• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN MEDIA KOROSIF TERHADAP LAJU DAN JENIS KOROSI PADA PIPA BESI COR KELABU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KAJIAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN MEDIA KOROSIF TERHADAP LAJU DAN JENIS KOROSI PADA PIPA BESI COR KELABU"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SENTRA II -77

KAJIAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN MEDIA KOROSIF

TERHADAP LAJU DAN JENIS KOROSI PADA PIPA BESI

COR KELABU

Windarta1, Munzir Qadri1, Ratna Dewi Nur’aini 2

1. Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jakarta 2. Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jakarta

Kontak Person:

Windarta

Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih Tengah 27

Jakarta Pusat, 10510 E-mail: windarta@ftumj.ac.id

Abstrak

Penggunaan pipa besi cor kelabu dalam jaringan air minum telah lama dikenal karena mempunyai sifat tahan korosi dan umur pakai yang lama. Adakalanya sifat tahan korosi dari pipa besi cor kelabu menurun karena berbagai kandungan unsur media korosif dalam air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju korosi besi cor kelabu akibat pengaruh kecepatan aliran media korosif air ledeng, larutan asam klorida dan larutan kapur dengan berbagai kecepatan dan untuk mengetahui lingkungan yang paling korosif besi cor kelabu. Penelitian dilakukan dengan merendam specimen korosi dalam media korosif air ledeng, larutan asam klorida 1 %, dan larutan kapur 5 % dengan berbagai kecepatan aliran sesuai standar pengujian korosi ASTM G1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media larutan asam klorida 1 % merupakan media paling korosif sedangkan larutan kapur 5 % merupakan media paling tidak korosif. Jenis korosi yang terjadi adalah korosi erosi.

Kata kunci: pipa besi cor kelabu, kecepatan aliran, media korosif, laju korosi, korosi pipa air minum.

Pendahuluan

Salah satu logam yang banyak digunakan oleh manusia untuk keperluan industri dan rekayasa adalah besi cor kelabu [1]. Beberapa contoh penggunaan besi cor kelabu antara lain dalam komponen otomotif, sudu untuk turbin, poros engkol, blok mesin dan lain sebagainya. Penggunaan besi cor kelabu secara luas banyak dipicu dari keuntungan penggunaannya. Perkembangan teknologi dewasa ini menuntut penggunaan suatu bahanharus memiliki kualifikasi tertentu misalnya: tahan aus, tahan panas, dan tahan korosi. Banyak usaha dilakukan untuk memperbaiki ketahanan korosi suatu bahan.Namun adakalanya bahan yang tahan korosi juga dapat terserang korosi karena logam terserang akibat gerak relatif antara elektrolit dan permukaan logam.

Penggunaan pipa besi cor kelabu dalam jaringan air minum telah lama dikenal karena

mempunyai sifat tahan korosi dan umur pakai yang lama [2]–[6]. Beberapa peneliti [2]–[6] telah

mengemukakan pengaruh berbagai kondisi terhadap laju korosi pada pipa air minum besi cor. Lacalle dan kawan-kawan [3] telah menyelidiki pengaruh tekanan terhadap umur pakai besi cor kelabu, sementara Li dan Mahmodian [4] menyelidiki pengaruh penggunaan pipa besi cor yang ditanam dalam tanah. Peneliti lain [5] menyelidiki pengaruh bakteri terhadap laju korosi pada pipa besi cor. Sementara itu pengaruh sulfat dan air laut dilakukan oleh Yang dan kolega [6] serta Liang dan kawan-kawan[2]. Berbagai Penelitian di atas melakukan penyelidikan pengaruh media korosif antara lain air laut dan sulfat, tetapi belum mewakili semua media korosif seperti lingkungan asam, lingkungan netral dan lingkungan basa. Penyelidikan terhadap kecepatan aliran dari media korosif ini juga belum banyak dilakukan.

Penelitan tentang korosi pipa air minum juga telah dilakukan Peneliti lain[7]–[10] yang telah

(2)

II -78 SENTRA

korosi pada pipa besi cor pada kondisi tertentu. Penyelidikan yang telah dilakukan masih terbatas pada penyelidikan pipa besi cor pada kondisi tertentu, belum mencakup kondisi yang lebih luas.Sehingga penelitian yang mewakili kondisi asam, netral dan kondisi basa perlu dilakukan.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk a) mengetahui laju korosi besi cor kelabu akibat pengaruh kecepatan aliran media korosif air ledeng, larutan asam klorida 1 % dan larutan kapur 5 % dengan kecepatan 0,1 m/s, 0,2 m/s, 0,3 m/s, 0,4 m/s dan 0,5 m/s; b) mengetahui jenis korosi dan derajat kerusakan akibat korosi pada besi cor kelabu akibat kecepatan aliran media korosif; c) mengetahui lingkungan yang paling korosif besi cor kelabu.

Metode Penelitian

1. Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah besi cor kelabu dengan kandungan karbon 3 % yang dibentuk menjadi kotak dengan ukuran 20 mm x 10 mm x 3 mm sebanyak 45 buah. Agar diperoleh permukaan yang lebih halus dan homogen, maka permukaan besi cor kelabu digosok dengan kertas abrasif bernomor 160, 400, 800 dan 1200.Selanjutnya dibersihkan dengan alkohol.

2. Jalan Penelitian

Sampel yang telah telah dibersihkan ditimbang untuk mendapatkan massa awal selanjutnya ditempatkan pada wadah (Gambar 1). Dalam wadah tersebut kemudian dialirkan media korosif air ledeng, larutan asam klorida 1 %, dan larutan kapur 5 % dengan kecepatan aliran 0,1 m/s selama 72 jam, 144 jam, 216 jam, 288 jam dan 360 jam. Pemilihan jenis media korosif ini dianggap mewakili kondisi netral pada umumnya, kondisi asam dan kondisi basa.Setelah waktu yang ditentukan selesai kemudian spesimen di bersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kotoran yang masih melekat. Selanjutnya spesimen ditimbang dengan neraca untuk mengetahui penurunan massa dari spesimen. Sehingga laju korosi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (1). Penelitian berikutnya dengan spesimen lain dengan kecepatan 0,2 m/s, 0,3 m/s, 0,4 m/s, dan 0,5 m/s.

Gambar 1. Skema susunan alat pengujian[1]

Laju korosi dihitung dengan meggunakan persamaan:

(mpy) (1)

Dimana: W = berat yang hilang ( mg )

D = massa jenis besi cor kelabu (g/cm3 )

A = luas penampang sampel (in2)

T = waktu (jam)

3. Analisa Data

Langkah penentuan laju korosi dilakukan dengan menggunakan persamaan (1).Data diambil dengan menggunakan standar ASTM G1.Selanjutnya data hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan analisa varian satu arah.Analisa varian satu arah digunakan untuk pengujian perbedaan antara banyak sampel dan rata-rata sampel serta subyek-subyek penelitian ditentukan secara acak.Data

Tanki air pengumpan

Tanki air penampung Pompa air

peristaltik

Tempat untuk kupon

spesimen

(3)

SENTRA II -79

ditolak jika diluar standar deviasi dari nilai rata-rata tiap grup.Selanjutnya dari data laju korosi dan kecepatan aliran media korosif dibuat grafik untuk mempermudah pembacaan.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Laju Korosi yang Terjadi pada Pipa Besi Cor Kelabu

Hasilperhitungan laju korosi pipa besi cor kelabu terhadap media korosif air ledeng, larutan asam klorida 1 % dan larutan kapur 5% dengan variasi kecepatan aliran 0.1 m/s dan 0.2 m/s dengan mengunakan rumus (1), disajikan dalam gambar 2 dan gambar 3.

Gambar 2 menunjukkan bahwa laju korosi meningkat seiring peningkatan waktu perendaman dalam media korosif.Media korosif larutan asam klorida 1 % merupakan media paling korosif, sedangkan media air ledeng merupakan media paling tidak korosif. Hal ini terjadi karena media korosif larutan asam klorida 1 % bersifat asam sehingga pipa besi cor kelabu sangat mudah terkorosi. Lingkungan asam akan memudahkan terjadinya reaksi elektrokimia.

W a k tu , ja m

Gambar 2. Grafik laju korosi pipa besi cor kelabu terhadap variasi kecepatan aliran 0.1 m/s media air ledeng, larutan asam klorida 1 % dan larutan kapur 5%.

W a k tu , ja m

Gambar 3. Grafik laju korosi besi cor kelabu terhadap variasi kecepatan aliran 0.2 m/s media air sumur, air laut dan larutan kapur 5%.

Gambar 3 menunjukkan bahwa laju korosi meningkat secara linier seiring peningkatan waktu perendaman dalam media korosif. Media korosif larutan asam klorida 1 % merupakan media paling korosif, sedangkan media air ledeng merupakan media paling tidak korosif.

(4)

II -80 SENTRA

korosif, sedangkan media larutan kapur 5 % merupakan media paling tidak korosif. Hal ini terjadi karena media korosif larutan kapur 5 % bersifat basayang akan bereaksi dengan pipa besi cor kelabu tertutup oleh lapisan endapan kapur sehingga menghambat terjadinya korosi. Hal ini berakibat laju korosi pada kondisi ini paling rendah dibandingkan media korosif yang lain.

W a k tu , ja m

Gambar 4. Grafik laju korosi pipa besi cor kelabu terhadap variasi kecepatan aliran 0.3 m/s media air sumur, air laut dan larutan kapur 5%.

Hasil perhitungan laju korosi pipa besi cor kelabu terhadap media korosif air ledeng, larutan asam klorida 1 % dan larutan kapur 5% dengan variasi kecepatan aliran 0.4 m/s, disajikan dalam gambar 5.Gambar 5 menunjukkan bahwa laju korosi meningkat seiring peningkatan waktu perendaman dalam media korosif. Media korosif larutan asam klorida 1 % merupakan media paling korosif, sedangkan media air ledeng dan media korosif larutan kapur 5 % mempunyai nilai laju korosi yang hampir sama. Hal ini terjadi karena media korosif air ledeng dan larutan kapur 5 % dengan kecepatan 0,4 m/s lebih didominasi korosi erosi. Jenis korosi ini terjadi akibat kecepatan aliran media korosif yang cukup besar.

Gambar 5. Grafik laju korosi pipa besi cor kelabu terhadap variasi kecepatan aliran 0.4 m/s media air sumur, air laut dan larutan kapur 5%.

(5)

SENTRA II -81

dengan kecepatan 0,5 m/s lebih didominasi korosi erosi. Jenis korosi ini terjadi akibat kecepatan aliran media korosif yang cukup besar.

W a k tu , ja m

Gambar 6. Grafik laju korosi pipa besi cor kelabu terhadap variasi kecepatan aliran 0.5 m/s media air sumur, air laut dan larutan kapur 5%.

2. Jenis Korosi yang Terjadi pada Pipa Besi Cor Kelabu

Bonds dan kawan-kawan[14] menyatakan kerusakan permukaan metal yang di sebabkan oleh aliran fluida yang sangat cepat adalah jenis korosi erosi. Dengan rusaknya permukaan logam, rusak pula filem pelindung sehinga mempermudahkan terjadinya korosi. Proses korosi erosi dapat dipercepat oleh kandungan partikel padat yang terkandung dalam fluida yang mengalir tersebut, atau adanya

gelembung – gelembung gas. Korosi erosi dapat pula terjadi kepada permukaan yang bergerak cepat,

sementara fluida di sekitarnya mengandung partikel – partikel padat.

Pengaruh yang dihasilkan korosi erosi terjadi akibat ketergantungan erosi terhadap waktu. Pada permukaan logam yang halus laju korosi lambat, tetapi akan semakin cepat apa bila permukaanya semakin kasar. Apa bila kekasaran permukaan logam telah mencapai kedalaman tertentu, lapisan air akan menempel kepermukaan atau terperangkap didalam permukaan logam yang kasar tersebut. Ini akan mengurangi laju korosi erosi yang akan ditimbulkan oleh aliran selanjutnya. Sebagai akibatnya, laju korosi akan menurun setelah laju maksimum tercapai.

Kesimpulan

Dari analisa data-data hasil penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Media air laut merupakan media paling korosif sedangkan air kapur merupakan media

paling tidak korosif.

2. Jenis korosi yang terjadi adalah korosi erosi pada kecepatan yang tinggi.

3. Pada saat korosi sedang berlangsung terdapat daerah pasivasi. Yaitu daerah dimana laju

korosi mengalami penurunan. Sesudah itu bila laju korosi meningkat lagi maka daerah ini disebut daerah transpasivasi.

Referensi

[1] J. Liang, A. Deng, R. J. Xie, M. Gomez, J. Y. Hu, J. F. Zhang, C. Nam, and A. Adin, “Impact of fl ow rate on corrosion of cast iron and quality of re-mineralized seawater reverse osmosis ( SWRO )

membrane product water,” Desalination, vol. 322, pp. 76–83, 2013.

[2] J. Liang, A. Deng, R. J. Xie, M. Gomez, J. Y. Hu, J. F. Zhang, C. Nam, and A. Adin, “Impact of seawater reverse osmosis ( SWRO ) product remineralization on the corrosion rate of water

distribution pipeline materials,” Desalination, vol. 311, pp. 54–61, 2013.

[3] R. Lacalle, S. Cicero, V. Madrazo, R. Cicero, and J. A. Álvarez, “Analysis of the failure of a cast

iron pipe during its pressure test,” Eng. Fail. Anal., vol. 31, pp. 168–178, 2013.

[4] C. Q. Li and M. Mahmoodian, “Risk based service life prediction of underground cast iron pipes

(6)

II -82 SENTRA

[5] H. B. Wang, C. Hu, L. L. Zhang, X. X. Li, Y. Zhang, and M. Yang, “Effects of microbial redox

cycling of iron on cast iron pipe corrosion in drinking water distribution systems,” Water Res., vol.

65, pp. 362–370, 2014.

[6] F. Yang, B. Y. Shi, Y. H. Bai, H. F. Sun, D. A. Lytle, and D. S. Wang, “Effect of sulfate on the

transformation of corrosion scale composition and bacterial community in cast iron water

distribution pipes,” Water Res., vol. 59, pp. 46–57, 2014.

[7] I. S. Cole and D. Marney, “The science of pipe corrosion : A review of the literature on the

corrosion of ferrous metals in soils,” Corros. Sci., vol. 56, pp. 5–16, 2012.

[8] S. Y. Li and Y. G. Kim, “Numerical Modeling of Stray Current Corrosion of Ductile Iron Pipe

Induced by Foreign Cathodic Protection System,” Metall. Mater. Int., vol. 19, no. 4, pp. 717–729,

2013.

[9] L. S. Mcneill and M. Edwards, “The Importance of Temperature in Assessing Iron Pipe Corrosion

in Water Distribution Systems,” Environ. Monit. Assess., vol. 77, pp. 229–242, 2002.

[10] J. C. Rushing, L. S. Mcneill, and M. Edwards, “Some effects of aqueous silica on the corrosion of

iron,” Water Res., vol. 37, pp. 1080–1090, 2003.

[11] C. Volk, E. Dundore, J. Schiermann, and M. Lechevallier, “Practical Evaluation of Iron Corrosion

Control in a Drinking Water Distribution System,” Water Res., vol. 34, no. 6, pp. 1967–1974,

2000.

[12] B. Valdez, M. Schorr, R. Zlatev, M. Carrillo, M. Stoytcheva, L. Alvarez, A. Eliezer, and N.

Rosas, “Corrosion Control in Industry,” in Environmental and Industrial Corrosion-Practical and Theoretical Aspect, 2012, pp. 19–54.

[13] N. Fu, X. H. Tang, D. Y. Li, L. Parent, and H. Tian, “In situ investigation of local corrosion at

interphase boundary under an electrochemical-atomic force microscope,” J. Solid State

Electrochem, vol. 19, pp. 337–344, 2015.

[14] [R. W. Bonds, L. M. Barnard, A. M. Horton, and G. L. Oliver, “Corrosion and corrosion control

Gambar

Gambar 1. Skema susunan alat pengujian[1]
Gambar 2.  Grafik laju korosi pipa besi cor kelabu terhadap variasi kecepatan aliran 0.1 m/s media air ledeng, larutan asam klorida 1 % dan larutan kapur 5%
Gambar 4. Grafik laju korosi pipa besi cor kelabu terhadap variasi kecepatan aliran 0.3 m/s media air  sumur, air laut dan larutan kapur 5%
Gambar 6. Grafik laju korosi pipa besi cor kelabu terhadap variasi kecepatan aliran 0.5 m/s media air  sumur, air laut dan larutan kapur 5%

Referensi

Dokumen terkait

PROSES DYEING TERHADAP KETEBALAN LAPISAN DAN LAJU KOROSI PADA KUNINGAN COR YANG DI ANODIZING..

TM, FT, UNNES “Pengaruh Variasi Suhu Post Weld Heat Treatment Annealing Terhadap Sifat Mekanis Material Besi Cor Kelabu Yang Disambung Dengan Metode Pengelasan Shielded Metal Arc

Dari hasil pengujian foto mikro, lapisan besi cor kelabu menggunakan kaca bekas dengan waktu perendaman 10 jam, 20 jam dan 30 jam pada cairan HCL dengan jenis amplas

Laju korosi pada pipa dengan sudut bending (elbow) dipengaruhi oleh tensile (tarik) dan compress (tekan) yang terjadi pada pipa ketika proses penekukan. Ini

Pengaruh Variasi Konsentrasi Ekstrak Kopi Terhadap Laju Korosi Pipa Baja Karbon A53 pada Media Air Laut ; Dani Eka Anggraita Sari., 101910101025 : 75 Halaman: Program

Laju korosi pada pipa dengan sudut bending (elbow) dipengaruhi oleh tensile (tarik) dan compress (tekan) yang terjadi pada pipa ketika proses penekukan. Ini

Laju korosi spesimen elektroplating nikel pada baja karbon rendah dalam larutan korosif HCl 3,5% pada waktu pelapisan 30 menit memiliki ketahanan korosi yang paling tinggi

 Bagaimana pengaruh variasi air laut yaitu air laut di Gresik, air laut di Lamongan, dan air laut di Sidoarjo terhadap laju korosi yang terjadi pada baja karbon