• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan Fraktur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Pendahuluan Fraktur"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN TEORITIS TINJAUAN TEORITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR  ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR 

II. . DDEEFFIINNIISSII

Fraktur merupakan kondisi patah maupun terputusnya kontinuitas jaringan tulang. ( Donna, 1999 ). Fraktur merupakan kondisi patah maupun terputusnya kontinuitas jaringan tulang. ( Donna, 1999 ). Fraktur bisa terjadi di bagian tubuh mana saja dan dialami oleh pasien di semua tingkatan usia. Fraktur bisa terjadi di bagian tubuh mana saja dan dialami oleh pasien di semua tingkatan usia. Sem

Semua ua frafraktur ktur mempmempunyaunyai i mekamekanismnisme e patofpatofisioloisiologi gi dan dan manamanajemejemen n keperkeperawatawatan an yang yang samasama walaupun pada jenis dan lokasi yang berbeda.

walaupun pada jenis dan lokasi yang berbeda.

IIII. . EETTIIOOLLOOGGII

Penyebab terjadinya fraktur yang diketahui adalah sebagai berikut : Penyebab terjadinya fraktur yang diketahui adalah sebagai berikut :

1.

1. TrTrauauma ma lalangngsusung ( ng ( didirerect ct ))

Fraktur yang disebabkan oleh adanya benturan langsung pada jaringan tulang seperti pada Fraktur yang disebabkan oleh adanya benturan langsung pada jaringan tulang seperti pada kece

kecelakaalakaan n lalu lintas, jatuh lalu lintas, jatuh dari ketinggdari ketinggian, dan ian, dan bentubenturan benda ran benda kerakeras s oleh kekuatanoleh kekuatan langsung.

langsung. 2.

2. TraTrauma uma tidtidak ak lanlangsugsung ng ( i( indindirecrect )t )

Fraktur yang bukan disebabkan oleh benturan langsung, tapi lebih disebabkan oleh adanya Fraktur yang bukan disebabkan oleh benturan langsung, tapi lebih disebabkan oleh adanya  beban

 beban yang yang berlebihan berlebihan pada pada jaringan jaringan tulang tulang atau atau otot otot , , contohnya contohnya seperti seperti padapada olahragawan / pesenam yang menggunakan hanya satu tangannya untuk menumpu beban olahragawan / pesenam yang menggunakan hanya satu tangannya untuk menumpu beban  badannya.

 badannya.

3.

3.

Trauma pathologisTrauma pathologis Fr

Fraktaktur ur yayang ng disdisebaebabkabkan n oleoleh h proproses ses penpenyayakit kit sepsepererti ti ostosteomeomielielitiitis, s, ostosteoseosarkarkomaoma,, osteomalacia, Cushing Syndrome, komplikasi kortison / ACTH, osteogenesis imperfecta osteomalacia, Cushing Syndrome, komplikasi kortison / ACTH, osteogenesis imperfecta (ggn

(ggn. . CongCongenitaenital l yang yang memmempengapengaruhi ruhi pembpembentukaentukan n osteoosteoblast)blast). . TerjTerjadi adi karekarena na strustruktur ktur  tulang yang lemah dan mudah patah.

tulang yang lemah dan mudah patah. 4.

4. TorTorsiosio, , terterjadjadi i padpada a tittitik perpuik perputartaran an dardari i loklokasi tekaasi tekanannan, , mismisalnalnya memuya memutar kaki dengtar kaki denganan sangat kuat dapat mematahkan tulang kaki.

sangat kuat dapat mematahkan tulang kaki.

II

III. I. PAPATHTHOFOFISISIOIOLOLOGIGI

Fraktur dapat diklasifikasikan dalam : Fraktur dapat diklasifikasikan dalam :

aa.. PPoolla fa frraakkttuur r   b.

 b. Lokasi fraktur Lokasi fraktur 

Ad. a.) Pola Fraktur, dapat lagi diklasifikasikan sebagai berikut : Ad. a.) Pola Fraktur, dapat lagi diklasifikasikan sebagai berikut : 1.Fraktur tertutup / simple fracture

1.Fraktur tertutup / simple fracture Mer

Merupaupakan kan frfraktaktur ur dendengan gan konkondisdisi i jarjaringingan an kulkulit it sesekitakitar r mamasih sih utuutuh, h, ataatau u tidatidak k adaada hubungan dengan dunia luar 

hubungan dengan dunia luar  2.Fraktur terbuka / compound fracture 2.Fraktur terbuka / compound fracture

Merupakan fraktur yang merusak jaringan kulit sekitar, sehingga jaringan tulang keluar dan Merupakan fraktur yang merusak jaringan kulit sekitar, sehingga jaringan tulang keluar dan terjadi hubungan dengan dunia luar.

terjadi hubungan dengan dunia luar.

Fraktur terbuka, dibagi menjadi 3 grade, yaitu : Fraktur terbuka, dibagi menjadi 3 grade, yaitu :

(2)

• Grade I

Fraktur hanya menyebabkan kerusakan / tusukan yang minimal pada jaringan sekitar. Luas luka < 1 cm dengan kontaminasi minimal.

• Grade II

Kerusakan / tusukan sudah mengenai jaringan otot. Luas luka > 1 cm dengan kontaminai sedang.

• Grade III

Kerusakan / tusukan lebih besar ( 6-8 cm ), kerusakan sudah mengenai pembuluh darah, saraf, otot dan kulit dengan kontaminasi berat.

3.Fraktur Komplit

Garis fraktur memotong sepanjang periosteum, sehingga tulang t erbelah menjadi 2 bagian. 4.Fraktur Inkomplit

Fraktur yang tidak membagi tulang menjadi 2 karena patahan hanya terjadi pada sebagian sisi tulang

5.Fraktur Comminuted

Fraktur yang membagi tulang menjadi beberapa bagian / remuk  6.Fraktur Impacted / Kompresi

Fraktur yang menekan jaringan yang ada di bawahnya, seperti pada fraktur  Servical dan fraktur vertebra.

7.Fraktur Pathologis

Biasanya terjadi karena proses penyakit, seperti keganasan 8.Fraktur Greenstick 

Merupakan fraktur yang terjadi pada sebagian fragmen tulang Ad. b.) Lokasi fraktur dapat diklasifikasikan sebagi berikut :

1. Colle’s fracture

Fraktur yang terjadi pada distal ulnaris +/- 1 cm dari permukaan sendi 2. Artilucular fracture

Fraktur pada permukaan sendi 3. Extracapsular fracture

Fraktur di dekat sendi tetapi tidak masuk ke dalam kapsul sendi 4. Intracapsular fracture

Fraktur yang terjadi di dalam kapsul sendi

5.

Epiphysieal fracture

(3)

 Pathofisiologi dari fraktur sendiri dapat digambarkan sebagai berikut : Adanya gaya yang mengenai tulang

Tidak dapat diredam oleh tulang, tendon, otot ↓

Tulang patah ↓

Periosteum, cortex, pembuluh darah, sumsum tulang, jaringan lunak terputus ↓

Perdarahan jaringan sekitar fraktur  ↓

Hematom pada canal medularis antara ujung fraktur dan bawah periosteum ↓

Sebagian jaringan mati ↓

Stimulasi respon radang

(4)

Proses penyembuhan tulang: 1. Formasi hematom

Dalam 24 jam proses penghentian perdarahan terjadi. Fibrin terbentuk untuk melindungi daerah fraktur. Kapiler baru terbentuk. Suplai darah meningkat setelah 24 jam. Daerah yang terluka diinvasi oleh makrofag yang membersihkan area, muncul peradangan, penebalan, dan nyeri. Perbaikan pada fase ini ditandai dengan penurunan nyeri dan penebalan.

2. Proliferasi sel

Proliferasi terjadi setelah 5 hari, juga terjadi diferensiasi fibrokratilago, hyaline pada daerah fraktur menjadi osteogenesis, tulang membesar, sudah mulai terbentuk jembatan fraktur. Mulai  juga terbentuk fibrin diantara clot membuat jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblas menghasilkan kolagen dan proteoglikans untuk  membentuk matrix kolagen pada tempat fraktur. Jaringan kartilago dan fibrosa berkembang. 3. Formasi procallus

Sudah terbentuk matriks dan kartilago, anatar matriks dan tulang sudah terbentuk jembatan, terjadi pada hari 6-10.

4. Ossifikasi

Terjadi kalus permanent yang kaku karena terjadi deposi garam kalsium. Pertama terjadi pada external kalus ( antara kortex dan periosteum ). Pada waktu 3-10 minggu kalus berubah menjadi tulang.

5.

Konsolidasi dan remodeling

Terbentuk tulang yang kuat akibat aktifitas osteoblast dan osteoklast. Pembentukan tulang sesuai dengan hukum Wolff’s ; struktur tulang terbentuk sesuai dengan fungsinya yaitu adanya tekanan dan tarikan. Waktu yang dibutuhkan sampai 1 tahun. Proses perkembangan  pertumbuhan tulang dimonitor dengan pemeriksaan roentgen.

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur:

• Imobilisasi fragmen tulang

• Maksimum kontak dari fragmen tulang • Suplai darah yang adekuat

•  Nutrisi yang baik 

• Hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin D, Steroid anabolic • Potensial elektrik 

(5)

Faktor yang menghambat penyembuhan tulang:

• Trauma lokasi yang luas • Bone loss

• Imobilisasi yang tidak adekuat

• Adanya jarak/jaringan antara fragmen tulang • Infeksi

• Keganasan local

• Penyakit metabolic tulang •  Nekrosis

• Usia

• Kortikosteroid

IV. KOMPLIKASI A. Komplikasi Dini

1. Acute Compartemen Syndrome ( ACS )

Compartemen merupakan suatu rongga otot inelastic yang menampung otot, pembuluh darah, dan saraf. ACS merupakan kondisi yang serius, dimana terjadi peningkatan tekanan di dalam kompartemen sebagai akibat dari bertambahnya massa, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi, manifestasi yang biasanya terjadi adalah nyeri hebat.

2. Syok hipovolemik 

Terjadi karena adanya robekan arteri atau pembuluh darah besar seperti pada fraktur femur  atau pelvic, kehilangan darah yang banyak akan mengakibatkan syok hipovelemik.

3. Fat Embolism Syndrome ( FES )

Disebabkan karena adanya pelepasan emboli lemak dari sumsum tulang kuning yang lepas ke aliran darah sistemik, biasanya terjadi pada fraktur tulang panjang atau juga multiple fracture.

Beberapa teori yang menjelaskan terjadinya FES : - Teori metabolic

Adanya trauma menyebabkan peningkatan katekolamin sehingga terjadi mobilisasi  butiran lemak, hal ini berakibat terbentuknya agregasi trombosit dan emboli lemak. - Teori mekanik  

Menjelaskan mengenai tingginya tekanan di sumsum tulang disbanding tekanan di kapiler, sehingga lemak dilepaskan secara langsung oleh tulang.

4. Tromboemboli

Deep Venous Thrombosis ( DVT ) sering terjadi pada pasien yang imobilisasi, seperti pada fraktur femur dan pelvic.

(6)

Adanya trauma pada jaringan mengganggu system pertahanan tubuh, ataupun karena  pemasangan alat-alat ortopedik. Infeksi bisa terjadi mulai dari yang superficial sampai ke

infeksi jaringan yang dalam. 6. Kerusakan arteri

Kerusakan oleh kontusio, thrombus, laserasi atau spasme. Penyebab: pemasangan gips,  pembebatan gips terlalu kuat. Tanda: pulsasi(-), bengkak, pucat, sianosis pada bagian distal

femur.

7. Cedera saraf 

Penyebab: laserasi dan edema. Tanda: parestesia, paralise, pucat, dingin pada extremitas, nyeri meningkat, perrubahan kemampuan gerak.

B. Kompilkasi Lanjut

8. Nekrosis avaskuler 

Disebut juga sebagai nekrosis aseptic atau iskemik atau juga osteonekrosis, disebabkan oleh adanya gangguan aliran darah sehingga menyebabkan kematian jaringan.

9. Delayed union, nonunion, mal union.

Delayed union terjadi bila penyembuhan fraktur lebih dari 6 bulan, nonunion diartikan sebagai gagal tersambungnya tulang yang fraktur, sedangkan malunion adalah  penyambungan yang tidak normal pada fraktur.

V. MANIFESTASI KLINIS

Secara umum manifestasi atau gejala klinis yang muncul pada fraktur adalah:

•  Nyeri • Deformitas • Functio laesa • Shortening • Krepitus

• Penebalan local/ pembengkakan • Diskolorasi

Untuk mengetahui lebih jelas tanda dan gejala klinis dari fraktur diperlukan pengkajian keperawatan yang sistematis untuk menegakkan diagnosa keperawatan dengan menggunakan format pengkajian keperawatan yang diambil dari Doenges, 2000;

1. Aktivitas / istirahat :

□ Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena 2. Sirkulasi ;

□ Hipertensi, □ takikardi, □ penurunan / taka ada nadi pada bagian distal yang cedera, □ kapilary refill lambat, □ pucat pada bagian yang terkena, □ pembengakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera

(7)

□ Hilang gerakan / sensasi, □ spasme otot, □ kebas/kesemutan, □ deformitas, □ krepitasi, □  pemendekan, □ rotasi, □ angulasi abnormal

4. Nyeri / kenyamanan :

□ Nyeri hebat./akut, □ tak ada nyeri karena kerusakan saraf, □ spasme 5. Keamanan

□ Laserasi kulit, □ perdarahan, □ perubahan warna, □ pembengkakan

6.

Penyuluhan / pembelajaran ; □ lingkungan cedera

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Sinar Rontgent : menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma

Scan tulang,CT Scan, MRI : memperlihatkan fraktur, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak   Arteriogram ; Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

 Hitung darah lengkap : Ht ↑ / ↓, leukosit ↑

 Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal

 Profil koagulasi : pada keadaan kehilangan darah banyak, transfuse multiple, atau cedera hati

VII. PENATALAKSANAAN MEDIS

Prinsip penatalaksanaan medis pada fraktur dikenal dengan istilah 4 R, yaitu : 1. Rekognisi

Mampu mengenal fraktur ( jenis, lokasi, akibat ) untuk menentukan intervensi selanjutnya. 2. Reduksi

Tindakan dengan membuat posisi tulang mendekati keadaan normal, dikenal dengan 2 jenis reduksi, yaitu :

a. Reduksi tertutup

Mengembalikan pergerakan dengan cara manual ( tertutup ) dengan tarikan untuk  menggerakkan ujung fragmen tulang.

 b. Reduksi terbuka

Pembedahan dengan tujuan memasang alat untuk mempertahankan pergerakan dengan plate, screw, pin, wire, nail.

3. Retensi

Melakukan imobilisasi, dengan pemasangan gips, imobilisasi external yang dikenal dengan Fixation External Djoko Sharov ( FEDS ), dan imobilisasi internal ( ORIF )

4. Rehabilitasi

Mengembalikan fungsi ke semula termasuk fungsi tulang, otot dan jaringan sekitarnya. Bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:

• Mempertahankan reduksi dan imobilisasi

• Elevasi untuk meminimalkan swelling, bisa dilakukan kompres dingin • Monitor status neurovaskuler (sirkulasi, nyeri, sensasi, pergerakan)

(8)

• Kontrol ansietas dan nyeri

• Latihan isometric untuk mencegah atrofi, mempertahankan sirkulasi. • Partisipasi pada kegiatan sehari-hari

• Gradual resumption of activity

Jenis-jenis tindakan /penanganan medis pada fraktur: Rest / mengistirahatkan ekstremitas

Tujuan:

• Mempercepat penyembuhan

• Meminimalkan terjadinya inflamasi, bengkak dan nyeri • Imobilisasi tulang/sendi

Traksi

Merupakan tindakan dengan memberikan suatu tarikan dengan 2 arah yang berlawanan, juga ditambahkan dengan adanya beban untuk menarik.

Tujuan:

• Mengurangi fraktur dan atau dislokasi, mempertahankan alignment

• Mengurangi spasme otot dan nyeri, meningkatkan excercise

• Melakukan koreksi, mengurangi dan mencegah deformitas tulang

Jenis-jenis Traksi:

- Skeletal traction

Merupakan tindakan operatif dengan memasang wire (Kirschner wire) atau pin (Steimenn pin) di bagian distal tulang yang fraktur.

Misalnya: Buck’s atau Russel’s Traction - Skin traction

Digunakan sebagai traksi pada tulang dan jaringan sekitarnya, seperti otot. Cara  pemasangannya dengan memberikan beban yangberlawanan dari badan klien

Pemasangan Gips

Merupakan tindakan memasang plaster atau fiberglass pada area fraktur. Tujuan:

• Imobilisasi

• Mencegah dan mengoreksi deformitas • Mempertahankan alignment

• Mempercepat penyembuhan

Reduksi Internal

Salah satunya adalah tindakan ORIF (Open Reduction Internal Fixation)

Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah

(9)

Tujuan:

• Imobilisasi sampai tahap remodeling • Melihat secara langsung area fraktur 

Reduksi Externa ( FEDS: Fiksasi Eksternal Djoko Sarov )

Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi kecil perkutaneus untuk memasang pins  pada tulang yang patah dan menyambungkan pins pada frame metal eksternal yang cukup besar,

mencegah pergerakan. Manfaat:

• Mengakibatkan perdarahan minimal dibanding ORIF

• Ambulasi dan mobilisasi sendi bisa dilakukan dini, mengurangi nyeri • Mempermudah perawatan luka di sekitar fraktur 

Pembedahan

• Arthroplasty: Memperbaiki sendi melalui arthroscope (alat pembedahan tanpa insisi

luas) atau pembedahan persendian terbuka.

• Menisectomy: Eksisi persendian fibrokartilago yang rusak 

• Vacsiotomy: Insisi otot vacsia, menyembuhkan konstriksi otot, cegah kontraktur 

• Bone graft: Penempatan jaringan tulang untuk mempercepat penyembuhan, stabilisasi

dan mengganti tulang yang terkena penyakit.

• Amputasi : pemotongan bagian tubuh

• Joint Replacement: Substitusi persendian dengan material logam / sintetik  • Total Joint Replacement: mengganti kedua artikular sendi dg logam/sintetik  • Transfer tendon: Insersi tendon untuk memperbaiki fungsi

VIII. PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN 1. Resiko terjadi trauma tambahan

2. Nyeri akut

3. Resiko tinggi gangguan neurovaskuler perifer  4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas

5. Gangguan mobilitas fisik 

6. Resiko tinggi terjadi gangguan integritas kulit 7. Resiko tinggi infeksi

IX. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ( Ada pada lampiran NCP )

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positifisme, yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) MOTOR INDUKSI DAN PERBEDAAN KONTAKTOR DAN RELAY DALAM RANGKA MEMENUHI SYARAT UNTUK MENGIKUTI UJI.. KOMPETENSI DAN UJIAN NASIONAL DISUSUN

Dan scene ke lima memperlihatkan gambar yang menunjukan jin indonesia pemenangnya serta menggandeng tiga wanita cantik sengan pakaian dress mini yang

Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumentasi yang dilakukan pada penelitian, diketahui bahwa sekolah yang menjadi lokasi penelitian lokasi tempatnya mudah diakses dari

Berdasarkan hasil wawancra dengan kepala madrasah dan dua orang guru mengenai kepala madrasah dalam mengambil keputusan baik dalam aturan sekolah maupun prilaku sehari-hari agar

Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen Sultan Agung Tour dan Travel yang diambil sebagai responden dalam penelitian ini adalah laki-laki.. 4.2.2

Sekuen trnL-F kurang sesuai jika digunakan untuk membangun pohon filogenetik (Brinegar, 2009), akan tetapi data hasil penelitian menunjukkan adanya subtitusi

3adar glukosa darah yang diketahui dapat memantu memprediksi metaolisme yang 3adar glukosa darah yang diketahui dapat memantu memprediksi metaolisme yang