Mata Kuliah Manajemen SDM, Kelas Karyawan S1 Unsada, 23Desember 2017
N
N
MSDM
Yunus Triyonggo, 2014 (PMSM Indonesia)
Indonesia HR Profession
Competency Model
Motivasi &
Hubungan industrial merupakan hubungan formal yang
“ Industrial relations deal with either the relationships between the state and
employers’ and the workers’ organization and the relation between the occupational organizations themselves.”
International Labor Organization (ILO)
Hubungan Industrial Pancasila adalah hubungan antara para pelaku
Industrial Relations encompasses ‘the processes of regulation and control over workplace relations, the organisation of
tasks, and the relations between employers and their representatives, and employees and their representatives, and is the sum of economic, social and political interactions in workplaces where employees provide
manual and mental labour in exchange for rewards allotted by employers, as well as the institutions established for the purpose
of governing workplace relations’ (Gospel &
Pluralistic
Input Conversion Output
Conflict
Approaches to organisations
Approaches to industrial relations
Social Action
Wider approaches to industrial relations
Assumptions about workplace relations
- management and employees share common interest - one source of legitimate authority (management)
Assumptions about workplace conflict
- inevitable, aberration, destructive, to be avoided
- caused by poor management, dissidents, agitators or poor communication
Assumptions about trade unions
- a competing and illegitimate source of authority - an unwarranted intrusion in the workplace
- create conflict where none would otherwise exist
Assumptions about collective bargaining
- creates and institutionalizes unnecessary divisions of interest - serves to generate workplace conflict rather than resolve it
Assumptions about workplace relations
- managers and employees have different objectives - multiple sources of legitimate authority
Assumptions about workplace conflict
- inevitable, caused by different opinions and values, benefit to an organization
- avoid by accepting trade unions, include in decision-making
Assumptions about the workplace role of trade unions
- not the cause of conflict
- are expression of diverse workplace interests that always exist - a legitimate part of workplace relations
Assumptions about the role of collective bargaining
- deals with problems on a collective basis
- most efficient means for institutionalising employment rules
- fairer outcomes by balancing employee and management power
Assumptions about workplace relations
- reflects a wider class conflict between capital and labour
- reflects coercion of working class into dominant capitalist values
Assumptions about workplace conflict
- inevitable: capital seeks to reduce costs, workers seek fairer price for labour
- will only cease by revolutionary change in distribution of property and wealth
Assumptions about trade unions
- should raise revolutionary consciousness of workers
- should not limit action to improving material lot of workers
- union leaders who accommodate management betray the workers
Assumptions about collective bargaining
- merely offers temporary accommodations - leaves important managerial powers in tact
Systems Theory
Key proponent: Dunlop
Frame of reference: Pluralist
Focus: a general theory of industrial relations Reference to industrial relations: Explicit
Theory: industrial relations is a sub-system of wider society with four elements: 1) Actors: employers, employees, their representatives, government
agencies
2) Environmental contexts: technology, market, budgets, distribution of power
3) Procedural and substantive rules governing the actors
4) Binding ideology, common beliefs encouraging actors to compromise
Strategic Choice Theory
Key proponents: Kochan, Katz and McKersie
Frame of reference: Pluralist
Focus: a general theory of industrial relations
Reference to industrial relations: Explicit
Theory: emphasises the strategic choice of actors in deciding industrial relations outcomes, as influenced by:
(i) declining union membership
(ii) breakdown of collective bargaining frameworks (iii) retreating government intervention
Menciptakan kemitraan, mengembangkan usaha, memperluas lapangan kerja, dan memberikan
kesejahteraan pekerja/buruh secara terbuka, demokratis dan berkeadilan.
Menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, pengawasan dan
penindakan terhadap pelanggarnya
Menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi
kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan keterampilan, dan keahliaanya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya.
Hubungan Industrial yang serasi, aman, dan
Hubungan Industrial yang
serasi, aman, dan harmonis
Meningkatkan produksi dan produktivitas kerja
Perusahaan akan dapat tumbuh dan
berkembang
Kesejahteraan pekerja dapat
Mengembangkan
“trust”
antara
buruh/Pekerja & Manajemen
Memelihara
“Industrial Peace”
Umpan balik yang kontinyu &
monitoring
Pendekatan yang profesional
Eksistensi Serikat
Hubungan Industrial yang
harmonis
Kompeten dalam
memahami landasan
hukum dalam
5 Tahun 2014
: Aparatur Sipil Negara
24 Tahun 2011
: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
39 Tahun 2004
: Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia di Luar Negeri
2 Tahun 2004
: Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial
13 Tahun 2003
: Ketenagakerjaan
21 Tahun 2000
: Serikat Pekerja/Serikat Buruh
3 Tahun 1992
: Jaminan Sosial Tenaga Kerja
4 Tahun 2015 Pelaksanaan Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri
4 Tahun 2013 : Tata Cara Pelaksanaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri oleh Pemerintah
3 Tahun 2013: Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
97 Tahun 2012: Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Ijin Mempekerjakan Tenaga Asing
53 Tahun 2012: Perubahan Kedelapan atas PP No. 14 Tahun 1993
tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
50 Tahun 2012: Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perpres no. 72 tahun 2014: Penggunaan Tenaga Kerja Asing Serta Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Tenaga Kerja Pendamping
Perpres no. 111 tahun 2013: Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan
Perpres no. 12 tahun 2013: Jaminan Kesehatan
Perpres no. 64 Tahun 2011: Pemeriksaan Kesehatan dan Psikologi Calon Tenaga Kerja Indonesia
Perpres no. 21 Tahun 2010: Pengawasan Ketenagakerjaan
Instruksi Presiden no. 06 Tahun 2006 tentang Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
Perpres no. 50 Tahun 2005 tentang Lembaga Produktivitas Nasional [Pelaksanaan Psl 30 (3) UU No 13 Tahun 2003 ]
Permenakertrans no. 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Listrik Di Tempat Kerja
Permenakertrans no. 3 Tahun 2015 tentang Standar Operasional
Prosedur Penerbitan Perizinan Penggunaan Tenaga Kerja Asing Dalam Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Badan Koordinasi Penanaman Modal
Permenakertrans no. 2 Tahun 2015 tentang Perlindungan Pekerja
RumahTangga
Permenakertrans no. 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembuatan Dan
Pengesahan Peraturan Perusahaan Serta Pembuatan Dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama
Permenakertrans no. 27 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Permenakertrans no. 12 Tahun 2013 tentang Penggunaan Tenaga Kerja
Asing
Permenakertrans no. 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum
Permenakertrans no. 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat penyerahan
sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain (Outsourcing)
Permenakertrans no. 13 Tahun 2012 tentang Komponen dan Pelaksanaan
Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak
KepMenakertrans no. KEP-48/MEN/MEN/IV/2004 tentang Tata Cara
Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama
KepMenakertrans no. KEP-20/MEN/III/2004: Tata Cara Memperoleh Ijin
Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing
KepMenakertrans no. KEP-15A/MEN/1994 tentang Petunjuk
Pemeliharaan
Kesempatan memperoleh pendidikan dan pelatihan tambahan, penilaian prestasi kerja yang adil, rasional dan obyektif, sistem imbalan dan berbagai faktor lainnya
Otonomi untuk bertindak, terdapat variasi, memberikan sumbangan penting dalam keberhasilan organisasi dan karyawan
memperoleh umpan balik tentang hasil pekerjaan yang dilakukannya, dapat diterimanya sebagai anggota kelompok kerja dan oleh organisasi, serta situasi lingkungan yang
Pelaksanaan Hubungan
Industrial Pancasila yang
1.
Lembaga Kerjasama Bipartit dan Tripartit
2.
Kesepakatan Kerja Bersama
3.
Kelembagaan Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial.
Pengelolaan Serikat
Buruh/Pekerja dalam
Menurut undang-undang No.13 tahun 2003 mengenai
ketenagakerjaan dan undang-undang No.21 tahun 2000
mendefinisikan serikat pekerja sebagai sebuah organisasi
yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/buruh baik
diperusahaan maupun diluar perusahaan, yang bersifat
bebas terbuka, mandiri demokrasi dan bertanggung jawab
guna memperjuangkan, membela, serta melindungi hak dan
kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan
kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.
Tujuan:
Memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
Kompensasi
Sistem upah dua tingkat
Keselamatan kerja
Sikap Manajemen
Saluran sosial
Agar suara mereka di dengar
Menyediakan kesempatan untuk kepemimpinan
Peranan pemerintah dalam
mengatasi permasalahan
a)
Menetapkan berbagai peraturan perundang-undangan
tentang hubungan industrial dalam negara yang
bersangkutan dan cara-cara penyelesaiannya dalam hal
hubungan industrial itu terganggu
b)
Mengawasi pelaksaan berbagai peraturan
perundang-undangan tersebut
c)
Mencegah timbulnya perselisihan perburuhan
Penyelesaian
permasalahan
Sikap dari Manajemen yang kurang menghargai pekerja
Penetapan upah yang kurang memadai atau struktur upah yang tidak benar
Ketidakdisiplinan
Kondisi kerja yang tidak sehat
Kurangnya keterampilan hubungan manusia pada bagian dari pengawas dan manajer
Keinginan pekerja untuk bonus yang lebih tinggi, upah atau tunjangan harian
Fasilitas kesejahteraan yang tidak memadai
Sengketa atas berbagi keuntungan produktivitas
Penghematan, pemecatan dan penutupan oleh manajemen
Pemogokan oleh pekerja
Saingan antar-serikat
Penyelesaian Sengketa Buruh Melalui Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia. Undang-undang Hak Asasi Manusia No.39
Tahun 1999 memberi peluang bagi Buruh dan Tenaga Kerja
dalam menyelesaikan sengketa buruh.
Penyelesaian Sengketa Buruh Di Luar Pengadilan
Penyelesaian perselisihan Hubungan Industrial dalam
Undang-undang No.2 Tahun 2004 memungkinkan
penyelesaian sengketa buruh/Tenaga Kerja diluar pengadilan
Tidak ada pemogokan atau Lockout tanpa pemberitahuan sebelumnya
Tidak ada tindakan unilateral sehubungan dengan masalah Hubungan Industrial
Karyawan tidak boleh
menggunakan taktik melambatkan proses produksi (slow down)
Tidak ada kerusakan yang
disengaja di pabrik atau terhadap property
Penetapan pelanggaran, atau
intimidasi tidak boleh dipaksakan
Sarana yang ada untuk
penyelesaian perselisihan harus dimanfaatkan
Menjaga perdamaian dan ketertiban di
industri
Promosikan kritik konstruktif pada semua
tingkat manajemen dan pekerjaan
Hindari penghentian kerja di industri
Mengamankan penyelesaian sengketa
dan keluhan dengan prosedur yang
disepakati bersama
Menghindari litigasi
Memfasilitasi pertumbuhan bebas dari
serikat Pekerja
Menghapuskan segala bentuk
pemaksaan, intimidasi dan pelanggaran
aturan dan peraturan yang mengatur
hubungan industrial
DIMENSI INDUSTRIAL RELATIONS EMPLOYEE RELATIONS Kontrak Psikologis Kepatuhan/Compliance Komitmen
Referensi Perilaku Norms, Customs,
Practices Values, Mission
Relasi Low trust, pluralist, Collective
High Trust, Unitarist, Individual
Rancangan Organisasi
Formal Roles, Hierarchy, Division of labor, Managerial Control
Flexible roles, flat structure, teamwork and
autonomy, self control