potensi Berdasarkan survei jentik yang dilakukan ketiga daerah tersebut dalam penularan DBD yang diperoleh data mengenai jumlah rumah yang berbeda strata endemisitasnya. Data yang diperoleh diperiksa, jumlah rumah positif jentik, jumlah dapat berguna dalam menentukan daerah prioritas kontainer diperiksa, dan jumlah kontainer positif program kegiatan pengendalian vektor DBD di jentik. Dari data tersebut, dapat dihitung ABJ, HI,

Density Figure (DF)

House Index(HI)

Container Index(CI)

Breteau Index(BI) 1 1 – 3 1 – 2 1 – 4

2 4 – 7 3 – 5 5 – 9

3 8 – 17 6 – 9 10 – 19

4 18 – 28 10 – 14 20 – 34

5 29 – 37 15 – 20 35 – 49

6 38 – 49 21 – 27 50 – 74

7 50 – 59 28 – 31 75 – 99

8 60 – 76 32 – 40 100 – 199

(3)

73

Tabel 2 menunjukkan bahwa daerah dengan di semua lokasi penelitian kurang dari 95%. Density angka HI, CI, dan BI tertinggi berada di Kelurahan Figure ditentukan dengan cara mencocokkan angka Terboyo Wetan. Sedangkan HI, CI, dan BI terendah HI, CI, dan BI pada tabel larva indeks.

berada di Kelurahan Pesantren. Angka bebas jentik

Tabel 2. Kepadatan Jentik di Kelurahan Sendangmulyo, Terboyo Wetan, dan Pesantren Kota Semarang Bulan Januari-Februari 2011

Keterangan: n = jumlah sampel

Kelurahan Rumah Kontainer Indeks Jentik

n Jentik (+) n Jentik (+) ABJ (%) HI (%) CI (%) BI (%) Sendangmulyo 435 147 1.598 252 66,21 33,79 15,77 57,93

Terboyo Wetan 80 43 195 60 46,25 53,75 30,77 75,00

Pesantren 43 11 163 14 74,42 25,58 8,59 32,56

No. Kelurahan Stratifikasi HI CI BI DF

1 Sendangmulyo Endemis 5 5 6 5

2 Terboyo Wetan Sporadis 7 7 7 7

3 Pesantren Potensial 4 3 4 4

Tabel 3 menunjukkan bahwa kelurahan Kelurahan Pesantren kepadatan jentiknya paling dengan kepadatan jentik tertinggi berada di rendah dengan nilai DF sebesar 4, artinya kepadatan Kelurahan Terboyo Wetan dengan nilai DF sebesar jentiknya sedang.

7, artinya kepadatan jentiknya tinggi, sedangkan

Jenis Kontainer

Kel. Sendangmulyo Kel. Terboyo Wetan Kel. Pesantren

Kontainer diperiksa

Kontainer (+) jentik

Kontainer diperiksa

Kontainer (+) jentik

Kontainer diperiksa

Kontainer (+) jentik

Dalam Rumah:

Bak mandi/WC 461 107 79 31 18 5

Drum 89 20 14 8 6 2

Tempayan 159 28 37 13 35 3

Ember 520 39 40 0 79 3

Lain-lain 47 14 2 1 11 0

Jumlah 1.276 208 172 53 149 13

Luar Rumah:

Bak mandi/WC 19 4 0 0 1 0

Drum 36 4 7 5 0 0

Tempayan 32 8 1 0 1 1

Ember 114 6 9 0 6 0

Lain-lain 121 22 6 2 6 0

Jumlah 322 44 23 7 14 1

BALABA Vol. 10 No. 02, Desember 2014: 71-76 Sediaan losion...(Mutiara Widawati)

Tabel 4. Keberadaan Jentik pada Berbagai Macam Kontainer di Kelurahan Sendangmulyo, Terboyo Wetan, dan Pesantren

(4)

KESIMPULAN 11. Suryana I. Pengujian aktivitas ekstrak daun sirih

Losion sirih dengan penambahan minyak (Piper betle linn) terhadap Rhizoctonia sp. secara in

nilam berpotensi menjadi repelan nyamuk vitro. Bul. Littro. 2009; 20 (1): 92-8.

Ae. aegypti dengan daya proteksi rata-rata sebesar 12. Pratiknyo AWatik. Dasar-dasar metode penelitian

90,33%. kedokteran dan kesehatan. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada; 2003.

SARAN

13. Komisi Pestisida Departemen Pertanian. Metode

Penelitian ini membuka kemungkinan

standar pengujian efikasi pestisida (pengujian efikasi

penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek

insektisida terhadap larva nyamuk). Jakarta:

modifikasi formulasi repelan dari jenis tanaman

Departemen Pertanian; 1995. h. 7-8.

pengusir nyamuk yang lain.

14. Soegijanto S. Demam berdarah dengue edisi kedua. Surabaya: Airlangga University Press; 2006.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada 15. Kardinan A. Potensi selasih sebagai repelan terhadap rekan-rekan peneliti dan teknisi yang membantu nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Litri. 2007; 13(2):

39-dalam pelaksanaan penelitian ini. 42.

16. Sharma VP, Ansari MA. Personal protection from

DAFTAR PUSTAKA

mosquitoes (Diptera: Culicidae) by burning neem oil

1. Sudarto. Entomologi kedokteran. Jakarta: in kerosene. Indian Med Entomol. 1994; 31(3):

505-EGC;1992, h 96 -105. 507.

2. Depkes RI. Laporan kasus DBD. Jakarta: Subdit 17. Shinta. Potensi minyak atsiri daun nilam

Arbovirus Ditjen PPM & PLP; 2009. (Pogostemon cablin B.), daun babadotan (Ageratum

conyzoides L.), bunga kenanga (Cananga odorata

3. Arifin M. Resistensi Aedes aegypti terhadap

hook F & Thoms) dan daun rosemarry (Rosmarinus

insektisida. [Diakses 27 Mei 2012]. Diunduh dari:

officinalis L.) sebagai repelan terhadap nyamuk http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2012/03/resiste

Aedes aegypti L. Media Litbang Kesehatan. 2012; 22 nsi-aedes-aegypti.html.

(2): 61-9.

4. Hasyimi M, Sukowati S, Kusriastuti R,

18. Widawati M, Santi M. 2013. The effectiveness of Muchlastriningsih E. Situasi vektor demam

fixative addition on Zodia (Evodia suaveolens S.) and berdarah saat kejadian luar biasa (KLB) di

rosemary (Rosmarinus officinalis L.) gel against Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Media

Aedes aegypti. Health Science Journal of Indonesia. Litbang Kesehatan. 2005; XV (2); 32-8.

2013; 4 (2): 103-6.

5. Ditjen POM, Depkes RI. Formularium kosmetika

19. Hutagaol L, Darma GCE. Pengaruh penambahan Indonesia. Jakarta : Depkes RI; 1985.

minyak nilam (Patchouli oil) sebagai fiksatif

6. Koreng G, Matsui D, Bailey B. DEET based insect

terhadap stabilitas aroma parfum melon dan maskulin repelans safety implications for children, pregnant

pada saat pemakaiannya. Laporan Penelitian. Jakarta: and lactating women. Canadian Medical Association

Fakultas Farmasi Universitas Pancasila; 2007. Journal. 2003; 169: 209-12.

7. Aminah SN. Evaluasi tiga jenis tumbuhan sebagai

insektisida dan repellant terhadap nyamuk di laboratorium. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor; 1995.

8. Ma'mun. Identifikasi Kimiawi Tumbuhan Obat.

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat; 2012.

9. Eliningaya JK. Etnobotanical study of some of

mosquito repelan plants in north eastern Tanzania. Malaria Journal. 2008; 7: 152.

10. Kardinan A. Pestisida nabati ramuan dan aplikasi.

Kontainer dalam rumah yang positif jentik di kontainer yang banyak dijumpai jentik. Jenis Kelurahan Sendangmulyo paling banyak ditemukan kontainer dalam rumah di Kelurahan Pesantren yang pada bak mandi/WC. Sedangkan di luar rumah jenis positif jentik banyak ditemukan di bak mandi/WC kontainer yang banyak ditemukan jentik adalah jenis dan di luar rumah jenis kontainer yang positif jentik kontainer yang bukan merupakan tempat hanya ditemukan pada tempayan.

penampungan air sehari-sehari (non TPA), antara Identifikasi jentik dilakukan di laboratorium lain tempat minum burung, barang bekas, pot terpadu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas tanaman, tempat tiang bendera, kolam, dan lain-lain. Diponegoro menggunakan alat bantu mikroskop Di Kelurahan Terboyo Wetan jenis kontainer dalam dengan perbesaran 100x. Hasil identifikasi rumah yang positif jentik paling banyak ditemukan didapatkan dua spesies Aedes, yaitu Aedes aegypti di bak mandi/WC. Di luar rumah, drum merupakan dan Aedes albopictus.

Kelurahan

SpesiesAedessp.

Aedes aegypti Aedes albopictus

D L Total D L Total

n % n % n % n % n % n %

Sendangmulyo 128 68,09 60 31,91 188 100 4 50 4 50 8 100 Terboyo Wetan 63 91,30 6 8,70 69 100 0 - 0 - 0

-Pesantren 46 100 0 0 46 100 0 0 5 100 5 100

B e r d a s a r k a n t a b e l 5 d i K e l u r a h a n Dari survei jentik yang dilakukan dapat Sendangmulyo ditemukan jentik Ae. aegypti dan diperoleh nilai ABJ, HI, CI, dan BI di Kelurahan Ae. albopictus baik di dalam maupun luar rumah. Sendangmulyo, Terboyo Wetan, dan Pesantren.

Persentase jentik Ae. aegypti yang berada di dalam Suatu daerah dikatakan aman jika ABJ 95%, 13

rumah lebih besar dibanding luar rumah. Sedangkan CI 10%, HI < 5%, dan BI < 50.9, Angka HI, CI, jentik Ae. albopictus mempunyai persentase yang dan BI di Kelurahan Sendangmulyo dan Terboyo sama antara dalam dan luar rumah. Di Kelurahan Wetan melebihi batas aman transmisi DBD. Terboyo Wetan hanya ditemukan jentik Ae. aegypti Demikian juga dengan ABJ di ketiga wilayah dengan persentase jentik dalam rumah lebih besar tersebut kurang dari 95%, menunjukkan daerah dibanding luar rumah. Sedangkan Kelurahan tersebut merupakan daerah sensitif atau rawan DBD Pesantren jentik Ae. aegypti hanya ditemukan di dan memiliki peluang lebih besar untuk terjadinya dalam rumah dan jentik Ae. albopictus hanya transmisi virus Dengue sehingga mempunyai risiko ditemukan di luar rumah. untuk terjadi epidemi apabila tidak diambil tindak 15 lanjut terhadap keberadaan vektor penular DBD.

PEMBAHASAN Upaya pengendalian DBD sangat penting dilakukan

Kepadatan nyamuk merupakan faktor risiko untuk mencegah semakin luasnya transmisi virus terjadinya penularan DBD, semakin tinggi Dengue. Angka bebas jentik di Kelurahan Pesantren kepadatan nyamuk Ae. aegypti, semakin tinggi pula kurang dari batas aman, sedangkan angka CI dan BI

12

risiko masyarakat untuk tertular penyakit DBD. berada pada level aman. Walaupun demikian, upaya Kepadatan nyamuk akan meningkat pada waktu pengendalian vektor tetap harus dilakukan karena musim hujan, dimana terdapat genangan air yang daerah tersebut juga memiliki peluang terjadinya dapat menjadi tempat berkembangbiaknya transmisi virus Dengue.

13

nyamuk. Air hujan yang tertampung di kontainer Angka HI, CI, dan BI tertinggi ditemukan di terutama barang bekas merupakan tempat potensial daerah sporadis (Kelurahan Terboyo Wetan), bagi perkembangbiakan nyamuk. Kepadatan jentik kemudian diikuti daerah endemis (Kelurahan yang tinggi akan meningkatkan populasi nyamuk Sendangmulyo), dan paling rendah di daerah sehingga akan meningkatkan pula kemungkinan potensial (Kelurahan Pesantren). Hasil ini sesuai

14

penyakit DBD terutama di daerah endemis. dengan penelitian yang dilakukan oleh Sabila L.

Kepadatan Jentik ...(Eva Lestari, dkk..) BALABA Vol. 10 No. 02, Desember 2014: 77-82

Tabel 5. Persentase Jentik Ae. aegypti dan Ae. albopictus

Keterangan: n = jumlah sampel

D = dalam

(5)

Tabel 3. Hasil Uji Beda Daya Proteksi Losion Sirih dan Repelan nyamuk losion sirih yang dibuat pada

DEET Terhadap Nyamuk Ae. aegypti penelitian ini terfokus pada palpi dan antena

nyamuk, dikarenakan palpi dan antena nyamuk sangat peka terhadap aroma dari senyawa eugenol. Jika aroma ekstrak tanaman dapat menutupi bau tubuh manusia sehingga mengganggu kemampuan

15 nyamuk untuk mendeteksi manusia.

Walaupun berdasarkan uji statistik antara Hasil uji statistik menunjukkan bahwa

rata-losion sirih dan DEET menunjukkan tidak berbeda rata daya proteksi DEET dan losion sirih tidak

nyata, tetapi losion sirih ini dapat menjadi repelan berbeda secara nyata (p < 0,05).

yang efektif dikarenakan daya proteksi rata-ratanya di atas 90% selama 6 jam. Melihat efek samping

PEMBAHASAN yang dapat ditimbulkan oleh senyawa DEET,

Senyawa kimia yang didapatkan dari berbagai

walaupun DEET memiliki daya proteksi yang lebih macam diversitas spesies tanaman merupakan

besar, akan lebih bijaksana jika penggunaan losion sumber bahan pembuat repelan dan insektisida

sirih ini dapat menjadi alternatif dari DEET. nyamuk yang aman dan dapat terdegradasi oleh

Masalah utama dari anti nyamuk alami yaitu alam. Repelan yang terbuat dari bahan alam tidak

daya tahannya yang sangat jauh berbeda dengan berbahaya dan beracun terhadap manusia, hewan

DEET. Beberapa hasil penelitian menunjukkan dan alam. Produk alam lebih aman jika dibandingkan

jarang terdapat bahan alami yang memenuhi 16

dengan produk kimia buatan.

ketentuan efektivitas repelan. Penelitian ini Hasil penelitian menunjukan DEET dan

membuktikan bahwa modifikasi pada formulasi losion sirih memiliki rata-rata daya proteksi di atas

sediaan yaitu dengan penambahan zat fiksatif berupa 90% selama 6 jam terhadap nyamuk Ae. aegypti.

minyak nilam dapat meningkatkan potensi bahan Walaupun jumlah hinggapan nyamuk menurun

alam untuk dijadikan repelan. cukup drastis pada jam ke empat, tetapi dikarenakan

Beberapa penelitian tentang uji repelan telah

pada kontrol pun terjadi hal yang serupa, maka tidak 9 7

dilakukan, diantaranya oleh Eliningaya, Aminah,

terlalu mempengaruhi besarnya daya proteksi. Pada 15 16

Kardinan, Sharma dan Ansari. Akan tetapi, jam ke empat saat pengujian terjadi setelah jam 12

perbandingan hasil langsung diantara uji-uji repelan siang, mulai terjadi penurunan aktifitas nyamuk, hal

ini tidak dapat dilakukan dikarenakan adanya ini dikarenakan setelah jam 12 siang merupakan

perbedaan spesies nyamuk yang digunakan dan masa istirahat nyamuk sehingga hinggapan nyamuk

terdapatnya perbedaan protokol uji, yang berujung 14

mulai berkurang. Daun sirih mengandung berbagai

pada perbedaan waktu proteksi. Waktu proteksi yang senyawa kimia seperti senyawa saponin, fenolik dan

didapatkan pada penelitian ini tidak dapat dianggap alkaloid. Selain senyawa-senyawa tersebut, daun

sebagai nilai estimasi proteksi absolut, karena sirih juga memiliki kandungan minyak atsiri, dan

penelitian ini menggunakan produk buatan terhadap 7

dapat digunakan sebagai insektisida. Berdasarkan

Ae. aegypti yang diuji pada kondisi laboratorium. 11

penelitian yang dilakukan oleh Ido, umumnya sirih

Perlu digaris bawahi juga bahwa efektifitas produk mengandung 30% eugenol.

ini bisa saja berbeda jika diterapkan di lapangan. 9

Berdasarkan penelitian Eliningaya, senyawa

P e n g e n d a l i a n v e k t o r D B D d e n g a n eugenol yang diekstrak dari minyak atsiri daun

menggunakan repelan alami hasil penambahan cengkeh terbukti dapat dipakai untuk mengendalikan

bahan lain merupakan salah satu alternatif dari jentik dan nyamuk dewasa. Selain itu, menurut

berbagai cara yang sering digunakan. Tetapi akan penelitian Kardinan, minyak atsiri daun cengkeh

lebih baik jika dilakukan secara bersama-sama, dari memiliki eugenol dengan kandungan 70-93% dan

segi lingkungan, biologi, fisik dan kimianya. Jika berpotensi untuk mengusir nyamuk. Walaupun tidak

cara-cara untuk mengendalikan nyamuk Ae. aegypti sebesar daun cengkeh, daun sirih juga memiliki

ini dilakukan dengan seksama, maka angka kejadian kandungan eugenol dan setelah ditambahkan dengan

DBD tentunya akan berkurang. minyak nilam terbukti berpotensi menjadi repelan

nyamuk Ae. aegypti. Rasyad pada tahun 1997 di Kecamatan Banyumanik yang paling tinggi dimiliki daerah sporadis, Kota Semarang yang menyatakan bahwa Angka HI, kemudian diikuti daerah endemis, dan yang paling CI, BI di daerah endemis lebih rendah daripada rendah di daerah potensial. Di daerah endemis angka

16

daerah sporadis. Upaya pemerintah dalam DF mempunyai skala 5, artinya daerah ini mengantisipasi kenaikan dan penyebaran penyakit mempunyai risiko penularan sedang. Di daerah DBD melalui program pencegahan/pemberantasan sporadis angka DF mempunyai skala 7, artinya dilakukan berdasarkan prioritas. Daerah wabah akan daerah ini mempunyai risiko penularan tinggi. Di mendapat prioritas utama, disusul daerah endemis, daerah potensial angka DF mempunyai skala 4,

17

sporadis, dan terakhir daerah potensial. Oleh karena artinya daerah ini mempunyai risiko penularan daerah endemis DBD sudah mendapat intervensi sedang. Daerah yang memiliki risiko tinggi dari pemerintah setempat, maka kepadatan jentik di penularan DBD merupakan daerah sporadis, bukan daerah endemis lebih rendah. Hal ini menunjukkan daerah endemis. Daerah endemis dalam penelitian keberhasilan program pemerintah dalam ini mengambil daerah penelitian di Kelurahan menurunkan angka kepadatan jentik di daerah Sendangmulyo karena daerah ini merupakan daerah endemis DBD. Selain itu, sebagian besar penduduk dengan kasus DBD paling tinggi di Kota Semarang. Kelurahan Sendangmulyo memiliki tingkat Walaupun Kelurahan Sendangmulyo terdapat kasus pendidikan yang tinggi. Masyarakat dengan DBD tinggi dan tergolong daerah endemis, daerah pendidikan tinggi diharapkan lebih banyak ini memiliki kepadatan jentik yang tergolong sedang mengetahui informasi tentang upaya pencegahan berdasarkan nilai DF yang didapat. Kepadatan jentik

18

terjadinya DBD dari berbagai sumber dan media. dalam penelitian ini tidak berkorelasi dengan Adanya pengetahuan masyarakat tentang DBD akan stratifikasi endemisitas wilayah DBD. Salah satu hal mendorong masyarakat dalam melakukan upaya yang berperan dalam hal ini yaitu mobilitas pencegahan DBD misalnya kegiatan PSN sebagai penduduk. Mobilitas penduduk sangat berpengaruh upaya pengendalian vektor, sehingga dapat terhadap penularan DBD. Mobilitas penduduk akan menurunkan angka kepadatan jentik. memudahkan penularan dari suatu tempat ke tempat Kepadatan jentik di Kelurahan Terboyo yang lainnya. Semakin tinggi mobilitas makin besar 1 9 Wetan tergolong tinggi. Berdasarkan hasil kemungkinan penyebaran penyakit DBD. penelitian, jenis kontainer yang paling banyak Tingginya kasus DBD di Kelurahan Sendangmulyo ditemukan di Kelurahan Terboyo Wetan berupa bak dapat dipengaruhi adanya mobilitas penduduknya mandi/WC. Bak mandi merupakan tempat yang tinggi. Penularan DBD dapat terjadi di sekolah,

4

perkembangbiakan nyamuk yang potensial. Bak tempat kerja, pasar, rumah sakit, saat berkunjung ke mandi mempunyai ukuran yang cukup besar rumah saudara, dan sebagainya.

sehingga air yang ada di dalam bak mandi tidak cepat

dikuras. Kondisi bak mandi yang berada di dalam KESIMPULAN

rumah sangat menguntungkan nyamuk Aedes untuk Angka kepadatan jentik Aedes sp. di daerah berkembang biak karena kurangnya cahaya dari luar. endemis lebih rendah daripada daerah sporadis Keadaan rumah yang sedikit gelap dengan suhu yang DBD. Kepadatan jentik tidak berkorelasi dengan tidak terlalu tinggi atau rendah, serta kelembaban stratifikasi endemisitas wilayah DBD. Daerah udara di dalam rumah yang lebih tinggi juga endemis belum tentu kepadatan jentiknya tinggi,

4

mendukung perkembangbiakan nyamuk. sehingga tingginya kasus tidak dipengaruhi oleh Kepadatan jentik di Kelurahan Pesantren kepadatan jentik tetapi dapat dipengaruhi faktor-paling rendah. Sebagian besar rumah di kelurahan faktor lain seperti mobilitas penduduk.

tersebut tidak mempunyai tempat penampungan air

berupa bak mandi, tetapi lebih banyak memakai SARAN

ember sebagai tempat penampungan air untuk Perlu dilakukan intervensi untuk pencegahan keperluan sehari-hari. Ember memiliki ukuran penyakit DBD dan pengendalian vektor nyamuk relatif kecil sehingga air akan cepat habis dan lebih yang tidak hanya dilakukan pada daerah endemis sering diganti dengan air yang baru. Hal ini akan saja, tetapi juga daerah sporadis dan potensial DBD. meminimalkan siklus hidup nyamuk. Peran aktif masyarakat dalam kegiatan PSN penting

Angka DF di daerah endemis, sporadis, dan untuk mendukung program pengendalian vektor. potensial berturut-turut adalah 5, 7, dan 4. Angka DF

(6)

kandang dan dilanjutkan dengan random sampling stearat, lanolin dimasukkan kedalam cawan porselen dimana nyamuk Ae. aegypti betina di kandang (bagian I), dilebur di atas penangas air hingga suhu diambil secara acak. Seratus ekor nyamuk digunakan 75oC, metil paraben dilarutkan kedalam aquades untuk perlakuan, ulangan dilakukan sebanyak lima panas, lalu ditambah gliserin, trietanolamin (T.E.A) kali dan satu kontrol positif sehingga total sampel (bagian II). Kemudian dimasukkan bagian I ke dalam nyamuk yang digunakan sebanyak 600 ekor lumpang porselen panas, lalu ditambahkan bagian II,

13

nyamuk. diaduk sampai homogen. Untuk formulasinya,

Nyamuk yang digunakan yaitu nyamuk d iti m bang minyak sirih sesuai formula, kemudian Ae. aegypti betina berumur 3-5 hari, hanya diberi ditambahkan basis losion hingga mencapai 100 g, pakan gula. Nyamuk uji kenyang darah dan yang diaduk homogen dan dimasukkan ke dalam wadah mati tidak digunakan dalam penelitian ini. Pengujian yang sesuai. Sambil diaduk hingga homogen untuk dilakukan selama enam jam. Daya proteksi dari mendapatkan formula losion anti nyamuk dengan

13

masing-masing perlakuan dihitung dengan rumus: konsentrasi yang optimum, kemudian pH dicek. Setelah semua campuran bahan tercampur homogen kemudian ditambahkan air suling hingga 100% (b/b). Pada saat pengujian, suhu tubuh probandus, suhu lingkungan, kelembaban lingkungan dan cara

Keterangan : pengolesan dibuat sehomogen mungkin.

DP : daya proteksi

K : jumlah nyamuk yang hinggap pada lengan Analisis Data

kanan (kontrol negatif) Data daya proteksi dianalisis lebih lanjut R : jumlah nyamuk yang hinggap pada lengan dengan uji paired t-test menggunakan program SPSS

kiri (perlakuan) 17, untuk mengetahui perbedaan daya proteksi

antara pengolesan losion sirih dan DEET. Uji pendahuluan dilakukan terlebih dahulu

untuk mengetahui jumlah volume pengolesan losion HASIL

ke lengan dan didapatkan jumlah optimal yaitu Suhu tubuh, suhu ruang dan kelembaban sebanyak 1 mg. Sebanyak 1 mg losion dioleskan dari ruang uji merupakan variabel pengganggu ujung jari hingga siku lengan kiri, dan sebanyak 1 mg dikarenakan dapat berpengaruh pada kondisi losion tanpa minyak atsiri dioleskan sebagai kontrol. nyamuk dan kondisi probandus. Besarnya variabel Konsentrasi yang digunakan yaitu 2%, untuk kontrol ini sulit untuk dikendalikan. Rata-rata suhu tubuh, positif digunakan losion DEET sebagai repelan. suhu ruang dan kelembaban ruang disajikan pada Lengan kanan dan kiri dimasukan secara bergantian Tabel 1.

ke dalam kandang uji. Uji dilakukan selama 5 menit

13 Tabel 1. Rata-rata Suhu Tubuh, Suhu Ruang dan

per lengan diawal jam selama 6 jam. Jumlah

Kelembaban Ruang

nyamuk yang hinggap di lengan pada perlakuan dan kontrol dihitung per jam dan menjadi variabel terikat. Data hinggapan nyamuk di lengan diolah lebih lanjut untuk mendapatkan nilai daya proteksi.

Metode Pembuatan Losion

Hasil pengujian selama 6 jam dari awal Basis losion dibuat dengan ditimbang semua

pengolesan (0 jam) hingga jam ke-6 menunjukkan bahan yang diperlukan yaitu: acetil alkohol, asam

Perlakuan Suhu Tubuh (oC)

Suhu Ruang (oC)

Kelembaban Ruang (%)

DEET 35.84 27.28 90

Losion 35.92 27.28 90

Tabel 2. Rata-rata Daya Proteksi Losion Minyak Atsiri Daun Sirih dengan Penambahan Minyak Nilam Terhadap Nyamuk

Ae. aegypti

No Perlakuan Daya Proteksi (%), pada jam ke Rata -rata

0 jam 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam 5 jam 6 jam

1 DEET 100 100 100 100 80 80.77 85.37 92.31

2 Losion 100 100 98.64 96.89 76.06 80.15 80.6 90.33

DAFTAR PUSTAKA 11. Focks DA. A review of entomological sampling

methods and indicators for dengue vectors. 1. Nugroho FS. Faktor-faktor yang berhubungan dengan

UNICEF/UNDP/WORLD BANK/WHO; 2003.

keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa

Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. 12. Wati WE. Beberapa faktor yang berhubungan dengan

[ D i a k s e s 6 A p r i l 2 0 1 0 ] . D i u n d u h d a r i : kejadian demam berdarah dengue (DBD) di

http://etd.eprints.ums.ac.id. Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.

Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan

2. Siregar FA. Epidemiologi dan pemberantasan demam

Universitas Muhammadiyah; 2009. berdarah dengue (DBD) di Indonesia. [Diakses 2

A g u s t u s 2 0 1 0 ] . D i u n d u h d a r i : 13. Astuti D. Upaya pemantauan nyamuk Aedes aegypti

http://respiratory.usu.ac.id. dengan pemasangan ovitrap di Desa Gonilan

Kartasura Sukoharjo. Warta. 2008; 11 (1): 90-8.

3. Putra AE. Faktor lingkungan dan perilaku kesehatan

yang berhubungan dengan endemisitas demam 14. Adrial. Beberapa aspek indikator entomologi nyamuk

berdarah dengue: studi di wilayah kerja di Puskesmas Aedes spp. dalam rangka perencanaan pengendalian

Pandian dan Pamolokan Kabupaten Sumenep. vektor penyakit demam berdarah dengue (DBD) di

[Diakses 2 Agustus 2010]. Diunduh dari: Kecamatan Padang Barat, Kodya Padang. Majalah

http://www.adln.lib.unair.ac.id. Kedokteran Andalas. 2006; 30 (2): 59-68.

4. Sitorus H dan Ambarita LP. Pengamatan larva Aedes 15. Salim M dan Febrianto. Survei jentik Aedes aegypti

di Desa Sukaraya Kabupaten Oku dan di Dusun di Desa Saungnaga Kec. Oku Tahun 2005. [Diakses 7

Martapura Kabupaten Oku Timur tahun 2004. Media Maret 2011]. Diunduh dari: http://www.scribd.com/.

Litbang Kesehatan. 2007; XVII (2): 28-33. 16. Rasyad SL. Perbedaan house index, container index,

5. Fitriani SM dan Keman S. Perbedaan kepadatan breteau index di daerah endemis, sporadis, dan

jentik Aedes aegypti pada daerah endemis, sporadis, potensial demam berdarah dengue Kecamatan

dan potensial DBD di wilayah kerja Puskesmas Banyumanik Kotamadya Semarang. [Diakses 3

Kedungwaru Kabupaten Tulungagung. Skripsi. M a r e t 2 0 1 1 ] . D i u n d u h d a r i :

Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat http://eprints.undip.ac.id/5104/.

Universitas Airlangga; 2009. 17. Wuryadi S. Masalah penyakit demam berdarah

6. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Laporan kasus dengue pada Pelita VI. Majalah Cermin Dunia

DBD Kota Semarang. Semarang: Seksi P2P. Kedokteran. 1995; 101.

7. Santoso dan Budiyanto A. Hubungan pengetahuan, 18. Roose A. Hubungan sosiodemografi dan lingkungan

sikap dan perilaku (PSP) masyarakat terhadap vektor dengan kejadian penyakit demam berdarah dengue

DBD di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. (DBD) di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru

Jurnal Ekologi Kesehatan. 2008; 7 (2): 732-39. Tahun 2008. Tesis. Medan: Universitas Sumatera

Utara; 2008.

8. Kementerian Kesehatan RI. Modul pengendalian

demam berdarah dengue. Jakarta: Dirjen P2PL; 2011. 19. Yuswulandary V. Karakteristik penderita demam

berdarah dengue di wilayah kerja Dinas Kesehatan

9. Purnama SG. Pengendalian vektor DBD. [Diakses 16

Kota Lhokseumawe dan kegiatan pemberantasannya Juli 2010]. Diunduh dari: http://staff.unud.ac.id.

tahun 2003-2007. Skripsi. Medan: Universitas 10. Departemen Kesehatan RI. Pencegahan dan

Sumatera Utara; 2008. pemberantasan demam berdarah dengue di Indonesia.

Jakarta: Dirjen P2PL; 2005.

Gambar

Figure (DF)Index (HI)
Tabel 4. Keberadaan Jentik pada Berbagai Macam Kontainer di Kelurahan Sendangmulyo, Terboyo Wetan, dan Pesantren
Tabel 5. Persentase Jentik Ae. aegypti dan Ae. albopictus

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menyadari pentingnya REE terutama di dalam teknologi modern, Pemerintah berupaya untuk menjaga kontrol ketat pada sumber REE ini agar sumber ini kedepannya

Stasioneritas berarti bahwa tidak terjadinya pertumbuhan dan penurunan data. Suatu data dapat dikatakan stasioner apabila pola data tersebut berada pada kesetimbangan disekitar nilai

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah sehingga peneliti diberikan kemudahan serta kelancaran dalam menyelesaikan skripsi yang

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas

Menurut Teilum, disgerminoma merupakan neoplasma sel germinal yang tidak lagi berpotensi untuk mengalami diferensiasi lanjut, sedangkan karsinoma embrional merupakan perwujudan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1) Bagi Sekolah , menyediakan fasilitas pembelajaran yang tidak terikat waktu dan ruang bagi para peserta didik

Program Pencegahan Dan Kesiapsiagaan BencanaTarget Kinerja 83% realisasi kinerja triwulan III sebesar 0 %pada kegiatan dan indikator kinerja dikarenakan rasionalisasi

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat memberikan tambahan informasi kepada pembaca mengenai tanda-tanda visual komunikasi serta fungsi dan makna