• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL DAN SPIRITUAL TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL DAN SPIRITUAL TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH UIN SUNAN AMPEL SURABAYA."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

MAHASISWA PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH UIN

SUNAN AMPEL SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

Istiqomah (C54212114)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN SUNAN AMPEL FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH SURABAYA

(2)

MAHASISWA PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH UIN

SUNAN AMPEL SURABAYA

SKRIPSI Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ekonomi Syariah

Oleh: ISTIQOMAH NIM : C54212114

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syariah SURABAYA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

i

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Emosional dan Spiritual Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya” merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual terhadap minat berwirausaha mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya.

Sampel penelitian sebanyak 90 mahasiswa, teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan skala likert. Uji validitas dan reliabilitas digunakan untuk menguji kuesioner. Analisis data menggunakan regresi linear berganda dengan menggunakan spss versi 21.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual secara simultan dan parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha.

Kepada program studi Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel diharapkan bisa mengadakan kegiatan-kegiatan kewirausahaan di luar perkuliahan dalam rangka meningkatkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mahasiswa untuk meningkatkan minat mahasiswa dalam berwirausaha.

(8)

i

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 11

1. Kewirausahaan ... 11

2. Minat berwirausaha ... 16

3. Kecerdasan intelektual ... 20

4. Kecerdasan emosional ... 24

5. Kecerdasan spiritual ... 31

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 37

C. Kerangka Konseptual ... 39

(9)

ii

A. Jenis Penelitian ... 42

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 42

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

D. Variabel Penelitian ... 44

E. Definisi Operasional... 45

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48

G. Data dan Sumber Data ... 50

H. Teknik Pengumpulan Data ... 51

I. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 57

B. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen Penelitian ... 60

C. Analisis Data ... 62

D. Hasil Pengujian Hipotesis ... 67

BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Secara Simultan Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah ... 73

B. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Secara Parsial Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah ... 73

(10)

iii

A. Kesimpulan ... 85 B. Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA

(11)

iv

Tabel Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 37

4.1 Jenis Kelamin Reponden ... 59

4.2 Angkatan Tahun Responden ... 59

4.3 Wirausaha Responden ... 59

4.4 Jenis Wirausaha Responden ... 60

4.5 Uji Validitas Kecerdasan Intelektual ... 60

4.6 Uji Validitas Kecerdasan Emosional ... 61

4.7 Uji Validitas Kecerdasan Spiritual ... 61

4.8 Uji Validitas Minat Berwirausaha ... 61

4.9 Uji Reliabilitas ... 62

4.10 Hasil Uji Normalitas ... 63

4.11 Hasil Uji Multikolinearitas ... 64

4.12 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 65

4.13 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 66

4.14 Nilai Koefisien Determinasi ... 68

4.15 Hasil Uji F ... 69

(12)

v

Gambar Halaman

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar, namun hal tersebut tidak diimbangi dengan lapangan kerja yang banyak akibatnya banyak pengangguran yang terjadi. Badan Pusat Statistik jumlah penganguran di Indonesia pada Agustus 2015 sebanyak 7,56 juta orang.1 Pengangguran bisa terjadi karena minimnya pengetahuan atau pengalaman seseorang. Hal ini menjadi salah satu problem ketika proses seleksi karyawan yang ada di beberapa perusahaan. Akhirnya banyak orang yang berusaha menciptakan alternatif lain dengan mendirikan usaha sendiri atau biasa dikenal dengan wirausaha. Seorang muslim memang diperintahkan Allah bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Jumu’ah : 10

Artinya: “apabila shalat telah ditunaikan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah, ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu

beruntung”2

Wirausaha merupakan permainan yang mana seorang pengusaha (entrepreneur) harus tahu betul aturan main, lalu menjalankan usaha dengan

1https://beritagar.id/artikel/berita/data-bps-pengangguran-di-indonesia-756-juta-orang, di akses

pada 06 Mei 2016

(14)

cerdik dan akhirnya menikmati keuntungan. Wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan sebuah usaha atau bisnis yang dihadapkan dengan resiko dan ketidakpastian untuk memperoleh kentungan dan mengembangkan bisnis dengan cara mengenali kesempatan dan memanfaatkan sumber daya yang diperlukan.3

Seorang pengusaha yang sukses diukur dari jiwa kewirausahaan yang dimilikinya. Kreatifitas dan inovasi merupakan salah satu yang dibutuhkan oleh seorang pengusaha. Kewirausahaan akan muncul dengan sendirinya apabila seorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya.4

Dengan dibukanya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yaitu bentuk perdagangan bebas diantara Negara-negara anggota ASEAN, maka sedikit banyak menuntut wirausahawan untuk lebih bekerja keras lagi. Produk yang dimiliki wirausahawan haruslah mempunyai daya saing dengan produk yang lain. sehingga wirausahawan mempunyai peluang untuk memasarkan produknya ke luar negeri. Seorang wirausaha pada awalnya harus memiliki minat dan semangat atau motivasi yang tinggi terhadap kegiatan usahanya.5

Minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat mengandung unsur penghargaan, mengakibatkan suatu keinginan, dan kegairahan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan.6 Minat berwirausaha dapat dilihat sebagai niat untuk menciptakan suatu organisasi atau usaha baru

3 Suharyadi dkk, Kewirausahaan : Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda (Jakarta: Salemba

Empat, 2007), 7.

4 Suparmoko, Ekonomi 3 (Jakarta: Yudhistira, 2006), 112.

5 Eeng Ahman dan Epi Indriani, Membina ompetensi Ekonomi (Bandung: Grafindo Media

Pratama, 2007), 136.

6 Mila Saraswati dan Ida Widaningsih, Be Smart Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah,

(15)

atau sebagai perilaku yang berani mengambil resiko untuk memulai suatu bisnis baru.7

Seorang pengusaha haruslah mempunyai kecerdasan baik secara intelektual, emosional maupun spiritual dalam mencapai tujuannya. Kecakapan bekerja seorang umumnya dapat dilihat dari kecerdasan intelektual yang dimilikinya. Intelegensi atau kecerdasan merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient) adalah sejumlah / angka yang memperlihatkan bagaimana seseorang mengerjakan suatu tes tertentu dibandingkan dengan orang lain yang umurnya sama.8

Kecerdasan emosional juga penting dimiliki oleh seorang kewirausahaan. Hal tersebut dimaksudkan karena seorang pengusaha selalu berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupannya. Emosi yang dimilikinya haruslah bisa di atur dan dikendalikan sebagaimana mestinya keberlangsungan usahanya. Tetapi apabila emosi manusia tidak dapat di kendalikan dan tertuju kepada hal yang negatif maka hal yang diperoleh ialah hal buruk. Hal inilah yang disebut kecerdasan emosional.9

Sebagaimana hasil penelitian Daniel Goleman menyimpulkan bahwa pencapaian kinerja ditentukan hanya 20 % dari IQ, sedangkan 80 % lagi ditentukan oleh kecerdasan emosi. Begitu pula menurut Joan Beck bahwa IQ sudah berkembang 50 % sebelum usia 5 tahun, 80% berkembang sebelum 8 tahun, dan hanya berkembang 20 % sampai akhir masa remaja, sedangkan

(16)

kecerdasan emosi (EQ) dapat dikembangkan tanpa batas waktu.10 Menurut

Goleman, kecerdasan emosional dapat di lihat dari kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan ketrampilan sosial. Oleh karena itu, jika pimpinan dan manajer mengharapkan pencapaian kerja yang maksimal di perusahaannya, upaya yang paling tepat ialah bagaimana membina diri dan membina sumber daya manusia bawahan untuk memiliki kecerdasan emosi yang baik.

Bagi seorang wirausahawan muslim kecerdasan spiritual sangatlah penting, karena keharusan pengusaha muslim itu berbisnis sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadist. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang utuh, dan memiliki pola pemikiran tauhid serta berprinsip “hanya karena Allah”11. Secara harfiah kecerdasan spiritual beroperasi dari pusat otak, ia

menjadikan manusia menjadi makhluk yang benar-benar utuh secara intelektual, emosional dan spiritual.

Berdasarkan paparan di atas, baik kecerdasan intelektual, emosional dan kecerdasan spiritual memiliki keterkaitan terhadap minat yang dimiliki seseorang untuk menjadi wirausahawan muslim yang sukses. Sehingga mereka tidak mencari pekerjaan lagi bahkan mereka bisa menciptakan pekerjaan dan menambah jumlah lapangan pekerjaan yang ada. Akan tetapi masih terdapat perdebatan teoretis diantara para ahli.

10 Anwar Prabu Mangkunegara, Perencanaan & pengembangan SDM (Bandung: PT Refika

Aditama), 163.

11 Ary Ginanjar Agustin, Rahasia Sukses Membangun ecerdasan Emosi dan Emotional Spiritual

(17)

Menurut Then Nana (2009) dalam skripsinya “pengaruh kecerdasan emosional terhadap minat berwirausaha mahasiswa program studi manajemen Universitas Atma Jaya Yogyakarta” menjelaskan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha mahasiswa. Tingkat kecerdasan emosional dan minat berwirausaha mahasiswa program studi manajemen sama-sama tinggi. Kecerdasan emosional mempengaruhi minat berwirausaha sebesar 82,5 % sedangkan sisanya 17,5 % dijelaskan oleh faktor lain.12

Berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Assrorudin dkk dalam penelitiannya yang berjudul “pengaruh kecerdasan emosional dan kepribadian produktif terhadap minat berwirausaha mahasiswa” menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kecerdasan emosional terhadap minat berwirausaha mahasiswa program studi pendidikan ekonomi FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak dengan nilai koefisien korelasi parsial sebesar 0,423. Begitu pula secara simultan kecerdasan emosional dan kepribadian produktif berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha memperoleh nilai koefisien korelasi ganda sebesar 0,546.13

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat diketahui bahwa kecerdasan emosional memiliki hubungan yang positif terhadap minat berwirusaha. Akan tetapi jika dibandingkan antar studi tersebut, maka terlihat perbedaannya. Dari perbedaan itulah dipandang penting untuk

12 Than Nana, 2009, Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Minat Berwirausaha

Mahasiswa Program Studi Manajemen Universitas Atma Jaya Yogyakarta”, (Skripsi--Universitas Atma Jaya, Yogyakarta)

13Assrorudin dkk, “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kepribadian Produktif Terhadap minat

(18)

menguji kembali pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap minat berwirausaha.

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. Seluruh mahasiswa prodi ekonomi syariah berjumlah 644 orang.14 Sebagian dari mahasiswa ekonomi syariah tersebut

sudah menjadi seorang wirausahawan misalnya pengusaha busana muslim, sepatu, servis elektronik, dan lain sebagainya.

Dalam pembelajaran kuliah mahasiswa ekonomi syariah mendapatkan mata kuliah kewirausahaan dan mata kuliah pendukung wirausaha seperti etika bisnis Islam, pemasaran, pengantar manajemen, manajemen strategi dan lainnya. Hal tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan minat berwirausaha. Selain itu juga diajarkan bagaimana untuk melihat peluang yang ada, memulai dan memasarkan usaha yang dimiliki dan siap bersaing dengan para wirausahawan lain. Oleh karena itu kecerdasan intelektual yang dimiliki mahasiswa juga penting dan erat kaitannya untuk mencapai tujuan bisnisnya. Selain itu kecerdasan emosional juga penting untuk dimiliki oleh para wirausahawan. Kemampuan mengatur dan mengendalikan emosi yang dimiliki oleh mahasiswa ekonomi syariah dapat menumbuhkan minat berwirausaha yang sukses.

Wirausahawan tidak terlepas dari interaksi kepada beberapa orang baik itu kepada produsen, distributor, maupun konsumen. Sehingga haruslah bisa mengatur emosi yang dimiliki. Sehingga tidak jarang juga beberapa

14

(19)

mahasiswa yang baru merintis usaha mudah berinteraksi dengan yang lain, mendapatkan rekan bisnis dan mudah berkembang. Disamping itu kecerdasan spiritual juga harus dimiliki oleh wirausahawan muslim. Tingkat religiusitas mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah akan mempengaruhi minatnya untuk menjadi wirausahawan muslim.

Program Studi Ekonomi Syariah mempunyai kegiatan yang mendukung kewirausahaan salah satunya yaitu kegiatan business days yang diadakan selama 3 hari. Dalam kegiatan tersebut mahasiswa bisa menerapkan kecerdasan intelektual atau ilmu yang diperoleh dari perkuliahan untuk memasarkan produk atau menarik konsumen. Produk yang dijual juga haruslah halal, jelas dan sesuai dengan agama islam. Selain itu mahasiswa haruslah bisa bersikap ramah dan mampu menarik simpati konsumen. Sehingga mahasiswa haruslah memiliki kecerdasan emosional yang baik.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka akan diteliti mengenai “Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Emosional dan Spiritual Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa Program Studi Ekonomi

Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah:

(20)

2. Apakah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual berpengaruh secara parsial terhadap minat berwirausaha mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya? 3. Manakah variabel yang paling mempengaruhi minat berwirausaha

mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk:

1. Mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual terhadap minat berwirausaha mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya secara simultan

2. Mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual terhadap minat berwirausaha mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya secara parsial

(21)

D. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan akan dapat memberikan beberapa manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Secara terinci manfaat penelitian ini antara lain:

1. Bidang Teoretis

a. Dapat memberikan kontribusi secara teoretis terhadap ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan masalah kewirausahaan

b. Dapat dijadikan bahan referensi bagi pihak-pihak yang berkeinginan melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan pengaruh kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual terhadap minat berwirausaha

2. Bagi Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi seluruh mahasiswa prodi ekonomi syariah mengenai kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap minat berwirausaha. Sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan guna mengembangkan jiwa kewirausahaan guna meningkatkan usaha secara berkelanjutan.

E. Sistematika Penulisan

(22)

Bab pertama berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian dan sistematika penulisan proposal.

Bab kedua berisi kajian pustaka yang mengemukakan landasan teori dimulai dari grand theory yaitu kewirausahaan, dilanjutkan mengenai minat berwirausaha, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Kemudian beberapa penelitian terdahulu yang relevan, kerangka konseptual, dan hipotesis.

Bab ketiga berisi metode penelitian yang memuat jenis penelitian yang digunakan, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, uji validitas dan reliabilitas, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab keempat berisi hasil penelitian yang menjabarkan deskripsi umum objek penelitian berupa pemaparan data yang memuat informasi tentang lokasi atau institusi yang menjadi objek penelitian serta karakteristik responden yang dijadikan sampel dalam penelitian dan analisis data yang memuat data penelitian yang relevan dengan tujuan penelitian.

Bab kelima berisi pembahasan yang terdiri dari temuan hasil penelitian berisi tentang gagasan peneliti, keterkaitan antara pola-pola, kategori-kategori dan dimensi-dimensi, posisi temuan terhadap teori-teori dan temuan-temuan sebelumnya serta penafsiran dan penjelasan terkait temuan di lapangan yang menjawab hipotesis (jawaban sementara) sebelumnya.

(23)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kewirausahaan

a. Pengertian wirausaha

Wirausaha merupakan kata yang tidak asing lagi untuk di dengar. Wirausaha identik dengan pendirian usaha baru. Banyak para ahli yang mendefinisikan tentang wirausaha diantaranya ialah:

1) Menurut Schumpeter wirausaha adalah orang yang mendobrak system ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru dengan mengombinasikan cara-cara baru untuk menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru.1

2) Menurut Filion wirausaha adalah orang yang imajinatif, yang ditandai oleh kemampuannya dalam menetapkan sasaran serta dapat mencapai sasaran-sasaran itu

3) Menurut Kasmir wirausaha adalah orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Wirausaha adalah pelaku utama dalam pembangunan ekonomi dengan fungsinya sebagai pelaku inovasi atau pencipta kreasi-kreasi baru.2

Wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan sebuah usaha atau bisnis yang dihadapkan dengan resiko dan ketidakpastian untuk memperoleh kentungan dan mengembangkan bisnis dengan cara mengenali

(24)

kesempatan dan memanfaatkan sumber daya yang diperlukan.3 Seorang

wirausahawan adalah seorang inovator, sebagai individu yang mempunyai naluri untuk melihat-lihat peluang, mempunyai semangat, kemampuan dan pikiran untuk menaklukkan cara berpikiran malas dan lamban.4

b. Ciri-ciri dan watak wirausaha

Seorang wirausaha harus memiliki potensi dan senantiasa memiliki motivasi yang besar untuk maju dalam kondisi dan situasi apapun. Wirausaha mampu menolong dirinya sendiri dalam mengatasi permasalahan-permasalahan dengan kekuatan yang ada pada dirinya serta berusaha bertahan dari tekanan-tekanan. Menurut Geofry G. Meredith ciri-ciri wirausaha adalah sebagai berikut

1) Percaya diri

2) Berorientasi pada tugas dan hasil 3) Berani mengambil risiko

4) Kepemimpinan 5) Keorisinilan

6) Berorientasi pada masa depan5

Berdasarkan ciri-ciri yang dikemukakan oleh Meredith tersebut, maka dapat di identifikasikan sikap seorang wirausahawan. Sikap yang dimiliki seorang wirausahawan dapat dilihat dari kegiatannya sehari-hari. Sikap tersebut tercermin pada diri seseorang dan menjadi kebiasaan atau karakternya. Sikap tersebut meliputi:

3 Suharyadi dkk, Kewirausahaan: Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda (Jakarta: Salemba

Empat, 2007), 7.

(25)

a) Disiplin, seorang wirausahawan memiliki ketepatan komitmen yang tinggi terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan tersebut meliputi ketepatan waktu, kualitas pekerjaan, system kerja dan sebagainya

b) Komitmen tinggi, komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain

c) Jujur, kejujuran merupakan landasan moral yang dimiliki oleh wirausahawan. Kejujuran yang dimiliki meliputi segala kegiatan yang terkait dengan produk atau usaha yang dimiliki

d) Kreatif dan inovatif, untuk dapat bersaing dan memenangkan persaingan maka seorang wirausahawan harus memiliki daya kreatifitas yang tinggi

e) Mandiri, seorang dikatakan mandiri apabila dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pada pihak lain dalam mengambil keputusan atau bertindak

f) Realistis, seseorang yang realistis ialah seseorang yang mampu menggunakan fakta atau realita sebagai landasan berfikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan atau perbuatannya6

(26)

c. Wirausaha dalam Islam

Berwirausaha berarti melakukan aktifitas kerja keras, dalam konsep Islam kerja keras haruslah dilandasi dengan iman. Bekerja dengan berlandaskan iman mengandung makna bahwa bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup dengan senantiasa mengingat dan mengharap ridha Allah dan dinilai sebagai ibadah. Seorang muslim memang diperintahkan Allah bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Jumu’ah : 10

ا ِلْضَف ْنِم اوُغَ تْ باَو ِضْرَْْا ِِ اوُرِشَتْ ناَف ُة َََصلا ِتَيِضُق اَذِإَف

َِّ

َ َ َل اعَِاَا ََّا اوُرُاْذاَو

ْمُك

ُ َنوُحِ ْفُ ت

۰۱

َ

Artinya: “apabila shalat telah ditunaikan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah, ingatlah Allah banyak-banyak supaya

kamu beruntung”7

Rasulullah juga menganjurkan seorang muslim untuk menjadi wirausahawan. Sebagaimana Rasulullah merupakan seorang wirausaha yaitu pedagang. Menjadi wirausaha sukses haruslah mempunyai syarat-syarat seperti semangat kerja, pengetahuan, kemampuan dan keahlian, disiplin, berani, inovatif, kreatif dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa.8 Dalam konsep Islam kegiatan yang berkaitan dengan kewirausahaan harus memiliki beberapa point penting yaitu

1) Mencapai target hasil berupa profit materi dan benefit non materi

(27)

Seorang pengusaha muslim membentuk usaha baru dengan tujuan yang tidak hanya mencari profit setinggi-tingginya, tetapi harus juga memperoleh dan memberikan benefit (manfaat). Manfaat ini meliputi tiga orientasi selain orientasi profit yaitu qimah insaniyah, qimah khuluqiyah, dan qimah ruhiyah. Qimah insaniyah berarti seorang

wirausaha dapat memberikan manfaat yang bersifat kemanusiaan dengan membuka kesempatan kerja, bantuan social sehingga dapat meratakan pendapatan masyarakat. Qimah khuluqiyah berarti nilai-nilai akhlaqul karimah harus ada dalam setiap kegiatan kewirausahaan, misalnya

produk yang halal, persaingan yang sehat, dan lain sebagainya. Qimah ruhiyah berarti usaha yang dilakukan dimaksudkan untuk mencari

keberkahan dan keridhaan Allah swt.9 2) Menegakkan keadilan dan kejujuran

Keadilan dan kejujuran merupakan hal yang sangat dijunjung dalam Islam sebagai pengusaha dalam melayani pembelinya. Rasulullah saw telah memberikan contoh berdagang dengan cara mengutamakan kejujuran dan keadilan. Sikap jujur dan adil pada hakikatnya akan melahirkan kepercayaan (trust) dari pihak pelanggan atau pembeli. 3) Ihsan dan jihad dalam bekerja

Islam tidak semata-mata memerintah bekerja dan berusaha, tetapi juga memerintahkan bekerja dengan professional dan bersungguh-sungguh. Hendaknya seorang muslim bekerja dengan ketekunan, kesungguhan,

9 Ismail Yusanto dan Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami (Jakarta: Gema Insani

(28)

konsisten, dan kontinu.10 Allah memerintahkan dalam berwirausaha

secara baik (ihsan) dan juga professional (itqan). Rasulullah saw bersabda:

َنِقتُي ا عََمَع اَذِا ُبُُِ َه َنِا

ه

Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai jika seseorang melakukan suatu pekerjaan hendaknya dilakukan secara itqan (professional)”11

4) Prinsip kehati-hatian

Prinsip kehati-hatian yang dimaksud dalam Islam mencakup dua hal yaitu hati-hati dalam bersumpah dan hati-hati dalam berpromosi. Dalam berpromosi hendaklah berhati-hati dalam menyampaikan produk yang dijual. Jangan sampai berlaku tidak jujur dalam mendapatkan pembeli. Sampaikan apa adanya produk yang dimiliki jangan sampai berbohong bahkan bersumpah atas nama Allah demi meyakinkan calon pembeli.

2. Minat Berwirausaha

a. Pengertian minat

Menurut Slameto minat merupakan rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang mempengaruhi.12

Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Terbentuknya minat diawali oleh perasaan senang dan sikap positif. Terdapat tiga karakteristik minat yaitu

10 Yusuf Qardhawi, Daurul Qiyam Wal Akhlaq Fil Iqtishadil Islami (Kairo: Maktabah Wahbah,

1995), 161.

11 Ibid. 162

(29)

1) Minat menimbulkan sikap positif dari suatu objek

2) Minat merupakan sesuatu yang menyenangkan dan timbul dari suatu objek

3) Minat mengandung unsur penghargaan, mengakibatkan suatu keinginan, dan kegairahan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan13

Jika seeorang yang mempunyai rasa senang terhadap wirausaha maka orang tersebut mempunyai minat berwirausaha. Minat berwirausaha adalah kecenderungan pada diri individu untuk merasa senang atau tertarik pada sesuatu dengan melihat kesempatan-kesempatan usaha untuk mengambil keuntungan darinya dengan mengambil tindakan yang tepat. Kecenderungan ini muncul karena adanya kepentingan, bakat, kemauan, dan lingkungan yang mendukung munculnya minat tersebut.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha pada mahasiswa yaitu:

1) Ekspektasi pendapatan

Ekspektasi atau harapan akan penghasilan yang lebih baik merupakan salah satu faktor seseorang memilih berwirausaha. Seseorang akan tertarik untuk menjadi wirausaha karena pendapatan yang diperolehnya jika sukses melebihi karyawan. Seseorang dengan harapan pendapatan yang lebih tinggi dari pada menjadi karyawan menjadi daya Tarik untuk menjadi wirausaha

13 Mila Saraswati dan Ida Widaningsih, Be Smart Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah,

(30)

2) Lingkungan keluarga

Minat berwirausaha akan terbentuk apabila keluarga memberikan pengaruh positif terhadap minat tersebut, karena sikap dan aktifitas sesama anggota keluarga saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung. Orang tua yang berwirausaha dalam bidang tertentu dapat menimbulkan minat anaknya untuk berwirausaha dalam bidang yang sama pula.

3) Pendidikan

Pendidikan terhadap minat berwirausaha, apabila seseorang mendapatkan pendidikan tentang kewirausahaan maka ia akan semakin memahami keuntungan dan tertarik menjadi seorang wirausaha. Oleh karena itu menurut Suherman pola pembelajaran yang bersifat kewirausahaan setidaknya mengandung lima unsur yaitu:

a) Pemikiran yang diisi oleh pengetahuan tentang nilai-nilai semangat, jiwa, sikap dan perilaku agar memiliki pemikiran kewirausahaan. Pengetahuan ini dapat berupa kecerdasan intelektual yang harus dimiliki seorang wirausaha

b) Perasaan yang diisi oleh penanaman empatisme social ekonomi agar dapat merasakan suka duka berwirausaha dan memperoleh pengalaman empiris dari para wirausahawan terdahulu atau kecerdasan emosional yang dimiliki

(31)

d) Kesehatan fisik, mental dan sosial, berupa teknik antisipasi dan pengenalan akan risiko, masalah atau hal-hal yang berhubungan dengan wirausaha. Pengalaman langsung berupa pemagangan atau melakukan aktivitas didampingi mentor yang kemudian akan dijadikan role model14

Menurut Abdul Rachman Abror, bahwa minat berwirausaha seseorang dapat diukur dari tiga unsur yaitu:

a) Kognisi yaitu pengetahuan kewirausahaan

b) Emosi yang meliputi perasaan senang, ketertarikan dan perhatian terhadap minat berwirausaha

c) Konasi yang meliputi keinginan dan usaha15

Sedangkan menurut Super & Crites yang dikutip oleh Fitrah Akbar, bahwa minat berwirausaha seseorang dapat diketahui dan diukur dari dua hal yaitu:

1) Pengungkapan (ucapan)

Seseorang yang mempunyai minat menjadi wirausahawan akan diekspresikan dengan ucapan atau pengungkapan. Seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata-kata tertentu 2) Perbuatan (tindakan)

Seseorang akan mengekspresikan minatnya melalui tindakan atau perbuatan berkaitan dengan hal-hal berhubungan dengan minatnya.

14 Paulus Patria Adhitama, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha (Studi Kasus

Mahasiswa Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Undip, Semarang) (Skripsi--Universitas Diponegoro Semarang, 2014), 21.

15 Muchammad Arif Mustofa, Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Self Efficacy Dan Karakter

(32)

Seseorang yang memiliki minat menjadi wirausahawan akan melakukan tindakan-tindakan yang mendukung usahanya tersebut16

3. Kecerdasan Intelektual

a. Pengertian kecerdasan intelektual

John Santrock mengatakan intelegensi (kecerdasan) merupakan kemampuan verbal, ketrampilan-ketrampilan pemecahan masalah dan kemampuan untuk belajar dan menyesuaikan diri dengan pengalaman hidup sehari-hari.17 Menurut Phares intelegensi dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, kemampuan untuk belajar atau kapasitas untuk menerima pendidikan, dan kemampuan untuk berfikir secara abstrak menggunakan konsep-konsep.18

Berbeda dengan pendapat Alfred Binet, seorang tokoh utama perintis pengukuran intelegensi mendefinisikan intelegensi terdiri dari tiga komponen. Pertama yaitu kemampuan untuk memusatkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan (Direction). Kedua yaitu kemampuan untuk mengadakan adaptasi terhadap masalah yang dihadapinya atau fleksibel dalam menghadapi masalah (Adaptation). Terakhir ialah kemampuan untuk mengkritik orang maupun dirinya sendiri (Criticism). Kemampuan ini kemudian dikenal dengan kecerdasan intelektual.

Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang menuntut pemberdayaan otak, hati, jasmani, dan pengaktifan manusia untuk

16 Fitrah Akbar, Pengaruh Kepribadian, Motivasi, Dan Keluarga Terhadap Minat Mahasiswa

Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga Untuk Berwirausaha

(Skripsi—Universitas Airlangga, 2013), 27.

(33)

berinteraksi secara fungsional dengan yang lain. Intelectual Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan sebuah kecerdasan yang memberikan kemampuan untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi, dan memiliki sumber daya kreasi serta inovasi. Kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu.19

Dalam Al-Qur’an kecerdasan intelektual biasa disebut dengan Al-‘Aql yang berati kepandaian atau kecerdasan. Dalam Al-Qur’an kata ‘aql tidak berbentuk nomina tapi berbentuk kata kerja, hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an tidak hanya menghargai akal sebagai kecerdasan intelektual semata tapi mendorong dan menghormati manusia untuk menggunakan akalnya secara benar.

IQ adalah kemampuan seseorang untuk berimajinasi secara abstrak. Kecerdasan intelektual seseorang dapat diukur dari pengetahuan umum luas, kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, sifat inkuisitif yang mencakup rasa ingin tahu, kemampuan analistik, daya ingat yang kuat, rasionalitas, dan naluri relevansi.20

19 Mochlis Sholichin, Psikologi Belajar (Surabaya: Pena Salsabila, 2013), 190.

20 Iwan Agung Kusuma Pranata, Pengaruh IQ, EQ, SQ Terhadap Motivasi Berprestasi Pegawai

(34)

b. Faktor yang mempengaruhi kecerdasan intelektual

Bayle mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi intelektual individu yaitu:21

1) Faktor keturunan , faktor ini didasari dari sudut pandang biologis dimana masing-masing individu lahir memiliki gen yang berbeda 2) Latar belakang social ekonomi misalnya pendapatan keluarga,

pekerjaan orang tua, dan faktor lain yang mempengaruhi taraf intelegensi individu dalam usia 3 tahun sampai remaja

3) Lingkungan hidup, lingkungan hidup yang baik akan menciptakan kemampuan intelektual yang baik pula dan sebaliknya

4) kondisi fisik, kondisi fisik dapat dilihat dari keadaan gizi yang kurang baik, kesehatan yang buruk, dan perkembangan fisik yang lambat menyebabkan pertumbuhan intelegensi yang rendah

5) iklim emosi dimana individu dibesarkan mempengaruhi perkembangan mental individu yang bersangkutan

Sedangkan menurut Saifudin Azwar selain yang disebutkan oleh Bayle tersebut, terdapat dua faktor lain yang mempengaruhi kecerdasan intelektual seorang individu. Pertama yaitu faktor bawaan yang merupakan faktor yang sangat dalam intelegensi seseorang. Hal ini dikarenakan setiap manusia membawa sifat tertentu sejak lahir, sifat alami inilah yang sangat menentukan pembawaan seseorang. Kedua yaitu faktor lingkungan yang sebenarnya diawali sejak terjadinya pembuahan sampai saat lahir. Lingkungan telah mempengaruhi calon bayi lewat ibu kemudian melalui

(35)

proses belajar. Hal tersebut dimaksudkan karena proses belajar pengaruh budaya secara tidak langsung juga mempengaruhi individu.22

c. Ciri-ciri kecerdasan intelektual

Seorang yang mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi akan tercermin dalam perilaku sehari-hari. Menurut Nickerson, Perkins dan Smith ciri-ciri kecerdasan intelektual ialah sebagai berikut:23

1) Kemampuan untuk mengklasifikasikan pola

Semua manusia yang mempunyai intelegensi normal akan mampu menempatkan stimulus tak-identik ke dalam kelompok. Kemampuan ini merupakan dasar berfikir dan berbahasa, karena kata-kata pada umumnya merepresentasikan pengkategorian informasi

2) Kemampuan untuk memodifikasi perilaku adaptif

Kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang ada. Para teoritikus menyetujui bahwa kemampuan beradaptasi ini merupakan hal terpenting yang mencirikan intelegensi manusia

3) Kemampuan untuk berfikir secara deduktif

Berfikir deduktif meliputi pembuatan kesimpulan yang logis dari suatu premis

4) Kemampuan berfikir secara induktif

Orang yang berfikir secara induktif perlu “keluar” dari informasi yang

diberikan, untuk mengetahui atau menemukan aturan-aturan maupun prinsip dari beberapa peristiwa yang spesifik

(36)

5) Kemampuan untuk mengembangkan dan menggunakan model konseptual

Kemampuan ini berarti individu membentuk kesan tentang dunia dan bagaimana dunia berfungsi serta menggunakan model tersebut untuk memahami dan menginterpretasikan semua peristiwa dalam hidup 6) Kemampuan untuk memahami atau mengerti

Kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk melihat hubungan masalah dan memahami makna hubungan tersebut dalam memecahkan masalah

4. Kecerdasan Emosional

a. Pengertian kecerdasan emosional

Kecerdasan adalah sebuah kekuatan yang bersifat non material dan bukan spiritual. Ia sangat diperlukan oleh manusia guna dijadikan sebagai alat bantu di dalam menjalani kehidupannya di dunia.24 Pada awalnya kecerdasan merupakan sebuah potensi yang tersembunyi, tersimpan pada sejumlah unsur perangkat yang ada pada diri manusia. Al-Qur’an merupakan landasan yang mmenjadikan suatu kecerdasan yang dilmiliki manusia menjadi bermanfaat.

Emosi yaitu suatu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam serta dibarengi dengan perasaan (feeling) yang kuat atau disertai dengan keadaan efektif.25 Sedangkan menurut Chaplin emosi adalah suatu keadaan yang terangsang

24 Muhammad Djarot Sensa, Quranic Quotion kecerdasan-Kecerdasan Bentukan Al-Qur’an

(Jakarta: Hikmah, 2005), 1.

(37)

dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dan perubahan perilaku. Emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkir (avoidance) terhadap sesuatu.26

Sedangkan kecerdasan emosional menurut Daniel Goleman adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan serta mengatur keadaan jiwa.27 Berbeda dengan Cooper dan Ayman Sawaf

yang mengatakan bahwa

kecerdasan emosional kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energy, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosional menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri sendiri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.28

Keunggulan kompetitif perusahaan dibentuk melalui berbagai cara seperti menciptakan produk dengan desain yang unik, penggunaan teknologi modern, desain organisasi dan utilisasi pengelolaan sumber daya manusia secara efektif. Oleh karena itu pimpinan perusahaan, manajer, para ahli teknologi, supervisor dan karyawan perlu meningkatkan kecerdasan emosional agar mampu mendayagunakan sumber dayanya secara optimal dalam mencapai kinerja.

Sebagaimana hasil penelitian Daniel Goleman, (2000) menyimpulkan bahwa pencapaian kinerja ditentukan hanya 20 % dari IQ, sedangkan 80 %

26 Triantiri Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 12. 27 Daniel Goleman, Emotional Intelligence (Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama, 1996), 45. 28 Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, Executive EQ, alih bahasa oleh Widodo (Jakarta: PT

(38)

lagi ditentukan oleh kecerdasan emosi (EQ/ Emotional Qoutienti). Begitu pula menurut Joan Beck bahwa IQ sudah berkembang 50 % sebelum usia 5 tahun, 80% berkembang sebelum 8 tahun, dan hanya berkembang 20 % sampai akhir masa remaja, sedangkan kecerdasan emosi (EQ) dapat dikembangkan tanpa batas waktu.29

b. Faktor-faktor kecerdasan emosi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional menurut Goleman ada dua faktor antara lain:

1) Faktor internal

Faktor internal adalah apa yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal ini memiliki dua sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis. Segi jasmani adalah faktor fisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan kesehatan seseorang dapat terganggu maka dimungkinkan akan mempengaruhi proses kecerdasan emosinya. Segi psikologis mencakup didalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan motivasi.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan emosi berlangsung. Faktor eksternal meliputi

a) Stimulus itu sendiri, kejenuhan stimulus merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan emosi tanpa distorsi

29 Anwar Prabu Mangkunegara, Perencanaan & pengembangan SDM (Bandung: PT Refika

(39)

b)Lingkungan atau situasi, khususnya yang melatarbelakangi proses kecerdasan emosional

c.

Kecerdasan emosional menurut Islam

Emosi dalam Islam identik dengan nafsu yang dianugerahkan oleh Allah swt. Nafsu inilah yang membawa seorang individu mempunyai perangai yang baik atau buruk. Menurut pandangan Mawardy Labay nafsu terbagi dalam lima bagian yaitu:

1) Nafsu hayawaniyah (rendah), yaitu nafsu yang dimiliki oleh binatang seperti keinginan untuk makan dan minum, keinginan untuk mengumpulkan harta benda dan lainnya

2) Nafsu amarah yang artinya menarik, membawa, mendorong, dan menyuruh pada kejelekan dan kejahatan saja. Nafsu amarah cenderung membawa manusia kepada perbuatan-perbuatan yang negative dan berlebih-lebihan

3) Nafsu lawwamah, yaitu nafsu yang mendorong manusia untuk berbuat baik dan merupakan lawan dari nafsu amarah. Apa yang dikerjakan nafsu amarah terus ditentang dan dicela keras oleh nafsu lawwamah, sehingga diri akan tertegun sebentar atau berhenti dari perbuatan yang dianjurkan amarahnya

(40)

5) Nafsu mutmainnah, artinya kondisi jiwa yang seimbang atau tenang. Juga dapat diartikan nafsu dan tentram dengan berdzikir kepada Allah dan tunduk kepada-Nya30

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk merasa. Kunci kecerdasan emosi adalah pada kejujuran pada suara hati. Suara hati itulah yang harusnya dijadikan pusat prinsip yang mampu memberi rasa aman, pedoman, kekuatan serta kebijaksanaan.31 Shalat dapat menajamkan hati dan merasakan sifat-sifat kebijaksanaan ilahiah dan selanjutnya muncul dalam perilaku sehari-hari.

Di dalam Islam hal-hal yang berhubungan dengan kecakapan emosi dan spiritual seperti konsisten (istiqomah), kerendahan hati (tawadzu’),

berusaha dan berserah diri (tawakal), ketulusan (keikhlasan), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun), integritas dan penyempurnaan (ihsan), semua itu dinamakan akhlakul karimah. Dalam kecerdasan emosi hal-hal tersebut dijadikan sebagai tolak ukur kecerdasan emosi. Oleh karena itu, kecerdasan emosi merupakan akhlak di dalam agama Islam dimana hal itu telah diajarkan Rasulullah 1400 tahun yang lalu.32

Shalat berisikan pokok-pokok pikiran suara-suara hati itu sendiri. Misalnya ucapan “Maha Suci Allah, Maha Tinggi Allah, dan Maha Pengasih

dan Penyayang”, yang akan menjadi reinforcement atau penguatan kembali

dari kekayaan sifat-sifat mulia yang telah ada di dalam diri setiap individu. Ketika kondisi tersebut telah dilakukan secara baik, maka shalat akan

30 Ibnu Qoyyim dkk, Takziyatun Nafs (Solo: Pustaka Arafah, 2007), 81.

31 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ

(Jakarta: Arga, 2001), 8.

(41)

menjadi sebuah energizer yang akan mengisi jiwa baik sadar maupun tak sadar melalui mekanisme repetitive magic power, yang berujung pada tingkat ESQ yang tinggi (berakhlaq mulia).33

Seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional akan mampu menghadapi masalah dengan tenang dan sabar. Dia akan tetap berikhtiar terus menerus tanpa henti. Namun untuk meraih sukses dengan kecerdasan emosi bukanlah pekerjaan yang ringan, kecuali bagi orang-orang yang yakin akan pertolongan Allah dan bagi orang-orang beriman dan takut kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Anfal: 2

َيِ ُت اَذِإَو ْمُهُ بوُ ُ ق ْتَ ِجَو َُّا َرِاُذ اَذِإ َنيِذَلا َنوُنِمْؤُمْلا اَََِإ

َآ ْمِهْيَ َع ْت

عناَمِإ ْمُهْ تَداَز ُهُتََ

َ َعَو

َنوُ َاَوَ تَ ي ْمَِِِّر

ُ

۲

َ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah mereka yang disebut asma Allah, hatinya gemetar. Dan bila ayat-ayat-Nya dibacakan mereka

bertambah imannya. Hanya kepada Allahlah mereka bertawakal”34

d.

Unsur-unsur kecerdasan emosional

Kecerdasan emosi menentukan potensi kita untuk mempelajari keterampilan-keterampilan praktis yang di dasarkan pada lima unsur.35

1) Kesadaran diri, yaitu mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

33 Ibid. 287.

(42)

2) Pengaturan diri, yaitu menangani emosi lkita sedemikian sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya sesuatu sasaran, mampu pulih dari tekanan emosi

3) Motivasi, yaitu menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi

4) Empati, merasakan yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri denngan bermacam-macam orang

5) Keterampilan sosial, menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan serta dapat bekerja sama dalam tim.

Dalam dunia kerja kecerdasan emosi merupakan syarat untuk mencapai kesuksesan. Karena faktor-faktor kecerdasan emosional seperti sabar, tekun, loyal, penuh inisiatif, optimis, mudah beradaptasi dan sebagainya merupakan modal penting seseorang untuk meraih kesuksesan.36

(43)

5. Kecerdasan Spiritual

a. Pengertian kecerdasan spiritual

Spiritual merupakan bentukkan dari kata spirit. Spirit merupakan kata yang memiliki banyak arti. Spirit bisa diartikan sebagai kata benda (noun) seperti arwah, hantu, peri, orang, lkelincahan, makna, moral, cara berfikir, semangat, keberanian, sukma, dan tabiat. Jika dipersempit lagi maka kata spirit mengandung makna moral, semangat, dan sukma. Kata spiritual sendiri bisa dimaknai sebagai hal-hal yang bersifat spirit atau berkenaan dengan semangat.37

Spiritual dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang murni dan sering juga disebut dengan jiwa atau ruh. Ruh bisa diartikan sebagai energi kehidupan yang membuat manusia dapat hidup, bernafas dan bergerak. Spiritual berarti segala sesuatu diluar tubuh fisik manusia. Dimensi spiritual berupa inti dan komitmen terhadap system nilai. Dimensi ini memanfaatkan sumber yang mengilhami dan mengangkat semangat manusia pada kebenaran tanpa batas waktu mengenai aspek humanitas.38

Banyak beberapa ahli mendefinisikan kecerdasan spiritual yaitu: 1)Menurut Zohar dan Marshall kecerdasan spiritual adalah kecerdasan

untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup orang lebih bermakna dibandingkan orang lain.39

37 Ary Ginanjar, ESQ Power (Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001), 51.

38 Agus Ngermanto, Quantum Quotient: kecerdasan Quantum Cara Praktis Melejitkan IQ, EQ

dan SQ yang Harmonis (Bandung: Nuansa, 2005), 113.

(44)

2)Menurut Muhammad Zuhri kecerdasan spiritual adalah kecerdasan manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Potensi kecerdasan spiritual setiap orang sangat besar dan tidak dibatasi oleh faktor keturunan, lingkungan atau materi lainnya.40

3)Menurut Ary Ginanjar kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang utuh, dan memiliki pola pemikiran tauhid serta berprinsip “hanya karena Alllah”41

b. Ciri-ciri dan Aspek kecerdasan spiritual

Menurut Zohar Marshall seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi adalah seseorang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut

1) Kemampuan bersikap fleksibel, yaitu menyesuaikan diri secara spontan dan aktif untuk mencapai hasil yang baik

2) Tingkat kesadaran yang tinggi, bagian terpenting dari kesadaran diri ini mencakup usaha untuk mengetahui batas wilayah yang nyaman untuk dirinya sendiri dan banyak memahami dirinya sendiri

3) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan. Mampu menanggapi dan menentukan sikap ketika situasi menyakitkan atau tidak menyenangkan datang

40 Ibid., 113

41 Ary Ginanjar Agustin, Rahasia Sukses Membangun ecerdasan Emosi dan Emotional Spiritual

(45)

4) Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit. Mampu memandang kehidupan yang lebih besar sehingga mampu menghadapi dan memandang kesengsaraan sebagai suatu visi dan mencari makna dibaliknya

5) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai. Seseorang yang memiliki spiritual yang tinggi memiliki pemahaman tentang tujuan hidupnya

6) Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu. Orang yang kecerdasan spiritualnya tinggi akan mengetahui bahwa ketika dia merugikan orang lain berarti dia merugikan dirinya sendiri

7) Berpandangan holistik, kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal baik dirinya sendiri dan orang lain

8) Refleksi diri, yaitu kecenderungan untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar

9) Menjadi bidang mandiri, yaitu mampu berdiri dan berpegang teguh pada pendapat yang diyakininya benar.42

Disamping itu, Menurut Sinetar aspek-aspek yang ada dalam kecerdasan spiritual meliputi:

a) Kemampuan seni untuk melihat

b)Kemampuan seni untuk melindungi diri c) Kedewasaan yang diperlihatkan

d)Kemampuan mengikuti cinta e) Displin pengorbanan diri43 42 Ibid., 14.

(46)

c. Indikator kecerdasan spiritual

Kecerdasan spiritual juga biasa disebut dengan kecerdasan ruhaniah. Kecerdasan ruhaniah berpusat pada rasa cinta yang mendalam kepada Allah dan seluruh ciptaan-Nya. Kecerdasan ini merupakan bentuk kesadaran yang berangkat dari keimanan kepada Allah swt. Kecerdasan spiritual berarti memberikan muatan baru yang bersifat keilahian ke dalam God Spot (titik Tuhan) yang merupakan fitrah manusia. Menurut Tasmara kecerdasan spiritual dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu:44

1) Memiliki visi

Memiliki visi maksudnya adalah cara melihat hari esok, menetapkan visi berdasarkan alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Visi atau tujuan yang cerdas secara spiritual akan menjadikan pertemuan dengan Allah sebagai puncak dari pertanyaan visi pribadinya yang kemudian dijabarkan dalam bentuk perbuatan baik yang terukur dan terarah

2) Merasakan kehadiran Allah

Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual akan merasakan dirinya berada dalam limpahan karunia Allah, dalam suka dan duka atau dalam sempit dan lapang tetap merasakan kebahagiaan karena bertawakal kepada Allah

3) Berdzikir dan berdoa

Berdzikir dan berdoa merupakan sarana sekaligus motivasi diri untuk menampakkan wajah seorang yang bertanggung jawab. Zikir dan

44 Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah (Transcedental Intelligence) (Jakarta: Gema Insani, 2001),

(47)

doa juga menumbuhkan kepercayaan diri karena menumbuhkan keinginan untuk memberikan yang terbaik pada saat seseorang kembali kelak. Selain itu akan berpendirian teguh tanpa keraguan dalam melaksanakan amanahnya

4) Memiliki kualitas sabar

Sabar adalah terpatrinya sebuah harapan yang kuat untuk mengapai cita-cita atau harapan, sehingga orang yang putus asa berarti orang yang kehilangan harapan atau terputusnya cita-cita. Sabar berarti memiliki ketabahan dan daya yang sangat kuat untuk menerima beban atau ujian tanpa sedikitpun mengubah harapan untuk menuai hasil yang telah ditanam

5) Cenderung pada kebaikan

Orang yang selalu cenderung kepada kebaikan dan kebenaran adalah manusia yang bertanggung jawab. Manusia yang cenderung pada kebaikan memberikan makna suatu kondisi atau pekerjaan yang memberikan manfaat kepada orang lain

6) Memiliki empati

Empati adalah kemampuan seseorang untuk memahami orang lain. Merasakan rintihan dan mendengarkan debar jantung, sehingga mereka mampu beradaptasi dengan merasakan kondisi batiniah dari orang lain 7) Berjiwa besar

(48)

8) Melayani dan menolong

Budaya melayani dan menolong merupakan bagian dari citra diri seorang muslim. Mereka sadar bahwa kehadiran dirinya tidak terlepas dari tanggung jawab terhadap lingkungan. Seorang individu akan senantiasa terbuka hatinya terhadap keberadaan orang lain dan merasa terpanggil dari lubuk hatinya untuk melayani dan menolong orang lain

Berbeda dengan pendapat Khavari bahwa menurutnya terdapat tiga bagian yang dapat dilihat untuk menguji tingkat kecerdasan spiritual seseorang.45 Tiga bagian yang dimaksud ialah

a) Spiritual keagamaan, hal ini dapat diukur dari segi komunikasi dan intensitas spiritual individu dengan Tuhannya. Manifestasinya dapat terlihat dari pada frekuensi doa, makhluk spiritual, kecintaan kepada tuhan yang bersemayam dalam hati, dan rasa syukur kehadirat-Nya b) Relasi sosial-keagamaan, Kecerdasan spiritual akan tercermin pada

ikatan kekeluargaan antar sesama, peka terhadap kesejahteraan orang lain, dan bersikap dermawan. Perilaku merupakan manifestasi dari keadaan jiwa, maka kecerdasan spiritual yang ada dalam diri individu akan termanifestasi dalam perilakunya

c) Etika sosial, semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritualnya semakin tinggi pula etika sosialnya. Hal ini tercermin dari ketaatan seseorang pada etika dan moral. Dengan kecerdasan spiritual maka individu dapat menghayati arti dari pentingnya sopan santun, toleran dan beradab dalam hidup

45 Khavari, The Art Of Happiness (Mencapai Kebahagian Dalam Setiap Keadaan) (Jakarta: Mizan

(49)

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Penelitian-penelitian terdahulu yang menjadi landasan awal dari ide penelitian yang disusun adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

(50)

Variabel

Metode Metode kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif kuantitatif kuantitatif

(51)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan beberapa peneliti tersebut terdapat beberapa kesamaan tetapi juga banyak ditemukan perbedaan, sehingga perlu pengkajian ulang dan membuktikan bahwa penelitian yang saya lakukan adalah asli dan bukan plagiat.

C. Kerangka Konseptual

Variabel yang diteliti terbagi menjadi dua variabel besar yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas pada penelitian ini dilambangkan dengan X yang terdiri dari tiga variabel yaitu: X1: Kecerdasan intelektual

X2: Kecerdasan emosional

X3: Kecerdasan spiritual

(52)

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Keterangan:

: pengaruh secara simultan : pengaruh secara parsial

D. Hipotesis Penelitian

Untuk menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 : kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan

spiritual berpengaruh secara simultan terhadap minat berwirausaha program studi ekonomi syariah UIN Sunan Ampel Surabaya

Kecerdasan intelektual (X1)

Kecerdasan emosional (X2)

Kecerdasan spiritual (X3)

(53)

H0 : kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan

spiritual tidak berpengaruh secara simultan terhadap minat berwirausaha program studi ekonomi syariah UIN Sunan Ampel Surabaya

H2 : kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan

spiritual berpengaruh secara parsial terhadap minat berwirausaha program studi ekonomi syariah UIN Sunan Ampel Surabaya H0 : kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan

(54)

42 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel. Variabel-variabel ini diukur (biasanya dengan instrumen penelitian) sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur statistik.1

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Mei 2016 di prodi ekonomi syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang beralamatkan di Jl. A.Yani No 117 Jemur Wonosari Wonocolo Surabaya.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.2 Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa ekonomi

syariah angkatan 2009 – 2015 berjumlah 644 mahasiswa.

1 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011), 38. 2 Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D, Cetakan kedelapan (Bandung:

(55)

Tabel 3.1 Jumlah Mahasiswa Ekonomi Syariah Angkatan Jumlah Mahasiswa

2009 2

2010 9

2011 20

2012 94

2013 173

2014 164

2015 182

Total 644

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipergunakan sebagai sumber data yang sebenarnya. Dengan kata lain, sampel merupakan bagian dari populasi.3 Dalam penelitian ini, penentuan ukuran sampel menggunakan

rumus Slovin yaitu: n = N

+N. e 2

n = Ukuran Sampel N = Ukuran populasi

e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan. Penelitian ini menggunakan 10 % sebagai sebagai nilai kritis

Berdasarkan rumus Slovin tersebut, maka dapat diperoleh besarnya sampel sebagai berikut:

n = 44

+ 44. , 2

= 44

,44

= 89,1

(56)

Berdasarkan rumus Slovin diperoleh jumlah sampel yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini sebanyak 90 mahasiswa program studi ekonomi syariah UIN Sunan Ampel Surabaya. Sampel pada penelitian ini menggunakan proportional random sampling dimana jumlah sampel pada masing-masing strata sebanding dengan jumlah anggota populasi pada masing-masing stratum populasi.4

Tabel 3.2 Jumlah Proportional Random Sampling

Angkatan Jumlah Mahasiswa Jumlah Proportional Random

2009 2

Berdasarkan proportional random sampling diatas, jumlah responden yang

diambil sudah mewakili tiap angkatan mahasiswa prodi ekonomi syariah UIN Sunan

Ampel Surabaya secara proporsional.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang nialinya bervariasi, berubah menurut waktu atau berbeda menurut tempat atau elemen.5 Variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

4 Muri Yusuf, Metode Penelitian: uantitatif, kualitatif, dan Penelitian Gabungan (Jakarta:

Kencana, 2014), 162.

5 J. Supranto dan Nanda Limakrisna, Statistik Untk Penelitian Pemasaran dan Sumber Daya

(57)

1. Variabel independen merupakan variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).6 Dalam penelitian ini variabel bebasnya ialah

kecerdasan intelektual (X1 ), kecerdasan emosional (X2), dan kecerdasan

spiritual (X3)

2. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat berwirausaha mahasiswa program studi ekonomi syariah (Y)

E. Definisi Operasional

Indikator-indikator yang digunakan untuk meneliti dan mengukur nilai setiap variabel diambil dari beberapa teori dan penelitian terdahulu yang relevan dan dilakukan penyesuaian sehingga indikator-indikator tersebut dapat memberikan gambaran nilai sehingga validitasnya dapat terpenuhi. Indikator pada tiap variabel adalah sebagai berikut:

1. Kecerdasan intelektual (X1)

Kecerdasan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan atau pekerjaan yang berkaitan dengan aktivitas mental. Menurut Stenberg kecerdasan intelektual dapat diukur oleh 3 hal yaitu:

(58)

a) Kemampuan memecahkan masalah

b) Intelegensi verbal terhadap kosa kata yang baik c) Mampu memahami informasi dengan baik

d) Intelegensi praktis yaitu tahu situasi, sadar terhadap dunia sekeliling dan menunjukkan minat terhadap dunia luar7

2. Kecerdasan emosional (X2)

Menurut Daniel Goleman, Kecerdasan emosi menentukan potensi kita untuk mempelajari keterampilan-keterampilan praktis yang di dasarkan pada lima unsur yaitu:

a) Kesadaran diri,

b)Pengaturan diri (mengelola emosi) c) Motivasi

d)Empati (mengenali emosi orang lain) e) Keterampilan social

3. Kecerdasan spiritual (X3)

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup seseorang dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Menurut Tasmara kecerdasan spiritual dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu:

a) Memiliki visi

b) Merasakan kehadiran c) Berdzikir dan berdoa

7 Masyitah As Sahara, Pengaruh Perilaku belajar, Kecerdasan emosional, Kecerdasan Intelektual,

(59)

d) Memiliki kualitas sabar e) Cenderung pada kebaikan f) Memiliki empati

g) Berjiwa besar

h) Melayani dan menolong 4. Minat berwirausaha (Y)

Menurut Abdul Rachman Abror, bahwa minat berwirausaha seseorang mengandung tiga unsur yaitu:

a) Kognisi yaitu pengetahuan kewirausahaan b) Emosi atau perasaan senang terhadap sesuatu

c) ketertarikan dan perhatian terhadap minat berwirausaha d) Konasi yang meliputi keinginan dan usaha8

Pengukuran terhadap indikator variabel menggunakan skala Likert karena skala Likert pengukurannya mudah dibuat dan dapat memberikan keterangan yang lebih tentang pendapat responden. Pengukuran dengan skala Likert ini menggunakan penilaian skor terendah 1 sampai dengan skor tertinggi 5 dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

1) Skor 1 = sangat tidak setuju 2) Skor 2 = tidak setuju 3) Skor 3 = netral 4) Skor 4 = setuju

5) Skor 5 = sangat setuju.9

8 Muchammad Arif Mustofa, Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Self Efficacy Dan Karakter

(60)

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji validitas

Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Pengukuran sendiri dilakukan untuk megetahui seberapa banyak (dalam arti kuantitatif) suatu aspek psikologis terhadap dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam skornya pada tiap instrumen pengukur yang bersangkutan.10 Uji validasi dipakai untuk mengetahui sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesiner tersebut. Suatu kuesioner yang valid mempunyai validitas tinggi, sebaliknya kuesioner yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah.11

Uji validitas pada penelitian ini menggunakan uji korelasi dari Pearson (The Pearson Product Moment Corelation Coeffisien) berfungsi untuk menentukan suatu besaran yang menyatakan kekuatan hubungan suatu variabel dengan variabel yang lain. Nilai koefisien korelasi r berkisar antara -1 sampai dengan +1 dan dinyatakan dengan rumus:

� = ∑ − ∑ ∑

√ ∑ [∑ − ∑

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi product moment n : Banyaknya sampel

9 Puguh Suharso, Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis: Pendekatan Filosofi dan Praktis,

Cetakan Pertama (Jakarta: PT. Malta Printindo, 2009), 44.

10 Azwar Saifuddin, Reliabilitas dan Validitas, Cetakan Pertama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Offset, 1997), 43.

Gambar

Tabel Halaman
Gambar Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan motivasi dan lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha adalah sangat signifikan, terlihat dari nilai F hitung sebesar 23.150 >3.1 dengan nilai p-value

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka peneliti akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan skripsi yang berjudul “PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, serta

Kinerja Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan

Penelitian ini dilakukan untuk menguji studi kasus pada mahasiswa/i akuntansi apakah terdapat pengaruh antara kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan

Jika nilai sig dalam penelitian lebih kecil dari alpha (sig < alpha), maka secara parsial variabel independen (kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual)

Penambahan variabel ini berhubungan dengan isu kecerdasan dengan gender, untuk mengetahui kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual lebih

Koefisien regresi variabel kecerdasan intelektual mahasiswa dengan dosenX2 sebesar 0,292 satuan, diperoleh nilai thitung sebesar 5,015 > ttabel sebesar 1,98969 dengan nilai signifikan