HUBUNGAN KERJASAMA ORANG TUA DENGAN GURU DALAM
MEMBENTUK KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK
DI SMA WACHID HASYIM 1 SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
IKA DINI OKTIARANI
D03213013
PROGRAM STUDI MANAJAMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
ABSTRAK
Ika Dini Oktiarani (D03213013), 2017, Hubungan Kerjasama Orang Tua dengan
Guru dalam Membentuk Kedisiplinan Peserta Didik di SMA Wachid Hasyim 1
Surabaya. Dosen Pembimbing, Prof. Dr. H. Imam Bawani, MA dan Dr. Hj.Hanun
Asrohah, M.Ag.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerjasama orang tua dengan guru dan untuk mengetahui kedisiplinan peserta didik di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya serta dapat mengetahui hubungan kerjasama orang tua dengan guru dalam membentuk kedisiplinan peserta didik di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Untuk sampel dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling, dimana pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Teknik dalam analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi Product Moment. Dari pengujian yang telah dilakukan dengan menggunakan korelasi statictical package for social science (SPSS) Product Moment for windows versi 16 bahwa kerjasama orang tua dengan guru di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya dengan jumlah 12 item memperoleh nilai rata-rata (mean) 29,6652 dan standart deviasi sebesar 4,43807 adalah tergolong rendah dengan merujuk pada kategori penilaian. Sedangkan kedisiplinan peserta didik di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya tergolong sangat baik diketahui dari jumlah item 23 pernyataan dengan nilai rata-rata (mean) 80,9638 sedangkan standart deviasinya adalah 6,34884. Dari pengujian yang telah dilakukan dengan menggunakan korelasi statictical package for social science (SPSS) product moment for windows 16 diperoleh hubungan yang signifikan antara variabel kerjasama orang tua dengan guru dan variabel kedisiplinan peserta didik. hasil hitung
korelasi product moment 0,240 lebih besar dari pada rt, pada taraf kesalahan 5% dengan
nilai 0,138. Adapun hubungan yang ditimbulkan adalah tergolong rendah, hal ini
berdasarkan “rxy” dengan nilai 0,240 yang terletak antara 0,20 – 0,399 yang mana interpretasinya adalah rendah.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian ... 1
B.
Rumusan Masalah ... 6
C.
Tujuan Penelitian ... 6
D.
Manfaat Penelitian ... 7
E.
Keaslian Penelitian ... 7
F.
Sistematika Pembahasan ... 11
BAB II LANDASAN TEORITIS
A.
Kerjasama Orang Tua dengan Guru ... 13
1.
Kerjasama ... 13
2.
Orang Tua... 14
3.
Guru ... 15
4.
Kerjasama Orang Tua dan Guru ... 17
B.
Kedisiplinan Peserta Didik di Sekolah ... 29
1.
Disiplin ... 29
2.
Peserta Didik ... 39
C.
Hubungan Kerjasama Orang Tua dengan Guru dalam Membentuk
Kedisiplinan Peserta Didik di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya .. 42
D.
Hipotesis ... 43
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 44
B.
Variabel dan Definisi Operasional ... 45
C.
Populasi dan Sampel ... 46
D.
Teknik Pengumpulan Data ... 50
E.
Validitas dan Reliabilitas ... 56
BAB IV METODE PENELITIAN
A.
Hasil Penelitian ... 61
B.
Validitas dan reliabilitas ... 64
C.
Penyajian data ... 67
D.
Analisis data ... 89
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan... 95
B.
Saran ... 96
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian
Disiplin dan tata tertib sekolah merupakan pedoman bagi sekolah untuk
menciptakan suasana sekolah yang aman dan tertib sehingga akan terhindar
dari kejadian-kejadian negatif di sekolah. Menurut Instruksi Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tanggal: 1 Mei 1974, No. 14/U/1974, tata tertib
sekolah ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah
sehari-hari dan mengandung sangsi terhadap pelanggarnya.
1Sangsi terhadap pelanggar biasanya dilakukan untuk membuat para
pelanggar agar tidak melakukan pelanggaran di kemudian hari. Berbagai
macam sangsi yang dilakukan agar tata tertib di sekolah berjalan dengan baik.
Penegakan tata tertib di sekolah secara konsisten merupakan faktor utama
yang dapat menunjang berlangsungnya proses belajar-mengajar. Dengan
adanya tata tertib tersebut, sekolah dapat berfungsi sebagai arena persaingan
yang sehat bagi para siswa untuk meraih prestasi semaksimal mungkin serta
mampu meningkatkan kualitas tingkah laku peserta didik.
2Dilihat dari pentingnya disiplin bagi kehidupan dan perilaku siswa, akan
tetapi kenyataan di lapangan ditemukan bahwa masih banyak siswa yang tidak
1
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 81. 2
2
peduli dengan pelaksanaan disiplin di sekolah. Mereka sering melanggar tata
tertib disekolah.
Berbagai jenis pelanggaran terhadap tata tertib di sekolah seperti:
(1)
disiplin datang dan pulang sekolah, (2) cara berpakaian, (3) disiplin selama
kegiatan belajar mengajar, dan (4) ketentuan lainnya yang telah ditetapkan
pihak sekolah.
3Contoh dari ketentuan lain yang telah ditetapkan pihak
sekolah adalah kepatuhan terhadap perintah guru.
Salah satu peraturan berpakaian/berseragam siswa di sekolah dituangkan
dalam PERMENDIKBUD No. 45 Tahun 2014 pasal 2 yang menyatakan
bahwa tujuan penetapan seragam sekolah adalah untuk meningkatkan disiplin
dan tanggung jawab peserta didik serta kepatuhan terhadap peraturan yang
berlaku dan menjadi acuan bagi sekolah dalam menyusun tata tertib dan
disiplin peserta didik khususnya yang mengatur pakaian seragam sekolah.
4Pelanggaran tata tertib oleh peserta didik ini harus segera ditangani oleh
pihak sekolah. Dalam mengatasi masalah tersebut, pihak sekolah bisa
melakukan kerjasama dengan orang tua peserta didik agar lebih mudah
mengatasinya.
Kerjasama orang tua dengan guru merupakan kunci keberhasilan dalam
membentuk karakter peserta didik. Karena orang tua dan guru mempunyai
3
Syarif Hidayat, “Pengaruh Kerjasama Orang Tua Dan Guru Terhadap Disiplin Peserta Didik Di Sekolah Menengah Pertama Negeri Kecamatan Jagakarsa - Jakarta Selatan”, jurnal ilmiah,vol.1, no. 2 (Juli-Agustus 2013): 92.
4
3
tugas dan peran penting bagi peserta didik. Dalam hal ini dapat dilihat dari
Permendikbud No. 45 Tahun 2015 pasal 4 menyebutkan bahwa Penumbuhan
Budi Pekerti (PBP) dilaksanakan melalui interaksi dan komunikasi antara
sekolah, keluarga,dan/atau masyarakat.
5Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak
didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan
pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak selalu di lembaga pendidikan
formal saja.
6Guru juga mempunyai peran dan fungsi yang berpengaruh terhadap
pelaksanaan pendidikan di sekolah. Di antara peran dan fungsi guru yang
dirumuskan oleh P2TK Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional: (1) Mendidik, mengajar, membimbing dan melatih, (2)
Membantu pengelolaan dan pengembangan program sekolah, dan (3)
Mengembangkan keprofesionalan.
7Sedangkan peran orang tua juga tidak kalah penting bagi anak-anak
mereka. Karena orang tua tidak hanya sekedar memberikan kasih sayang,
fasilitas yang cukup serta memberikan nafkah akan tetapi orang tua juga
sebagai guru untuk anak anaknya, karena pendidikan yang diterima oleh anak
dari lahir hingga dewasa pada awalnya adalah dari orang tua itu sendiri.
5
Permendikbud No. 23 Tahun 2015. 6
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), 31.
7
4
Ahmad Tafsir, mengatakan orang tua adalah pendidik utama dan pertama
dalam hal menanamkan keimanan bagi anaknya.
Dalam upaya menerapkan disiplin pada anak menurut Suryadi, orang tua
bisa mengarahkan dasar-dasar disiplin yang diarahkan pada 4 hal berikut:
pribadi orang tua yang konkret, pribadi anak yang konkret, situasi lugas dalam
kehidupan keluarga, dan arah tindakan untuk anak agar memiliki dasar-dasar
disiplin diri dan mengembangkannya.
8Apabila anak telah masuk sekolah, orang tua adalah mitra kerja yang
utama bagi guru anaknya. Bahkan sebagai orang tua, mereka mempunyai
berbagai peran pilihan yaitu: orang tua sebagai pelajar, orang tua sebagai
relawan, orang tua sebagai pembuat keputusan, orang tua sebagai anggota tim
kerjasama guru-orang tua. Dalam peran-peran tersebut memungkinkan orang
tua membantu meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak
mereka.
9Kerjasama yang dilakukan orang tua dengan guru merupakan hal penting.
Maka guru harus mempunyai kompetensi sosial agar kerja sama berjalan
dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
8Apriliana Krisnawanti, “
Kerjasama Guru Dengan Orang Tua Membentuk Karakter Disiplin Siswa Kelas V SD Negeri Gembongan”Jurnal Pendidikan Guru Sekolah DasarEdisi 18 (2016): 1725.
9
5
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
10Kerjasama orang tua dengan guru yang bisa digunakan dalam membentuk
kedisiplinan pada anak adalah dengan mendirikan perkumpulan, melakukan
sosialisasi pendidikan karakter, melibatkan orang tua dalam perencanaan
pendidikan karakter, membuat kesepakatan tentang kedisiplinan, membuat
kesepakatan untuk memerangi dampak penggunaan media pada anak,
membuat program untuk orang tua, menerima kritik dan saran, menggunakan
sarana prasarana sekolah, menyediakan pusat bantuan keluarga, dan
kunjungan kerumah orang tua.
11Seperti yang ada di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya, untuk
menumbuhkan kedisiplinan pada anak, guru dan orang tua melakukan
kerjasama. Contohnya pada saat pengambilan rapot, guru yang menjadi wali
kelas membicarakan bagaimana keadaan peserta didik kepada orang tuanya.
Tidak hanya waktu itu saja, guru dan orang tua juga melakukan komunikasi
melalui sosial media.
Dari latar belakang diatas, mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian di sekolah tersebut dengan tema
“Hubungan Orang Tua dengan
Guru dalam Membentuk Kedisiplinan Peserta Didik di SMA Wachid
Hasyim 1 Surabaya”.
10
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, 173. 11Apriliana Krisnawanti, “
6
B.
Rumusan Masalah
Dari pemaparan di atas, maka masalah yang timbul dan akan dibahas
dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana kerjasama orang tua dengan guru di SMA Wachid Hasyim 1
Surabaya?
2.
Bagaimana kedisiplinan peserta didik di SMA Wachid Hasyim 1
Surabaya?
3.
Adakah hubungan antara kerjasama orang tua dengan guru dalam
membentuk kedisiplinan peserta didik di SMA Wachid Hasyim 1
Surabaya? Jika ada, sejauh mana hubungan tersebut?
C.
Tujuan Penelitian
Dari Rumusan Masalah yang telah ada, dapat diketahui bahwa tujuan
penelitian yang akan dilakukan adalah untuk:
1.
Untuk mengetahui bagaimana kerjasama orang tua dengan guru di SMA
Wachid Hasyim 1 Surabaya.
2.
Untuk mengetahui bagaimana kedisiplinan peserta didik di SMA Wachid
Hasyim 1 Surabaya.
7
D.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada lembaga
pendidikan dalam membentuk kedisiplinan Peserta didik.
2.
Manfaat Praktis
a.
Untuk orang tua
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan wacana yang luas,
pada subjek mengenai seberapa penting kerjasama orang tua dengan
guru dalam mendisiplinkan peserta didik.
b.
Untuk guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dalam
membentuk kedisiplinan peserta didik.
c.
Untuk Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai ilmu yang
bermanfaat dalam kehidupannya. Dan dapat dijadikan acuan ketika
nanti terjun langsung di lembaga pendidikan.
d.
Untuk peneliti lain
8
E.
Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai kerjasama orang tua dengan guru dalam membentuk
kedisiplinan Peserta didik sudah pernah dilakukan, antara lain:
Jurnal yang ditulis oleh
Syarif Hidayat
yang berjudul “
Pengaruh
Kerjasama Orang Tua Dan Guru Terhadap Disiplin Peserta Didik di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri Kecamatan Jagakarsa-Jakarta Selatan,
Jurnal Ilmiah Widya, Volume 1 Nomor 2 Juli-Agustus 2013. Jurnal ini berisi
tentang pengaruh antara kerjasama orang tua dengan guru terhadap disiplin
peserta didik dan seberapa besar kerjasama yang dijalin orang tua dengan guru
disekolah. Dari hasil penelitiannya; terdapat pengaruh/hubungan positif antara
kerjasama orang tua dengan guru terhadap disiplin peserta didik. Sedangkan
kerjasama antara orang tua peserta didik dengan guru di sekolah dalam proses
pendidikan anak, tergolong lemah dan kurang optimal terutama pada aspek
komunikasi dan keterlibatan peserta didik dalam menegakkan tata tertib di
sekolah.
Jurnal yang ditulis oleh
Anika Herman Pratama “Strategi Pembentukan
Disiplin Siswa Melalui Pelaksanaan Tata Tertib di SMA Negeri 1 Krian
Sidoarjo”, Jurnal Kajian Moral dan Kewarganegaraan, No 1 Vol 1 Tahun
9
keteladanan; (2) pembiasaan; (3) komunikasi; (4) pelatihan; (5) pemberian
reward/hadiah dan punishment/hukuman. Sedangkan kendala-kendala yang
dialami yaitu kurangnya kesadaran diri siswa, pengaruh lingkungan tempat
tinggal dan pergaulan, kurangnya pengawasan dan pembiasaan disiplin dari
orang tua, minimnya pengetahuan siswa terhadap tata tertib, serta kurangnya
hubungan interpersonal antara konselor dan wali kelas dengan siswa. Cara
mengatasi kendala yaitu mengajak orang tua siswa bekerja sama dengan pihak
sekolah, pembiasaan disiplin di dalam keluarga, meningkatkan kinerja tim tata
tertib sekolah, penindak lanjutan administrasi piket tim tata tertib dan guru,
serta meningkatkan hubungan interpersonal antara konselor dan wali kelas
dengan siswa.
10
mengatakan, “metode deskriftif ini juga menetapkan sifat dan situasi yang
terjadi pada waktu tertentu”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kerjasama guru dengan orang tua murid sebagai pembimbing, pengawas, dan
sebagai pemberi motivasi dan penghargaan mempunyai pengaruh positif
terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa.
Jurnal yang ditulis oleh
Apriliana Krisnawanti, “
Kerjasama Guru Dengan
Orang Tua Membentuk Karakter Disiplin Siswa Kelas V SD Negeri
11
Jurnal yang ditulis oleh Daning Kusniapuantari, Yoyon Suryono,
“
Pengaruh Kerja Sama Antara Pendidik dsan Orang tua Terhadap
Pengembangan Kecerdasan Emosional Anak
”, Jurnal Pendidikan dan
Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1
–
Nomor 1, Maret 2014. Jurnal ini
berisi tentang pengaruh pengasuhan pendidik, orang tua dan kerjasamanya
terhadap pengembangan kecerdasan emosional anak di PPAUD Nusa Indah
Bumirejo. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengasuhan pendidik
berpengaruh signifikan terhadap kecerdasan emosional anak bila dilakukan
bersama dengan orangtua. Kerja sama pengasuhan pendidik dan orangtua
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kecerdasan
emosional anak, sumbangan pengaruhnya sebesar 73,4%.
Perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada
variabel-variabel yang diteliti. Penelitian kali ini berbeda dengan penelitian
terdahulu yang dilakukan berbagai pihak. Hal ini karena penelitian terdahulu
menggunakan beberapa variabel lain yang berbeda-beda, meskipun terdapat
variabel yang hampir sama tetapi tempat dan subjek penelitian pada penelitian
sebelumnya berbeda dengan penelitian yang hendak penulis lakukan.
F.
Sistematika Pembahasan
12
BAB I merupakan bab pendahuluan. Pada bab ini akan diuraikan tentang
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan permasalahan, manfaat
penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II merupakan Kajian Pustaka. Bab ini mencakup tentang teori-teori
yang dijadikan pijakan dasar dalam menentukan langkah-langkah
pengambilan data. Adapun landasan teori ini berisi tentang (1) Kerjasama
Orang Tua dengan Guru, (2) Kedisiplinan Peserta Didik di Sekolah, (3)
Pengaruh Kerjasama Orang Tua dengan Guru dalam Membentuk Kedisiplinan
Peserta Didik di Sekolah.
BAB III merupakan bab metode penelitian. Pada bab ini akan diuraikan
(1) variabel dan definisi operasional (2) populasi, sampel dan teknik sampling,
(3) teknik pengumpulan data, (4) validitas dan reliabilitas, (5) analisis data.
BAB IV merupakan bab hasil penelitian. Pada bab ini akan dibahas dan
digambarkan tentang deskripsi objek penelitian dan analisis data mengenai
hubungan kerjasama orang tua dengan guru dalam membentuk kedisiplinan
peserta didik di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.
Kerjasama Orang Tua dengan Guru
1.
Kerjasama
Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama merupakan
interaksi yang paling penting karena pada hakikatnya manusia tidaklah
bisa hidup sendiri tanpa orang lain sehingga ia senantiasa membutuhkan
orang lain. kerjasama dapat berlangsung manakala individu-individu yang
bersangkutan memiliki kepentingan yang sama dan memiliki kesadaran
untuk bekerjasama gurna mencapai kepentingan mereka.
12Kerjasama
orang tua dengan guru adalah suatu usaha atau kegiatan bersama antara
orang tua dengan guru dalam mencapai tujuan bersama yaitu
meningkatkan dan mengembangkan akademik siswa sehingga akan
berakibat pada pendidikan dan perkembangan peserta didik.
Menurut Slamet PH, kerjasama merupakan suatu usaha atau kegiatan
bersama yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam rangka untuk
mencapai tujuan bersama. Lebih lanjut Epstein dan Sheldon menyatakan
bahwa kerjasama sekolah, keluarga, dan masyarakat merupakan konsep
14
yang multidimensional di mana keluarga, guru, pengelola, dan anggota
masyarakat bersama-sama menanggung tanggung jawab untuk
meningkatkan dan mengembangkan akademik siswa sehingga akan
berakibat pada pendidikan dan perkembangan anak. Multidimensional
berarti kerjasama dilakukan dalam berbagai hal atau dimensi. Kerjasama
lebih dari sekedar pertemuan orangtua-guru dalam pembagian laporan
tahunan, namun mengikutsertakan orangtua dalam berbagai peran
sepanjang waktu.
132.
Orang Tua
Orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Apabila anak telah
masuk sekolah, orang tua adalah mitra kerja yang utama bagi guru
anaknya. Bahkan sebagai orang tua, mereka mempunyai berbagai peran
pilihan yaitu: orang tua sebagai pelajar, orang tua sebagai relawan, orang
tua sebagai pembuat keputusan, orang tua sebagai anggota tim kerjasama
guru-orang tua. Dalam pera-peran tersebut memungkinkan orang tua
membantu meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak
mereka.
14Orang tua tidak hanya sekedar memberikan kasih sayang, fasilitas
yang cukup serta memberikan nafkah akan tetapi orang tua juga sebagai
guru untuk anak anaknya, karena pendidikan yang diterima oleh anak dari
13NurulArifiyanti, “KerjasamaAntaraSekolahdan OrangtuaSiswadi Tk Se-KelurahanTriharjoSleman” (Skripsi, UniversitasNegeri Yogyakarta, 2015), 18-19.
15
lahir hingga dewasa pada awalnya adalah dari orang tua itu sendiri.
Menurut Ahmad Tafsir, orang tua adalah pendidik utama dan pertama
dalam hal menanamkan keimanan bagi anaknya. Pernyataan di atas, sesuai
dengan teori John Locke bahwa anak laksana kertas putih bersih yang di
atasnya dapat ditulis apa saja menurut keinginan orang tua dan para
pendidik, atau laksana lilin lembut yang dapat dibentuk menjadi apa saja
menurut keinginan pembentuknya. Untuk membentuk anak-anak yang
baik, dan cakap dalam kehidupannya, tangan-tangan orang tualah yang
dapat menentukannya. Jika orang tua membentuk anak dengan kebaikan
maka akan baik anak tersebut, dan jika orang tua membentuk anak dengan
keburukan, maka anak pun akan tumbuh dengan sikap yang tidak baik.
153.
Guru
a.
Pengertian Guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peseta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
16Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada
anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang
15SyarifHidayat, “PengaruhKerjasama Orang Tua Dan Guru TerhadapDisiplinPesertaDidik Di SekolahMenengahPertamaNegeriKecamatanJagakarsa - Jakarta Selatan”, jurnal ilmiah,vol.1, no. 2 (Juli-Agustus 2013): 94.
16
melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak selalu di
lembaga pendidikan formal saja.
17b.
Peran dan Fungsi Guru
Peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan
pendidikan di sekolah. Di antara peran dan fungsi guru yang
dirumuskan oleh P2TK Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional:
18Table 2.1.
Tugas dan Fungsi Guru
TUGAS
FUNGSI
URAIAN TUGAS
I.
Mendidik,
mengajar,
membimbing
dan melatih
1.
Sebagai
Pendidik
1.1
Mengembangkan
potensi/kemampuan
dasar peserta didik.
1.2
Mengembangkan
kepribadian
peserta
didik.
1.3
Memberkan keteladanan.
1.4
Menciptakan
suasana
pendidikan
yang
kondusif.
1.
Sebagai
Pengajar
1.1
Merencanakan
pembelajaran
1.2
Melaksanakan
pembelajaran
yang
mendidik
1.3
Menilai proses dan hasil
pembelajaran
2.
Sebagai
Pembimbin
g
3.1
Mendorong
berkembangan perilaku
positif
dalam
17Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), 31.
17
pembelajaran
3.2
Membimbing
peserta
didik
memecahkan
masalah
dalam
pembelajaran.
4.
Sebagai
Pelatih
4.1
Melatih keterampilan-
keterampilan
yang
diperlukan
dalam
pembelajaran
4.2
Membiasakan
peserta
didik berperilaku positif
dalam pembelajaran
II.
Membantu
pengelolaan
dan
pengembanga
n
program
sekolah
5.
Sebagai
pengemban
gan
program
5.1
Membantu
mengembangkan
program
pendidikan
sekolah dan hubungan
kerjasama antar sekolah
dan masyarakat
6.
Sebagai
pengelola
program
6.1
Membantu secara aktif
dalam
menjalin
hubungan dan kerjasama
antar
sekolah
dan
masyarakat
III.
Mengembang
kan
keprofesional
an
7.
Sebagai
tenaga
profesional
7.1
Melakukan upaya-upaya
untuk
meningkatkan
kemampuan profesional
4.
Kerjasama Orang Tua dengan Guru
Ada alasan yang kuat mengapa para guru selalu menginginkan para
orang tua melibatkan diri dalam pendidikan anak mereka. Menurut
Greenberg, percaya bahwa keterlibatan orang tua di sekolah akan
meringankan guru dalam membina kepercayaan diri anak, mengurangi
masalah disiplin murid dan meningkatkan motivasi anak. Para guru yang
18
dalam pendidikan anak, akan makin menghargai dan makin terbuka
terhadap kesediaan kerjasama orang tua.
191)
Tujuan Hubungan sekolah dengan Orang Tua
Hubungan kerjasama antara sekolah dan orang tua peserta didik
antara lain bertujuan sebagai berikut:
20a.
Saling membantu dan saling isi mengisi
b.
Bantuan keuangan dan barang-barang
c.
Untuk mencegah perbuatan-perbuatan yang kurang baik
d.
Bersama-sama membuat rencana yang baik untuk sang anak
2)
Cara menjalin Hubungan Sekolah dengan Orang Tua
Untuk menjalin hubungan sekolah dengan orang tua siswa dapat
dilakukan melalui dewan sekolah, pertemuan penyerahan buku laporan
pendidikan, dan ceramah ilmiah. Sedangkan hubungan sekolah dengan
orang tua siswa dapat dilakukan dalam berbagai kehidupan, seperti
proses belajar-mengajar, pengembangan bakat, pendidikan mental, dan
kebudayaan.
Menurut Mansur ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan
untuk menjamin hubungan sekolah dengan masyarakat tumbuh dengan
baik di antaranya melibatkan orang tua dalam perencanaan dan
pelaksanaan program sekolah dengan cara: (1) Mengadakan open
19
house, (2) Mengundang tokoh masyarakat untuk menjadi pembicara
atau pembina, (3) membuat kerjasama sekolah dengan masyarakat.
21Menurut Hasbullah, ada beberapa contoh kerjasama yang
dilakukan orang tua dengan sekolah: (1) Adanya kunjungan ke rumah
anak didik, (2) Diundangnya Orang tua ke sekolah, (3)Mengadakan
surat-menyurat antara sekolah dan keluarga, (4) Case Conference, (5)
Adanya daftar nilai atau raport.
22Cara membangun hubungan yang positif antara orang tua dengan
guru:
23(1)
Menumbuhkan sikap saling percaya diantara mereka.
(2)
Mengutarakan tujuan bersama tentang minat paling baik dari
seorang anak
(3)
Menciptakan sarana untuk melanjutkan komunikasi secara
terbuka
(4)
Menjelaskan sebuah sikap kerjasama dalam pemecahan
masalah ketimbang saling menyalahkan
Untuk melakukan hal ini, memerlukan waktu lebih banyak. Akan
tetapi, waktu tersebut bisa dihemat jika ada usaha-usaha awal yang
dilakukan untuk membuat jalur komunikasi yang terbuka.
21Mansur, Manajemen Pendidikan dalam Praktik (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), 99. 22Hisbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012), 91.
20
1.
Apa yang bisa dilakukan oleh guru
Ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh guru dalam
membuka pintu untuk membangun komunikasi langsung dan
saling percaya. Misalnya, guru menghubungi orang tua
melalui telepon secara pribadi dengan terlebih dahulu
memperkenalkan dirinya serta mengungkapkan kesediaannya
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dan
mendengarkannya dengan penuh perhatian.
Bagi guru yang mempunyai banyak murid dan banyak
kelas, menelepon secara pribadi merupakan hal yang tidak
mungkin. Dalam kasus ini, guru bisa mengirimkan pesan yang
sama.
Kesempatan lain bagi guru untuk mengungkapkan
kesediaannya kepada orang tua adalah pada saat
open-house
di
sekolah, malam orang tua di sekolah, rapat-rapat PTA
(Parent-Teacher Association, Persatuan Orang Tua Murid dan Guru),
dan komunikasi orang tua.
2.
Apa yang bisa dilakukan oleh orang tua
Orang tua bisa mengambil inisiatif dan menghubungi
guru melalui telepon atau surat, memberikan kepada guru
21
kesediaannya untuk memberikan informasi yang lebih jika
dibutuhkan.
Orang tua juga bisa membantu guru dengan menanggapi
undangan even-even sekolah, atau permintaan informasi dan
bantuan, meskipun jika tanggapannya berisi pemberitahuan
bahwa untuk berpartisipasi semacam itu sulit baginya. Bila
guru tahu mengapa orang tua tidak bisa berpartisipasi, maka
kesalahpahaman bisa diminimalisir.Orang tua juga bisa
membantu dengan cara menghadiri even-even sekolah yang
menurutnya punya prioritas yang tinggi.
3.
Apa yang bisa dilakukan oleh orang tua dan guru
bersama-sama
Dalam menetapkan sebuah konteks yang positif untuk
pemecahan masalah yang kreatiif, kedua belah pihak perlu
membangun jalur komunikasi yang terbuka. Penting bagi
orang tua dan guru untuk saling mengasumsikan bahwa
keduanya memiliki kepentingan terbaik atas murid-murid, dan
kemudian menjelaskan harapan-harapan yang kaian miliki satu
sama lain.
Mengatur tahapan untuk berkolaborasi dan bekerjasama,
22
kemungkinan adanya masalah, tanpa perlu menunggu salah
satu pihak mengambil inisiatif terlebih dahulu.
Mulai dengan mendefinisikan masalah. Langkah pertama
dalam suatu usaha kolaboratif untuk memecahkan
masalah-masalah sekolah adalah kesepakatan bersama antara orang tua
dan guru mengenai definisi maslaah itu.
Eksperimen untuk menemukan solusinya
.
Langkah
selanjutnya adalah untuk melakukan pendekatan solusi-solusi
yang memungkinkan dengan sikap eksperimentasi.
4.
Bagaimana guru bisa mendapat bantuan dari orang tua
Penting bagi guru untuk berkomunikasi: “kita memiliki
sebuah kepentingan yang sama. Kita berdua ingin membantu
murid.” Hal ini mungkin perlu diutarakan lebih dar sekali dan
dalam cara-cara yang berbeda.
Jika seorang guru mengidentifikasi sebuah masalah, jauh
lebih bermanfaat untuk segera memperoleh bantuan orang tua
dari pada masalahnya menjadi tidak terkendali.
5.
Bagaimana orang tua mendapat bantuan dari guru
Sebagai orang tua, penting untuk mengungkapkan
kesediaannya untuk bekerjasama dengan guru dalam
mengidentifikasi pemecahan masalah. Orang tua bisa
23
batas yang layak serta konsekuensi-konsekuensinya dan
dengan menggunakan guru sebagai konsultannya. Guru bisa
membantu orang tua dalam menentukan harapan-harapan yang
bisa diterimanya jika orang tua meminta hal ini dengan
menanyakannya.
5.
Bentuk Kerjasama Sekolah dengan Rumah
Menurut Epstein Ada enam tipe kerjasama dengan orangtua yaitu:
parenting, komunikasi, volunteer, keterlibatan orangtua pada pembelajaran
anak di rumah, pengambilan keputusan, dan kolaborasi dengan kelompok
masyarakat. Berikut uraian dari masing-masing tipe kerjasama.
24a.
Parenting
Parenting merupakan kegiatan pelibatan keluarga dalam
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengasuh anak untuk
menciptakan lingkungan rumah yang mendukung perkembangan anak.
Pendidik dapat memulainya dengan cara mendengarkan setiap keluhan
atau persoalan yang dihadapi orangtua. Jawaban dari persoalan
tersebut merupakan informasi yang diperoleh dari pakar profesional
sesuai dengan bidangnya. Pada kegiatan parenting, sekolah dapat
menghadirkan seorang ahli yang dapat menjelaskan suatu pokok
24
permasalahan, memutar film, atau melakukan diskusi guna
mendukung pendidikan dan perkembangan anak.
Bentuk kegiatan parenting diantaranya: berpartisipasi dalam
lokakarya yang memperkenalkan tentang kebijakan sekolah, prosedur,
dan program akan membantu orangtua mengetahui apa yang terjadi di
sekolah dan cara untuk melakukan pengasuhan dan pendidikan bagi
anak, sekolah dapat menyelenggarakan pendidikan untuk orang
dewasa yang menyediakan kesempatan belajar sejumlah mata
pelajaran bagi anggota masyarakat, adanya program pelatihan bagi
orangtua untuk menjadi pendamping kelas anak, pendukung aktivitas
belajar, perencana kurikulum, dan pembuat kebijakan sehingga mereka
merasa diberdayakan, mendorong orangtua untuk terlibat aktif di
dalam kelas.
b.
Komunikasi
Komunikasi merupakan bentuk yang efektif dari sekolah ke
rumah dan rumah ke sekolah untuk memberitahukan tentang program
sekolah dan kemajuan perkembangan anak. Komunikasi dilakukan
guna bertukar informasi antara sekolah dan orangtua. Terdapat dua
teknik komunikasi antara sekolah dan orangtua yaitu teknik
komunikasi tidak resmi/nonformal dan teknik komunikasi
25
Teknik komunikasi nonformal merupakan penyampaian
keterangan tentang apa yang terjadi selama jam sekolah dengan cara
sederhana, hal ini bisa dilakukan di awal dan akhir jam sekolah.
Biasanya komunikasi dengan teknik tidak resmi ini bersifat umum,
artinya tidak perlu dirahasiakan dan dapat didiskusikan di depan anak.
Teknik komunikasi yang resmi bersifat formal dan mempunyai
tujuan apa yang akan disampaikan telah direncanakan serta memiliki
tema yang khusus. Konferensi dengan orangtua, pertemuan dengan
orangtua secara pribadi, kunjungan rumah, dan laporan berkala
merupakan bentuk komunikasi yang resmi dengan para orangtua.
Pertemuan dengan orangtua dilakukan pertama kali ketika
memasukkan anak ke sekolah. Pada kegiatan tersebut guru
memberikan penjelasan tentang peraturan dan program yang
disepakati bersama selama satu tahun ajaran ke depan. Hal ini juga
termasuk biaya yang akan digunakan selama program pembelajaran
berlangsung.
Kunjungan rumah adalah salah satu bentuk kemudahan
komunikasi guru dengan orangtua. Program ini harus melalui
perjanjian terlebih dahulu dengan orangtua anak yang rumahnya akan
menjadi objek kunjungan. Kunjungan biasanya berlangsung selama
45-60 menit. Guru dapat melakukan pengamatan terhadap lingkungan
26
oleh orangtua mengenai perkembangan anaknya. Laporan berkala
merupakan keterangan dari pihak sekolah yang dikirimkan secara
teratur kepada masing-masing orangtua yang berisi tentang peristiwa
atau pengalaman selama anak berada di sekolah.
Essa menyatakan bahwa selain komunikasi nonformal dan
formal yang termasuk kedalam metode komunikasi individual,
biasanya lembaga prasekolah juga menggunakan metode kelompok
untuk memberikan infromasi pada orangtua. Terdapat tiga teknik
dalam komunikasi secara kelompok yaitu: pengumuman resmi seperti
memo, e-mail atau bentuk tulisan lain yang dapat memberikan
informasi kepada orangtua, papan pengumuman bagi orangtua, dan
pertemuan secara kelompok.
c.
Volunteer
Volunteering merupakan kegiatan untuk merekrut dan
mengorganisasikan orangtua dengan tujuan membantu dan
mendukung pogram sekolah di mana anaknya belajar. Orangtua dapat
menjadi tenaga bantu bagi guru, kepala sekolah, dan anak ketika di
kelas atau aktivitas lain di sekolah. Agar bentuk kerjasama ini berjalan
efektif, diperlukan rencana yang matang, pelatihan, dan pengawasan
untuk membantu para volunteer memahami program yang akan
27
Menurut Rous et al. seperti yang dijelaskan oleh Carlisle et al.
terdapat berbagai cara agar orangtua dapat menjadi volunteer dan
berpartisipasi di sekolah. Orangtua dapat merencanakan acara sekolah,
mengantar field trip, menghadiri rapat pengumpulan dana, bekerja
dalam organisasi orangtua dan guru, atau bertemu dengan personalia
sekolah untuk menjalin kedekatan dengan kepala sekolah. Orangtua
juga dapat meluangkan waktunya untuk memperindah sekolah dengan
mural, menyediakan tempat bermain, memperbaiki kebersihan
sekolah, menyumbangkan mainan, dan mendampingi pembelajaran di
kelas atau datang ke kelas untuk menunjukkan keahlian mereka seperti
dalam musik, memasak, menjahit, bercerita, dan melukis.
d.
Keterlibatan orangtua pada pembelajaran anak di rumah
Dalam bentuk kerjasama ini, sekolah dapat menyediakan
berbagai informasi dan ide-ide untuk orangtua tentang bagaimana
membantu anak belajar di rumah sesuai dengan materi yang dipelajari
di sekolah sehingga ada keberlanjutan proses belajar dari sekolah ke
rumah. Orangtua dapat mendampingi, memantau dan membimbing
anak di rumah yang berhubungan dengan tugas di sekolah. Sekolah
dapat menawarkan buku dan materi bagi orangtua untuk dipergunakan
membantu anak di rumah, memberikan petunjuk cara mendampingi
anak belajar di rumah, dan mengembangkan website yang berisi
28
bagaimana orangtua dapat mengembangkan dan menindaklanjuti
kegiatan di kelas tadi.
e.
Pengambilan keputusan
Menunjuk pada orangtua yang ikut terlibat dalam pengambilan
keputusan, menjadi dewan penasehat sekolah, komite orangtua, dan
ketua wali murid. Orangtua sebagai aktivis kelompok yang bebas
untuk memantau sekolah dan bekerja untuk peningkatan kualitas
sekolah. Kegiatan dalam bentuk kerjasama ini antara lain: melibatkan
keluarga dalam pengumpulan dana melalui bazar, menjadi panitia
dalam membuat kebijakan dan pengangkatan staf, dan terlibat dalam
perencanaan kurikulum untuk membantu mereka belajar memahami
hal yang mendasari program yang berkualitas sehingga mereka lebih
medukung pelaksanaan kurikulum tersebut.
f.
Kolaborasi dengan kelompok masyarakat
Kerjasama ini dilakukan dengan melibatkan perwakilan
perusahaan, kelompok agama, masyarakat, dan yang lain yang dapat
memberikan pengalaman pada pendidikan anak. Hal ini berhubungan
dengan sekolah, anak, dan keluarga yang menjadi bagaian dari
komunitas tersebut. Kegiatan dalam bentuk kerjasama ini termasuk
studi lapangan makan, mengenal tumbuhan dan satwa milik kelompok
petani dan peternak, malam tradisional, karnaval, dan kado silang yang
29
yang aman. Selain itu orangtua juga memerlukan dukungan melalui
kelompok masyarakat yang dapat menyediakan berbagai informasi
pengasuhan dan organisasi kemasyarakatan. Sekolah dapat melakukan
koordinasi sumber daya dan layanan bagi keluarga, siswa, dan sekolah
dengan bisnis, lembaga, dan kelompok lain, serta memberikan layanan
kepada masyarakat.
B.
Kedisiplinan Peserta Didik di Sekolah
1.
Disiplin
a.
Pengertian Disiplin
Kata disiplin berasal dari bahasa latin “discipline” yang berarti :
“latihan atau pendidikan kesopanan dan kerokhanian serta
pengembangan tabiat”.
25Menurut
The Liang Gie
, Disiplin adalah
suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu
organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa
senang hati.
26Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan
pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Peraturan
dimaksud dapat ditetapkan oleh orang yang bersangkutan maupun
berasal dari luar.
27
25Susilo Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia ( Yogyakarta: PT. BPFE, 1996), 141. 26Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta:Bumi Aksara, 2012), 172.
30
Sedangkan pengertian disiplin peserta didik adalah suatu
keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah,
tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap peserta didik sendiri dan
terhadap sekolah secara keseluruhan.
28Tumbuhnya sikap kedisiplinan bukan merupakan peristiwa
mendadak yang terjadi seketika. Kedisiplinan pada diri seseorang
tidak dapat tumbuh tanpa adanya intervensi dari pendidik, dan itupun
dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit. Kebiasaan yang
ditanamkan oleh orang tua dan orang-orang dewasa di dalam
lingkungan keluarga, akan terbawa oleh anak dan sekaligus akan
memberikan warna terhadap perilaku kedisiplinannya kelak.
b.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan peserta didik
1.
Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor dari dalam peserta didik. faktor
internal merupakan kesadaran diri siswa sendiri bahwa disiplin
sangat penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu
kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terwujudnya
disiplin. Disiplin yang terbentuk atas kesadaran diri akan kuat
pengaruhnya dan akan lebih tahan lama dibandingkan dengan
disiplin yang terbentuk karena paksaan atau hukuman.
31
2.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor dari luar peserta didik. Faktor
eksternal juga mempunyai pengaruh yang penting bagi peserta
didik dalam mendisiplinkan diri.Faktor dari lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal dan teman sejawat.
c.
Macam-macam Disiplin
Macam-macam disiplin dibedakan menjadi tiga, yaitu:
29a.
Disiplin Waktu
Disiplin waktu menjadikan sorotan utama bagi seorang guru
dan murid. Waktu masuk sekolah biasanya menjadi
parameterutama kedisiplinan guru dan murid. Kalau guru dan
murid masuk sebelum bel dibunyikan, berarti disebut orang yang
disiplin. Kalau masuk pas dibunyikan, bisa dikatakan kurang
disiplin, dan kalau masuk setelah bel dibunyikan, maka dinilai
tidak disiplin, menyalahi aturan sekolah yang telah ditentukan.
Karena itu, jangan menyepelekan disiplin waktu ini, usahakan
tepat waktu ketika datang pada jam masuk sekolah. Begitu juga
dengan jam mengajar, kapan masuk dan kapan keluar, harus sesuai
dengan alokasi waktu yang ditentukan agar tidak mengganggu jam
guru lain.
32
b.
Disiplin Menegakkan Aturan
Disiplin menegakkan aturan sangat berpengaruh terhadap
kewibawaan guru. Model pemberian sanksi yang diskriminatif
harus ditinggalkan. Murid sekarang yang ini cerdas dan kritis,
sehingga kalau diperlakukan semena-mena dan pilih kasih ,
mereka akan memakai cara mereka sendiri untuk menjatuhkan
harga diri guru. Selain itu, pilih kasih dalam memberikan sanksi
sangat dibenci dalam agama. Keadilan harus ditegakkan dalam
keadaan apa pun. Karena, keadilan itulah yang akan mengantarkan
kehidupan ke arah kemajuan, kebahagiaan, dan kedamaian.
c.
Disiplin Sikap
Disiplin mengontrol perbuatan diri sendiri menjadi starting
point untuk menata perilaku orang lain. Misalnya, disiplin tidak
tergesa-gesa, dan gegabah dalam bertindak. Disiplin dalam sikap
ini membutuhkan latihan dan perjuangan, karena, setiap saat
banyak hal yang menggoda kita untuk melanggarnya. Dalam
melaksanakan disiplin sikap ini, tidak boleh mudah
tersinggung dan cepat menghakimi seseorang hanya karena
persoalan sepele. Selain itu, juga harus mempunyai keyakinan kuat
bahwa tidak ada yang bisa menjatuhkan diri sendiri kecuali orang
tersebut. Kalau disiplin memegang prinsip dan perilaku dalam
33
d.
Bentuk-bentuk Disiplin
Ada dua bentuk disiplin, antara lain:
301)
Disiplin karena paksaan
Disiplin karena paksaan (
otoriter
) adalah pendisiplinan secara
paksa, anak harus mengikuti aturan yang telah ditentukan.
2)
Disiplin tanpa paksaan
Disiplin tanpa paksaan (
permisif
) adalah disiplin dengan
membiarkan anak mencari batasan sendiri.
e.
Cara dalam menegakkan disiplin
Penegakan disiplin antara lain dapat dilakukan dengan beberapa
cara sebagai berikut:
1)
Peningkatan motivasi
Motivasi merupakan latar belakang yang menggerakkan atau
mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Ada dua jenis
motivasi, yaitu yang pertama motivasi ekstrinsik adalah motivasi
yang berasal dari luar diri kita. Kedua motivasi intrinsik adalah
motivasi yang berasal dari dalam diri kita.
Dalam menegakkan disiplin, mungkin berawal berdasarkan
motivasi ekstrinsik. Orang melakukan sesuatu karena paksaan,
pengaruh orang lain, atau karena keinginan tertentu. Akan tetapi
setelah berproses, orang tersebut dapat saja berubah ke arah
34
motivasi intrinsik. Setelah merasakan bahwa dengan menerapkan
disiplin memiliki dampak positif bagi dirinya kemudian orang
tersebut melakukan sesuatu dilandasi dengan kesadaran dari dalam
dirinya sendiri. Idealnya menegakkan disiplin itu sebaiknya
dilandasi oleh sebuah kesadaran.
2)
Pendidikan dan latihan
Pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor penting
dalam membentuk dan menempa disiplin. Pendidikan dan latihan
merupakan suatu proses yang di dalamnya ada beberapaaturan atau
prosedur yang harus diikuti oleh peserta didik. Misalnya,
gerakan-gerakan latihan, mematuhi atau mentaati ketentuan-ketentuan atau
peraturan-peraturan, mendidik orang untuk membiasakan hidup
dalam kelompok, menumbuhkan rasa setia kawan, kerja sama yang
erat dan sebagainya. Peraturan-peraturan tersebut merupakan
faktor-faktor penting dalam suksesnya mencapai tujuan tertentu.
Dan dalam kehidupan sehari-hari nilai-nilai karakter tersebut juga
sangat penting.
3)
Kepemimpinan
Kualitas kepemimpinan dari seorang pemimpin, guru, atau
orangtua terhadap anggota, peserta didik ataupun anaknya turut
menentukan berhasil atau tidaknya dalam pembinaan disiplin.
35
juga sangat berpengaruh dalam pembinaan disiplin bagi yang
dipimpinnya.
4)
Penegakan aturan
Penegakan disiplin biasanya dikaitkan penerapan aturan (rule
enforcement). Idealnya dalam menegakkan aturan hendaknya
diarahkan pada “takut pada aturan bukan takut pada orang”. Orang
melakukan sesuatu karena taat pada aturan bukan karena taat pada
orang yang memerintah. Jika hal ini tumbuh menjadi suatu
kesadaran maka menciptakan kondisi yang nyaman dan aman.
Pada dasarnya penegakan disiplin adalah mendidik agar seseorang
taat pada aturan dan tidak melanggar larangan yang dilandasi oleh
sebuah kesadaran.
5)
Penerapan reward and punishment
Reward and punishment atau penghargaan dan hukuman
merupakan dua kesatuan yang tidak terpisahkan. Jika
penerapannya secara terpisah maka tidak akan berjalan efektif,
36
f.
Faktor-faktor dalam menanamkan disiplin pada anak
Dalam usaha menanamkan disiplin pada anak, beberapa faktor
perlu diperhatikan ialah:
311)
Menyadari adanya perbedaan tingkatan kemampuan kognitif anak
sesuai dengan azas perkembangan aspek kognitif, maka cara-cara
yang dipergunakan perlu disesuaikan dengan tingkatan
kemampuan kognitif ini.
2)
Menanamkan disiplin pada anak harus dimulai seawal mungkin,
yakni sejak anak mula mengembangkan pengertian-pengertian dan
mulai bisa melakukan sendiri (tidak lagi “totally dependent”).
3)
Dalam usaha menanamkan disiplin perlu dipertimbangkan agar
mempergunakan teknik demokratis sebanyak mungkin.
4)
Penggunaan hukuman harus diartikan sebagai sikap tegas,
konsekuen dan konsisten dengan dasar bahwa yang dihukum
bukan sianak, atau perasaan anak, melainkan perbuatannya yang
melanggar aturan.
5)
Menanamkan disiplin bukan kegiatan “sekali jadi”, melainkan
harus berkali-kali. Melatih dan mendorong perlu dilakukan
berulang-ulang sampai tercapai keadaan di mana anak bisa
melakukan sendiri sebagai kebiasaan.
37
g.
Tujuan Disiplin
Disiplin pada anak mempunyai dua macam tujuan, yaitu:
321)
Tujuan jangka pendek yaitu untuk membuat anak-anak terlatih dan
terkontrol, dengan mengajarkan bentuk perilaku yang pantas dan
tidak pantas bahkan yang masih asing bagi mereka.
2)
Tujuan jangka panjang yaitu untuk membentuk perkembangan
pengendalian diri sendiri (
self control dan self direction),
anak-anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan
pengendalian dari luar.
h.
Penanggulangan Pelanggaran Disiplin
Cara-cara penanggulangan pelanggaran disiplin dilaksanakan
secara bertahap dengan tetap memperhatikan jenis gangguan yang ada
dan siapa pelakunya, apakah dilakukan oleh individu atau kelompok.
Langkah tersebut mulai dari tahapan pencegahan sampai pada tahap
penyembuhan, dengan tetap bertumpu penekanan substansinya bukan
pada pribadi peserta didik. Disamping itu juga harus tetap menjaga
perasaan kecintaan terhadap peserta didik bukan karena rasa benci atau
emosional.Berikut ini dikemukakan tiga jenis teknik pembinaan
disiplin kelas, yaitu:
38
1)
Teknik inner control
Teknik ini sangat disarankan untuk digunakan guru guru dalam
membina disiplin peserta didiknya. Teknik menumbuhkan
kepekaan/ penyadaran akan tata tertib pada akhirnya disiplin bisa
tumbuh dan berkembang dari dalam diri peserta didik itu sendiri
(self discipline). Dengan kata lain peserta didik diharapkan dapat
mengendalikan dirinya sendiri.
2)
Teknik external control
Teknik external control yaitu mengendalikan diri dari luar
berupa bimbingan dan penyuluhan. Teknik ini dalam
menumbuhkan disiplin cenderung melakukan pengawasan (yang
kadang perlu diperketat dan kalau perlu menjatuhkan hukuman
terhadap setiap pelanggaran).
3)
Teknik cooperative control
Dengan teknik ini, pembinaan disiplin kelas dilakukan dengan
bekerja sama guru dengan peserta didik dalam mengendalikan
situasi kelas ke arah terwujudnya tujuan kelas yang bersangkutan.
Dimana guru dengan peserta didik saling mengontrol satu sama
lain terhadap pelanggaran tata tertib. Yang perlu diperhatikan oleh
guru dalam proses pembinaan disiplin kelas adalah
pembedaan-pembedaan individual peserta didik dalam kesanggupan
39
dirinya (selfcontrol). Karena itu teknik cooperative control sangat
dianjurkan untuk menetralisir teknik inner control (yangmenuntut
kedewasaan) eksternal control (yang menganggap peserta didik
belum dewasa).
4)
Membentuk Disiplin Sekolah
Sekolah yang tertib, aman dan teratur merupakan persyaratan
agar siswa dapat belajar secara optimal. Kondisi semacam ini bisa
terjadi jika disiplin di sekolah berjalan dengan baik. Kedisiplinan
peserta didik dapat ditumbuhkan jika iklim sekolah menunjukkan
kedisiplinan. Siswa baru akan segera menyesuaikan diri dengan
situasi di sekolah. Jika situasi sekolah disiplin, siswa akan ikut
disiplin.
2.
Peserta Didik
a.
Pengertian Peserta Didik
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, peserta
didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Dengan demikian, peserta didik
adalah seseorang yang terdaftar dalam suatu jalur, jenjang , dan jenis
lembaga pendidikan tertentu, yang selalu ingin mengembangkan
potensi dirinya baik pada aspek akademis maupun nonakademis
40
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Sedangkan
menurut Abu Ahmadi peserta didik adalah sosok manusia sebagai
individu atau pribadii (manusia seutuhnya).
33Siswa atau peserta didik adalah indivisu yang berada dalam
program perkembangan dan pertumbuhan. Perkembangan merupakan
perubahan yang bersifat progresif, yaitu menuju ke tahap yang lebih
tinggi, lebih besar, lebih baik dari seluruh aspek kepribadian.
b.
Ruang Lingkup Peserta Didik
Secara rinci, ruang lingkup peserta didik adalah sebagai berikut:
341)
Perencanaan peserta didik
2)
Penerimaan peserta didik
3)
Orientasi peserta didik baru
4)
Mengatur kehadiran dan ketidakhadiran peserta didik disekolah
5)
Mengatur pengelompokan peserta didik
6)
Mengatur evaluasi peserta didik
7)
Mengatur kenaikan tingkat peserta didik
8)
Mengatur peserta didik yang mutasi dan
drop out
41
9)
Mengatur kode etik, pengadilan dan peningkatan disiplin peserta
didik
Sedangkan menurut Eka Prihatin, Ruang lingkup manajemen peserta
didik mencakup:
351)
Perencanaan peserta didik
2)
Penerimaan peserta didik
3)
Pengelompokan peserta didik
4)
Kehadiran peserta didik
5)
Pembinaan disiplin peserta didik
6)
Kenaikan kelas dan penjurusan
7)
Perpindahan peserta didik
8)
Kelulusan dan alumni
9)
Kegiatan ekstrakulikuler
10)
Tata laksana manajemen peserta didikk
11)
Peranan kepala sekolah dalam manajemen peserta didik
12)
Mengatur layanan peserta didik
42
C.
Hubungan Kerjasama Orang Tua dengan Guru dalam Membentuk
Kedisiplinan Peserta Didik
Menurut Slamet PH, kerjasama merupakan suatu usaha atau kegiatan
bersama yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam rangka untuk
mencapai tujuan bersama.
36Di dalam lembaga pendidikan kerjasama
merupakan hal yang penting untuk dilakukan agar tujuan bersama bisa
dicapai.
Menurut
The Liang Gie
, disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana
orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada
peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati.Sedangkan pengertian
disiplin peserta didik adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki
oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang
merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap peserta
didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan.
37Masalah disiplin ini, hampir di semua sekolah peserta didik pernah
melakukan perbuatan yang menyimpang atau melanggar disiplin sekolah.
Agar tidak melakukan pelanggaran lagi, biasanya pelanggar diberikan sangsi.
Sangsi yang diberikan mermacam-macam, sangsi yang paling ringan biasanya
hanya peringatan bagi pelanggar agar tidak mengulanginya lagi atau sangsi
yang paling berat adalah pemanggilan orang tua.
43
Hal ini harus segera ditangani oleh pihak sekolah. Dalam mengatasi
masalah tersebut, pihak sekolah bisa melakukan kerjasama dengan orang tua
peserta didik agar lebih mudah untuk mengatasinya.
Karena kerjasama yang dilakukan oleh orang tua dengan guru bisa
meringankan guru dalam membina kepercayaan diri anak, mengurangi
masalah disiplin murid dan meningkatkan motivasi anak. Para guru yang
menganggap orang tua sebagai pasangan atau rekan kerja yang penting dalam
pendidikan anak, akan makin menghargai dan makin terbuka terhadap
kesediaan kerjasama orang tua.
38D.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis dua
arah yang Hipotesis alternative dan hipotesis nol. Hipotesis benar jika
Hipotesis alternative (Ha) terbukti kebenarannya.
1.
Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan yang signifikan antara kerjasama orang tua dengan
guru terhadap kedisiplinan peserta didik.
2.
Hipotesis Statistik
Ho: ρ = 0 berarti tidak ada hubungan antara kerjasama orang tua dengan
guru terhadap kedisiplinan peserta didik.
Ha: ρ ≠ 0,tidak sama dengan nol” berarti ada hubungan antara kerjasama
orang tua dengan guru terhadap kedisiplinan peserta didik.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey, yaitu mengambil
sampel dari satu populasi menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan
data pokok. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kuantitatif, dengan jenis pendekatan non eksperimen.
Dalam penelitian ini peneliti menganalisis hubungan antara satu variable (x)
dengan satu variable (y) lainnya atau bagaimana satu variable berhubungan
dengan variable lainnya, sifat hubungan yang dimaksud bisa positif atau
searah dan bisa negative atau terbalik.
a.
Metode Penelitian
Metode Penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian
yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud
mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memahami, menjelaskan,
meramalkan dan mengendalikan keadaan.
39Penelitian ini berjudul
“Hubungan kerjasama orang tua dengan guru dalam membentuk
kedisiplinan peserta didik di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya”
39Syamsuddin AR., M.S Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa (Bandung: PT
45
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif.
Metode kuantitatif adalah pendekatan ilmiah terhadap pengambilan
keputusan manajerial dan ekonomi.
40b.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya yang
beralamat di Jl. Sidotopo Wetan Baru No.37 Surabaya.
Peneliti mengambil lokasi tersebut karena pemilihan dan penentuan lokasi
tersebut dilatar belakangi oleh beberapa pertimbangan atas dasar
kekhasan, ketertarikan, dan sesuai dengan penelitian kami yang membahas
tentang hubungan kerjasama orang tua dengan guru dalam membentuk
kedisiplinan peserta didik di sekolah.
B.
Variabel dan Definisi Operasional
Menurut sugiono variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari objek atau kegiatan yang mempunyai variasi yang tentu, yang
diterapakan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Dalam penelitian yang dilakukan penulis terdiri dari dua
variabel, yaitu variabel independen. Adapun penjelasan dari masing – masing
variabel adalah sebagai berikut :
a.
Variable Bebas (X) yaitu variabel yang menjadi sebab atau merubah/
mempengaruhi variabel lain (variabel terikat).
41Adapun variable bebas
dalam penelitian ini adalah kerjasama orang tua dengan guru.
46
b.
Variable terikat (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variabel lain (variabel bebas).
42Adapun variabel terikat
dalam penelitian ini adalah disiplin peserta didik.
C.
Populasi dan Sampel
a.
Populasi
Pengertian populasi menurut Sugiyono adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
43Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua, guru
dan peserta didik di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya. Jumlah guru di
SMA Wachid Hayim 1 Surabaya adalah 45, Sedangkan jumlah siswa atau
[image:54.612.137.517.216.631.2]orang tua siswa di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya adalah 614 siswa.
Table 3.1.
Jumlah Siswa di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya
No. Tingkat Kelas
Laki-laki Perempuan
Jumlah
Siswa
1.
X
93
123
216
2.
XI
98
143
241
3.
XII
75
83
158
Jumlah
614
41Ir. Syofian Siregar, M.M., Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenadameda Group,
2014), 10.
42Syofian, Metode Penelitian, 10.
47
b.
Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
olehpopulasi tersebut. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan