• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Qira'ah al Qur'an bin Nadhar dalam meningkatkan kecepatan menghafal al Qur'an: studi multi kasus di PP. Tahfidhul Qur'an Sunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya dan pesantren ilmu al Qur'an Singosari Malang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembelajaran Qira'ah al Qur'an bin Nadhar dalam meningkatkan kecepatan menghafal al Qur'an: studi multi kasus di PP. Tahfidhul Qur'an Sunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya dan pesantren ilmu al Qur'an Singosari Malang."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN QIRA’AH AL-QUR’AN BIN NADHAR DALAM

MENINGKATKAN KECEPATAN MENGHAFAL AL-QUR’AN

(STUDI MULTI KASUS DI PP. TAHFIDHUL QUR’AN SUNAN GIRI

WONOKUSUMO SEMAMPIR SURABAYA DAN PESANTREN ILMU AL-QUR’AN SINGOSARI MALANG)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat

Memperoleh Gelar Magister Dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh: HOIRUL ANAM

NIM. F02315057

PASCASARJANA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vii ABSTRAK

Hoirul Anam, F02315057, Pembelajaran Qira’ah Al-Qur’an Bin Nadhar Dalam Meningkatkan Kecepatan Menghafal Al-Qur’an (Studi Multi Kasus Di PP. Tahfidhul Qur’an Sunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya Dan Pesantren Ilmu Al-Qur’an Singosari Malang). Program Pascasarjana, Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Tesis April 2017.

kata kunci : Pembelajaran Qira’ah Al-Qur’an Bin Nadhar, Kecepatan Menghafal Al-Qur’an.

Dalam upaya menciptakan generasi yang Qur’ani adalah antara lain dengan mengajarkan bagaimana mereka selaku santri mampu membaca dan menghafalkan al- Qur’an dengan benar, oleh karena itu banyak sekali upaya yang ditempuh oleh para ulama Qurro’ untuk mengembangkan metode dalam pembelajaran membaca al-Qur’an untuk mempermudah bagi santri dalam menghafal al-Qur’an. Maka dari itu, untuk mengetahui pembelajaran qira’ah qur’an bin nadhar dalam meningkatkan kecepatan menghafal al-qur’an.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana pembelajaran

al-Qur’an Bin Nadhar di PP. Tahfidhul al-Qur’anSunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya dan Pesantren

Ilmu al-Qur’an Singosari Malang?, (2) Bagaimana kemampuan menghafal al-Qur’an di PP. Tahfidhul

Qur’an Sunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya dan Pesantren Ilmu al-Qur’an Singosari Malang?,

(3) Apa saja pendukung, dan penghambat serta solusi menghafal al-Qur’an Bin Nadhar di PP. Tahfidhul

Qur’anSunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya dan Pesantren Ilmu al-Qur’an Singosari Malang?.

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pembelajaran al-Qur’an Bin Nadhar dalam meningkatkan kecepatan kemampuan menghafal al-Qur’an Bil Ghoib, Untuk mengetahui kemampuan menghafal al-Qur’an, Untuk menegtahui pendukung, dan penghambat serta solusi menghafal al-Qur’an Bin

Nadhar di PP. Tahfidhul Qur’an Sunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya dan Pesantren Ilmu

al-Qur’an Singosari Malang. subjek penelitian ini adalah santri dari di PP. Tahfidhul al-Qur’an Sunan Giri

Wonokusumo Semampir Surabaya dan Pesantren Ilmu al-Qur’an Singosari Malang. Dalam pengumpulan data penulis mencari informasi tentang pembelajaran al-Qur’an Bin Nadhar dengan menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi. metode yang digunakan study multi kasus.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pembelajaran al-Qur’an Bin Nadhar untuk kedua pesantren menggunakan pembelajaran yang sama yaitu Qira’ah Bin Nadhar, namun kedua pesantren tersebut

menggunakan metode yang berbeda yaitu: PP. Tahfidhul Qur’an Sunan Giri Wonokusumo Semampir

Surabaya menggunakan metode Sorogan dan Pesantren Ilmu Qur’an Singosari Malang menggunakan metode Jibril. (2) Kemampuan menghafal al-Qur’an, PP. Sunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya. Proses menghafal al-Qur’an di PP. Tahfidhul Qur’an Sunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya dan Pesantren Ilmu al-Qur’an Singosari Malang dilakukan dalam satu hari 1 kaca. Proses murajaahnya dilakukan setelah setor hafalan. Tingkatan halaqah menghafal yakni Tingkat dasar melakukan hafalan dalam satu hari 1 kaca. Dengan target ini biasanya santri maka pengkhataman al-qur’an dapat diselesaikan dalam jangka waktu 20 bulan atau 1 tahun 8 bulan. (3) Pendukung, dan penghambat serta solusi menghafal

al-Qur’an Bin Nadhar, Kedua pesantren di PP. Tahfidhul Qur’an Sunan Giri Wonokusumo Semampir

(7)
(8)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI. ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I: PENDAHULUAN

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 8

1. Identifikasi Masalah ... 8

2. Batasan Masalah ... 9

C.Rumusan Masalah ... 10

D.Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II : KERANGKA TEORITIK A.Kerangka Teoritik ... 13

1. Pengertian Menghafal ... 13

2. Kemampuan Menghafal ... 16

a. Kemampuan Menghafal ... 16

b. Perlunya Kemampuan Menghafal ... 18

c. Cara meningkatkan kualitas menghafal ... 19

d. Indikator Kemampuan Menghafal ... 19

e. tingkatan menghafal Al-Qur’an ... 21

3. Pengertian Al-Qur’an ... 22

a. Syarat-syarat menghafal Al-Qur’an ... 24

b. Pengertian Qira’ah Al-Qur’an Bin Nadhor ... 30

BAB III : METODE PENELITIAN A.Penelitian Terdahulu ... 33

B.Metode Penelitian ... 36

1. Pendekatan dan jenis penelitian ... 36

2. Settingdan Subjek Penelitian ... 37

a. Setting penelitian ... 37

(9)

3. Kehadiran peneliti dilapangan. ... 38

4. Data, sumber data, dan instrumen penelitian ... 38

a. Data ... 38

b. Sumber data ... 39

c. Instrumen penelitian ... 39

5. Prosedur dan pengumpulan data ... 40

a. Wawancara ... 40

b. Observasi ... 40

c. Dokumentasi ... 40

6. Metode Analisis Data ... 41

a. Analisis data kasus individu ... 41

b. Analisis lintas kasus ... 42

7. Pengecekan keabsahan data . ... 42

a. Kredibilitas ... 42

b. Transferbilitas... 43

c. Dependabilitas ... 43

d. Konfirmabilitas... 43

C.Sistematika Pembahasan ... 43

BAB IV: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan data dan temuan penelitian ... 45

1. PP. Tahfidhul Qur’an Sunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya ... 45

a. Paparan Data ... 45

b. Temuan Penelitian ... 47

1) Pembelajaran al-Qur’an Bin Nadhar ... 47

2) Kemampuan menghafal al-Qur’an ... 47

3) Pendukung, dan penghambat serta solusi menghafal al-Qur’an Bin Nadhar ... 48

2. Pesantren Ilmu Qur’an Singosari Malang ... 49

a. Paparan Data ... 49

b. Temuan Penelitian ... 53

1) Pembelajaran al-Qur’an Bin Nadhar ... 53

2) Kemampuan menghafal al-Qur’an ... 56

(10)

xii

BAB V: ANALISIS DAN PEMBAHASAN LINTAS KASUS

A. Pembelajaran Al-Qur’an Bin Nadhar ... 61 B. Kemampuan menghafal Al-Qur’an ... 66 C. Pendukung, dan penghambat serta solusi menghafal al-Qur’an Bin Nadhar 71

BAB VI: PENUTUP

A. Kesimpulan ... 76 B. Rekomendasi ... 77 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Santri Kelas Pesantren Ilmu Al-Qur’an Singosari Malang ... 52

Tabel 4.2 Waktu Membaca Bin Nadhar Pesantren Ilmu Al-Qur’an Singosari Malang ... 55

Tabel 4.3 Persiapan I’dad Pesantren Ilmu Al-Qur’an Singosari Malang... 56

Tabel 4.4 Setoran (Urdhoh) Pesantren Ilmu Al-Qur’an Singosari Malang ... 56

Tabel 4.5 Muraja’ah Bil Ghoib Pesantren Ilmu Al-Qur’an Singosari Malang ... 57

Tabel 4.6 Muraja’ah Bin NadharPesantren Ilmu Al-Qur’an Singosari Malang ... 57

(12)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(13)

LAMPIRAN Lampiran 1: Daftar Riwayat Hidup

Lampiran2:Dokumentasi PP. Tahfidzul Qur’an Wonokusumo Semampir Surabaya

(14)

1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Al-Qur’anadalah kalam Allah yang tidak ada tandigannya (Mu’jizat) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, penutup para Nabi dan Rasul dengan perantaraan malaikat jibril, ditulis dalam mushaf- mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawattir (oleh banyak orang), serta mempelajarinya merupakan suatu ibadah, yang dimulai dengan surat Al- Fatihah dan diakhiri dengan surat An- Naas.1

Al-Qur’an adalah sumber utama dan mata air yang memancarkan ajaran Islam2. Hukum- hukum islam yang mengandung serangkaian pengetahuan tentang aqidah, pokok- pokok akhlaq dan perbuatan dapat dijumpai sumbernya yang asli di dalam ayat- ayat al-Qur’an. Allah berfirman dalan QS. 17: 9 yang berbunyi:













Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,( Surat 17: 9)3

1Mohammad Aly Ash Shabuny alih bahasa Drs. H. Moch. Chudlori Umar, Drs. Moh. Matsna H.S,

Pengantar Study Al-Qur’an( At-Tibyan)( Bandung: PT. ALMA’ARIF 1996),h. 18

2Alamah M.H Thabathaba’I,Mengungkap rahasia Al-Qur’an, Cet IX ( Bandung: Mizan, 1998), h.

21

3Departemen Agama Repblik Indonesia,Al-Qur’an Dan Terjemah,(Surabaya: Mahkota, 1990), h.

(15)

2















(dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan kepadamu al-kitab (al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.(QS.16:89)4

QS. 46: 30 yaitu:















Mereka berkata: "Hai kaum Kami, Sesungguhnya Kami telah mendengarkan kitab (al-Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.5

Dari penjelasan di atas amat jelas bahwa dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang mengandung pokok aqidah keagamaan, keutamaan akhlaq dan prinsip-prinsip umum hukum perbuatan.realistik terhadap alam, dan dengan melaksanakan pokok- pokok akhlaq dan hukum- hukum perbuatan.

4Departemen Agama Repblik Indonesia,Al-Qur’an Dan Terjemah,(Surabaya: Mahkota, 1990) 5Departemen Agama Repblik Indonesia,Al-Qur’an Dan Terjemah,(Surabaya: Mahkota, 1990), h.

(16)

3

Kitab al-Qur’an adalah sebuah kitab yang memuat berbagai macam ajaran yang sangat benar dan tidak diragukan lagi akan kebenaran isinya, al-Quran juga bukan buatan manusia, bukan pula perkataan gurau, perkataan canda, semua yang ada di dalam al-Qur’anitu sangat nyata, al-Qur’an sendiri menyatakan bahwa dia benar dan dia juga bukan sekedar kata- kata kosong belaka, ia menyatakan hal tersebut di dalam QS. 86:13- 14 yaitu:





Artinya: Sesungguhnya al-Quran itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang bathil. Dan sekali-kali bukanlah Dia senda gurau.( QS. 86:13- 14)6

Sehingga dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an itu adalah kitab suci yang sempurna serta tidak ada keraguan di dalamnya sedikitpun, serta kitab suci yang terakhir yang dipedomani oleh umat islam hingga akhir masa. Al-Quran sendiri sebagai kitab suci memberikan bimbingan kepada manusia untuk melaksanakan seruannya. 7 al-Qur’an juga mengandung kebenaran sebagaimana yang telah dijelaskan pada kitab- kitab samawi yang lain, disertai beberapa keterangan tambahan yang di dalamnya terdapat segala sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia dalam perjalanan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sudah sangat jelas sekali bahwa al- Qur’an adalah sumber ajaran Islam dan merupakan pedoman hidup bagi kaum muslim, oleh karena itu al-Qur’an sebagai kitab sucinya harus dipelajari, difahami dan dihayati maknanya kemudian

6Ibid, h. 1049

(17)

4

diamalkan kepada kehidupan sehari- hari. Disamping itu secara tekstual al-Qur’an memiliki bentuk yang pasti dan murni serta tidak akan berubah sepanjang masa.8

Dalam pandangan orang Islam al-Qur’anadalah suatu perbendaharaan yang maha berharga, harus kita ingat dan pelihara selalu.9

Mempelajari al-Qur’an berarti belajar membunyikan huruf-hurufnya dan menulisnya. Tentunya tingkatan ini adalah tingkatan yang paling awal dan sangat menentukan keberhasilan pembelajaran al-Qur’an pada tingkatan selanjutnya. Pada tingkatan lanjutan mungkin seseorang bisa mempelajari Ulumul Qur’an dan tafsir al-Qur’an. Namun untuk menuju kepada tingkatan ini seseorang harus menempuh tingkatan awal yaitu membaca dan menulis al-Qur’an. Al-Ghazali berkata,”hendaklah seorang murid tidak mempelajari sebuah cabang ilmu sebelum menguasai cabang ilmu sebelumnya.

Diantara tugas yang memerlukan keseriusan yang sangat dan kepedulian yang ekstra dari setiap pendidik adalah tugas mencari metode al-Qur’an (kepada mereka) merupakan salah satu pokok dalam ajaran Islam. Tujuannya adalah agar mereka tumbuh sesuai dengan fitrahnya dan hati mereka pun bisa dikuasai cahaya hikmah, sebelum dikuasai hawa nafsu dengan berbagai nodanya yang terbentuk melalui kemaksiatan dan kesesatan.

Para sahabat telah mengetahui urgensi memelihara al-Qur’an dan pengaruh yang akan ditimbulkan dalam jiwa anak- anak. Oleh karena itulah

8Bidang Pendidikan Agama,Pedoman Pelatah Tilawatil Qur’an,( Jakarta: Penamas Jatim 2003),

h. 5

9Mohd. Athiyah Al Abrasyi,Dasar- Dasar Pokok Pendidikan Islam, ( Jakarta: PT. Midas Surya

(18)

5

semoga Allah meridhoinya, mereka mengajarkan al-Qur’an kepada anak-anaknya sesuai dengan anjuran Nabi.

Diriwayatkan dari Mush’ab bin Sa’ad bin Abi Waqqash, dari ayahnya, dia

berkata: “Rasulullah bersabda:

:

:

»

«

Artinta: telah menceritakan kepada kami Hujjaj bin Minhal telah menceritakan kepada kepada kami Syu’bah ia berkata, telah mengabarkan kepada Al-Qomah bin martsad aku mendengar Sa’d bin Ubaydah dari Abdurrahman As-Sulami dari Ustman Radiallaa anhu, dari Nabi SAW. Beliau bersabda Orang yang paling baik diantara kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya” ( HR. Ahmad ).10

Mengajarkan al-Qur’an dapat memberikan sifat- sifat yang terpuji kepada manusia, apalagi jika pengajaran dan pendidikan ini dikhususkan kepada keluarga. Pada saat yang sama, jika pengajaran al-Qur’an ini terlaksana dengan baik, maka anak- anak pun akan dapat mencintai al-Qur’an. Dengan demikian, pengajaran yang sesuai dengan dasar-dasar yang benar, akan membuat anak-anak mencintai al-Qur’an, sekaligus memperkuat ingatan dan pemahaman mereka.

Oleh karena itu seyogyanya kita semua selalu berupaya untuk menciptakan generasi yang Qur’ani. Karena generasi yang Qur’ani adalah

10Hussein Bahreisj,Hadist Shohih Al-Jami’iusshohih Bukhari Muslim, ( Surabaya: Karya Utama),

(19)

6

generasi yang beriman dan bertaqwa, yang menjadikan al-Qur’an sebagai bacaan utama dan pedoman hidupnya, berakhlaq mulia, cerdas, terampil sehat, punya rasa tanggung jawab moral dan sosial demi masa depan yang gemilang.

Generasi Qur’ani adalah generasi yang mampu menterjemahkan

pesan-pesan al-Qur’andalam pentas kehidupan kekinian, dalam rangka mengemban misi Rahmatallil’alamin.11

Dalam undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI no. 2 Tahun 1989) dan peraturan pelaksanaanya,12disebutkan:

Undang- undang sistim pendidikan Nasional/ UUSPN RI No. 2/ 1989 pasal 4

ditetapkan bahwa tujuan pendidikan Nasional adalah’ Mencerdaskan kehidupan

bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya’ yaitu manusia yang

beriman kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, memliki kesehatan jasmani dan rohani, memiliki

tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

Dengan demikian antara pendidikan Nasional dan tujuan pendidikan Institusional serta tujuan kurikuler mempunyai unsur- unsur persenyawaan yang berhubungan dan singkron satu sama lain. Dalam hubungan ini, salah satu unsur yang mengedepankan dalam rumusan tujuan pendidikan.

Dalam upaya menciptakan generasi yang Qur’ani adalah antara lain

dengan mengajarkan bagaimana mereka selaku santri mampu membaca dan

11Syamsuddin, Tasrifin karimPanduan kurikuluk dan pengajaran TKA TPA( Surabaya: LPPTKA

BKPRMI Pusat, 1997), h. 15

12Undang-Undang Tentang System Pendidikan Nasional(UU RI NO. 2 Tahun 1989)& Peraturan

(20)

7

menghafalkan al-Qur’an dengan benar, oleh karena itu banyak sekali upaya yang ditempuh oleh para ulama Qurro’ untuk mengembangkan metode dalam

pembelajaran membaca al-Qur’an untuk mempermudah bagi santri dalam menghafal al-Qur’an.

al-Qur’an Bin Nadhor adalah membaca al-Qur’an dengan melihat sesuai dengan tuntunan dan tatanan Ilmu Tajwid13. Membaca al-Qur’an Bin Nadhor merupakan membaca al-Qur’an dengan melihat mushaf al-Qur’an. Hal ini adalah ibadah yang dianjurkan atau diperintah. Keterangan dari Imam Al-Qodli Husain14:

َو

ِﻗ

َﺮ

ا

َء

ُة

ْﻟا

ُﻘ

ْﺮ

َا

ِن

ِﻣ

َﻦ

ْﻟا

ُﻤ

ْﺼ

َﺤ

ِﻒ

َا

ْﻓ

َﻀ

ُﻞ

ِﻣ

َﻦ

ْﻟا

ِﻘ

َﺮ

ا

َء

ِة

َﻋ

ْﻦ

َظ

ِ

ْﻟا

َﻘ

ْﻠ

ِﺐ

َِ

ﱠن

ﱠﻨﻟا

َﻈ

َﺮ

ِﻓ

ْﻲ

ْﻟا

ُﻤ

ْﺼ

َﺤ

ِﻒ

ِﻋ

َﺒ

َد ﺎ

ٌة

َﻣ

ْﻄ

ُﻠ

ْﻮ

َﺑ

ٌﺔ

َﻓ

َﺘ

ْﺠ

َﻤ

ُﻊ

ْﻟا

ِﻘ

َﺮ

َء ا

ُة

َو

ﱠﻨﻟا

َﻈ

ُﺮ

َﻜ

َﺬ

َﻗ ا

َل

َﻟ

ْﻟا

َﻘ

ِ

ﺿ ﺎ

ْﻲ

ُﺣ

َﺴ

ْﻦ

َو

َا

ُﺑ

ْﻮ

َﺣ

ِﻣ ﺎ

ْﺪ

َا

ْﻟ

َﻐ

َﺰ

ِﻟ ا

ْﻲ

ِﻣ

َﻦ

ﱠﺴ ﻟا

َﻠ

ِﻒ

.

Artinya: membaca al-Qur’an Bin Nadhor itu lebih utama dari pada membacanya Bil Ghoib, karena melihat mushaf al-Qur’an merupakan ibadah yang dianjurkan atau diperintah.

Kesimpulannya membaca al-Qur’an Bin Nadhor lebih baik daripada membaca al-Quran Bil Ghoib. Membaca al-Qur’an Bin Nadhor mendapat dua pahala yaitu, pahala membaca dan pahala melihat. Dan dijelaskan menurut Syekh Az-Zarnuji15

َا

ْﻓ

َﻀ

ُﻞ

َا

ْﻋ

َﻤ

ِل ﺎ

ُا

ﱠﻣ

ِﺘ

ْﻲ

ِﻗ

َﺮ

ا

َء

ُة

ْا

ُﻘﻟ

ْﺮ

َا

ِن

َﻧ

َﻈ

ًﺮ

ا

13Ahmad Mulyadi Bayurifi, 14Abi Bakar Ma’ruf,

Kifayatul Atqiya’, Surabaya: Nurul huda. Hal 58.

(21)

8

Artinya: paling utamanya perbuatan umatku adalah membaca al-Qur’an Bin Nadhor.

Dengan perkembangan zaman modernisasi banyak fakta di lapangan khususnya dikalangan kaum santri kurang berminat untuk menghafal al-Qur’an, dikarenakan ada beberapa metode yang kurang efektif dan efisien dalam menghafal al-Qur’an.

Adapun syarat-syarat mengahafal al-Qur’an menurut Ahsin W. Al-Hafidz mengemukakan sebagai berikut: a. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan teori-teori, atau permasalahan-permasalahan yang sekiranya akan mengganggunya. b. Niat yang ikhlas c. Memiliki keteguhan dan kesabaran d. Istiqomah e. Menjauhkan diri dari maksiat dan sifat-sifat tercela f. Izin orang tua, wali atau suami g. Mampu membaca dengan baik16.

Rendahnya kemampuan menghafal al-Qur’an harus mendapatkan perhatian yang serius. Jika santri lambat dalam menghafal dan memahami al-Qur’an,maka akan menghambat kegiatan menghafal.

Setelah melakukan kajian berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul : Pembelajaran Qira’ah Al-Qur’an Bin Nadhar Dalam Meningkatkan Kecepatan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an (Studi Multi Kasus Di PP. Tahfidhul Qur’an Sunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya Dan Pesantren Ilmu Al-Qur’an Singosari Malang)

B. Identifikasi dan batasan masalah 1. Identifikasi masalah

(22)

9

Peneliti tidak meneliti semua aspek yang ada di PP. Tahfidhul Qur’an Sunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya dan Pesantren Ilmu al-Qur’an Singosari Malang namun peneliti fokus pada pembelajaran Qira’ah menghafal al-Qur’an yang digunakan oleh kedua Pondok Pesantren tersebut. Karena kedua pesantren tersebut mempunyai ciri khas tersendiri untuk mencetak hafidh yang lancar menghafal dan mampu memahami maknanya.

2. Batasan masalah

Seseorang dikatakan hafidh apabila hafal al-Qur’an dan mampu memahami maknanya. Maka untuk menjadi orang yang hafal al-Qur’an akan dihadapkan beberapa masalah. Salah satu masalah tersebut adalah pembelajaran Qira’ah al-Qur’an.

Ditinjau dari pernyataan di atas, bahwa banyak masalah dalam menghafal al-Qur’anmaka muncullah pernyataan sebagai berikut:

a. Banyak santri yang hafal al-Qur’annamun kurang memahami maknanya. b. Santri kurang menjaga dari hal-hal yang bisa menyebabkan lupa hafalannya. c. Perbedaan cara menghafal juga menentukan kualitas hafalannya.

Pernyataan seperti ini akan sering diberikan masyarakat, terutama ketika masyarkat melihat ada lulusan pesantren yang sudah hafal al-Qur’an, namun tidak memberikan sumbangsih sesuai keahliannya.

(23)

10

di PP. Tahfidhul Qur’an Sunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya dan Pesantren Ilmu al-Qur’an Singosari Malang untuk mencetak hafidh yang berkualitas.

C. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pembelajaran al-Qur’an Bin Nadhar di PP. Tahfidhul Qur’an Sunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya dan Pesantren Ilmu al-Qur’an Singosari Malang?

2. Bagaimana kemampuan menghafal al-Qur’andi PP. Tahfidhul Qur’anSunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya dan Pesantren Ilmu al-Qur’an Singosari Malang?

3. Apa saja pendukung, penghambat, solusi menghafal al-Qur’anBin Nadhar di PP. Tahfidhul Qur’an Sunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya dan Pesantren Ilmu al-Qur’an Singosari Malang?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat menetukan tujuan penelitian sebagai berikut:

(24)

11

Sunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya dan Pesantren Ilmu al-Qur’an Singosari Malang.

2. Untuk mengetahui kemampuan menghafal al-Qur’andi PP.Tahfidhul Qur’an Sunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya dan Pesntren Ilmu al-Qur’an Singosari Malang.

3. Untuk menegtahui pendukung, penghambat, solusi menghafal al-Qur’an Bin Nadhar di PP. Tahfidhul Qur’an Sunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya dan Pesantren Ilmu al-Qur’an Singosari Malang

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritis

a. Proses menghafal al-Qur’anakan menjadi lebih cepat efektif dan efisien. b. Ditemukannya metode hafalan al-Qur’an baru yang lebih tepat dan

variatif.

2. Manfaat secara praktis a. Santri

Santri lebih mudah dalam menghafalkan al-Qur’andan memahami makna al-Qur’an.

b. Kyai

Kyai dapat variasi baru dalam proses menghafal al-Qur’ansehingga santri menjadi lebih mudah dalam menghafalkan al-Qur’an.

(25)

12

Memberikan kontribusi bagi Pondok Pesantren khususnya dalam rangka perbaikan proses pembelajaran serta memperkaya wawasan tentang penerapan metode hafalan al-Qur’an yang tepat dan sesuai dalam proses hafalan al-Qur’an sehingga meningkatkan kecepatan hafalan al-Qur’an santri.

d. Penulis

(26)

13 BAB II

KERANGKA TEORITIK

A.Kerangka Teoritik

1. Pengertian Menghafal

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pengertian menghafal adalah berusaha meresapkan kedalam fikiran agar selalu ingat.18 Menurut Zuhairini dan Ghofir sebagaimana yang dikutip oleh Kamil Hakimin Ridwal Kamil dalam bukunya yang berjudul Mengapa Kita Menghafal (tahfizh) al-Qur’an, istilah menghafal adalah suatu metode yang digunakan untuk mengingat kembali sesuatu yang pernah dibaca secara benar seperti apa adanya. Metode tersebut banyak digunakan dalam usaha untuk menghafal al-Qur’an dan al-Hadits.

Dalam bahasa Arab, menghafal menggunakan terminologi al-Hifzh yang artinya menjaga, memelihara atau menghafalkan. Sedang al-Hafizh adalah orang yang menghafal dengan cermat, orang yang selalu berjaga-jaga, orang yang selalu menekuni pekerjaannya. Istilah al-Hafizh ini dipergunakan untuk orang yang hafal al-Qur’an tiga puluh juz tanpa mengetahui isi dan kandungan al-Qur’an. Sebenarnya istilah al-Hafizh ini

18

(27)

14

adalah predikat bagi sahabat Nabi yang hafal hadits-hadits shahih (bukan predikat bagi penghafal al-Qur’an).19

Pandangan psikologi gestalt dapat disimpulkan bahwa seseorang memperoleh pengetahuan melalui sensasi atau informasi dengan melihat strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusunnya kembali dalam struktur yang lebih sederhana sehingga mudah dipahami.

Problem utamanya adalah bagaimana untuk menghadirkan memori yaitu bagaimana melakukan konseptualisasi pengalaman masa lalu kedalam masa kini. Hal ini diurai dalam sebuah teori yang disebut teori bekas.20

Dalam teori bekas, menyatakan bahwa konsepsi gestalt terhadap memori adalah percaya bahwa persepsi menempel di dalam bekas memori yang saling berhubungan.

Dalam masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi.Pertama, belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia salah satu kategorinya yang disebut the domainds of learning, Strategi kognitif Ini merupakan organisasi keterampilan dan kemampuan yang internal

19

Ahmad Warson Munawir, Almunawir Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hal. 279.

20

(28)

15

(internal organized skill) yang perlu untuk belajar mengingat dan berfikir.21

Menurut ahli psikologi informasi itu disampaikan ke memori jangka pendek (sort term memory) dan sistem penampungan memori kerja. Apabila informasi di dalam kedua penampungan tersebut diulang-ulang atau disandikan, maka dapat dimasukkan ke dalam memori jangka panjang (long term memory). Kebanyakan, peristiwa lupa terjadi karena informasi di dalam memori jangka pendek tidak pernah ditransfer ke memori jangka panjang. Tapi bisa juga terjadi karena seseorang kehilangan kemampuannya dalam mengingat informasi yang telah ada di dalam memori jangka panjang. Bisa juga karena interferensi, yaitu terjadi apabila informasi bercampur dengan atau tergeser oleh informasi lain.

Dari bebarapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa menghafal adalah suatu usaha untuk meresapkan kedalam fikiran agar selalu ingat dengan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. sedangkan untuk menghafal al-Qur’an berarti digunakan untuk mengingat kembali sesuatu yang pernah dibaca dengan benar dalam jangka waktu yang lama. Selain menghafal, para penghafal juga harus mempu menjaga dan memelihara hafalannya agar tidak lupa.

21

Etty Ratnawati. Karakteristik Teori-Teori Belajar Dalam Proses Pendidikan (Perkembangan

(29)

16

2. Kemampuan Menghafal a. Kemampuan Menghafal

Dalam proses pembelajaran di pondok pesantren kemampuan yang dimiliki oleh setiap santri itu dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana tingkat perkembangannya. Adapun kemampuan berasal dari kata “mampu” yang mempunyai arti dapat atau bisa.

Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.22 Menurut Albert Einsten, tokoh sains dengan kemampuan intelektual yang sangat tinggi. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental berfikir, menalar, dan memecahkan masalah.

Menurut Mohammad zain dalam Milman Yusdi mengartikan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha sendiri. Sedangkan anggit M. Sinaga dan Sri Hadiati mendefinisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu

22

(30)

17

dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan

Kata menghafal berasal dari kata فح – فحي – اظفح yang berarti menjaga, dan melindungi.23 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata menghafal berasal dari kata hafal yang artinya telah masuk dalam ingatan tentang pelajaran atau dapat mengucapkan diluar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain. Kemudian mendapat awalan

me-menjadi menghafal yang artinya adalah berusaha meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat.24

Kata menghafal dapat disebut juga sebagai memori dimana apabila mempelajarinya maka membawa seseorang pada psikologi kognitif, terutama bagi manusia sebagai pengolah informasi. Secara singkat memori melewati tiga proses yaitu perekaman, penyimpanan dan pemanggilan.25

Menurut Kuswana menghafal artinya mendapatkan kembali atau pengembalian pengetahuan relevan yang tersimpan dari memori jangka panjang26.

Menurut Bobbi menghafal adalah proses menyimpan data ke memori otak. Pikiran menyimpan segala sesuatu yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Artinya manusia memiliki memori yang

23

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia,, (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzuhryah, 1990), 105.

24

Desy anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amelia, 2003), 318.

25

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2005), 63.

26

(31)

18

sempurna, sedangkan kemampuan menghafal adalah kemampuan manusia dalam berfikir, menganalisa, berimajinasi, dan menyimpan informasi. Serta mengeluarkan atau memanggil informasi tersebut kembali.27

Kemampuan dalam menghafal adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan dengan menghafal yakni mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain dalam pengajaran pelajaran tersebut.

b. Perlunya Kemampuan Menghafal

Dalam suatu pembelajaran, kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pelajaran merupakan hal yang penting. Untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik dalam menerima materi pelajaran dapat dilihat melalui data nilai. Hasil penilaian merupkan perwujudan dari penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang dipahami. Kemampuan merupakan kompetensi mendasar yang perlu dimiliki peserta didik yang mempelajari ruang lingkup materi tertentu dalam suatu mata pelajaran pada jenjang tertentu. Oleh karena itu perlunya kemampuan menghafal harus dimiliki oleh setiap peserta didik.

27

(32)

19

c. Cara Meningkatkan Kemampuan Menghafal

Untuk meningkatkan kemampuan Artinya, belajar dengan bergerak aktif dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh dengan pikiran terlibat dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran yang dirancang dengan semenarik mungkin baik strategi, metode yang tidak membosankan, sehingga kemampuan peserta didik dalam menyerap materi akan lebih mudah, dan nantinya kemampuan santri dapat meningkat dengan baik. Oleh karena itu, kyai harus betul-betul memperhatikan dan harus kreatif dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik santri.

Teknik mengingat yang banyak dilakukan adalah dengan mengulang-ulang informasi yang diterima. Pengulangan informasi ini akan tersimpan lebih lama dan lebih mudah untuk diingat kembali.28 d. Indikator Kemampuan Menghafal

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).29 Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal. Didalam Taksonomi Bloom juga dijelaskan indikator menghafal termasuk di dalam C1 yang diantaranya adalah mendefinisikan, mendiskribsikan, mengidentifikasi, mendaftar,

28

Winkle. WS, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), 22.

29

(33)

20

menyebutkan, mengingat, menyimpulkan, mencatat, menceritakan, mengulang, dan menggaris bawahi.30

Kuswana menjelaskan bahwa perilaku yang harus ditunjukkan pada ranah kognitif adalah:31

1) Kelancaran, menghasilkan sejumlah besar gagasan 2) Fleksibel, bisa mengubah kategori

3) Orisinalitas, mampu dengan pikiran yang unik.

4) Elaborasi, bisa mengambil satu ide dan menambahkannya.

Sedangkan menurut Kenneth cara untuk mengukur kemampuan menghafal sebagai berikut:32

a) Recall merupakan upaya untuk mengingat kembali apa yang diingatnya.

Contoh: menceritakan kembali apa yang diingatnya.

b) Recognation merupakan upaya untuk mengenali kembali apa yang pernah dipelajari.

Contoh: dapat meminta peserta didik untuk menyebutkan item-item yang diingatnya dari ssekelompok item-item-item-item.

c) Relearning merupakan upaya untuk mempelajari kembali suatu materi untuk kesekian kalinya. Contoh: kita dapat mencoba, mudah tidaknya ia mempelajari materi tersebut untuk kedua kalinya.

30

Burhan Nugiantoro, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta: BPEE, 1988), 42

31

Wowo Sunaryo Kuswana, Taks onomi Kognitif, 114.

32

(34)

21

e. Tingkatan Menghafal Al-Qur’an

Tingkatan dalam menghafal al-Qur’an untuk mempermudah untuk meraih tujuan dalam menghafalkan al-Qur’an:33

1) Tingkat Atas

Menghafal al-Qur’an 2 lembar setiap hari, yaitu seukuran 4 halaman al-Qur’an. Apabila 1 juz terdiri atas 21 halaman, maka kita memerlukan 5 hari untuk menyelesaikan 1 juz penuh. Dengan rician 4+4+4+4+5. Dengan demikian 1 juz dapat diselesaikan dalam waktu 5 hari.

2) Tingkat Menengah

Ukurannya separuh dari tingkat atas. Yaitu menghafal 1 lembar setiap hari atau seukuran 2 halaman al-Qur’an. Dengan jadwal ini penghataman al-Qur’an dapat diselesaikan dalam jangka 10 bulan 3) Tingkat Dasar

Ukurannya seperempat dari tingkat atas atau separuh dari tingkat menengah. Yaitu menghafal 1 halaman al-Qur’an setiap hari. Dengan jadwal ini peghataman dapat diselesaikan dalam jangka waktu 20 bulan, atau 1 tahun 8 bulan.

4) Tingkat Umum

Dalam tingkatan ini tidak ditentukan berapa banyak jumlah yang harus dihafalkan. Jadwal ini dikhususkan bagi siapa yang tidak

33

(35)

22

bisa menjalani tingkatan-tingkatan di atas. Dengan begitu mereka menghafal ayat sedikit atau jumlah ayat yang dihafalkan tidak ditentukan dalam sehari. Dengan begitu lembaran-lembaran yang dihafalkan ditambah atau dikurangi sesuai dengan keinginan.

3. Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan kalamullah yang diturunkan kepada Nabi akhir zaman yaitu baginda Rasulullah SAW dengan jalan mutawattir sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia pada umumnya dan bagi umat Islam pada khususnya. Merupakan suatu ibadah bagi siapa saja yang membaca kitab suci umat Islam ini. Berdasarkan firman Allah SWT yang tertulis dalam QS. Al-alaq 1-5.

                        

Artinya: 1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq: 1-5)

(36)

23

kitab suci yang menjadi pedoman pertama dan utama dalam menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang merupakan sumber dari ajaran Islam memiliki kedudukan yang tinggi dan sangat penting oleh umat Islam Indonesia. Al-Qur’an menjadi rujukan dalam berbagai informasi yang terdapat di media yang dicetak oleh dan untuk Muslim.34

Isi dari al-Qur’an memuat seluruh aspek agama Islam, oleh karena itu merupakan suatu kewajiban bagi Muslim untuk belajar dan mengajarkan apa yang terkandung di dalam al-Qur’an sebagai pedoman dan petunjuk hidup. Al-Qur’an tidak hanya berisi mengenai ajaran Islam, di dalamnya terdapat nilai-nilai ilmiah yang wajib dipelajari dan diajarkan. Suatu tanggung jawab bagi umat Muslim untuk belajar dan mengajarkan apa yang telah dipelajari dari kitab suci al-Qur’an. Maka dari itu hukum mempelajari dan mengajarkan kitab suci ini adalah wajib. Karena dengan al-Qur’an, umat Islam dapat meraih kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. al-Qur‟an sebagai mu’jizat yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW menjadi salah satu rahmat yang tiada bandingannya bagi alam semesta dan merupakan petunjuk dan pedoman hidup bagi setiap Muslim yang bertaqwa. Dalam hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 2:

34

Howard M. Federspiel, Kajian Al-Qur‟an di Indonesia (Dari Mahmud Yunus hingga

(37)

24

 

  

 

 



Artinya: ‟ Kitab (al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi

mereka yang betaqwa” ( QS.Al-Baqarah:2)

Kedudukan al-Qur’an yang tinggi dan sangat penting dalam Islam mengharuskan umat Islam untuk menjaga keaslian dan kemurnian kitab yang menjadi pedoman hidup ini. Salah satu cara dalam menjaga

al-Qur‟an ini adalah dengan menghafalkan ayat-ayat yang terdapat di

dalamnya.

Rasulullah SAW sangat menganjurkan umat Islam untuk menghafal karena disamping menjaga kelestariannya, menghafal ayat-ayatnya adalah pekerjaan yang terpuji dan amal yang mulia sehingga

membacanya merupakan ibadah. Terlebih jika mau menghafalnya. a. Syarat menghafal Al-Qur’an

Seseorang yang ingin berhasil dalam menghafal al-Qur’an, harus memahami syarat sebagai berikut :

1) Mempunyai niat ikhlas dari calon penghafal

Niat mempunyai peranan yang sangat penting dalam melakukan sesuatu, antara lain sebagai motordalam usaha untuk mencapai tujuan. Demikian halnya dengan menghafal al-Qur’an, tanpa adanya suatu niat yang jelas maka perjalanan menuju seorang yang

(38)

25

tumbuhnya ketenangan dalam menghafal al-Qur’an, tidak lagi menjadi beban yang dipaksakan, akan tetapi sebaliknya ia akan menjadi kesenangan dan kebutuhan, firman Allah:

         

Artinya : “Katakanlah sesungguhnya aku perintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya

dalam(menjalankan) agama” (QS. Az-Zumar : 11)

Sebagaimana dalam Hadits :

ا ْ ْي م ْؤ ْ ا رْيم ا ْ ع اَ ْ ا ْبا ْر ع ْهصْفح ْيب ْ ع ْع س , اق , هْ ع ٌلا يض ْ س لا ص َل ا ام ئرْم ا ا َ ا اي ا اب ا ْع ِْ ا ا َ ا ْمَ س هْي ع ا ْ ا ْم ْسم ْﻱ

Artinya : Dari Amirul Mukmin Abi Hafsah Umar bin Khattab r.a. telah berkata : aku telah mendengar Rasulullah S.A.W bersabda.

“Bahwasanya segala amal tergantung pada niat, dan bahwasanya

tiap-tiap orang apa yang ia niatkan”. (HR. BukhoriMuslim, Hadits

arba’in an-Nawawiyyahi).35

2) Memiliki keteguhan dan kesabaran

Keteguhan dan kesabaran merupakan syarat yang sangat penting dalam proses menghafal al-Qur’an, karena orang yang menghafal disamping harus sanggup untuk menghafal juga melakukan pengulangan materi ayat yang sedang dan telah dihafal. Proses ini benar-benar memerlukan kesabaran dan ketabahan, keteguhan dan kesabaran senantiasa dapat memelihara hafalan. Karena memang kunci melakukan penghafalan al-Qur’an adalah ketekunan

35

(39)

26

mengulang-ngulang ayat-ayat yang telah dihafalkan. Rasulullah sendiri telah mensinyalir kenyataan seperti ini dalam sabdanya:

َلا دْ ع ا ث َدح س ْ ي ْبا ْف ا ْخ ر م ا ا ٌ ْ ع ف ا ع ع ْ ْبا ع ر ض ي ل ع ْ ا ا َ س ث ْ ل ص َ ل ع ْي ه س َ ْم ق ا ا َ م ا ث ص بح ا ا ْ ق ْر ا ث ص ح ا ب ِا ب ا ْ ع َق ا ْ ع ه ا د ع ْي ا ا ْ ا ْم س ا ا ْ ا َ ق ا ه ْ . ا ْا ا ْﻱ م ْس ْم .

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf

telah mengabarkan kepada kepada kami Malik dari Nafi’ dari Ibnu

Umar RA. Bahwasannya Rasulullah Rasulullah SAW. bersabda : sesungguhny perumpamaan para penghafal al-Qur’anadalah seprti seorang yang memiliki unta yang terikat, jika ia selalu menjaganya, maka iapun akan selalu berada padanya dan jika ia melepaskannya, niscaya akan hilang atau pergi”. (HR. Bukhari Muslim).36

3) Menjauhi sifat tercela (madzmumah)

Perbuatan maksiat dan tercela adalah perbuatan yang harus dijauhi oleh penghafal al-Qur’an, karenanya mempunyai pengaruh besar terhada perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati yang sedang menghafal al-Qur’an. Sebagaimana syair Asy-Syafi’i

Rahimahumullah dalam terjemah Ta’limul Muta’allim:

ْ ش ْيص اع ْ ا ْر ا ْي دش ْ اف # ْفح ؤس عْي ا

Artinya: aku pernah melaporkan kepada Ustadz Waki’ mengenai sulitnya hafalan ku; kemudian ustadz Waki’ berkata kepadaku: tinggalkanlah segala perilaku maksiat.

َ اف # ه ا ْ م ٌ ْضف ْفحْ ا ْضف َلا ْيص اع ْعي ِ

Artinya: karena sesungguhnya hafal itu adalah karunia tuhan; maka dari itu, karunia Allah SWT. Tidak diberikan kepada orang yang berbuat maksiat37.

36

Hussein Bahreisj, Hadist Shohih Al-Jami’iusshohih Bukhari Muslim, ( Surabaya: Karya Utama), h. 247

37

Aliy As’ad, Terjemahan Ta’limul Muta’allim Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu

(40)

27

dan dengan pengertian yang besar dari orang tua akan memperlancar proses menghafal al-Qur’an.

Menurut Syekh Az-Zarnuji hal-hal yang dapat mempercepat hafalan adalah sebagai berikut:

a) Siwak

b) Minum madu

c) Makan getah kandar yang dicampur gula

d) Makan anggur yang warna merah dua puluh satu buah, kemudian dimakan setiap hari sebelum makan sesuatu.38

Adapun sesuatu yang dapat menyebabkan muda lupa ialah maksiat, banyak dosa, susah, prihatin memikirkan perkara dunia, banyak pekerjaan dan sesuatu yang melekat dalam hati39.

4) Mampu membaca dengan baik

Sebelum seorang penghafal pada periode menghafal, seharusnya terlebih dahulu meluruskan dan memperlancar ejaannya. Sebagian besar ulama bahkan tidak memperkenankan anak didik yang diampunya untuk menghafal al-Qur’an. Sebelum ia menghatamkan

al-Qur’anbin-Nadhor (dengan melihat tulisan). Hal ini dimaksudkan

agar dalam menghafal. benar-benar lurus dan lancar membacanya serta ringan lisannya untuk mengucapkan gramatikal Arab.

38

Ibid., hal 103

39

(41)

28

5) Kontinuitas dalam menghafal

Yang dimaksud dengan kontinuitas disini adalah disiplin segala-galanya, baik yang berhubungan dengan materi-materi yang dihafalkan atau dengan pengertian lain, seorang penghafal al-Qur’an harus istiqomah sebagaimana diperinttahkan dalam firman Allah ;

 



 

 



  



 

Artinya : “Maka tetaplah pada jalan yang benar, sebagaimana

diperintahkan kepadamu dan juga orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampui batas, sesungguhnya Dia maha melihat apa yang kamu kerjakan”.(QS. Hud : 112).

Syarat-syarat menghafal alqur’an: Menurut Ahsin W. Al-Hafidz, ada beberapa hal yang harus terpenuhi sebelum seseorang memasuki periode menghafal Al-Qur‟an diantaranya40; (1) mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan teori-teori, atau permasalahan yang sekiranya akan mengganggu, (2) niat yang ikhlas, (3) memiliki keteguhan dan kesabaran, (4) istiqomah, (5) menjauhkan diri dari maksiat dan sifat-sifat tercela, (6) izin orang tua, wali, atau suami, (7) mampu membaca dengan baik.

Menurut Sugianto, seorang penghafal hendaknya memenuhi beberapa syarat yang berhubungan dengan naluri insaniyah. Adapun

40

(42)

29

syarat-syarat tersebut adalah41 persiapan pribadi, bacaan al-Qur’an yang benar dan baik, mendapat izin dari orang tua, wali, dan suami bagi wanita yang telah menikah, memiliki sifat mahmudah, kontinuitas dalam menghafal al-Qur‟an, sanggup memelihara hafalan, memiliki mushaf sendiri.

Adapun menurut Amjad Qosim syarat-syarat wajib dalam menerapkan metode menghafal al-Qur’an adalah sebagai berikut42:

a. Membaca al-Quran dengan benar contohnya membenarkan makhraj huruf, akurasi bacaan penutup ayat

b. Hafalan yang kuat

c. Mengulangi hafalan dengan disemak orang lain d. Mengulang dalam waktu dekat

e. Menghubungkan dengan hafalan sebelumnya

menurut Ahmad Bin Salim Baduwailan syarat-syarat menghafal

Al-Qur’an adalah mengikhlaskan niat dan mencari ridho Allah SWT,

serta meminta pertolongan darinya, dan menggunakan semua indera, terutama indra penglihatan karena fokus melihat pada ayat-ayat

Al-qur’an.43

dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat utama untuk menghafal Al-Qur’an adalah mengikhlaskan niat

41

Sugianto, Ilham Agus. Kiat Praktis Menghafal Al-Qur’an. (Bandung: Munjahid Press.2004), hal 52

42

Qosim amjad, Sebulan Hafal Al-Qur’an, Solo: Zamzam Mata Air Ilmu. 101.

43

(43)

30

dan mencari ridho Allah SWT serta meminta pertolongan darinya, dan mejauhi semua larangannya.

b. Pengetian Qira’ah al-Qur’an Bin Nadhor

Membaca al-Qur’an Bin Nadhor merupakan membaca al-Qur’an dengan melihat mushaf al-Qur’an. Hal ini adalah ibadah yang dianjurkan atau diperintah. Keterangan dari Imam Al-Qodli Husain44:

ْيف رظَ ا َ ِ بْ قْ ا رْ ْ ع ء ارقْ ا م ضْف ا فحْص ْ ا م ا ْرقْ ا ء ارق ْ با ْ ْيسح ْيض اقْ ا ه اق اذ ه رظَ ا ءارقْ ا ع ْجتف ٌ ب ْ ْ م ٌ د ا ع فحْص ْ ا اح

ْدم .ف َس ا م ْي ا زغْ ا

Artinya: membaca Al-Qur’anBin Nadhor itu lebih utama dari pada membacanya Bil Ghoib, karena melihat mushaf Al-Qur’anmerupakan ibadah yang dianjurkan atau diperintah.

Dari hasil penelitian kesehatan modern, ditemukan fakta bahwa

Tikrar (Repetition) atau pengulangan itu sangat membantu menguatkan

hafalan. Simpulan dari penelitian ilmiah itu adalah, “ Repetition is the

key to memorization. The more you say it, the more likely you’ll

remember it.” (pengulangan adalah kunci untuk hafalan, semakin sering

anda mengucapakan, semakin kuat kamu mengingatnya)45.

Kesimpulannya membaca al-Qur’an Bin Nadhor lebih baik daripada membaca al-Quran Bil Ghoib. Membaca al-Qur’an Bin

44

Abi Bakar Ma’ruf, Kifayatul Atqiya’, Surabaya: Nurul huda. Hal 58.

45

(44)

31

Nadhor mendapat dua pahala yaitu, pahala membaca dan pahala melihat.

Dan dijelaskan menurut Syekh Az Zarnuji46

ا ْف ض ا ْع ا ا َم ت ْي ء ارق ْا ق ْر ا ظ ر ا

Artinya: paling utamanya perbuatan umatku adalah membaca

Al-Qur’an Bin Nadhor.

Menurut Muhaimin Zen salah satu metode yang dapat dipergunakan untuk menghafal al-Qur’an, yaitu tahfidz, Tahfidz yaitu menghafal materi baru yang belum pernah dihafal. 47

Caranya :

1. pertama kali terlebih dahulu penghafal membaca bin-nadhar (dengan melihat mushaf) materi-materi yang akan diperdengarkan dihadapan instruktur minimal tiga kali.

2. Setelah dibaca bin-ndhor dan terasa ada banyangan lalu dibaca dengan hafalan (tanpa melihat mushaf) minimal tiga kali dalam satu kalimat dan maksimal tidak terbatas. Apabila sudah dibaca dan minimal 3 kali belum hafal maka perlu ditingkatkan sampai hafal betul dan tidak boleh menambah materi baru.

3. Setelah satu kalimat tersebut ada dampaknya dan menjadi hafal dengan lancar lalu ditambah dengan rangkaian kalimat berikutnya, sehingga menjadi sempurna satu ayat. Materimateri itu selalu dihafal sebagaimana halnya menghafal pada materi pertama, kemudian

46

Syekh Az Zarhuji, Ta’limul Muta’allim, Surabaya: Al hidayah. Hal 41

47

(45)

32

dirangkaikan dengan mengulang-ulang materi atau kalimat yang telah lewat minimal tiga kali dalam satu ayat dan maksimal tidak terbatas sampai betul-betul hafal, maka tidak boleh pindah ke materi ayat berikutnya.

4. Setelah materi satu ayat ini di kuasai hafalannya dengan hafalan yang betul-betul lancar, maka diteruskan dengan menambah materi ayat-ayat baru dengan membaca bin-nadhor erlebih dahulu dan mengulang-ulang sebagaimana materi pertama.

5. Setelah mendapat hafalan dua ayat dengan baik dan lancer tidak terdapat kesalahan lagi, maka hafalan tersebut diulang-ulang mulai dari ayat pertama dirangkai dengan ayat kedua minimal tiga kali dan maksimal tidak terbatas.Begitu pula meningkat ke ayat-ayat berikutnya sampai kebatas waktu yang disediakan habis dan pada materi yang telah ditargetkan.

6. Setelah materi yang ditentukan menjadi hafal dengan baik dan lancar, lalu hafalan ini diperdengarkan di hadapan instruktur untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk dan pengajaran seperlunya.

7. Waktu menghadap instruktur pada hari kedua, penghafal memperdengarkan materi baru yang sudah ditentukan dan mengulang materi dari hari pertama, begitu pula pada hari

(46)

33 BAB III

METODE PENELITIAN A.Penelitian Terdahulu

Sepanjang pengetahuan penulis, memang ada beberapa sarjana atau individu yang telah melakukan kajian atau penelitian tentang menghafal

al-Qur’an. Dari sekian tulisan yang ada itu, penulis belum menemukan satu

karya yang membahas secara khusus tentang pembelajaran al-Qur’an Bin Nadhar dalam meningkatkan kecepatan menghafal al-Qur’an. Namun demikian, penelitian yang dilakukan oleh penulis memiliki beberapa kesamaan ide dengan beberapa penelitian terdahulu. Beberapa hasil penelitian yang relavan tentang pembelajaran al-Qur’an Bin Nadhar dalam meningkatkan kecepatan menghafal al-Qur’an diantaranya yakni:

Salah satu di antara mereka yang telah mengkaji pembelajaran tahfidh

al-Qur’an adalah Iqlima Zahari,48

melalui tesisnya dalam bidang Pendidikan

Agama Islam di UIN Sunan Ampel Surabaya yang berjudul “Pembelajaran

Tahfidh al-Qur’an (Studi Kasus di Ma’had Umar bin Khottab), 2011. Ia mengupas tentang pembelajaran menghafal al-Qur’an di Ma’had Umar bin Khottab Surabaya yang mana dalam penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan dan model studi kasus, metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi, dan analisis isi dokumen dengan lama waktu 6 bulan. Hasil penelitian ini meliputi 3 aspek yaitu: Pertama, Pembelajaran tahfidh yang meliputi ; memulai dengan

48

(47)

34

memperbaiki bacaan-bacaan al-Qur’an terlebih dahulu, ada target khatam, Izin dan dukungan orang tua atau wali. Kedua, Pelaksanaan pembelajaran tahfidh yang meliputi ; mempunyai kemauan yang kuat, disiplin dan istiqomah dalam menambah hafalan, talaqqi kepada guru, menggunakan beberapa metode menghafal. Ketiga, Evaluasi pembelajaran tahfidh yaitu Evaluasi hafalan

santri yang telah khatam al Qur’an adalah membaca 30 juz secara bil ghoib

didalam majelis dalam satu waktu. Bagi santri yang belum khatam yaitu

melakukan takrir dan muroja’ah setiap hari dan disetorkan krpada ustadz.

Selain itu kegiatan penunjangnya antara lain yaitu majlis tasmi’ atau sima’an

bersama 1 juz setiap hari kamis. Sima’an berpasangan setengah juz setiap hari

jum’at sampai rabu. Khataman 30 juz bil ghoib setiap satu bulan sekali secara

berkelompok.

Penelitian selanjutnya yang terkait dengan judul skripsi ini adalah ialah Anisa Ida Khusniyah,49 melalui skripsinya dalam bidang Pendidikan Agama

Islam di IAIN Tulungagung yang berjudul “Menghafal al-Qur’an dengan

Metode Muroja’ah (Studi Kasus Di Rumah Tahfidh Al Ikhlash Karangrejo Tulungagung)” 2014. Ia mengupas tentang metode muroja’ah untuk menghafal Al-Qur’an di rumah tahfidh Al Ikhlas Karangrejo Tulungagung yang mana dalam penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan dan model studi kasus, metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi, dan analisis isi dokumen dengan lama waktu 6 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa hal,

49Anisa Ida Khusniyah, “Menghafal Al Qur’an dengan Metode Muroja’ah (Studi Kasus Di Rumah

(48)

35

diantaranya adalah. Proses Menghafal Al-Qur’an dengan Metode Muraja’ah Studi Kasus di Rumah Tahfidz Al-Ikhlash Karangrejo Tulungagung, yaitu: menggunakan sistem One Day One Ayah (1 hari 1 ayat) yang disertai lagu tartil. Didalam menghafal al-Qur’an tentunya harus selalu diiringi niat yang ikhlas, meminta izin kepada orang tua, mempunyai tekad yang besar dan kuat, istiqamah, dan lancar membaca al-Qur’an. Sedangkan hasil asil Menghafal al-Qur’an dengan Metode Muraja’ah Studi Kasus di Rumah Tahfidz Al-Ikhlash Karangrejo Tulungagung yaitu dengan proses menghafal al-Qur’an menggunakan One Day One Ayah dan lagu tartil, maka hafalan santri tambah lebih baik dan benar.

Penelitian terdahulu yang terkait dengan tema tesis ini adalah tesis yang ditulis oleh K. Harminatin50 dengan judul “Penerapan Metode Gabungan Tahfidh, Wahdah dan Sorogan dalam Meningkatkan Kualitas Menghafal

al-Qur’an Siswa Kelas IV (Studi Multi Kasus di Madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah dan Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Azhaar Sukorejo

Gandusari Trenggalek)”, 2015. Ia mengupas tentang penerapan metode

gabungan tahfidz, wahdah dan sorogan dalam meningkatkan kualitas menghafal al Qur’an siswa kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah dan Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Azhaar Sukorejo Gandusari Trenggalek, yang mana dalam penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan dan model studi kasus, metode pengumpulan data

50

(49)

36

menggunakan wawancara mendalam, observasi, dan analisis isi dokumen dengan lama waktu satu tahun. Hasil penelitiannya adalah masing-masing sekolah mempunya kekurangan dan kelebihan dalam menerapkan metode gabungan tahfidz, wahdah dan sorogan dalam meningkatkan kualitas menghafal al-Qur’an siswa kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah dan Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Azhaar Sukorejo Gandusari Trenggalek.

B.Metode Penelitian

1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan studi multi kasus, penggunaan metode ini adalah sebuah

inquiry secara empiris menginvestigasi fenomena sementara dalam konteks kehidupan nyata51. Ketika batas fenomena dan konteks tidak tampak secara jelas, dan sumber-sumber fakta ganda yang digunakan sebagaimana ditegaskan oleh Bogdan dan Biklen dalam Mardiyah bahwa:

When reaserch study two or more subjects, setting or depositories of data they are usuallydoing what we call multi-case studies. Multi-case studies take a variety of forms. Some start as asingle case only to have the original work serve as the fisrt in series of studies or as the pilot for a multi-case study. Other studies are primarily single-case studies but include less intense, less extensive observations at other sites for the purpose of addressing the question of generalizability. Other reserchers do comparative case studies. Two or more case stadies are done and then compared and contrasted52.

51

Mardiyah. Kepemimmpinan Kiai dalam Memelihara Budaya Organisasi Malang:Aditya Media Pyblising, 2012) hal. 89

52

(50)

37

Karakteristik utama studi kasus adalah apabila peneliti meneliti dua atau lebih subjek, latar atau tempat peyimpanan data.

Penjelasan ini Imron Arifin dalam Mardiyah mengatakan bahwa studi kasus adalah studi yang meliputi sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dokumen dan sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas, sesuai dengan latar, atau konteksnya masing-masing dengan bermaksud untuk memahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.

Langkah-langkah penelitian studi multi kasus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:53

1. Melakukan pengumpulan data pada kasus pertama, yaitu PP. Tahfidhul

Qur’an Sunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya dan Pesantren Ilmu

Qur’an Singosari Malang.

2. Melakukan pengamatan pada dua pondok tersebut dengan tujuan untuk memperoleh hasil Pembelajaran al-Qur’an Bin Nadhor dalam meningkatkan Kemampuan hafalan al-Qur’an.

2. Setting dan Subjek Penelitian a. Setting Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PP. Sunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya dan PP. Ilmu Qur’an Singosari Malang.

53

(51)

38

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 b. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah santri PP. Sunan Giri Wonokusumo Semampir Surabaya dan PP. Ilmu al-Qur’an Singosari Malang.

3. Kehadiran Peneliti di Lapangan

Dalam penelitian kualitatif peneliti wajib hadir di lapangan karena peneliti merupakan instrumen penelitian utama (the instrument of choice in naturalistic inquiry is the human) pernyataan Yvonna S Lincoln and Egon G. Guba dalam Mardiyah, yang memang harus hadir sendiri secara langsung di lapangan untuk mengumpulkan data.

Walaupun demikian, peneliti dalam memasuki lapangan harus dapat segera membangun komunikasi yang baik terhadaf komunitas yang berbeda-beda mulai dari Kyai, Ustad dan Santri Pondok tersebut. Hubungan baik antara peneliti dan komunitas di lapangan penelitian dapat melahirkan kepercayaan dan saling pengertian. Tingkat kepercayaan tinggi membantu kelancaran proses penelitian sehingga data yang diperoleh dengan mudah dan lengkap54.

4. Data, Sumber Data, dan Instrumen Penelitian a. Data

Data yang ada dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua55, yaitu: 1) Data primer

54

Ibid., 93

55

(52)

39

Data primer diperoleh dalam bentuk kata-kata atau ucapan lisan dan perilaku dari subjek (informan) yang berkaitan dengan data yang akan diteliti.

2) Data sekunder

Data sekunder dari dokumen-dokumen, foto-foto dan benda-benda yang digunakan sebagai pelengkap dari data primer.

b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu: manusia dan bukan manusia56. Sumber data manusia adalah sebagai subjek atau infoman kunci dan data yang diperoleh melalui informan bersifat soft data (data lunak). Sedangkan sumber data bukan manusia berupa dokumen yang relevan dengan fokus penelitian, seperti gambar, foto, catatan, atau tulisan yang ada kaitannya dengan fokus penelitian, data yang diperoleh melalui dokumen bersifat hard data

(data keras).

c. Instrumen penelitian

Untuk memahami keadaan makna dan keadaan pesantren, dibutuhkan keterlibatan dan penghayatan langsung peneliti terhadap objek lapangan. Oleh karena itu, instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen (human instrument).

5. Prosedur Pengumpulan Data a. Wawancara

56

(53)

40

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan interview pada satu atau berapa orang yang bersangkutan57. Teknik wawancara dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh data tentang pendapat Kyai, Pengurus, Santri dan semua Elemen Pondok Pesantren.

b. Observasi

Teknik observasi partisipasi ini digunakan untuk melengkapi dan menguji hasil wawancara yang diberikan oleh informan yang mungkin belum menyeluruh atau belum mampu menggambarkan segala macam situasi atau bahkan melenceng.58 Observasi ini melakukan pengamatan setiap kegiatan pada tempat penelitian, untuk memperoleh gambaran secara utuh59. Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang proses pembelajaran al-Qur’an Bin Nadhar, Proses menghafal

al-Qur’an Bil Ghoib dan proses Muroja’ah dalam menghafal al-Qur’an

Bil Ghoib yang dilaksanakan oleh elemen pesantren dan peneliti.

c. Dokumentasi

Gambar

Tabel 4.5 Muraja’ah Bil Ghoib Pesantren Ilmu Al-Qur’an Singosari Malang ..... 57
Gambar 4.3 Proses Pembelajaran Al-Quran Bin Nadhar Pesantren Ilmu Al-Qur’an Singosari Malang...............................................................................
  Gambar 4.1Proses Pembelajaran Al-Qur’an
  Tabel 4.1Santri kelas al-Qur’an Pesantren Ilmu Al-
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diperbolehkan untuk menyebarluaskannya dalam bentuk apapun, selama tidak untuk tujuan komersil. dan tetap

[r]

Asli Surat Pernyataan yang dibuat sendiri oleh yang bersangkutan di atas kerlas bermaterai cukup (Rp. 6.000), bahwa bersedia untuk tidak merangkap sebagai Pejabat

Perbandingan Pengaruh Penggunaan Simulator Cisco Packet Tracer Dan Graphical Network Simulator 3 (GNS3) Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Arah rotasi venus searah jarum jam (dari timur ke barat). Hal ini berbeda dengan planet-planet lain yang rotasinya berlawanan jarum jam. Sekali mengelilingi matahari, venus

Kemampuan memori bersifat relatif, dimana masing- masing siswa memiliki kemampuan memori yang berbeda-beda, yang dapat berpengaruhterhadap hasil belajar secara

Hasil analisis data lainnya pada penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Martinez-marti, Avia, dan Hernands-Loreda (2010) yang menunjukan bahwa

Sehingga banyak remaja berpikir bahwa apa yang mereka pikirkan lebih baik dari pada apa yang dipikirkan orang dewasa, hal tersebut yang menjadi penyebab banyak remaja sering