• Tidak ada hasil yang ditemukan

10 Pokok Bahasan Ketujuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "10 Pokok Bahasan Ketujuh"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pokok Bahasan VII

MELEGITIMASI PROGRAM KEBIJAKAN PUBLIK

Sub Pokok Bahasan Halaman

7.1. Proses Melegitimasi Program Kebijakan Publik 68

7.2. Penganggaran Program Kebijakan Publik 72

(2)

Pokok Bahasan VII

Memformulasikan usulan seperti yang dijelaskan pada pokok bahasan 6 merupakan titik awal dari proses membangun mayoritas dalam legistitif. Karenanya fungsi formulasi dan dan fungsi legitimasi selalu hadir bersamaan dengan upaya orang-orang yang terlibat dalam memformulasikan arah dari tindakan untuk mengatasi masalah publik juga memasukkan persyaratan untuk membangun mayoritas di dalam legislatif. Orang-orang yang dimaksud ditentukan dari bagaimana wewenang, kebolehan, kewajiban, dukungan dan juga spektrum dari hubungan pemerintah dengan rakyat beserta masalah mereka diterima atau memperoleh legitimasi. Agar proses legitimasi dapat berjalan menurut Jones (1999:162) yang dibutuhkan adalah membangun suatu koalisi mayoritas dari para legislator untuk suatu arah tindakan tertentu, para formulator harus mempertimbangkan semua faktor yang terlibat termasuk partisipasi publik atau masyarakat.

Mendasarkan latar belakang di atas, Jones (1997:168-169) menyimpulkan bahwa semua faktor yang dimaksudkan harus dikembangkan melalui sistem program penilaian. Departemen Pertahanan menggunakan “sistem perencanaan- pemprograman-penganggaran-penganggaran” (Panning, Programing, Budgeting System/PBBS). Penggunaan prinsip dari sistem ini (PBBS) pada dasarnya akan memberikan keuntungan sebagai berikut :

(1) Mengenali tujuan nasional dengan tepat dan dengan dasar yang sama (2) Memilih di antara tujuan tersebut yang terpenting

(3) Mencari cara-cara alternatif untuk mencapai tujuan tersebut yang paling efektif dan murah

(4)

Untuk mengetahui tidak hanya pengeluaran untuk tahun depan saja, tetapi juga tahun kedua, ketiga, dan pengeluaran tahun berikutnya untuk program kita.

(5)

Mengukur kemampuan dari program agar uang yang telah dikeluarkan tidak sia-sia.

(3)

kemudiaan adalah upaya-upaya seperti apakah yang harus dilakukan agar proses pengesahan (legitimasi) dapat berjalan dengan baik? Untuk memahami hal ini, maka pada bagian berikut ini akan dibahas : (1) Pengesahan (legimatis), (2) Penganggaran Program Kebijakan publik.

7.1. Proses Melegitimasi Program Kebijakan Publik

Secara umum pengertian legitimasi adalah keterangan yang mengesahkan atau membenarkan bahwa pemegang keterangan adalah betul-betul orang yang dimaksud: kesalahan; kebenaran; identitas. Pengertian lain melihat legitimasi sebagai pernyataan yang sah (menurut Undang-undang atau sesuai dengan Undang-undang). Dalam sistem politik, pengertian legitimasi dapat dilihat dari dua sudut pandang: (1) Proses kegiatan-kegiatan program kebijakan publik seperti yang diperlihatkan pada tabel 7.1.

Tabel 7.1.

Fokus Kegiatan-kegiatan Melegitimasi Program Kebijakan Publik

Kegiatan-kegiatan

(4)

(1) Latar belakang daerah berkaitan dengan kelompok-kelompok yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses pemilihan Kepala Daerah. Hal ini menjadi penting karena kondisi Maluku saat proses pemlihan Kepala Daerah masih berada dalam kondisi konflik.

(2) Dinamika politik yang terjadi Maluku yang tentunya berbeda dengan daerah lain dimana dinamika ini sendiri dipengaruhi oleh kelompok-kelompok yang terbentuk terkait dengan terjadinya konflik. Dengan cara seperti ini, dapat dilakukan identifikasi

(3) Tata Tertib pemilihan menjadi penting karena proses-proses legitimasi tersebut dikembangkan. Mengacu pada Undang Undang (UU) No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah beserta Peraturan Pemerintah (PP) yang mengikutinya terutama PP No. 105 tahun 2000 pasal 1 ayat 9, maka Tata Tertib Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur dimulai dari: (1) pembentukan kepanitiaan, (2) penyusunan tata tertib, (3) pendaftaran, (4) penyaringan, (5) penetapan pasangan bakal calon, (6) rapat paripurna khusus tingkat I, (7) rapat paripurna khusus tingkat II, (8) penetapan pasangan calon terpilih, dan (9) pengiriman berkas pasangan calon terpilih untuk kepentingan pengesahan dan (10) pelantikan.

(4) Untuk menilai apakah suatu proses pemilihan Kepala Daerah pada dasarnya sangat tergantung pada output dari proses tersebut yang berupa profil Kepala Daerah yang diharapkan.

Gambar 7.1.

Konteks Permasalahan Pemilihan

(5)

Mendasarkan penjelasan di atas, maka dalam dikembangkan model proses pemilihan Kepada Daerah, seperti pada gambar 7.1. dibawah ini.

Dari gambar 7.1. pada dasarnya proses atau tata cara pemilihan Gubernur dimulai dengan proses sosialisasi kepada publik (rakyat) untuk mendapatkan respon. Bentuk respon yang kemudiaan muncul berbentuk aspirasi baik yang disalurkan langsung kepada pihak eksekutif, legislatif, maupun Yudikatif atau melalui Kelompok Adat, LSM, Kelompok Kepemudaan dan atau melalui partai politik. Atas dasar aspirasi tersebut muncul berbagai tuntutan berkaitan dengan figur seorang Gubernur yang diharapkan dan dukungan yang diberikan terhadap figur calon tersebut. Disisi lain kebijakan itu sendiri mendapat penolakan terutama kepada lembaga yang memiliki kewenangan dalam hal ini bisa eksekutif, legislatif maupun yudikatif.

Gambar 7.1.

Tata Cara Proses Legitimasi (Sumber : Petta, 2003:24)

(6)

(1) Pembentukan Mayoritas untuk mengambil dan mempengaruhi proses legitimasi. Hal ini terjadi karena pada dasarnya aktor (legislator) tidak semata-mata berperan sebagai legimator tetapi juga memiliki kebijakan lainnya. Karenanya di dalam proses atau tata cara penegsahan sangat tergantung pada persepsi, norma, informasi dan prasangka. Kondisi ini yang dapat membuat tidak diperolehnya legitimasi apabila persepsi, norma, informasi dan prasangka mengalami disorientasi dan sebaliknya menimbulkan kepatuhan. Namun apabila mendapat dukungan, maka ada dua jenis dukungan :

a. Spesifik, datang dari sikap dan kecenderungan yang sesuai, dirangsang oleh hasil-hasil yang dirasa memenuhi tuntutan atau yang dapat mereka antisipasi,

b. Tersebar berbentuk kewaspadaan atau itikad baik yang membuat para anggotanya mau menerima atau bertenggang rasa terhadap suatu hasil yang bertentangan/merugikan keinginan mereka.

(2) Aktor siapa saja yang terlibat dalam proses legitimasi penting untuk dianalisis. Pemeran kebijakan dari institusi-institudi lain juga berperan sebagai legitimator.

(3) Partisipasi langsung dimana warga masyarakat diberi kesempatan terbuka untuk terlibat untuk menyampaikan inisiatif terhadap usulan program. Hal ini perlu dilakukan karena pengesahan sangat tergantung pada kepercayaan dan kerjasama dengan pemerintahan, sinisme publik, kebanggaan atau kesetiaan, serta pandangan-pandangan terhadap perubahan.

Kebijakan publik yang sudah memperoleh pengesahan dari publik pada dasarnya akan memperoleh kontrol berkaitan fungsi check and balance dalam proses pengambilan kebijakan pemerintah (publik), namun masalah kolusi antara lembaga eksekutif dan legislatif ini akan menjadi momok yang sulit diberantas. Karenanya perlu ada partisipasi untuk melakukan kontrol terhadap kebijakan tersebut. Kontrol yang umumnya dilakukan terhadap

Pers lokal umumnya digunakan sebagai wadah untuk menyampaikan berbagai aspirasi dalam menanggapi berbagai permasalahan yang muncul akibat adanya kebijakan pemerintah

7.2. Penganggaran Program Kebijakan Publik

(7)

bidang-pemahaman : (1) adanya kebutuhan penjelasan yang cermat dan tersendiri, (2) proses anggaran adalah sebuah proses institusional terpisah dengan penjadwalan, struktur dan perbendaharaannya sendiri, dan (3) penganggaran ada hal yang penting sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan. Hal ini dikaitkan dengan pemahaman bahwa anggaran program merupakan pengalihan sumberdaya finansial bagi kemanfaatan serta mencapai tujuan untuk manusia.

Kaitannya dengan proses legitimasi seperti yang dipaparkan di atas, maka anggaran program-lah yang pada akhirnya menjadi pokok peredebatan utama dalam setiap proses pengambilan keputusan. Karena anggaran program merupakan salah satu persoalan utama yang sulit untuk diperoleh pengesahan. Pertanyaannya adalah apakah yang dimaksudkan dengan anggaran.

Pengertian Anggaran Program

Secara umum anggaran terdiri dari anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran. Analisis terhadap anggaran dapat dikaitkan dengan tingkat kemampuan keuangan sebuah dan laju pertumbuhan ekonomi (Siahainenia, 2000:34). Menurut Jones, (1994:81), anggaran program (tahunan) adalah pernyataan terbaik tentang prioritas-prioritas yang diproyeksikan dan dirancang, meskipun hal ini tidak selalu berarti menjadi investasi yang paling dapat dipercaya dari bidang-bidang isu.

Sistem Penganggaran Pemerintah

Pada masa pemerintahan orde baru sistem penganggaran pemerintah menggunakan tolak ukur pada sistem anggaran berimbang dan dinamis dimana pengeluaran sama dengan penerimaan. Indikator keberhasilan dari sistem ini ditentukan bagaimana menggali dan mengarahkan secara optimal berbagai potensi penerimaan serta alokasi anggaran yang efisien, terarah dan terkendali.

Karenanya sistem penganggaran dinyatakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional/Daerah (APBN/D). APBN/D merupakan rencana terinci yang dinyatakan secara formal (UU dan Perda) dalam ukuran kuantitatif (dalam satuan mata uang/harga) untuk menunjukkan perolehan dan penggunaan sumber-sumber keuangan negara/daerah. Permasalahan-permasalahan yang kemudiaan muncul adalah berkaitan dengan penganggaran adalah berhubungan dengan pertumbuhan defisit dari penganggaran.

Perumusan Anggaran

(8)

proses bottom-up yaitu dari tingkat desa (Musbang), tingkat kecamatan (UDKP), tingkat Kabupaten (Rakobang), tingkat regional (Rakorbang Regional), dan tingkat nasional (Rakorbang Nasional). Waktu yang digunakan adalah antara Januati hinggal April.

Pembahasan anggaran dilakukan pada bulan April dimana pemerintah bersama dengan DPR yang selanjutnya akan menetapkan APBN dengan dikeluarakan UU. Atas dasar UU tersebut selanjutnya disampaikan kepada daerah sebagai proses top-down planning. Ditingkat daerah dilakukan pembahasan dengan DPRD untuk mengesahkan APBD melalui Perda. Atas dasar persetujuan antara pemerintah dengan DPR/D selanjutnya menjadi acuan formal untuk penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.

Aanalisis Anggaran

Pertanyaannya pokok yang penting untuk dijawab dalam melakukan analisis terhadap penganggaran adalah sejauhmana pengalihan sumberdaya finansial memberikan kemanfaatan serta dapat mencapai tujuan yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dalam sistem akuntansi pemerintahan (APBN/D), ada dua pos yang dipilihkan yaitu: (1) pos anggaran penerimaan, dan pos anggaran pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin dialokasikan untuk belanja pegawai dan non-pegawai

Analisis terhadap sumber-sumber penerimaan PAD biasanya dilakukan untuk mengetahui adanya kebijakan pemerintah dalam menetapkan jenis, bentuk dan jumlah penetapan pajak dan retribusi yang dibebankan kepada masyarakat. Hasil analisis ini sangat berguna untuk menganalisis dampak kebijakan pemerintah bagi masyarakat. Misalnya ada banyak Perda yang dikeluarkan sebagai kebijakan pemerintah daerah saat ini membebani masyarakat, akibatnya ada banyak penolakan terhadap Perda tersebut untuk ditinjau kembali.

(9)
(10)

BAHAN BACAAN UTAMA

Jones, Charles O, 1994,

Pengantar Kebijakan Publik

, Jakarta, Raja Grafindo Persada, Halaman 164 – dan 167

_______________, 1994,

Pengantar Kebijakan Publik

, Jakarta, Raja Grafindo Persada, Halaman 197 – 292.

Petta, Donald, 2003, Dinamika Politik Menjelang Pemilihan Kepaeda Daerah (Studi Proses Pemilihan Kepada Daerah di Propinsi Mauluku), Tesis Pascasarja Studi Pembangunan, UKSW.

Gambar

Gambar 7.1.Konteks Permasalahan Pemilihan
Gambar 7.1. Tata Cara Proses Legitimasi

Referensi

Dokumen terkait

Salim (1999), dalam penelitian tentang analisis faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan di Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh, menyatakan bahwa variabel

Jenis dan rancangan penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif dengan membandingkan direct medical cost (biaya

Berbagai upaya seperti penggunaan hard power atau soft power telah dilakukan oleh banyak negara agar proses diplomasi dapat terealisasi dengan baik, yang mana hal tersebut nantinya

Prediksi perolehan genetik dihitung berdasarkan data pengukuran umur 24 bulan setelah tanam dengan variabel berupa tinggi tanaman, diameter setinggi dada (dbh) dan kelurusan

Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Minahasa Tenggara 2013-2018, memberikan gambaran kebijakan dan strategi

Seperti apa yang telah dkatakan Dahrendorf, dalam pembangunan PLTU Desa Jayanti Pelabuhan Ratu terdapat dua kelas sosial dimana yang berkuasa itu adalah pihak pemerintah

Pendapat kedua, bahwa perkawinan antar agama adalah sah dan dapat dilangsungkan, karena telah tercakup dalam perkawinan campuran, dengan argumentasi pada pasal 57

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepercayaan (Trust) , kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction), dan pengalaman aliran