• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Sarana Dan Prasarana Pjok di SD Negeri Gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijenkota Semarang: studi Manajemen “Joint” Aras Gugus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Sarana Dan Prasarana Pjok di SD Negeri Gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijenkota Semarang: studi Manajemen “Joint” Aras Gugus"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Pendidikan

2.1.1 Pengertian manajemen pendidikan

Istilah manajemen berasal dari kata kerja bahasa Inggris to manage yang memiliki sinonim dengan kata to control, to hand, to guide. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan : mengendalikan, menangani atau mengelola.

Menurut pendapat Herujito (2001:1), setidaknya manajemen mangandung tiga pengertian. Pertama, sebagai pengelolaan, pengendalian atau penanganan (managing). Kedua, perlakukan secara terampil untuk menangani sesuatu berupa skillful

treatment. Ketiga, gabungan dari kedua pengertian

tersebut, yaitu yang berhubungan dengan pengelolaan perusahaan, rumah tangga atau suatu bentuk kerja sama dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

(2)

didayagunakan. Manajemen pendidikan merupakan suatu cabang ilmu manajemen yang mempelajari penataan sumber daya manusia, kurikulum, fasilitas, sumber belajar dan dana, serta upaya mencapai tujuan lembaga secara dinamis.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan dapat didefinisikan sebagai pendaya-gunaan komponen pendidikan yang meliputi peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, kurikulum, dana serta sarana dan prasarana secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

2.1.2 Fungsi manajemen pendidikan

(3)

Tabel 2. 1 Fungsi Manajemen

Ahli Fungsi Manajemen Akronim

Luthe r Gullic

k Plani

ng Organizing Staffing Directing Coordinating Reporting Budgeting POSDCoRB Ernes

t Dale Planing Organizing Staffing Directing Innovating Refresenting Controlling POSDIRC Koont

Dikutip dari: Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI (2013: 92)

(4)

2.1.2.1 Planning (perencanaan)

Dalam kehidupan modern, lebih-lebih dalam suatu organisasi, kegiatan perencanaan mutlak harus ada (Slameto; 2009: 26). Tidak terbayangkan jika suatu kegiatan organisasi atau lembaga tanpa adanya perencanaan. Dalam suatu organisasi yang baik, tulis Slameto (2009: 26) bukan sekedar perencanaan yang dituntut, melainkan suatu perencanaan yang sungguh-sungguh baik. Perencanaan semacam ini adalah fase pertama dari setiap pekerjaan. Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI (2013: 93) mendefinisikan merencanakan adalah membuat suatu target-target yang akan dicapai atau diraih di masa depan. Dalam organisasi merencanakan adalah suatu proses memikirkan dan menetapkan secara matang arah, tujuan dan tindakan sekaligus mengkaji berbagai sumber daya dan metode atau teknik yang tepat. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. 2.1.2.2 Organizing (pengorganisasian)

(5)

ialah proses pengelompokan orang-orang berdasarkan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya. Alhasil akan tercipta suatu organisasi yang siap menjalankan rencana yang telah ditetapkan. Dengan begitu pengorganisasian merupakan langkah yang kedua setelah perencanaan selesai dilaksanakan. Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI (2013: 94) mengartikan mengorganisasikan adalah proses mengatur, mengalokasikan, dan mendistribusikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya di antara anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa pengorgani-sasian dapat diartikan sebagai pengaturan mengenai sumber daya yang mengelola beserta uraian tugas dan tanggungjawab (job description) yang harus diemban.

2.1.2.3 Actuating (penggerakan)

(6)

berhubungan dengan orang-orang. Karena itu sering dikatakan bahwa actuating merupakan inti dari manajemen. Seperti kita ketahui bahwa unsur utama dalam manajemen adalah unsur manusia. Bagaimana pimpinan mampu menggerakkan unsur manusia ini sangat menemtukan keberhasilannya sebagai seorang manager. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa penggerakan adalah segala upaya yang dapat dilakukan oleh sumber daya organisasi untuk mewujudkan tujuan organisasi. 2.1.2.4 Controlling (pengawasan)

(7)

pengawasan adalah upaya manajerial untuk memastikan proses manajemen berjalan dengan baik, sejak dari perencanaan hingga pencapaian tujuan.

2.1.3 Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Qomar (2012: 54) menyatakan bahwa demokrasi memberikan pengaruh pada reformasi, gerakan reformasi memberi pengaruh pada otonomi daerah, semangat otonomi daerah memberikan pengaruh pada desentralisasi pendidikan, sedang desentralisasi pendidikan mewarnai manajemen berbasis sekolah.

(8)

dan guru dibantu oleh komite sekolah/madrasah dalam mengelola kegiatan pendidikan.

Apabila dikaji lebih mendalam, pemberian kewenangan pengelolaan pendidikan pada level sekolah mengandung dua hal, mencakup fungsi dan substansi dari manajemen. Pertama, dari aspek fungsinya, Umaedi (2012: 5. 5) menyebut ada beberapa hal yang tercakup meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan kepemimpinan (planning, organizing,

actuating, controlling, evaluating and leading).

Fungsi-fungsi ini dilaksanakan oleh sekolah (kepala sekolah, guru, dibantu oleh komite sekolah) dan ada yang berpendapat karena pentingnya kepemimpinan maka manajemen dan kepemimpinan dipisahkan. Kedua, substansi atau bidang yang dikelola oleh sekolah dengan fungsi-fungsi tersebut, meliputi kurikulum, pembelajaran, peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan dan penilaian pendidikan.

(9)

2.2 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2.2.1 Hakikat PJOK

Pendidikan jasmani (Penjas) menurut Ibrahim (2001: 1) merupakan suatu upaya pendidikan yang dilakukan terhadap anak-anak, agar mereka dapat belajar bergerak, dan belajar melalui gerak, serta berkepribadian yang tangguh, sehat jasmani dan rohani. Lutan (2001: 2) menyebut salah satu tujuan pendidikan jasmani yang menjadi kepedulian guru pendidikan jasmani ialah pemahaman konsep kebugaran jasmani dan aktivitas jasmani untuk mencapai keadaan sehat.

Dalam KTSP tahun 2006 (Depdiknas, 2006: 204) diuraikan tentang PJOK sebagai berikut:

Penjasorkes merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesegaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

(10)

dari pendidikan secara keseluruhan untuk membudayakan pola hidup aktif sepanjang hayat guna meningkatkan kebugaran jasmani dan kesegaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

2.2.2 Pembelajaran PJOK

Pada praktiknya, bagian terpenting dalam PJOK adalah pembelajaran. Pembelajaran PJOK dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berikut ini uraian dari masing-masing:

2.2.2.1 Perencanaan

Rencana pengajaran menurut Usman (2008: 61) merupakan persiapan guru mengajar untuk tiap pertemuan. Fungsinya sebagai acuan untuk melaksanakan proses belajar mengajar di kelas agar lebih efisien dan efektif. Untuk dapat membuat perencanaan yang sesuai dengan harapan, maka perlu memahami PJOK itu sendiri.

(11)

tujuan pembelajaran khusus, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran dan alat penilaian proses. 2.2.2.2 Pelaksanaan

Suherman (2001:1) menyatakan bahwa peningkatan mutu proses belajar mengajar (PBM) merupakan persoalan penting dalam PJOK di SD. Istilah belajar lebih menekankan pada aktivitas siswa, sedangkan istilah mengajar lebih menekankan pada aktivitas guru. Namun demikian, titik sentral proses belajar mengajar adalah siswa belajar. Tujuan mengajar pada dasarnya adalah mendorong siswa agara belajar dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

(12)

kemampuan guru dalam melakukan penilaian pembelajaran.

2.2.2.3 Evaluasi

Suherman (2001: 2) menyatakan bahwa evaluasi merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan (integral) dari suatu proses belajar mengajar. Evaluasi berfungsi sebagai salah satu cara untuk memantau perkembangan belajar dan mengetahui seberapa jauh tujuan pengajaran dapat dicapai oleh siswa.

Menurut Suherman (2001: 3-4) prinsip dasar pelaksanaan evaluasi PJOK meliputi: (1) Proses pengumpulan data dilakukan melalui kerjasama alami. (2) Proses pengumpulan data dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. (3) Data yang dihimpun meliputi berbagai aspek. (4) Laporan kemajuan belajar harus dibuat dan disampaikan kepada orang tua siswa.

2.3.Manajemen Sarana dan Prasarana dalam PJOK 2.3.1 Pengertian Sarana dan Prasarana PJOK

(13)

langsung maupun yang tidak langsung dalam sebuah pendidikan (Rohiat, 2008: 26). Pada dasarnya sarana dan prasarana pendidikan terdiri dari dua unsur, yaitu sarana dan prasarana. Depdiknas (2008: 37), telah membedakan antara sarana pendidikan dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya suatu proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pangajaran biologi, halaman sekolah sebagai lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.

(14)

menunjang jalannya suatu proses pembelajaran PJOK.

2.3.2 Manajemen Sarana dan Prasarana PJOK

Manajemen sarana dan prasarana merupakan suatu kegiatan untuk mengatur dan mengelola sarana dan prasarana pendidikan secara efisien dan efektif dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Bafadal (2004) mengatakan manajemen sarana dan prasaran yang disebutnya juga sebagai manajemen perlengkapan merupakan salah satu bagian kajian dalam administrasi sekolah (school

administration) atau administrasi pendidikan

(educational administration). Dapat didefinisikan

sebagai proses kerja sama pendayagunaan semua perlengkapan pendidikan secara efektif dan efisien. Perlengkapan sekolah atau sering juga disebut sebagai fasilitas sekolah dapat dikelompokkan menjadi sarana pendidikan dan prasarana pendidikan.

(15)

secara efektif dan efisien. Proses-proses yang dilakukan dalam upaya pengadaan dan pendayagunaan, meliputi perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan dan penghapusan.

Hal itu mirip dengan pendapat Mulyono (2008 : 169) yang membatasi ruang lingkup manajemen sarana dan prasarana, meliputi perencanaan, pengadaan, pengaturan, dan penggunaan sarana dan prasarana. Kegiatan manajemen sarana dan prasarana meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penginventarisasian, pemeliharaan, dan penghapusan sarana dan prasarana pendidikan (Rohiat, 2008: 26).

Dari beberapa definisi yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa manajemen sarana dan prasarana PJOK adalah proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana PJOK yang dimiliki oleh sekolah dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisisen, meliputi kegiatan: perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penginventarisasian, pemeliharaan, dan penghapus-an sarpenghapus-ana dpenghapus-an prasarpenghapus-ana PJOK.

(16)

Secara umum, tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah memberikan pelayanan secara professional di bidang sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien (Bafadal, 2004: 84-86). Secara rinci, tujuannya adalah sebagai berikut:

a) Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama. Dengan perkataan ini, melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan diharapkan semua perlengkapan yang didapatkan oleh sekolah adalah sarana dan prasarana yang berkualitas tinggi, sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang efisien.

b) Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana secara tepat dan efisien.

c) Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh semua personel sekolah.

(17)

a) Menciptakan sekolah atau madrasah yang bersih, rapi, indah, sehingga menyenangkan bagi warga sekolah atau madrasah.

b) Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan relevan dengan kepentingan pendidikan.

Jadi, tujuan dari manajemen sarana dan prasarana pendidikan yaitu agar dapat memberikan kontribusi yang optimal dan professional (yang berkaitan dengan sarana dan prasarana) terhadap proses pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

2.3.4 Prinsip-prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana PJOK

Dalam mengelola sarana dan prasarana pendidikan, terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan agar tujuan bisa tercapai dengan maksimal. Prinsip-prinsip tersebut menurut Bafadal (2004:36) adalah :

(18)

b) Prinsip efisiensi, yaitu pengadaan sarana dan prasarana di sekolah harus dilakukan melalui perencanaan yang seksama, sehingga dapat diakdakan sarana dan prasarana pendidikan yang baik dengan harga yang murah. Demikian juga pemakaiannya harus dengan hati-hati sehingga mengurangi pemborosan.

c) Prinsip administratif, yaitu manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus selalu memperhatikan UU, peraturan, instruksi, dan petunjuk teknis yang diberlakukan oleh pihak yang berwenang.

d) Prinsip kejelasan tanggung jawab, yaitu manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus didelegasika kepada personel sekolah yang mampu bertanggung jawab, apabila melibatkan banyak personil sekolah dalam manajemennya, maka perlu adanya deskripsi tugas dan tanggung jawab yang jelas untuk tiap personil sekolah.

(19)

2.3.5 Proses Manajemen Sarana dan Prasarana PJOK

Proses manajemen sarana prasarana PJOK berkaitan erat dengan : (1) perencanaan sarana dan prasarana PJOK (2) pengadaan sarana dan prasarana PJOK (3) inventarisasi sarana dan prasarana PJOK (4) pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah (5) penghapusan sarana dan prasarana sekolah.

(20)

sekolah menurut Sukarna (1987) adalah sebagai berikut:

a) Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang diajukan oleh setiap unit kerja dan atau mengevetarisasi kekurangan perlengkapan sekolah.

b) Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk periode tertentu, misalnya untuk satu triwulan atau satu tahun ajaran.

c) Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan perlengkapan yang telah tersedia sebelumnya.

d) Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran sekolah yang tersedia. Dalam hal ini, jika dana yang tersedia tidak mencukupi untuk pengadaan semua kebutuhan yang diperlukan, maka perlu diadakan seleksi terhadap semua kebutuhan perlengkapan yang telah direncanakan dengan melihat urgesi setiap perlengkapan yang diperlukan. Semua perlekapan yang urgen didaftar dan didahulukan pengadaannya.

(21)

diadakan seleksi lagi dengan melihat skala prioritas.

f) Penetapan rencana pengadaan akhir.

Dalam proses perencanaan ini semua personel sekolah harus ikut terlibat agar dapat diketahui secara pasti apa saja yang menjadi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh sekolah. Karena dalam pelaksanaan perencanaan ini sendiri membutuhkan analisis yang teliti serta memperhatikan kualitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Selain itu, perencanaan ini juga harus melihat dana atau anggaran yang tersedia untuk skala prioritas pengadaannya (sarana dan prasarana).

2.3.5.2 Pengadaan sarana dan prasarana PJOK

(22)

Sistem pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain adalah:

a) Droping dari pemerintah, hal ini merupakan bantuan yang diberikan pemerintah kepada sekolah. Bantuan ini sifatnya terbatas sehingga pengelola sarana dan prasarana pendidikan di sekolah tetap harus mengusahakan dengan cara lain.

b) Pengadaan sarana dan prasarana sekolah dengan cara membeli baik secara langsung maupun memesan terlebih dahulu.

c) Meminta sumbangan dari wali murid ataupun mengajukan proposal bantuan pengadaan sarana dan prasarana sekolah ke lembaga-lembaga sosial yang tidak mengikat.

d) Pengadaan perlengkapan dengan cara menyewa atau meminjam ke tempat lain.

(23)

2.3.5.3 Inventarisasi sarana dan prasarana PJOK

Kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan di sekolah menurut Bafadal (2004) meliputi:

a) Pencatatan sarana prasarana sekolah dapat dilakuka dalam buku penerimaan barang, buku pembelian barang, buku induk inventaris, buku golongan inventaris, buku bukan inventaris, buku stok barang.

b) Pembuatan kode khusus untuk perlengkapan yang tergolong barang inventaris. Caranya dengan membuat kode barang dan menempelkannya atau menuliskannya pada badan barang perlengkapan yang tergolong sebagai barang inventaris. Tujuannya adalah untuk memudahkan semua pihak dalam mengenal kembali semua perlengkapan pendidikan disekolah baik ditinjau dari kepemilikan, penanggung jawab, maupun jenis dan golongannya. Biasanya kode barang itu berupa angka atau numeric yang menunjukkan departemen, lokasi, sekolah, dan barang.

(24)

laporan mutasi barang. Pelaporan ini dilakukan dalam periode tertentu.

2.3.5.4 Pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana PJOK

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh pemimpin organisasi. Berkaitan dengan adanya sarana dan prasarana pendidikan disekolah, perlu adanya kontrol yang baik dalam pemeliharaan atau pemberdayaan. Pengawasan terhadap sarana dan prasarana disekolah merupakan usaha yang ditempuh oleh pimpinan dalam membantu personel sekolah untuk menjaga atau memelihara, dan memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah dengan sebaik mungkin demi keberhasilan proses pengadaan di sekolah.

(25)

(membersihkan ruang dan perlengkapannya), dan pemeliharaan berkala seperti pengecetan dinding, pemeriksaan bangku, genteng, dan perabot lainnya.

2.3.5.5 Penghapusan sarana dan prasarana PJOK

(26)

tidak lain adalah demi efektivitas dan efisiensi kegiatan persekolahan.

Penghapusan sarana dan prasarana pada dasarnya bertujuan untuk:

a) Mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi kerugian/pemborosan biaya pemeliharaan sarana dan prasarana yang kondisinya semakin buruk, berlebihan atau rusak dan sudah tidak dapat digunakan lagi.

b) Meringankan beban kerja pelaksanaan inventaris. c) Membebaskan ruangan dari penumpukan

barang-barang yang tidak dipergunakan lagi.

d) Membebaskan barang dari tanggung jawab pengurusan kerja.

Ada beberapa alasan yang harus diperhatikan untuk dapat menyingkirkan atau menghapus sarana dan prasarana. Beberapa alasan tersebut yang dapat dipertimbangkan untuk menghapus sesuatu sarana dan prasarana harus memenuhi sekurang-kurangnya salah satu syarat di bawah ini.

a) Dalam keadaan sudah tua atau rusak berat sehingga tidak dapat diperbaiki atau dipergunakan lagi.

(27)

c) Secara teknis dan ekonomis kegunaannya tidak seimbang dengan besarnya biaya pemeliharaan. d) Tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini. e) Penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang

(misalnya barang kimia).

f) Barang yang berlebih jika disimpang lebih lama akan bertambah rusak dan tak terpakai lagi.

g) Dicuri, terbakar, musnah sebagai akibat bencana alam.

2.4 Kerangka Pikir Penelitian

(28)

prasarana PJOK. Berikut ini disajikan gambar kerangka berpikir dalam penelitian ini.

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

2.5 Kajian Riset Terdahulu

1. Penelitian Tri Ani Hastuti (2010) berjudul “Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Kecamatan Depok, Sleman”. Hasil penelitian ini adalah bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan jasmani di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Depok Sleman termasuk pada kategori kurang b Temuan ini member

kekurangan atau kelemahan

dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan jasmani dan dapat diambil langkah yang tepat untuk menangani

permasalahan-Berikut ini disajikan gambar kerangka berpikir dalam penelitian ini.

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Kajian Riset Terdahulu

Penelitian Tri Ani Hastuti (2010) berjudul “Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Kecamatan Depok, Sleman”. Hasil penelitian ini adalah bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan jasmani di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Depok Sleman termasuk pada kategori kurang baik. Temuan ini memberi informasi mengetahui kekurangan atau kelemahan-kelemahan dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan jasmani dan dapat diambil langkah yang tepat untuk menangani -permasalahan yang ada. Proses dan keberadaan sarana dan

Tujuan Pembelajaran

(29)

prasarana dalam pembelajaran pendidikan jasmani benar-benar dapat dioptimalkan sehingga dapat berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal juga.Peneliti menyarankan untuk meningkatkan sumber daya Kepala Sekolah dan guru pendidikan jasmani sehingga mampu bekerjasama dengan seluruh komponen sekolah dalam melakukan manajemen sarana dan prasarana pendidikan jasmani.

(30)

pembelajaran. Dimensi sarana prasarana olahraga meliputi perencanaan kebutuhan sarana prasarana olahraga, pengadaan sarana prasarana olahraga, pemilihan dan perawatan sarana olahraga, penghapusan sarana prasarana. Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan secara kontinu dan secaraberkala sesuai dengan jenis sarana dan prasarana pendidikan yang ada. Kreativitas guru penjas merupakan kemampuan guru dalam membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang adalam dalam pembelajaran penjasorkes serta kemampuan akan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah yang berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas itu sendiri baik dalam menjalankan proses belajar mengajar, merencanakan proses belajar mengajar. 3. Penelitian Santoso (2014) yang berjudul

(31)
(32)

Gambar

Tabel 2. 1 Fungsi Manajemen
Gambar 2.2 Kerangka BerpikirGambar 2.2 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Dari latar belakang tersebut di peroleh rumusan masalah (1) karakter sosial budaya apa saja yang menetap dan mempengaruhi corak belajarnya?, (2) model

Penelitian terdahulu menyatakan bahwa gen maspin dapat mengalami perubahan epi- genetik maupun mutasi, yang dapat terjadi pada asam amino maspin, RSL dan G-helix maspin,

Empat studi kasus sebagai contoh materi ajar yang mengeksploitasi peran analogi yang akan dibahas dalam artikel ini antara lain: (1) analogi antara gaya gravitasi dengan

Computer (internet on line)/Bahasa dan multi media (1 siswa 1 unit computer).

Berdasarkan berbagai data yang telah diperoleh dari tindakan yang dilaksanakan dalam siklus I dan siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui metode

Jika masih membutuhkan penambahan referensi maka anda dapat melakukan permintaan penambahan data tempat lahir dengan mengklik link tombol HelpDesk SSCASN 2019 pada menu Lokasi

1) Studi klinis yang diidentifikasi dalam tinjauan literatur difokuskan pada penerapan gas ozon dalam pengelolaan lesi karies oklusal dan akar primer. Meskipun ada bukti bagus

[r]