• Tidak ada hasil yang ditemukan

FRAKTUR MAKSILA POWER POINT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FRAKTUR MAKSILA POWER POINT"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

FRAKTUR MAKSILA

(2)

DEFINISI

DEFINISI

Fraktur adalah hilangnya atau putusnya kontinuitas jaringan keras tubuh. Fraktur maksilofasial adalah fraktur yang terjadi pada tulang-tulang wajah yaitu tulang nasoorbitoethmoid, temporal, zygomatikomaksila, nasal, maksila, dan juga mandibula

Fraktur maksila sendiri sebagai bagian dari trauma maxillofacial

(3)
(4)
(5)

Berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh Rene Le Fort, terdapat tiga pola fraktur maksila, yaitu Le Fort I, II, dan III. Selain fraktur Le Fort, terdapat pula fraktur alveolar, dan vertikal atau sagital maupun parasagital.

Fraktur Le Port I,II,& III

(6)

Fraktur Le Fort I dikenal juga dengan fraktur Guerin yang terjadi di atas level gigi yang menyentuh palatum, meliputi keseluruhan prosesus alveolar dari maksila, kubah palatum, dan prosesus pterigoid dalam blok tunggal. Fraktur membentang secara horizontal menyeberangi basis sinus maksila. Dengan demikian buttress maksilari transversal bawah akan bergeser terhadap tulang wajah lainnya maupun kranium.

1. Fraktur Le

Fort I

(7)

Fraktur Le Fort II merupakam fraktur yang melalui tulang nasal dan prosesus maksilaris frontal. Pukulan pada maksila atas atau pukulan yang berasal dari arah frontal menimbulkan fraktur dengan segmen maksilari sentral yang berbentuk piramida. Karena sutura zygomaticomaxillary dan frontomaxillary (buttress) mengalami fraktur maka keseluruhan maksila akan bergeser terhadap basis kranium.

(8)

3. Fraktur Le Fort III 3. Fraktur Le Fort III

Pada fraktur ini, maksila, tulang nasal, dan zigoma terpisah dari perlekatan kranialnya, yakni terjadi disfungsi kraniofasial. Fraktur jenis ini biasanya berkaitan dengan fraktur wajah tambahan. Selain pada pterygomaxillary buttress, fraktur terjadi pada zygomatic arch berjalan ke sutura

(9)

d). Fraktur Alveolar

Bagian dentoalveolar dari maksila dapat mengalami

fraktur akibat pukulan langsung maupun secara

tidak tidak langsung pada mandibula. Sebagian dari

prosesus alveolar dapat mengalami fraktur.

e). Fraktur Maksila Sagital atau Vertikal

(10)

ETIOLOGI FRAKTUR MAKSILA ETIOLOGI FRAKTUR MAKSILA

(11)

Tanda-tanda fraktur yang

pasti :

1. Dislokasi,

2. Pergerakan yang tidak

normal dari hidung

3. Krepitasi

4. Tampak fragmen

patahan dari tulang.

Tanda-tanda fraktur yang

tidak pasti:

Tanda-tanda atau gejala fraktur yang dapat dibedakan menjadi tanda fraktur yang pasti (definitif) dan tanda yang tidak pasti :

(12)

1. Anamnesis.

2. Inspeksi

3. Palpasi.

4. Manipulasi Digital.

 

5. Cerebrospinal Rhinorrhea

atau

Otorrhea

.

6. Maloklusi Gigi

7. Pemeriksaan Radiologi.

(13)

PENATALAKSANAAN

PENATALAKSANAAN

Reposisi

Reposisi

Imobilisasi

Imobilisasi

/ Retensi

/ Retensi

Fiksasi

Fiksasi

Mobilisasi

Mobilisasi

(14)

Penatalaksanaan pada fraktur maksila meliputi penegakan airway, kontrol

pendarahan, penutupan luka pada soft tissue, dan menempatkan segmen tulang yang fraktur sesuai dengan posisinya melalui fiksasi intermaksilari.

Fiksasi Maksilomandibular.

(15)

Stabilisasi Plat dan Sekrup.

Cangkok Tulang Primer. Tulang yang rusak parah atau

hilang saat fraktur harus diganti saat rekonstruksi awal. Bila Gap yang terbentuk lebih dari 5 mm maka harus digantikan dengan cangkok tulang.

Pelepasan Fiksasi Maksilomandibular. Setelah reduksi

(16)

Prognosis

Prognosis

Fiksasi intermaksilari merupakan treatment paling sederhana dan salah satu yang paling efektif pada fraktur maksila. Jika teknik ini dapat dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi fraktur, maka akan banyak deformitas wajah akibat fraktur dapat kita eliminasi

(17)

Komplikasi awal fraktur maksila dapat berupa pendarahan ekstensif serta gangguan pada jalan nafas akibat pergeseran fragmen fraktur, edema, dan pembengkakan soft tissue. . Komplikasi akhir dapat berupa kegagalan penyatuan tulang yang mengalami fraktur, penyatuan yang salah, obstruksi sistem lakrimal, anestesia/hipoestesia infraorbita, devitalisasi gigi, ketidakseimbangan otot ekstraokuler, diplopia, dan enoftalmus. Kenampakan wajah juga dapat berubah (memanjang, retrusi).

(18)

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

 

• N. Fauzi Muchlis. Insidensi Fraktur Maksilofasial Akibat Kecelakaan Lalu Lintas pada Pengendara Sepeda Motor yang Dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan. (Skripsi). Medan: FKG USU, Dept. Ilmu Bedah Mulut;2010. • Fraioli Rebecca E, MD,et al. Facial Fractures: Beyond Le Fort. Otolaryngol

Clin N Am. 2008; 41:51-76.

• Hopper Richard A, MD, et al. Diagnosis of Midface Fractures with CT : What the Surgeon Need To Know. Radiographics. 2006; 26:783-793.

• Tiwana Paul S, et al. Maxillary Sinus Augmentation. Dent Clin N Am.2006; 50: 409-424.

• Thomas, J Regan. Facial Plastic & Reconstructive Surgery. USA: PMPH.2010; 169-173.

• Rhea James T, Novelline Robert A. How to simplify the CT diagnosis of Le fort Fractures. AJR. 2005; 184:1700-1705.

• Saleh, Edwyn. 2016. Fraktur Maksila dan Tulang Wajah Sebagai Akibat Trauma Kepala. Gunung Kidul: Seminar Handayani Dentistry Pdgi Cabang Gunung Kidul-Rsgm Umy; 18-22.

(19)

TERIMA

KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Patah tulang alveolar: Ini dapat terjadi dalam isolasi dari kekuatan rendah energi langsung atau dapat hasil dari perpanjangan garis fraktur melalui bagian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi lokasi fraktur pada tulang..

Penelitian ini mendiskripsikan pergerakan gigi dan remodeling tulang maksila regio anterior di akhir tahap III perawatan ortodontik teknik Begg maloklusi Angle klas I dengan

Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian. Patah tulang yang terjadi pada daerah ini

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai

Fraktur costa dapat terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah depan,samping ataupun dari arah belakang.Trauma yang mengenai dada biasanya akan menimbulkan trauma

Fraktur Cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang biasanya terjadi pada bagian proksimal, diafisis, atau persendian pergelangan kaki.. Pada

Fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior, hal ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot – otot gastrocnemius, biasanya fraktur