• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN SELF CONCEPT ANGGOTA KARANG TARUNA YODHA MANDIRI DI DESA PACUH BALONGPANGGANG GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN SELF CONCEPT ANGGOTA KARANG TARUNA YODHA MANDIRI DI DESA PACUH BALONGPANGGANG GRESIK."

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK BERBASISASSERTIVE

TRAININGDALAM MENINGKATKANSELF CONCEPTANGGOTA

KARANG TARUNA YODHA MANDIRI DI DESA PACUH BALONGPANGGANG GRESIK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Bimbingan Konseling Islam (S.Sos)

Oleh: Lailatul Nikmah NIM. B03213011

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Lailatul Nikmah (B03213011), Pengaruh Bimbingan Kelompok Berbasis

Assertive Training untuk meningkatkan Self Concept Anggota Karang

Taruna Yodha Mandiri di Desa Pacuh Balongpanggang Gresik.

Fokus penelitian ini adalah, Apakah terdapat pengaruh pelaksanaan Bimbingan Kelompok Berbasis Teknik Assertive Trainingdalam Meningkatkan Self Concept Anggota Karang Taruna Yodha Mandiri di Desa Pacuh Kecamatan Balongpanggang Kabupaten Gresik?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisa data penelitian Eksperimen analisis uji t (Paired Sample

t-test). Sedangkan dalam pengumpulan data menggunakan angket pre-tet dan

post-test, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitian adalah 15

anggota karang taruna Yodha Mandiri di Desa Pacuh Balongpanggang Gresik. Dalam penelitian ini proses konseling menggunakan bimbingan kelompok berbasis assertive training dalam meningkatkan self concept anggota karang

taruna Yodha Mandiri dengan topic materi “self concept the leader training”. Untuk melihat adanya pengaruh atau tidaknya Bimbingan Kelompok berbasis

Assertive Training dalam meningkatkan Self Concept anggota karang taruna

Yodha Mandiri di Desa Pacuh Balongpanggang Gresik. Dengan melihat hasil uji-t menunjukkan bahwa sebelum diberi treatment 60,93 dan sesudah diberi treatment 67,60. Nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan dalam Paired Sample t-test, diketahui bahwa hasil prosentasenya adalah 84,5% dengan melihat standar ujinya dapat dikatakan bahwa Bimbingan Kelompok berbasis Assertive Training dikategorikan “Sangat Berpengaruh”

dalam meningkatkan Self Concept Anggota karang taruna Yodha Mandiri di desa Pacuh Balongpanggang Gresik.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTISTAS SKRIPSI... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 7

1. Bimbingan Kelompok ... 7

2. Assertive Training ... 9

3. Self Concept ... 13

F. Metode Penelitian ... 17

1. Pendekatan dan jenis penelitian ... 17

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling... 19

3. Variabel dan Indikator Penelitian ... 22

4. Teknik Pengumpulan Data ... 24

5. Teknik Analisis Data... 27

G. Sistematika Pembahasan ... 30

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ... 32

1. Bimbingan Kelompok ... 32

a. Langkah Awal... 33

b. Perencanaan Kegiatan ... 33

c. Pelaksanaan Kegiatan ... 33

d. Evaluasi Kegiatan ... 35

e. Analisis dan Tindak Lanjut... 37

2.Assertive Training... 37

(8)

b. Perilaku Asertif... 41

c. TujuanAssertive Training... 41

d. ManfaatAssertive Training... 42

e. Tahapan PelaksanaanAssertive Training... 43

f. Prosedur yang Diberikan Kepada Klien... 46

g. Langkah-langkah StrategiAssertive Training... 46

3.Self Concept(Konsep Diri) ... 48

a. Pengertian Diri... 48

b. Hakikat Konsep Diri... 48

c. Proses Terbentuknya Konsep Diri ... 55

d. Pengembangan Konsep Diri ... 56

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 57

f. MateriSelf Concept(Konsep Diri) DalamTraining... 58

B. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 62

C. Hipotesis Penelitian... 65

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 66

1. Profil Desa ... 66

a. Data Wilayah Desa Pacuh ... 66

b. Geografi dan Topografi Desa Pacuh ... 67

c. Ortobitas (Jarak Dari Pusat Pemerintahan) ... 67

d. Bidang Keluarga Berencana... 67

e. Keadaan Ekonomi Sosial dan Budaya Masyarakat Desa Pacuh ... 68

f. Prasarana Pendidikan Perhubungan Dan Keagamaan ... 70

g. Upaya-upaya Pembangunan Desa Pacuh ... 71

h. Permasalahan dan Hambatan Desa Pacuh... 73

i. Usaha Untuk Mengatasi Permasalahan... 74

2. Karang Taruna Yodha Mandiri... 75

a. Sejarah Perkembangan Karang Taruna Yodha Mandiri... 75

b. Tugas dan Wewenang Pengurus Karang Taruna Yodha Mandiri.... 76

c. Program Kerja Karang Taruna Yodha Mandiri... 81

d. Program Kerja yang Sudah Berjalan... 82

B. Deskripsi Hasil Penelitian... 82

1. Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok BerbasisAssertive Trainingdalam MeningkatkanSelf ConceptAnggota Karang Taruna Yodha Mandiri di Desa Pacuh Balongpanggang Gresik ... 82

a. Langkah Awal dan Perencanaan ... 82

b. Pelaksanaan ... 85

c. Kegiatan Penyampaian Isi Materi ... 89

d. Penutup, Renungan dan Evaluasi... 97

2. Deskripsi Hasil Penelitian Bimbingan Kelompok Berbasis Assertive Trainingdalam MeningkatkanSelf ConceptAnggota Karang Taruna Yodha Mandiri di Desa Pacuh Balongpanggang Gresik ... 98

(9)

b. Uji Realibilitas Data... 106

3. Pengujian Hipotesis ... 110

BAB IV : ANALISIS DATA A. Analisis Pengujian Hipotesis Data Bimbingan Kelompok Berbasis Assertive Training dalam Meningkatkan Self Concept Anggota Karang Taruna Yodha Mandiri di Desa Pacuh Balongpanggang Gresik... 112

1. Uji Prasyarat Analisis ... 112

a. Uji Normalitas ... 113

b. Uji Homogenitas ... 114

2. Uji Hipotesis ... 118

B. Analisis Pengujian Data Tingkat Pengaruh Bimbingan Kelompok Berbasis Assertive Training dalam Meningkatkan Self Concept Anggota Karang Taruna Yodha Mandiri di Desa Pacuh Balongpanggang Gresik... 122

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 125

B. Saran ... 126 DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemuda adalah generasi penerus bangsa yang di pundaknya

mengemban amanah untuk menjadikan suatu bangsa lebih maju dan

bernilai saing tinggi di tingkat dunia. Bisa juga dikatakan bahwa pemuda

ialahagent of change, pembawa generasi perubahan bagi peradaban dunia.

Maka wajib bagi setiap pemuda untuk senantiasa menambah khasanah

keilmuan dan wawasannya demi membawa perubahan yang lebih baik

untuk daerahnya, dimana sosok pemuda diharapkan dapat melanjutkan

perjuangan generasi sebelumnya. Suatu bangsa pastinya memiliki harapan

yang besar agar di masa yang akan datang pemuda dapat menjadikan

masyarakat Indonesia ini bangsa yang lebih maju. Oleh karenanya para

pemuda memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan harapan dan

cita-cita bangsa dari generasi sebelumnya. Seperti kata Ir. Soekarno dalam

pidatonya, “Beri aku seribu orang, dan dengan mereka aku akan

menggerakkan Gunung Semeru. Beri aku sepuluh pemuda yang membara

cintanya kepada Tanah Air, dan dengan mereka aku akan mengguncang

dunia” disinilah dapat diartikan bahwa pemuda adalah harapan Bangsa.

Begitupula jika suatu daerah memiliki sekumpulan pemuda yang

aktif untuk berbaur dalam membangun desa maka beruntunglah desa

(11)

2

pemuda namun banyak sekali yang merusaknya. Karena tidak semua

pemuda memiliki cita-cita luhur untuk menjadikan bangsa ini ke arah lebih

maju. Seperti halnya saat ini, banyak sekali fenomena yang tidak lagi jadi

wacana baru. Fakta yang terjadi akhir-akhir ini sering kita saksikan

pemberitaannya di berbagai media tentang maraknya kasus kenakalan

yang dilakukan oleh para remaja/pemuda, beberapa persoalan yang

memberikan bukti bahwa generasi muda saat ini banyak sekali yang

melanggar norma masyarakat, mulai dari bolos sekolah, pergaulan bebas,

mengkonsumsi narkoba, kasus asusila dan sebagainya. Sehingga

berdampak sangat buruk bagi diri pemuda jika dia tidak memiliki pagar

yang kokoh pada diri mereka sendiri, maka bisa saja ikut terjerumus pada

arus rusaknya moral anak bangsa, disini terjadi kehancuran karakter

dikalangan pemuda, karena yang demikian maka akan hancur pula masa

depan suatu peradaban.

Untuk memfasilitasi para pemuda agar mereka memiliki

pandangan hidup yang jelas dan terarah, yakni dengan adanya organisasi

kepemudaan yang berada di wilayah desa/kelurahan adalah Karang Taruna

yang sangat bermanfaat untuk menciptakan suatu pola pikir, dan konsep

diri yang lebih baik bagi para pemuda yang berada disuatu desa melalui

proses belajar, sebagaimana arahan Menteri Sosial,1 yang menyatakan

bahwa “Karang Taruna berkedudukan di desa/kelurahan di dalam wilayah

hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

1Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 77/HUK/2010 tentang Pedoman

(12)

3

Berkaitan dengan pengertian organisasi karang taruna, peraturan

Mentri Sosial menyebutkan bahwa,2 “Karang Taruna adalah organisasi

sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana setiap anggota

masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan

tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi

muda di wilayah desa/kelurahan terutama bergerak di bidang usaha

kesejahteraan sosial.”

Arti yang terkandung dari pernyataan diatas adalah bahwa karang

taruna adalah organisasi yang tepat dan sudah ditetapkan oleh Menteri

Sosial sebagai wadah pengembangan generasi muda di wilayah desa yang

harus dimanfaatkan.

Keberadaan karang taruna di desa juga mempunyai dampak positif

bagi warga di sekitarnya, hal ini dapat dilihat dari peran, tujuan dan

fungsinya. Karena keberadaannya yang berada di lingkungkungan

masyarakat setidaknya organisasi karang taruna peran dan fungsinya harus

mensejahterakan masyarakatnya dengan kegiatan-kegiatan yang sudah

dirancang. Begitupula dampak bagi para anggota karang taruna sendiri

yang mayoritas terbentuk dari sekumpulan pemuda yang berada disuatu

desa tersebut pastinya memberikan kontribusi yang positif. Dengan adanya

karang taruna diharapkan bisa menjadi wadah pembelajaran setiap

individunya untuk berorganisasi, dan lebih berani untuk

mengaktualisasikan dirinya.

2Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 77/HUK/2010 tentang pedoman

(13)

4

Organisasi karang taruna ini dapat berjalan sesuai dengan

fungsinya apabila masing-masing komponen melaksanakan tugasnya

dengan baik. Adapun tugas pokok dan fungsi karang taruna sebagaimana

ditetapkan dalam Peraturan Menteri Sosial sebagai berikut,3 “Karang

Taruna memiliki tugas pokok secara bersama-sama dengan Pemerintah.

Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota serta masyarakat

lainnya untuk menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan sosial

terutama generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitasi maupun

pengembangan potensi generasi muda di lingkungannya.”

Namun Pembentukan organisasi karang taruna di desa Pacuh ini

terbilang masih sangat awal, karena masih awal tentunya disini

dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai masalah, baik sosial maupun

dalam pembentukan kepribadian bagi para anggotanya, kebanyakan para

anggota tidak yakin akan amanah yang akan mereka emban. Hal ini

diungkapkan oleh beberapa anggota karang taruna Yodha Mandiri, yang

beranggapan bahwa mereka masih anak sekolah yang belum pernah terjun

dalam masyarakat. Sementara tanggung jawab yang diamanahkan

sangatlah berat, bahkan ketua yang terpilih pun masih tidak berani untuk

berbicara di depan para anggotanya, hingga akhirnya banyak timbul

permasalahan, ini adalah pandangan para anggota tentang diri mereka.

Yang terbangun dalam konsep diri seseorang adalah bagaimana cara

3Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 77/HUK/2010 tentang Pedoman

(14)

5

individu memandang dirinya secara utuh, fisikal, emosional, intelektual,

sosial, dan spiritual.4

Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas anggota karang taruna ini

memiliki sifat yang kurang asertif, dimana orang yang kurang asertif

adalah mereka yang memiliki ciri terlalu mudah mengalah atau lemah,

mudah tersinggung, mudah cemas, kurang yakin pada diri sendiri, sukar

dalam mengadakan komunikasi dengan orang lain, dan tidak bebas dalam

mengemukakan masalah. Konsep diri mereka yang tidak jelas karena

mereka tidak tahu peran apa yang mereka jalankan, tujuan apa yang harus

mereka capai, dan kurang yakin pada diri mereka sendiri.

Berangkat dari permasalahan inilah, penulis ingin melakukan

penelitian yang lebih mendalam untuk dapat meningkatkan konsep diri

para anggota karang taruna. Dengan cara melakukan penelitian yang

berjudul Pengaruh Bimbingan Kelompok Berbasis Assertive Training

dalam Meningkatkan Self Concept Anggota Karang Taruna Yodha Mandiri di Desa Pacuh, Balongpanggang–Gresik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti

memfokuskan permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Apakah terdapat pengaruh pelaksanaan Bimbingan Kelompok

Berbasis Assertive Training dalam Meningkatkan Self Concept Anggota

4Keliat, Budi Anna, Dkk.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. (Jakarta: EGC,

(15)

6

Karang Taruna Yodha Mandiri di Desa Pacuh Kecamatan

Balongpanggang Kabupaten Gresik?

C. Tujuan Penelitian

Searah dengan rumusan masalah yang tertera di atas, tujuan penelitian

secara umum adalah untuk mengetahui seberapa efektif untuk membantu

konselor dalam meningkatkan Self Concept pada anggota karang taruna

Yodha Mandiri melalui Bimbingan Kelompok berbasis Assertive Training

di Desa Pacuh Kecamatan Balongpanggang Kabupaten Gresik. Secara

rinci tujuan dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

Untuk mengetahui pengaruh Pelaksanaan Bimbingan Kelompok

Berbasis Assertive Training dalam Meningkatkan Self Concept Anggota

Karang Taruna Yodha Mandiri di Desa Pacuh Kecamatan

Balongpanggang Kabupaten Gresik.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis:

1. Dari segi teoritis

Dari segi teoritis, hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai rujukan

atau penambah referensi kepustakaan bagi peneliti berikutnya yang

ingin meneliti ataupun menganalisa penelitian tentang meningkatkan

(16)

7

2. Dari segi praktis

Sedangkan dari segi praktis, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi pada Karang Taruna lain dalam melaksanakan

kegiatan dan pengembangannya. Disamping itu, hasil penelitian ini

juga diharapkan untuk menjadi sumber inspirasi bagi yang

membutuhkan, terutama bagi yang sedang melakukan penelitian untuk

mempermudah dan melancarkan analisisnya.

E. Definisi Operasional

Pada dasarnya, konsep merupakan unsur yang sangat penting dari

suatu penelitian yang merupakan definisi singkat dari sejumlah fakta atau

gejala-gejala yang diamati, oeh sebab itu konsep-konsep yang dipilih

dalam penelitian ini sangat perlu dibatasi ruang lingkup dan batasan

masalahnya sehingga pembahasannya tidak akan melebar atau kabur.

Dalam pembahasan ini peneliti membatasi dari sejumlah konsep

yang diajukan dalam penelitian dengan judul “Bimbingan Kelompok

berbasis Assertive Training dalam Meningkatkan Self Concept Anggota

Karang Taruna Yodha Mandiri di Desa Pacuh Kecamatan

Balongpanggang Kabupaten Gresik”. Adapun definisi konsep dari

penelitian ini adalah :

1. Bimbingan Kelompok

Menurut Willis, di dalam karakteristik bimbingan (guidance)salah

(17)

8

kelompok adalah saat dimana konselor menghadapi banyak konseli.

Disini pembimbing/konselor lebih banyak bersikap sebagai fasilitator

untuk kelancaran diskusi kelompok dan dinamika kelompok. Masalah

yang dihadapi adalah persoalan bersama, misalnya meningkatkan

prestasi belajar, berorganisasi, kreativitas dan sebagainya.5

Sedangkan menurut Prayitno dan Amti, bimbingan kelompok

adalah kegiatan pemberian informasi untuk keperluan tertentu bagi

para anggota kelompok.6 dan menurut Winkel bimbingan kelompok

merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal

masing-masing individu, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari

pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri.7 Sunawan juga

menyatakan bimbingan kelompok yaitu layanan yang membantu

dalam pengembanga pribadi, kemampuan hubungan social, kegiatan

belajar, karir/jabatan dan pengambilan keputusan serta melakukan

kegaiatan tertentu melalui dinamika kelompok.8

Dari beberapa uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

bimbingan kelompok merupakan suatu kegiatan layanan yang bersifat

membantu dalam situasi kelompok dengan tujuan mengoptimalkan

dengan menggunakan dinamika kelompok.

5Sofyan S. Willis.Konseling Individual, Teori dan Praktek, (Bandung: Penerbit Alfabeta,

2011). Hlm. 15

6Prayino dan Erman Amti.Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2004). Hlm. 20

7Winkel, WS. Dan Sri Hastuti.Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,

(Yogyakarta: Media Abadi). Hlm. 38

(18)

9

Kegiatan ini banyak menggunakan alat-alat pelajaran seperti

cerita-cerita yang tidak tamat, boneka, dan film. Kadang-kadang dalam

pelaksanaanyya konselor mendatangkan ahli tertentu untuk

memberikan ceramah yang bersifat informatif. Penyelenggaraan

bimbingan kelompok memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan

kegiatan yang memadai, dari langkah awal sampai dengan evaluasi dan

tindak lanjutnya.9

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan bimbingan

kelompok karena objek yang dihadapi adalah lebih dari satu orang, dan

dalam proses pelaksanaannya disini peneliti sebagai konselor dan

objek merupakan kliennya. Dalam kegiatannya klien yang terdiri dari

anggota karang taruna ini akan dibagi menjadi 3 kelompok, di dalam

prosesnya akan dimulai dengan:

a. Langkah awal dan perencanaan

b. Tahap pelaksanaan

c. Kegiatan penyampaian isi materi yang meliputi (citra diri/cermin

diri, identitas diri, harga diri, diri ideal)

d. Penutup, Renungan dan Evaluasi.

2. Assertive Training

Assertive training merupakan salah satu teknik dalam terapi

behavioral. Terapi behavioral berasal dari dua arah konsep yakni

9Achmad Juntika Nurihsan.Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. (Bandung: PT.

(19)

10

Pavlovian dari Ivan Palov dan

S

kinerian dari B.F Skinner. Mula-mula

terapi ini dikembangkan oleh Wolpe untuk menanggulangi neurosis.

Willis menjelaskan bahwa Assertive Training merupakan teknik

dalam konseling behavioral yang menitikberatkan pada kasus yang

mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam

menyatakannya. Assertive training adalah suatu teknik untuk

membantu klien dalam hal-hal berikut:10

a. Tidak dapat menyatakan kemarahan atau kejengkelannya.

b. Mereka yang sopan berlebihan dan membiarkan orang lain

mengambil keuntungan padanya.

c. Mereka yang merasakan tidak punya hak untuk menyatakan

pendapat dan pikirannya.

Selain itu Gunarsih dalam bukunya Konseling dan Psikoterapi

menjelaskan pengertian latihan asertif yaitu prosedur latihan yang

diberikan kepada klien untuk melatih perilaku penyesuaian sosial

melalui ekspresi diri dari perasaan, sikap, harapan, pendapat, dan

haknya.11

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa assertive training atau latihan asertif adalah

prosedur latihan yang diberikan untuk membantu peningkatan

kepercayaan diri dalam mengkomunikasikan apa yang diinginkan,

(20)

11

dirasakan dan dipikirkan pada orang lain namun tetap menjaga dan

menghargai hak-hak serta perasaan orang lain.

Dalam proses bimbingan yang akan dilakukan ini konselor

mengajarkan kepada klien untuk:

1. Bisa menyampaikan pendapat dan segala apa yang ada di dalam

hatinya, melalui training.

2. Konselor juga membimbing dan memperlihatkan model perilaku

yang lebih diinginkan klien dan klien mempraktekkan seperti apa

yang dicontohkan oleh konselor.

3. Klien kemudian berusaha untuk mengulangi respon yang diberikan.

3. Selain itu konselor mengajak klien untuk lebih dekat dengan orang

yang berada di sekelilingnya.

4. Konselor meminta klien untuk lebih berani dan terbuka tentang hal

apapun.

5. Klien dituntut untuk selalu aktif dalam menerima tantangan, terlibat

penuh saat diminta untuk maju kedepan, dan bisa menjelaskan

setiap materi yang telah diberikan.

Kegiatan ini dilakukan melalui training dalam bentuk

latihan-latihan yang berisikan materi tentang Self Concept, dan dalam

prosesnya terletak pada tahap pelaksanaan, penyampaian materi, dan

(21)

12

Pada tahap pelaksanaan bentuk assertive training dimulai saat

konselor mengajak klien (anggota karang taruna Yodha Mandiri)

berpartisipasi penuh dalam kegiatantraining, yang meliputi:

1. Pada tahap langkah awal dan perencanaan pembimbing/konselor

mengidentifikasi keadaan atau permasalahan yang sedang dialami

klien.

2. Setelah itu pembimbing/konselor memeriksa dan memikirkan

bantuan apa yang cocok untuk diberikan kepada klien.

3. Kemudian dipilih lah situasi khusus dimana klien melakukan

permainan peran (role playing) dengan mediatraining self concept.

4. Di dalam training ini (tahap pelaksanaan) pembimbing/konselor

memberikan umpan balik secara verbal dan visual, menekankan hal

yang positif dan menunjukkan hal-hal yang tidak sesuai (tidak

cocok) pada klien, dengan cara yang baik dan tidak menghukum

atau menyalahkan.

5. Pembimbing/ konselor memperlihatkan model perilaku yang

seharusnya dimiliki oleh klien.

6. Pembimbing atau konselor menjelaskan hal-hal yang mendasari

perilaku yang diinginkan klien.

7. Dalam proses training pembimbing/konselor juga memberi contoh

(22)

13

8. Selama training berlangsung, penyampaian materi ini berisikan

tentang hal yang meyakinkan tentang diri klien yang positif yang

kemudian diikuti oleh perilaku-perilaku (praktek) secara langsung.

9. Klien kemudian menirukan apa yang diminta pembimbing/konselor.

10. Pembimbing/konslor memberi penghargaan atas perkembangan yang

terjadi pada klien.

11. Dan terakhir pemberian tugas rumah dan tindak lanjut, yakni terjadi

saat proses perenungan. Pembimbing/konselor memberi tugas rumah

pada klien untuk mempraktekkan perilaku yang diharapkan, untuk

memaafkan dirinya dan lingkungan sekitarnya, dan lebih menerima

serta terbuka lagi pada diri sendiri. Dan konselor memeriksa perilaku

target apakah sudah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

3.Self Concept

Menurut Keliat, konsep diri adalah cara individu memandang

dirinya secara utuh, fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual.12

Konsep diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri.

Pandangan diri terkait dengan dimensi fisik, karakteristik individual,

dan motivasi diri. Pandangan diri tidak hanya meliputi

kekuatan-kekuatan individual, tetapi juga kelemahan bahkan juga kegagalan

dirinya.

12Keliat, Budi Anna, Dkk.Proses Kperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. (Jakarta: EGC,

(23)

14

Harlock memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai

gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini

merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang

mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial,

emosional, aspirasi dan prestasi.13

Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah

laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka

hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat indiviu

menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal,

maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.

Dari beberapa pendapat dari para ahli diatas maka dapat

disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara pandang secara

menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki,

perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan

terdekatnya.

Komponen Konsep diri yakni terdiri dari Citra diri (Self Image),

Ideal Diri (Self Ideal), Harga diri (Self Esteem), Peran (Self Rool)dan

Identitas (Self Idencity).

a. Citra diri

Citra diri adalah sikap terhadap dirinya baik disadari

maupun tidak disadari. Dapat diartikan sebagai pengertian

seseorang terhadap dirinya sendiri, Pietrofesa dalam setiap

13Elizabeth B. Hurlock.Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

(24)

15

tulisannya secara konsisten menerangkan bahwa citra diri meliputi

semua nilai, sikap, dan keyakinan terhadap diri seseorang dalam

berhubungan dengan lingkungan, dan merupakan paduan dari

sejumlah persepsi diri yang mempengaruhi dan bahkan

menentukan persepsi atau tingkah laku. Ada ke khasan dari orang

ke orang dalam citra dirinya dan itu unik.14

b. Ideal Diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaiamana ia

seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar

dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya

atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan

mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri.

c. Harga Diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang

dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah

lakudengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan

orang lain yaitu: dicintai, dihormati, dan dihargai. Mereka yang

menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat

menyesuaiakan diri. Sebaliknya individu akan merasa dirinya

14Andi Mappiare AT.Pengantar Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

(25)

16

negative, relatif tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak

dicinta atau tidak diterima di lingkungannya.15

d. Peran

Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan

tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan

fungsi inidividu di dalam kelompok sosial. Setiap orang disibukkan

oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada setiap

waktu sepanjang daur kehidupannya. Harga diri yang tinggi

merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok

dengan ideal diri.

e. Identitas Diri

Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang

dapat diperoleh individu dari observasi dan penilaian dirinya,

menyadari bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain, dan

tidak ada duanya. Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak,

bersamaan dengan berkembangnya konsep diri. Dalam identitas

diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap

diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri.

Oleh karena itu, dalam meningkatkan self concept dalam

penelitian ini peneliti menggunakan bimbingan kelompok berbasis

assertive training dengan harapan anggota karang taruna Yodha

Mandiri untuk bisa:

15Keliat, Budi Anna, Dkk.Proses Kperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. (Jakarta: EGC,

(26)

17

1. Memiliki citra diri (Self Image)yang baik.

2. Menjadikan dirinya Ideal (Self Ideal) yang bisa jadi panutan.

3. Memiliki harga diri (Self Esteem)yang tinggi.

4. Memiliki Peran (Self Rool) dan kontribusi yang penuh dalam

desa.

5. Serta memiliki Identitas Diri (Self Idencity) yang membedakan

dirinya dengan orang lain.

Hingga terbangun Konsep diri (Self Concept) yang jelas

pada masing-masing individunya, yang demikian itu akan sangat

bermanfaat bagi pengembangan kepribadian anggota karang taruna

Yodha Mandiri terlebih manfaatnya juga akan didapat oleh desa itu

sendiri, karena dengan memiliki konsep diri yang jelas maka akan

terlaksana dengan baik pula dalam melaksanakan program

kerjanya.

.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah

menggunakan pendekatan kuantitatif, penelitian kuantitatif adalah

penelitian yang menggunakan metode-metode yang didasarkan pada

(27)

18

dengan analisis-analisis statistik.16 Analisis yang ada di penelitian

kuantitatif menggunakan metode pengumpulan data atau pengukuran

variabel.17 Lebih jelasnya, penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk menemukan

keterangan mengenai apa yang ingin diketahui, angka-angka terkumpul

sebagai hasil penelitian yang menggambaerkan situasi dan kejadian.18

MC. Milan dan Scumacher membedakan ada dua metode dalam

penelitian kuantitatif yaitu eksperimental dan non eksperimental. Non

eksperimental dapat berbentuk deskriptif, komparatif, korelasional, dan

survei. Selain dengan survei, data kuantitatif dapat diambil melalui

testing eksperimen atau kuesioner.

Adapun jenis penelitiannya, peneliti akan menggunakan penelitian

eksperimental, penelitian eksperimental dapat didefinisikan sebagai

metode yang dijalankan dengan menggunakan suatu perlakuan

(treatment) tertentu. Observasi pada penelitian eksperimental dilakukan

di bawah kondisi buatan(artifical condition) yang diatur oleh peneliti.19

Hal ini diambil karena peneliti ingin menggunakan suatu perlakuan

terhadap kelompok tertentu dengan kondisi yang akan diatur

sedemikian rupa dan kemudian hasilnya akan di evaluasi.

16Jane Stokes,How To Do Media And Cultural Studies: Panduan Untuk Melaksanakan

Penelitian, (Yogyakarta: Benteng Pustaka, 2003), Hlm. 4

17Nanang Martono,Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data

Sekunder(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), Hlm. 11

18Margono,Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), Hlm. 103

19Restu Kartika Widi. AsasMetodologi Penelitian: Sebuah Pengantar dan Penuntun

(28)

19

Pre-Experimental Design (non design), khususnya One Group

Prerest-Posttest Design adalah bentuk penelitian eksperimental yang

dipilih oleh peneliti. Model ini dipilih karena peneliti hendak

memberikan tes pada saat sebelum dan sesudah diberi perlakuan.20

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

a. Populasi

Secara etimologi populasi diartikan sebagai jumlah orang atau

benda di suatu daerah yang memiliki sifat universal21, sedangkan

populasi menurut Sugiono adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Sedang Suharsimi Arikunto mengartikan populasi

adalah keseluruhan objek penelitian.22 Dari pengertian tersebut peneliti

menyimpulkan bahwa populasi merupakan sekelompok orang atau

objek yang berhubungan dengan kriteria penelitian untuk dipelajari dan

ditarik kesimpulannya.

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti. Populasi

dibagi menjadi dua bagian, yaitu finite (terbatas) dan infinite (tidak

terbatas). Populasi terbatas artinya diketahui jumlahnya sedang tidak

20Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

2009). Hlm. 74

21Mahi M Hikmat, Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), Hlm. 60

22Asep Saepul Hamdi & E. Bahrudin,Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam

(29)

20

terbatas tidak diketahui jumlahnya.23 Populasi yang sudah ditentukan

disebut dengan populasi sasaran (target population). Dalam populasi

sasaran, peneliti menjelaskan secara spesifik batasan dari populasi yang

dipakai.24 Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan populasi

tidak terbatas yakni dari perangkat Desa Pacuh, masyarakat Desa Pacuh

dan seluruh anggota krang taruna desa pacuh.

b. Sampel

Sampel adalah bagian terkecil yang mampu mewakili suatu

kelompok secara keseluruhan yang lebih besar (populasi).25 Kemudian

dari sampel tersebut kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk

populasi yang bersangkutan. Oleh sebab itu sampel yang diambil harus

betul-betul representatif.26 Dari pengertian tersebut, dapat ditarik

pemahaman bahwa sampel yang diambil dari populasi inilah yang

mewakili keseluruhan populasinya.

Adapun sampel penelitian ini adalah 15 anggota karang taruna

Yodha Mandiri di Desa Pacuh yang dipilih dari masing-masing

perwakilan, penguruas harian (inti) berjumlah 6 orang, perwakilan dari

koordinator dan anggota tiap devisi 9 orang, jadi jumlah sampel

keseluruhan 15 orang.

23Wasis,Pedoman Riset Praktis, (Jakarta: EGC, 2006), Hlm. 44

24Eriyanto,Teknik Sampling Analisis Opini Publik, (Yogyakarta: LkiS, 2007), Hlm. 63 25Mahi M Hikmat, Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), Hlm. 61

26Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta,

(30)

21

Pemilihan sampel ini tidak terlepas dari kondisi dan kualitas

anggota karang taruna Yodha Mandiri di Desa Pacuh yang sangat susah

jika untuk dikumpulkan dalam sauatu tempat yang sama dengan bentuk

formal, dan jika dilakukan rapat biasanya hanyalah orang-orang tertentu

yang memiliki kesadaran untuk menghadirinya, oleh karenanya peneliti

hanya memilih orang-orang yang aktif saja. Aktif disini dalam artian

anggota yang selalu hadir saat rapat, dan selalu mengikuti kegiatan

program kerja karang taruna, yakni pengurus harian (anggota inti) dan

beberapa anggota dari devisi-devisi lainnya.

c. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini berbasis pada

Probability Sampling. Probability Sampling adalah sebuah teknik

pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap

unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel sebuah

penelitian.27

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

Purpose Sampling (Sampling Bertujuan), yaitu teknik sampling yang

digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya.28

27Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2012), Hlm. 120

(31)

22

d. Lokasi Penelitian

Lokasi dan waktu penelitian merupakan rencana tentang tempat

dan jadwal yang akan dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan

kegiatan penelitiannya. Dalam pembuatan proposal membuat jadwal

penelitian merupakan sesuatu yang harus dilakukan karena dapat

memberikan rencana secara jelas dalam prosees pelaksanaan penelitian.

Jadwal penelitian meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan dan

penyusunan laporan penelitian.29

Adapun lokasi penelitian ini adalah Balai Desa Pacuh yang terletak

di Dusun Gridi Jaya Desa Pacuh Kecamatan Balongpanggang

Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur.

3. Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian,30jadi variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.31 Dalam

penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat

(Y).

29A. Aziz Alimul Hidayat,Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data,

(Jakarta: Salemba Medika, 2012), Hlm. 23-24

30Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis,(Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2013), Hlm. 118

31Sugiyono,Metode Penelitian Pendidikan: Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(32)

23

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yakni X (variabel bebas) dan Y

(variabel terikat).

a. Variabel bebas (VX) adalah Bimbingan Kelompok berbasis Assertive

Training.

b. Variabel terikat (VY) adalah Self Concept anggota karang taruna Yodha

Mandiri di Desa Pacuh Balongpanggang Gresik.

Dari variabel tersebut di uji dibuat indikator dari indikator di perjelas

menjadi indikator-indikator dalam penelitian ini adalah:

a. Indikator variabel bebas (X):

Bimbingan kelompok berbasisassertive trainingdibatasi pada32:

1.) Keberanian anggota dalam mengekspresikan pikiran, perasaan dan

kebutuhan dirinya, baik secara verbal, dan tanpa perasaan takut, cemas

dan khawatir.

2.) Mudah berkomunikasi, hangat, dan menjalin hubungan sosial yang baik

dengan orang lain.

3.) Mampu menyatakan perasaannya secara jelas, tegas, jujur, apa adanya

dan sopan.

4) Tidak mudah tersinggung, sensitif dan emosional.

5) Menolak permintaan yang dianggap tidak masuk akal, berbahaya, negatif

dan dapat merugikan oranglain.

b. Indikator variabel terikat (Y):

Self Conceptdalam hal ini dibatasi pada33:

32Gerald Corey.Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. (Bandung: PT. Refika

(33)

24

1) Mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menghadapi

kehidupan yang dijalaninya.

2) Menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia.

3) Bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.

4) Menyadari dan tidak merasa malu akan keadaan dirinya.

5) Kelemahan yang dimilikinya tidak membuatnya menyalahkan dirinya

sendiri.

4. Teknik Pengumpulan Data

Hal yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum mengadakan penelitian

adalah menentukan teknik yang akan digunakan dalam mengumpulkan data,

harus diperlihatkan cara dan hakekat pemakaian metode pengumpulan datanya.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.34

Teknik pengumpulan data adalah tahapan yang paling krusial, maka proses

ini harus dilakukan dengan cermat agar memperoleh hasil yang sesuai dan

dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.35 Data yang diperlukan dalam

penelitian ini dikumpulkan melalui 4 (empat) cara yaitu, melalui observasi,

33http://psikologi-komunikasi.blogspot.co.id/2014/05/konsep-diri.html?m=1, diunduh

pada tanggal 27 November 2016 paa pukul 02:59 WIB

34 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2012), Hlm. 223

(34)

25

wawancara (interview), kuesioner (angket) dan dokumentasi yang dilakukan

dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a.) Pada tahap awal dilakukan Observasi

Yaitu melakukan pengamatan secara sistematis dan terencana untuk

memperoleh data yang valid. Dalam hal ini selain peneliti melakukan

pengamatan pada aktivitas dan seluruh kegiatannya, peneliti juga ikut terjun

langsung mulai dari rapat hingga turun ke lapangan untuk mengamati atau

mengobservasi anggota karang taruna Yodha Mandiri di Desa Pacuh

Kecamatan Balongpanggang Kabupaten Gresik yang melakukan kegiatan

personal atau intrapersonal yang berhubungan dengan Self Konsep para

anggotanya.

b.) Pada tahap selanjutnya dilakukan Wawancara (interview)

Secara intensif dan mendalam terhadap para informan, dengan cara

wawancara yang tidak terstruktur dengan menggunakan panduan yang

memuat garis besar lingkup penelitian, dan dikembangkan dengan bebas

selama wawancara berlangsung akan tetapi tetap pada sebatas ruang lingkup

penelitian, dengan tujuan agar tidak kaku dalam memperoleh informasi

dengan mempersiapkan terlebih dahulu gambaran umum

pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara mendalam secara umum

merupakan suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan

(35)

26

pedoman wawancara dimana pewawancara dan informan terlibat dalam

kehidupan sosial yang relatif lama.36

Peneliti mengamati kenyataan dan mengajukan pertanyaan kepada

ketua karang taruna hingga beberapa dari anggotanya untuk mendapatkan

informasi, hal yang ditanyakan dalam wawancara ini tidak begitu formal,

dengan pertanyaan langsung dan terbuka hingga berkembang secara wajar

berdasarkan ucapan dan buah pikiran yang dicetuskan oleh orang yang

diwawancarai.37 Teknik ini digunakan oleh peneliti sebagai penguat hasil

observasi maupun angket yang telah diperoleh.

c.) Angket (Kuesioner)

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawab.38

Peneliti menggunakan angket tertutup guna memperoleh data tentang

hal-hal yang berkaitan dengan bimbingan kelompok, dalam peneliaiannya

peneliti menggunakan angket dengan jenis rating scale, dengan ketentuan

sebagai berikut:

STS(Sangat tidak sesuai) : bernilai1

TS(Tidak Sesuai) : bernilai2

36 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan

Ilmu Sosial Lainnya(Jakarta: Kencana, 2010), h. 108

37 Andi Prastowo, Menguasai Teknik-teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif

(Yogyakarta: Diva Press, 2010), h. 14

38 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

(36)

27

S(Sesuai) : bernilai3

SS(Sangat sesuai) : berniali4

Peneliti akan memberikan angket sebelum diberikan perlakuan dan

sesudah diberikan perlakuan yang terkait dengan self concept anggota

karang taruna Yodha Mandiri Pacuh Balongpanggang Gresik.

d.) Studi dokumen (Dokumentasi)

Adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan,

menyangkut persoalan pribadi, memerlukan interpretasi yang berhubungan

sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut.39

Metode ini digunakan peneliti sebagai bukti otentik visual saat proses

pelaksanaan bimbingan kelompok berbasis assertive training pada anggota

karang taruna Yodha Mandiri.

5. Teknik Analisis Data

Di dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah

pengumpulan data empirik. Secaara garis besar, kegiatan menganalisis datanya

adalah dimulai dari mengelompokkan data, menyajikan data setiap variabel,

melakukan perhitungan dan menjawab perumusan masalah, dan melakukan

perhitungan dengan menggunakan statistik.40

39Burhan Bungin,Metode Penelitian kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2006), Hlm. 130

40Asep Saepul Hamdi & Bahruddin,Metoe Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam

(37)

28

Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa angket (kuesioner),

setelah data terkumpul lalu data diukur dan dimasukkan dalam formulasi uji

Paired Samples T-test. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh dan

membandingkan antara variabel bebas dan variabel terikat. Sehingga dapat

menjawab rumusan masalah yang telah dijelaskan diatas.

thitung=

2

Keterangan:

=

Rata-rata sampel 1

=

Rata-rata sampel 2

= Simpangan baku sampel 1

= Simpangan baku sampel 2

= Varian 1

= Varian 2

r = Korelasi antar dua variabel

Sedangkan langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini antara lain:

a. Memeriksa (editing)

Hal ini dilakukan setelah semua data yang kita kumpulkan melalui

kuesioner atau angket atau instrumen lainnya, langkah pertama yang perlu

(38)

29

Hal ini dilakukan denganmaksud untuk mengecek apabila terjadi kesalahan

maka responden diminta untuk mengisi angket kembali.

b. Memberi Tanda Kode(Coding)

Memberi tanda kode terhadap pertanyaan-pertanyaan yang telah

diajukan. Hal ini, dimaksudkan untuk mempermudah waktu mengadakan

tabulasi dan analisa.

c. Tabulasi Data

Tabulasi data dilakukan jika semua masalah editing dan coding

kita selesaikan, artinya tidak ada lagi permasalahan yang timbul dalam

editingdancodingatau semuanya telah selesai.

Analisis perhitungan rumus statistik dengan menggunakan tabel

data, ragam tabel data disesuaikan dengan kebutuhan komponen rumus

tersebut. Dengan demikian, rumus perhitungan analisis rumus-rumus

tersebut hanya dilakukan dalam tabel itu. Teknik analisis data

dimaksudkan untuk mengkaji kaitannya dengan kepentingan pengajuan

hipotesis penelitian, tujuannya adalah untuk mencari kebenaran data

tersebut.

Adapun ketiga teknik analisis data ini ditempuh untuk mengetahui

pengaruh dari treatment yang digunakan oleh peneliti yang berupa

Bimbingan kelompok berbasis assertive training (veriabel X) dalam

meningkatkan Self Concept anggota karang taruna Yodha Mandiri

(39)

30

H.Sistematika Pembahasan

Bab satu merupakan pendahuluan yang berisi tentang gambaran umum

yang memuat pola dasar penulisan skripsi ini yaitu latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional,

kerangka teori dan hipotesis serta metode penelitian yang meliputi:

pendekatan dan jenis penelitian, populasi, sampel dan teknik sampling,

variabel dan indikator penelitian. Teknik pengumpulan data, teknik analisis

data, dan sistematika pembahasan.

Bab dua membahas tentang kajian teoretik yang meliputi pengertian,

Tujuan, Fungsi, Langkah Penyelenggaraan, serta Teori – Teori yang

mendasari Bimbingan Kelompok, serta memaparkan tentang konsepAssertive

Training yang digunakan untuk pelaksanaan Proses Bimbingan Kelompok.

Juga dijabarkan hasil penelitian terdahulu yang relevan dan hipotesis

penelitian.

Bab tiga membahas tentang gambaran umum Desa Pacuh Kecamatan

Balongpanggang Kabupaten Gresik, seperti kondisi dan letak geografisnya,

sejarah dan perkembangannya, struktur Kepemerintahan Desa, kondisi

Anggota Karang Trauna serta kegiataan-kegiatan yang ada di Organisasi

Karang Taruna Yodha Mandiri Desa Pacuh Kecamatan Balongpanggang

Kabupaten Gresik.

Bab empat membahas tentang analisa Bimbingan Kelompok berbasis

(40)

31

Taruna Yodha Mandiri di Desa Pacuh Kecamatan Balongpanggang

Kabupaten Gresik.

Bab lima membahas tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

(41)

32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Bimbingan Kelompok

Salah satu layanan bimbingan dan konseling adalah bimbingan kelompok, bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli. Isi bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berhubungan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan masalah sosial.

Informasi yang diberikan dalam bimbingan kelompok itu bertujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman tentang orang lain, dan tujuan tidak langsungnya yakni perubahan pada sikap. Kegiatan bimbingan kelompok biasanya dipimpin oleh seorang konselor pendidikan atau seorang guru.41

Kegiatan bimbingan kelompok banyak menggunakan alat-alat pelajaran seperti cerita-cerita yang tidak tamat, boneka, dan film. Kadang-kadang dalam pelaksanaannya konselor mendatangkan ahli tertentu untuk memberikan ceramah yang bersifat informatif. Kegiatan ini pada umumnya menggunakan prinsip dan proses dinamika kelompok, seperti dalam kegiatan sosiodrama, diskusi panel dan teknik lainnya yang berkaitan dengan kegiatan kelompok.

(42)

33

Penyelenggaraan bimbingan kelompok memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan kegiatan yang memadai dari langkah awal sampai dengan evaluasi dan tindak lanjutnya.

a. Langkah Awal

Langkah atau tahap awal yang dilakukan dalam pembentukan kelompok sampai dengan mengumpulkan peserta yang siap melaksanakan kegiatan kelompok. Langkah awal ini dimulai dengan penjelasan tentang adanya layanan bimbingan kelompok bagi para peserta, juga tentang pengertiannya, tujuannya, dan kegunaan bimbingan kelompok. Setelah penjelasan ini langkah selanjutnya menghasilkan kelompok yang langsung merencanakan waktu dan tempat menyelenggarakan kegiatan bimbingan kelompok.

b. Perencanaan Kegiatan

Perencanaan kegiatan bimbingan kelompok meliputi: 1.) Materi layanan

2.) Tujuan yang ingin dicapai 3.) Sasaraan kegiatan

4.) Bahan atau sumber bahan untuk bimbingan kelompok 5.) Rencana penilaian

6.) Waktu dan tempat c. Pelaksanaan Kegiatan

(43)

34

1.) Persiapan menyeluruh yang meliputi persiapan fisik (tempat dan kelengkapannya), persiapan bahan, persiapan keterampilan, dan persiapan administrasi.

Mengenai persiapan keterampilan untuk penyelenggaraan bimbingan kelompok, pembimbing diharapkan mampu melaksanakan teknik-teknik berikut ini:

a.) Teknik umum, yaitu “Tiga M” (mendengar dengan baik, memahami secara penuh, merespon secara tepat dan positif) dorongan minimal, penguatan, dan keruntutan.

b.) Keterampilan memberikan tanggapan, mengenal perasaan peserta, mengungkapkan perasaan sendiri dan merefleksikan. c.) Keterampilan memberikan pengarahan, seperti memberikan

informasi, memberikan nasihat, bertanya secara langsung dan terbuka, mempengaruhi dan mengajak, menggunakan contoh pribadi, memberikan penafsiran, mengkonfrontasikan, mengupas masalah dam menyimpulkan, dan memantapkan asas kerahasiaan kepada seluruh peserta.

2.) Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan Tahap Pertama: Pembentukan

Temanya pengenalan, pelibatan dan pemasukan diri. Meliputi kegiatan:

(44)

35

c.) Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri. d.) Teknik khusus.

e.) Permainan penghangatan/pengakraban. Tahap Kedua: Peralihan

Meliputi kegiatan:

a.) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya.

b.) Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya.

c.) Membahas suasana yang terjadi.

d.) Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota. Tahap Ketiga: Kegiatan

Meliputi kegiatan:

a.) Pemimpin kelompok mengemukakan suatu masalah atau topik. b.) Tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang

hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik yang dikemukakan pemimpin kelompok.

c.) Anggota membahas masalah atau topik tersebut secara mendalam dan tuntas.

d.) Kegiatan selingan. d. Evaluasi Kegiatan

(45)

36

mereka. Isi kesan-kesan yang diungkapkan oleh para peserta merupakan isi penilaian yang sebenarnya. Penialaian terhadap bimbingan kelompok dapat dilakukan secara tertulis, baik melalui essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana. Secara tertulis para peserta diminta mengungkapkan perasaannya, pendapatnya, harapannya, minat dan sikapnya terhadap berbagai hal, baik yang telah dilakukan selama kegiatan bimbingan kelompok (isi maupun proses), juga kemungkinan keterlibatan mereka untuk kegiatan serupa selanjutnya. Kepada para peserta juga dapat diminta untuk mengemukakan (baik lisan maupun tulisan) tentang hal-hal yang paling berharga atau kurang mereka senangi selama kegiatan bimbingan kelompok berlangsung.

Penilaian terhadap bimbingan kelompok berorientasikan pada perkembangan, yaitu mengenali kemajuan atau perkembangan positif yang terjadi pada diri peserta. Penilaian terhadap bimbingan kelompok

lebih bersifat penilaian “dalam proses” yang dapat dilakukan melalui:

1.) Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung.

2.) Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas. 3.) Mengungkapkan kegunaan bimbingan kelompok bagi mereka dan

perolehan mereka sebagai hasil dari keikutsertaan mereka.

(46)

37

5.) Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan bimbingan kelompok.

e. Analisis dan Tindak Lanjut

Hasil penelitian kegiatan bimbingan kelompok perlu dianalisis untuk mengetahui lebih lanjut seluk beluk kemajuan para peserta dan seluk beluk penyelenggaraan bimbingan kelompok. Hal ini perlu dikaji apakah hasil-hasil pembahasan dan pemacahan masalah sudah dilakukan sealam atau setuntas mungkin, dan apakah sebenarnya masih ada aspek-aspek penting yang belum dijangkau dalam pembahasan itu.

Dalam analisis tersebut, satu hal yang menarik ialah analisis tentang kemungkinan dilanjutkannya pembahasan topik atau masalah yang telah dibahas sebelumnya. Usaha tindak lanjut mengikuti arah dan hasil analisis tersebut diatas. Tindak lanjut itu dapat dilaksanakan melalui bimbingan kelompok selanjutnya atau kegiatan dianggap sudah memadai dan selesai sehingga oleh karenanya upaya tindak lanjut secara tersendiri dianggap tidak diperlukan.42

2.Assertive Training

a. PengertianAssertive Training

Assertive training merupakan salah satu teknik dalam terapi

behavioral. Pada dasarnya pendekatan behavioral mempunyai beberapa teknik yaitu desentisasi sistematis, assertive training, pengkondisian

42Achmad Juntika Nurihsan,Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT

(47)

38

aversi dan kontrak perilaku. Terapi behavioral berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovian dari Ivan Palov dan skinerian dari B.F Skinner, mula-mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe untuk menanggulangi neurosis.

Willis menjelaskan bahwa assertive training merupakan teknik dalam konseling behavioral yang menitik beratkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya.Assertive trainingadalah suatu teknik untuk membantu klien dalam hal-hal berikut:43

1.) Tidak dapat menyatakan kemarahan atau kejengkelannya.

2.) Mereka yang sopan berlebihan dan membiarkan orang lain mengambil keuntungan padanya.

3.) Mereka yang merasakan tidak punya hak untuk menyatakan pendapat dan pikirannya.

Latihan asertif digunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna utnuk membantu orang yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan

“tidak”, mengungkapkan afeksi dan respon positif lainnya.44

Selain itu Gunarsih dalam bukunya Konseling dan Psikoterapi menjelaskan pengertian latihan asertif yaitu prosedur latihan yang diberikan kepada klien untuk melatih perilaku penyesuaian sosial

(48)

39

melalui ekspresi diri dari perasaan, sikap, harapan, pendapat, dan haknya.45

Assertive training adalah bentuk pengembangan dari clasical

conditioningdengan target kliennya yang mengalami kecemasan sosial.

Terapi ini muncul karena adanya kecemasan pada diri individu, itu terjadi karena seseorang mempunyai masalah dengan kebiasaan menghindari ketegasan pada situasi kondisi dimana ketegasan itu sebenarnya menjadi kekuatan, jadi sederhananya paparan tersebut pada intinya untuk situasi serupa dan hasil dari beberapa macam respon asertif, mereka berkata bahwa itu tindakan yang penting untuk maju ke depan.

Pada dasarnya teknik asertive trainingadalah latihan keterampilan sosial untuk membantu seseorang dalam mengungkapkan perasaannya, berusaha berkomunikasi dengan orang lain. Intinya adalah latihan keterampilan sosial atau berkomunikasi sosial. Hal ini dapat diterapkan pada individu-individu yang mengalami kecemasan untuk mengungkapkan perasaannya, sulit berkomunikasi dan untuk mengungkapkan ekspresi kemarahannya dengan benar.

Sedangkan ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam teknik

assertive training antara lain: role playing, modeling, dan diskusi

kelompok:46

1.)Role playing(bermain peran)

(49)

40

Adalah cara yang dapat digunakan dalam latihan asertif untuk membantu individu yang sulit mengungkpkan ekspresi atau perasannya pada seseorang yang merasa dia takuti. Dalam hal ini bermain peran dapat dilakukan konselor dan klien, misalnya: konselor menjadi seseorang yang dianggap orang yang mempunyai masalah dengan klien, dengan begitu klien akan mudah untuk mengungkapkan perasaannya.

2.)Modeling(permainan tingkah laku model)

Yaitu cara yang dilakukan untuk membantu individu dalam berperilaku asertif. Biasanya konselor memberikan model yang sesuai dengan memutarkan video seseorang yang bisa menginspirasi atau konselor berperan sebagai model dan klien berusaha menirukan.

3.) Diskusi Kelompok

(50)

41

b. Perilaku Asertif

Perilaku assertive merupakan terjemahan dari istilah assertiveness

atau assertion, yang artinya titik tengah antara perilaku non assertive

dan perilaku agresif. Frensterhim dan Bear mengatakan bahwa orang yang memiliki tingkah laku atau perilaku asertif yakni yang memiliki kepercayaan diri yang baik, dapat mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa takut dan berkomunikasi dengan orang lain secara lancar. Sebaliknya orang kurang asertif adalah mereka yang memiliki ciri terlalu mudah mengalah atau lemah, mudah tersinggung, cemas, kurang yakin pada diri sendiri, sukar mengadakan komunikasi dengan orang lain, dan tidak bebas mengemukakan masalah atau hal yang telah dikemukakan.

Berasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif adalah perilaku seseorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut, emosi, perasaan, pikiran serta keinginan dan kebutuhan secara terbuka, tegas dan jujur tanpa perasaan cemas atau tegang trhadap orang lain, tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain.

c. TujuanAssertive Training

Teknik assertive training dalam pelaksanaannya tentu memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh konselor dan klien, menurut Corey terdapat beberapa tujuanassertive training yaitu47:

47Gerald Corey,Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT. Refika

(51)

42

a.) Mengajarkan individu untuk menyatakan diri mereka dalam suatu cara sehingga memantulkan kepekaan kepadaa perasaan dan hak-hak orang lain.

b.) Meningkatkan keterampilan behaviornya sehingga mereka bisa menentukan pilihan apakah pada situasi tertentu perlu berperilaku seperti apa yang diinginkan atau tidak.

c.) Mengajarkan pada individu untuk mengungkapkan diri dengan cara sedemikian rupa sehingga terefleksi kepekaannya terhadap perasaan dan hak orang lain.

d.) Meningkatkan kemampuan individu untuk menyatakan dan mengekspresikan dirinya dengan enak dalam berbagai situasi sosial.

e. ) Menghindari kesalahpahaman dari pihak lawan komunikasi.

d. ManfaatAssertive Training

Menurut pendapat Corey48, manfaat latihan asertif yaitu membantu bagi orang-orang yang:

a.) Tidak mampu mengungkapkan kemarahan dan perasaan tersinggung.

b.) Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya.

c.) Memiliki kesulitan untuk mengatakan “tidak”.

(52)

43

d.) Mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon-respon positif lainnya dan merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat latihan asertif adalah membantu peningkatan kemampuan mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan pada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain.

e. Tahapan PelaksanaanAssertive Training

Pada umumnya teknik untuk melakukan latihan asertif mendasarkan pada prosedur belajar dalam diri seseorang yang perlu diubah, diperbaiki dan diperbarui. Pelaksanaan asertive training memiliki beberapa tahapan atau prosedur yang akan dilalui ketika pelaksanaan latihan. Adapun tahapan-tahapannya yakni49:

1) Identifikasi terhadap keadaan khusus yang menimbulkan persoalan pada klien.

2) Memeriksa apa yang dilakukan atau dipikirkan klien pada situasi tersebut.

3) Dipilih sesuatu situasi khusus di mana klien melakukan permainan peran (role palying) sesuai dengan apa yang ia perlihatkan.

(53)

44

4) Terapis memberikan umpan balik secara verbal, menekankan hal yang positif dan menunjukkan hal-hal yang tidak sesuai (tidak cocok) dengan sikap yang baik dan dengan cara yang tidak menghukum atau menyalahkan.

5) Terapis memperlihatkan model perilaku yang lebih diinginkan, klien menerima model perilaku jika sesuai (terjadi pergantian peran). 6) Terapis membimbing, menjelaskan hal-hal yang mendasari perilaku

yang diinginkan.

7) Selama berlangsung proses peniruan, terapis meyakinkan pernyataan dirinya yang positif yang diikuti oleh perilaku.

8) Klien kemudian berusaha untuk mengulangi respon tersebut.

9) Terapis menghargai perkembangan yang terjadi pada klien dengan

strategi “pembentukan” (shaping) atau dukungan tertentu yang menyertai pembentukan respon baru (langkah nomor lima, enam, tujuh dan delapan, diulang sampai terapis dan klien puas terhadap respon-responnya yang setidaknya sudah berkurang ansietasnya dan tidak membuat pernyataan diri (selfsentiment) yang negatif. 10) Sekali klien dapat menguasai keadaan sebelumnya menimbulkan

sedikit ansietas, terapis melangkah maju ke hierarki yang lebih tinggi dari keadaannya yang menjadi persoalan.

(54)

45

bersama klien menyusun kembali urutan keseluruhannya secara lengkap.

12) Diantara waktu-waktu pertemuan, terapis menyuruh klien melatih dalam imajinasinya, respon yang cocok pada beberapa keadaan. Kepada mereka juga diminta meyertakan pernyataan diri yang terjadi selama melakukan imajinasi. Hasil apa yang yang dilakukan klien dibicarakan pada pertemuan berikutnya.

13) Pada saat klien memperlihatkan ekspresi yang cocok dari perasaan-perasaannya yang negatif, terapis menyuruhnya melakukan dengan respon yang paling ringan. Selanjutnya klien harus memberikan respon yang kuat kalau respon tidak efektif.

14) Terapis harus menentukan apakah klien sudah mampu memberikan respon yang sesuai dari dirinya sendiri secara efektif terhadap keadaan baru, baik dari laporan langsung yang diberikan maupun dari keterangan orang lain yang mengetahui keadaan klien.

(55)

46

f. Prosedur yang Diberikan Kepada Klien

Menurut Albert, salah seorang tokoh yang banyak menulis mengenai perilaku asertif atau terapi perilaku asertif – assertive

behaviour therapy, atau latihan asertif social skill training, adalah

prosedur pelatihan yang diberikan kepada klien untuk melatih perilaku penyesuaian sosial melalui ekspresi diri dari perasaan, sikap, harapan, pendapat, dan haknya prosedurnya adalah:50

1) Latihan keterampilan, dimana perilaku verbal maupun nonverbal diajarkan, dilatih dan diitegrasikan dalam rangkaian perilakunya. 2) Mengurangi kecemasan, yang diperoleh secara langsung maupun

tidak langsung, sebagai tambahan dari latihan keterampilan.

3) Menstruktur kembali aspek kognitif , dimana nilai-nilai kepercayaan, sikap yang membatasi ekspresi diri pada klien, diubah oleh pemahaman dan hal-hal yang dicapai dari perilakunya.

g. Langkah-langkah strategiassertive training

Adapun langkah-langkah dalam strategi latihan asertif adalah sebagai berikut:

1) Rasional strategi: Yaitu konselor memberikan rasional/menjelaskan maksud penggunaan strategi. Konselor memberikan overview tahapan-tahapan implementasi strategi.

(56)

47

2) Identifikasi keadaan yang menimbulkan persoalan: Yaitu konselor meminta klien menceritakan secara terbuka permasalahan yang dihadapi dan sesuatu yang dilakukan atau dipikirkan pada saat permasalahan timbul.

3) Membedakan perilaku asertif dan tidak asertif serta mengeksplorasi target: Yaitu konselor dan klien membedakan perilaku asertif dan perilaku tidak asertif serta menentukan perubahan perilaku yang diharapkan.

4) Bermain peran: Pemberian umpan balik serta pemberian model perilaku yang lebih baik, klien bermain peran sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, konselor memberi umpan balik secara verbal, pemberian model perilaku yang lebih baik, pemberian penguat positif dan penghargaan.

5) Melaksanakan latihan dan praktik: Klien mendemonstrasikan perilaku yang asertif sesuai dengan target perilaku yang d

Gambar

 Tabel 3.1
Tabel 3.3Keterangan Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya Penduduk
Tabel 3.4Keterangan Susunan Aparatur Desa Pacuh Tahun 2015
  Tabel 3.8Desain Kuesioner Skala Bimbingan Kelompok Berbasis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Figure 14 shows the cumulative biogas volume of each reactor volume unit in rice husk without the addition of NaOH.. It can be concluded from the above observation

Situs Web ini dapat digunakan sebagai media alternatif bagi para guru serta siswa/i SMA/SMK/MA sebagai bahan acuan untuk mengetahui informasi tentang kunjungan, pameran &amp; lomba

Penggunaan sistem aplikasi berbasis web sangat banyak diminati saat ini, dimana aplikasi berbasis web ini sangatlah mudah di akses darimana saja, aplikasi quiz berbasis web

Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti

Dalam the Fuzzy Front-End, tidak hanya kita sekarang mencari solusi secara eksternal, tetapi juga mencari sumber lain keberadaan teknologi yang dapat digunakan dasar

Berdasarkan hasil perhitungan Chi Kuadrat seperti yang ditunjukkan pada tabel 21, frekuensi yang diobservasi dan yang diharapkan dari masyarakat kota Bogor sudah

Tujuan penelitian adalah untuk mengeksplorasi perilaku bidan dalam pemberian Asuhan ASI Eksklusif di Kecamatan Simangumban Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2017.. Jenis

Langkah awal yang dilakukan adalah menetapkan bentuk fuzzy pada permintaan dan produk dengan mutu kurang baik sebagai bilangan fuzzy segitiga ke dalam total biaya persediaan..