• Tidak ada hasil yang ditemukan

SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo 1964-2016 (Sejarah perkembangan dan peranannya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo 1964-2016 (Sejarah perkembangan dan peranannya)."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

SD MUHAMMADIYAH 1 SIDOARJO 1964-2016 (SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PERANANNYA)

SKRIPSI

DiajukanuntukmemenuhisebagaianSyaratMemperoleh GelarSarjanadalamProgam Strata Satu (S-1)

PadaJurusanSejarahPeradaban Islam (SPI)

Oleh

BalqisAlmumtahanah NIM: A02213020

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo 1964-2016 ( Sejarah Perkembangan dan peranannya). Adapun fokus masalahnya adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana sejarah berdirinya SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo. 2) Bagaimana perkembangan SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo tahun 1964-2016. 3) Bagaimana peranan SD Muhammadiyah di bidang pendidikan, dakwah dan sosial tahun 1964-2016.

Penelitian ini di susun dengan menggunakan metode sejarah yakni mengungkapkan peristiwa masa lampau dengan beberapa langkah, diantaranya pemilihan topik, heuristik, verivikasi sumber atau kritik, interpretasi, dan historiografi. Adapun pendekatan yang digunakan ialah pendekatan historis yang bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa ketika SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo dirintis hingga berkembang. Didukung pula dengan teori change and continuity dari Cliare Holt yang menggambarkan tentang perkembangan dan perubahan SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo.

(7)

ABSTRACT

This thesis is titled SD Muhamamdiyah 1 Sidoarjo 1964-2016 (Sejarah Perkembangan dan Perananya). To find out the issues contained in the study then formulated some problem including : 1) How does the history of SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo. 2) How is the development of SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo since 1964-2016. 3) How is SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo role’s of education, da’wah and socialize since 1964-2016.

The research was arranged by historical method that was revealed the past with a few steps like a topic selection, heuristic, source verification or critics, interpretetion, and historiography. As for approach, was arranged by historical approach which aim to describe the incident when establishment of SD Muhammadiyah and supported too by change and continuity theory from Claire Holt While the change and continuity was explained about progress and role which is happen from SD Muhammadiyah appearing.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………....i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN...ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii

HALAMAN PENGESAHAN...iv

PEDOMAN TRANSLITERASI...v

HALAMAN PERSEMBAHAN...vi

HALAMAN MOTTO...vii

HALAMAN ABSTRAKSI...viii

HALAMAN ABSTRACT...ix

KATA PENGANTAR...x

DAFTAR ISI...xiii

BAB I: PENDAHULUAN………1

A. Latar Belakang………1

B. Rumusan Masalah………...9

C. Tujuan Penelitian ………...9

D. Manfaat Penelitian………..9

E. Pendekatan dan Kerangka Teori ………...10

F. Penelitian Terdahulu………..12

(9)

H. Sistematika Pembahasan………18

BAB II: SEJARAH BERDIRINYA SD MUHAMMADIYAH 1

SIDOARJO……….20

A. Latar belakang berdirinya SD Muhammadiyah 1

Sidoarjo……….20

B. Tokoh-tokoh yang berperan dalam berdirinya SD

Muhammadiyah 1 Sidoarjo………...26

BAB III: PERKEMBANGAN SD MUHAMMADIYAH 1 SIDOARJO

1964-2016………...33

A. Kurikulum pengajaran SD Muhammadiyah 1

Sidoarjo……….33

B. Tenaga pengajar SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo……….40

C. Peserta didik SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo…………...44

D. Fasilitas pendukung pengajaran di SD Muhammadiyah 1

Sidoarjo……….48

BAB IV: PERAN SD MUHAMMADIYAH 1 SIDOARJO DALAM

BIDANG PENDIDIKAN, DAKWAH DAN SOSIAL

1964-2016………53

A. Peranan SD Muhammadiyah dalam bidang

(10)

B. Peranan SD Muhammadiyah dalam bidang

Dakwah………54

C. Peranan SD Muhammadiyah dalam bidang Sosial………57

BAB V: PENUTUP……….60

A. Kesimpulan………..60

B. Saran………....61

DAFTAR PUSTAKA

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah pendidikan sering kali tumpang tindih dengan istilah

pengajaran. Oleh karena itu, tidak heran jika pendidikan terkadang juga

dikatakan pengajaran atau sebaliknya. Ini adalah sesuatu yang rancu,

sebagaimana orang keliru memahami istilah sekolah dan belajar. Belajar

dikatakan identik dengan sekolah padahal sekolah hanyalah salah satu dari

tempat belajar bagi peserta didik. Belajar merupakan bagian dari proses

pendidikan yang mencakup totalitas keunggulan kemanusian sebagai

hamba („abd) dan pemakmur alam (khalifah) agar senantiasa bersahabat

dan memberikan manfaat untuk kehidupan bersama. Belajar atau sekolah

sama-sama bermakna mencari ilmu yang merupakan bagian penting dari

proses pendidikan yang pada intinya adalah transfer ilmu dan nilai moral.1

Secara terminologis, pendidikan merupakan proses perbaikan,

penguatan dan penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi

manusia. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu ikhtiar manusia

untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan

yang ada dalam masyarakat.2

1

Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat (Yogyakarta: Lkis, 2009), 13.

2

(12)

2

Sedangkan Pendidikan Islam pada hakikatnya adalah proses

perubahan menuju kearah yang positif. Dalam konteks sejarah, perubahan

yang positif ini adalah jalan tuhan yang telah dilaksanakan sejak zaman

nabi Muhammad Saw. Pendidikan Islam dalam konteks perubahan kearah

yang positif ini identik dengan kegiatan dakwah yang biasanya dipahami

sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarkat.3

Sejak wahyu pertama diturunkan dengan program iqra‟ (membaca),

pendidikan Islam praksis telah lahir, berkembang dan eksis dalam

kehidupan umat Islam, yakni sebuah proses pendidikan yang melibatkan

dan menghadirkan tuhan. Pada hakikatnya, pelaksanaan pendidikan Islam

pada awal kebangkitannya digerakkan oleh iman dan komitmen yang

tinggi terhadap ajaran agamanya.4

Oleh karena itu, esensi pendidikan Islam pada hakikatnya terletak

pada kreteria iman dan komitmennya terhadap ajaran agama Islam. Hal ini

sejalan dan senada dengan definisis pendidikan Islam yang disajikan oleh

Ahmad D. Marimba5. Ia menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah

bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum ajaran Islam

menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam,

kepribadian muslim.

3

Imam Bawani, Segi-Segi Pendidikan Islam (Surabaya: Al-ihlas, 1987), 73. 4

Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke -21 (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988), 5.

5

(13)

3

Mengacu pada pendapat Zakiah Daradjad6 dan Noeng Muhadjir,

konsep pendidikan Islam mencakup kehidupan manusia seutuhnya, tidak

hanya memperhatikan dan mementingkan segi akidah (keyakinan), ibadah

(ritual), dan akhlak (norma-etika) saja, tetapi jauh lebih luas dan dalam

daripada semua itu. Para pendidik Islam pada umumnya memiliki

pandangan yang sama bahwa pendidikan Islam mencakup berbagai

bidang; keagamaan, akidah dan amaliah, akhlak dan budi pekerti, dan

fisik-biologis, eksak, mental-psikis dan kesehatan. Dari sisi akhlak,

pendidikan Islam harus dikembangkan dengan didukung oleh ilmu-ilmu

lain yang terikat.

Di lain sisi dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, pendidikan

merupakan wilayah konflik akut sepanjang akhir abad ke-19, dan

memuncak pada awal abad ke 20. Pendidikan yang dibangun dan

dilaksanakaan oleh pemerintah kolonial belanda menggambarkan kemauan

dan garis politiknya, yaitu sebagai alat untuk memperkuat dan

melanggengkan kekuasaanya di bumi nusantara. Disebelah lain, penduduk

Indonesia menempuh berbagai jalan, di mana lembaga pendidikan adalah

yang paling efektif dan strategis, untuk melepaskan diri dari belenggu

penjajahan.

Dengan demikian, terdapat perbedaan pendekatan dan sudut

pandang dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan

kepentingannya masing-masing. Disatu sisi untuk mempertahankan status

6

(14)

4

quo kekuasaan, dan di sisi yang lain sebagai alat perlawanan dan

pembebasan dari status quo.7

Berdasarkan penilaian beberapa tokoh pendidikan, dapat dicatat

setidaknya ada tiga ciri khas yang tampak menonjol dalam sistem

pendidikan yang dibangun oleh kolonial Belanda yaitu, intelektualis, netral

agama, dan bercorak kolonial. Model pendidikan ini ketika dilaksanakan

sebagai kebijakan pemerintah, sudah tentu memunculkan ketidak puasan

masyarakat Indonesia, sehingga mendorong mereka untuk membangun

sistem pendidikan alternatif yang lebih berwajah nasionalis sebagai alat

perlawanan dan institusi tandingan terhadap hegemoni pendidikan

kolonial. Di samping pondok pesantren, sedikitnya ada tiga model

pendidikan yang bercorak nasionalis yang cukup menonjol,

Muhammadiyah (KH. Ahmad Dahlan), INS Kayu Tanam (Mohamed

Sjafei), dan Taman Siswa (KI Hadjar Dewantara). Ketiganya dikatakan

sebagai perintis dan peretas pendidikan nasional yang bercorak modern di

Indonesia.8

Telah terpaparkan sebelumnya, pendidikan memiliki peran cukup

banyak bagi kelangsungan hidup manusia, salah satunya di Indonesia

(untuk menjajah dan untuk melawan penjajah). Dalam disertasi Deliar

Noer9 menyatakan bahwa asal-usul dan pertumbuhan gerakan modern

Islam di Indonesia dipetakan menjadi dua bagian besar, yaitu gerakan

7

Mohamad Ali, Mazhab Al-Maun Tafsir Ulang Praksis pendidikan Muhammadiyah (Yogyakarta: Abe Offset, 2005), 8.

8

Zahar Idris, Dasar-Dasar Kependidikan (Padang: Angkasa Raya, 1981), 24. 9

(15)

5

pendidikan dan sosial di satu pihak, dan gerakan politik di pihak lainnya.

Sebagai contoh Muhammadiyah, organisasi yang bergerak dalam

pendidikan dan sosial. Muhammadiyah menyebutnya dengan amal usaha,

seperti amal usaha pendidikan, kesehatan/ rumah sakit, panti asuhan dan

lain sebagainya dalam bidang pemberdayaan masyarakat. Pendidikan

diyakini oleh Muhammadiyah sejak oraganisasi terbesar ini berdiri sebagai

strategi yang efektif dan berkemajuan dalam melakukan penyebaran ajaran

Islam. Keyakinan ini menjadi fondasi bagi Muhammadiyah dalam

mengembangkan sayap dakwahnya dari masa ke masa sampai

Muhammadiyah memasuki abad 2 dimana secara resmi Muhammadiyah

mengambil sikap bahwa Islam adalah agama berkemajuan. Pembaharuan

pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan oleh pergerakan

Muhammadiyah pada awal abad ke-20 ditandai dengan lahirnya cita-cita

baru dan teknik baru dalam pendidikan Islam yang jauh lebih maju

daripada pesantren.10

Muhammadiyah mengusung modernisasi dalam dunia pendidikan.

Ketika K.H. Ahmad Dahlan memulai mengembangkan sekolah yang

didirikan sebelum membentuk organisasinya, ia mengintegrasikan

kurikulum pendidikannya, yakni pendidikan agama dan umum. Inilah

umat Islam untuk pertama kalinya mengajarkan pendidikan umum kepada

para muridnya, seperti yang dipergunakan oleh lembaga pendidikan

sekuler pada umumnya. Banyak tantangan yang dihadapi K.H Ahmad

10

(16)

6

Dahlan dalam, pembaruan pendidikan ini, tidak hanya dibenci oleh

kalangan tradisi, tetapi juga menyebabkan dirinya memperoleh perlakuan

yang tidak wajar dari mereka yang menentangnya.

Keunikan K.H. Ahmad Dahlan dalam soal ini tampak ketika ia

menggunakan metode tabligh (menyampaikan) dengan mengunjungi

murid-muridnya, dari pada mengundang mereka datang. Padahal pada

waktu guru mencari murid adalah aib sosial budaya. Dalam perkembangan

waktu, apa yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan toh akhirnya diterima

juga, bahkan pada dekade 1950-an, ketika menteri pendidikan Prof. Dr.

Bahder Johan dan menteri agama K.H Wahid Hasyim, model pembaruan

pendidikan K.H. Ahmad Dahlan menjadi program nasional dengan

memasukkan materi pendidikan umum pada kurikulum sekolah-sekolah

agama dan pendidikan agama pada kurikulum sekolah-sekolah umum.11

Telah banyak kota di Indonesia didirikan sekolah Islam dengan

tujuan membantu masyarakat dalam mengembangkan pengetahuan ilmu

Islam dan umum bagi putra-putrinya. Salah satunya di kota Sidoarjo, kota

yang bisa dikatakan memiliki beberapa lembaga pendidikan Islam baik

tradisional (pondok pesantren) maupun modern (campuran sekolah umum

dan agama) yang memiliki latar belakang organisasi maupun tidak.

Muhammadiyah salah satunya, menjadi lembaga pendidikan Islam yang

berkembang di kota Sidoarjo.

11

(17)

7

Tercatat sudah ada sekitar 19 sekolah dasar ber-label

Muhammadiyah yang sudah tersebar di kota Sidoarjo, dan hampir 12

sekolah berdiri sebelum era 2000-an. Sekitar tahun 1938, SD

Muhammadiyah berdiri pertama kali di daerah Porong Sidoarjo, namun

kini bangunan pertama itu telah hilang terendam lumpur Lapindo. Di susul

kemudian tahun 1949 SD Muhammadiyah 8 Tulangan, SD

Muhammadiyah 1 Taman pada 1951, lalu SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo

di tahun 1964 dan beberapa lainnya.12

Perjuangan para tokoh penggagas berdirinya sekolah-sekolah ini

bukan tanpa jerih payah, berawal dari tanah pemberian yang di waqafkan,

hingga berpindah-pindah tempat telah dialami oleh beberapa sekolah

Muhammadiyah di Sidoarjo, bahkan tak sedikit tantangan yang dihadapi

dari masyarakat sekitar. Namun, berkat inspirasi dari KH. Ahmad Dahlan

dan Nyai Siti Walidah untuk memajukan pendidikan dan menjadikan

pendidikan Muhammadiyah sebagai media dakwah untuk menegakkan

Islam berkemajuan sebagai cita-citanya, maka tak ada kata putus asa untuk

berdakwah dibidang pendidikan. apalagi mengajarkan generasi penerus

menjadi “alim intelek” yaitu seorang muslim yang seimbang iman dan

ilmunya, menguasai ilmu umum maupun agama, orang yang kuat rohani

dan jasmaninya.

SD Muhammadiyah 1 yang terletak di kota Delta Sidoarjo yang

subur karena diapit kali Surabaya dan kali porong merupakan letak yang

12

Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SD/MI Muhammadiyah kab. Sidoarjo,

(18)

8

strategis ini tidak sulit untuk transportasi dan akomodasi lainnya. SD

Muhammadiyah 1 Sidoarjo memiliki luas tanah 2007 m2 dan luas

bangunan 1574 m2 dengan kontruksi bangunan lantai dua (gedung utama),

164 m2 kontruksi bangunan lantai 3 (gedung 2) dan 725 m2 masih berupa

tanah yang terletak di Jl. Raden Patah 91 F Sidoarjo.

Sedangkan filosofi dari SD Muhammadiyah 1 ini ialah senantiasa

mengaktualisasikan diri sebagai lembaga pendidikan Islam, pendidikan

yang dimaksud adalah pendidikan yang mencakup masalah moral dan

sosial yang bersumber pada Alquran dan Assunnah. Program pendidikan

yang diinginkan dan dicita-citakan KH. A. Dahlan adalah menanamkan

kehidupan Islami dalam kehidupan sehari-hari. Belajar adalah kewajiban

setiap siswa dan memberikan dorongan agar siswa selalu menjadi seorang

“Long Life Learner” yang tujuannya bahwa belajar mampu menumbuhkan

kompetensi anak untuk berfikir inovatif, kreatif, tekun, dan berpendirian

kuat.

Sekolah percaya bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan tidak

akan berhasil tanpa ada dukungan dari semua pihak. Dan sekolah berupaya

menciptakan pola pendidikan islami terpadu yang didukung oleh segmen

pendidikan yaitu lembaga formal (sekolah), keluarga dan masyarakat.13

Berkenaan dengan latar belakang pemaparan di atas penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan objek SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo.

Meskipun telah banyak ditemukan sekolah modern berbasis Islam, namun

13

(19)

9

SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo dapat dikatakan sebagai sekolah dasar

tertua dengan model tersebut. Maka penulis melakukan penelitian dengan

judul “SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo 1964-2016 (Sejarah

Perkembangan dan Peranannya)”

B. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah diatas, agar lebih praktis dan terarah dalam

pembahsannya, maka rumusan masalah yang dapat dipaparkan pada

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana sejarah berdirinya SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo?

2. Bagaimana perkembangan SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo 1964-2016?

3. Bagaimana peranan SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo dalam bidang

pendidikan, dakwah dan sosial 1964-2016?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagi berikut:

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya SD Muhammadiyah I Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui perkembangan SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo dari

1964-2016.

3. Untuk mengetahui peranan SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo dalam

bidang pendidikan, dakwah dan sosial 1964-2016.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat

(20)

10

suatu sekolah dan pengaruhnya terhadap pendidikan masyarakat

sekitar dan sebagai bahan referensi atau rujukan dan tambahan pustaka

pada perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.

2. Manfaat praktis

a. Bagi sekolah bersangkutan, penelitian ini dapat digunakan sebagai

data guna menunjang akreditasi, mengetahui sejauh mana visi dan

misi sekolah telah tercapai.

b. Bagi masyarakat atau pegiat dalam pendidikan dapat digunakan

sebagai rujukan dalam mengembangkan sebuah lembaga

pendidikan.

E. Pendekatan dan Kerangka teori

Pendekatan dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

historis. Yakni penulis melakukan penelusuran sumber-sumber pada masa

lampau berupa arsip atau dokumen dari SD Muhammdiyah 1 Sidoarjo,14

yang tentunya memiliki banyak informasi mengenai sejarah berdirinya SD

Muhammadiyah 1 Sidoarjo, serta perkembangan yang terjadi sejak

berdirinya hingga tahun 2016. Begitupula dengan peran dari SD

Muhammadiyah 1 terhadap bidang pendidikannya sendiri hingga dakwah

dan sosialisasi dengan lingkungan sekitar. Penafsiran atau dalam penulisan

sejarah suatu perstiwa sangat tergantung dengan pendekatan yang

digunakan, yakni dari segi mana seorang peneliti melihatnya, dimensi

mana yang diperhatikan, unsur-unsur apa saja yang akan diungkapkan dan

14

(21)

11

lain sebagainya. Hasilnya sangat ditentukan oleh pendekatan yang

dipakai.15 Menurut ilmu, segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat

kapan peristiwa itu terjadi, dimana, penyebab dari kejadian dan siapa yang

terlibat dalam peristiwa tersebut.16

Menurut para ahli untuk mempermudah dalam sebuah penelitian

terhadap masa lampau, seorang peneliti membutuhkan teori dan konsep

dimana keduanya berfungsi sebagai alat analisi serta sintesis sejarah.

Kerangka teoritis maupun konseptual itu sendiri berarti metodologi

didalam pengkajian sejarah, dan pokok pangkal metodologi sejarah adalah

pendekatan yang digunakan.17 Selain itu, penulis juga menggunakan teori

pendekatan sosial. Teori merupakan pedoman guna untuk mempermudah

jalannya penelitian dan sebagai pegangan pokok bagi peneliti dalam

memecahkan masalah peneliti.18 Dalam penelitian ini penulis

menggunakan teori “continutity and change”. Menurut Claire Holt pada

tahun 1967 dalam bukunya yang berjudul “Art In Indonesia: continuity

and change”.19 Dengan teori tersebut peneliti akan menguraikan secara

rinci masalah-masalah kesinambungan yang terjadi di dalam lingkungan

SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo.

15

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), 2.

16

Taufik Abdullah, Sejarah dan Masyarakat (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), 105. 17

Ibid., 25. 18

Djarwanto, Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penelitian Skripsi (Jakarta: Liberty, 1990), 11.

19

(22)

12

Suatu perubahan akan terjadi di dalam SD Muhammadiyah 1

Sidoarjo, apabila pembaruan datang dan mempunyai kekuatan serta

dorongan yang kuat dan telah ada pada sebelumnya. Jika perubahan baru

memiliki kekuatan serta dorongan yang kuat maka akan terjadi perubahan,

perubahan yang terjadi tidak akan serta merta menggeser dan

menghilangkan tradisi yang lama dan telah ada sebelumnya. Maka masih

ada kesinambungan yang berkelanjutan dari tradisi keilmuan yang lama,

kepada tradisi serta keilmuan yang baru, meski muncul paradigma baru.

Dengan demikian adanya perubahan elemen-elemen lama yang dibuang

dan kemudian dimasukkan elemen-elemen baru bahkan yang sebelumnya

belum ada di sekolah dasar Muhammadiyah 1 Sidoarjo. Perubahan ini

muncul karena proses kesinambungan dan perubahan masih tetap terlihat

dari kacamata agama, perubahan yang selalu muncul dan Nampak dari

problematika sosial.

Adapun perubahan pada SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo selama

kurun waktu 1964-2016, yaitu: krikulum, jumlah pengajar dan peserta

didik, latar belakang ekonomi, serta perubahan dalam bidang bagunan

yang asal mulanya hanya beberapa bangunan saja hingga menjadi

bangunan yang berkembang dan memiliki fungsi yang sesuai dengan

kebutuhan dan keadaan yang terjadi.

F. Penelitian Terdahulu

Sesuai dengan data yang terdapat dalam perpustakaan melalui

(23)

13

yang membahas tentang objek penelitian kali ini. Berikut beberapa

penelitian yang berkaitan dengan tema yang penulis bahas:

1. Skripsi Resti Rahmawati Suhardi (2016) Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga Surabaya yang berjudul Analisis Frekuensi

Bermain Catur Terhadap Tingkat Kecerdasan Anak Umur 8-12

Tahun Di Sekolah Catur Hary Kurniawan dan SD Muhammadiyah

1 Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia

2. Skripsi Adriani Ningsih (2015) FIP PGSD Universitas Negeri

Surabaya yang berjudul Pengaruh Penggunaan Media Batang

Cuisenaire Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Penjumlahan

dan Pengurangan Bilangan di Sekolah Dasar (penelitian di

laksanakan di SD uhammadiyah 1 Sidoarjo)

3. Skripsi Usman Yudi (2004) Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Ampel

Surabaya yang berjudul Manajemen Sekolah Dalam Pembentukan

Tingkah Laku Anak Didik di SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo

G. Metode Penelitian

Metode disini diartikan suatu cara atau teknis dilakukan dalam

proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya

dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh

fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar dan hati-hati dan sistematis untuk

mewujudkan kebenaran.20 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

20

(24)

14

penelitian sejarah dari Kuntowijoyo. Penelitian sejarah menurut

Kuntowijoyo mempunyai lima tahapan yaitu:

1. Pemilihan Topik

Menurut Kuntowijoyo, topik sebaiknya dipilih berdasarkan

kedekatan emosional dan kedekatan intelektual. Dua syarat itu

subyektif dan objektif, sangat penting karena orang hanya akan bekerja

dengan baik kalau dia senang dan dapat.21

Karena penulis bertempat tinggal di sekitar area sekolahan dari

tingkat taman kanak-kanak hingga sekolah menengah pertama dan pula

memiliki generasi-generasi yang bersekolah di SD muhammadiyah

khususnya yang memiliki sejarah pengaruh perkembangan pendidikan

dan beberapa hal lainnya di kota Sidoarjo. Maka dengan pendekatan

emosional tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan

mneulis tentang sejarah perkembangan dan peranan dari SD

Muhammadiyah I Sidoarjo. Sehingga penelitian ini berjudul SD

Muhammadiyah I Sidoarjo 1964-2016 (sejarah perkembangan dan

peranannya).

2. Heuristik

Kuntowijoyo mengatakan dalam bukunya yang berjudul Pengantar

Ilmu Sejarah bahwa sumber sejarah disebut juga data sejarah yang

dikumpulkan harus sesuai dengan jenis sejarah yang akan ditulis.

Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian tentang sejarah yang

21

(25)

15

tentunya harus menggunakan sumber lisan serta menggunakan sumber

tertulis yang berupa dokumen, dan artefak.22 Sumber-sumber yang

digunakan dalam penelitian ini berupa sumber primer dan sumber

sekunder. Sumber primer diperoleh dengan survei ke lokasi SD

Muhammadiyah 1 Sidoarjo dengan mewawancarai langsung bapak

Ikhsan selaku mantan murid, guru dan kepala sekolah SD

Muhammadiyah 1 yang memiliki beberapa informasi yang mungkin

dijangkau dan beberapa oramg lainnya yang terlibat dimasa itu.

sedangkan sumber sekunder diperoleh dari literature-literatur, maupun

dari internet.

a. Sumber primer adalah sumber yang dihasilkan atau ditulis

pihak-pihak yang secara langsung terlibat dan menjadi saksi mata dalam

peristiwa sejarah.23 Sumber primer yang digunakan penulis antara

lain, wawancara dengan Bapak Agus Salim selaku pimpinan

cabang Muhammadiyah Sidoarjo bagian majelis pendidikan dan

pengajaran sekaligus pelaku sejarah berdirinya SD Muhammadiyah

1 Sidoarjo, kemudian bapak Ikhsan selaku mantan murid, guru dan

kepala sekolah di SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo, dan bapak legiyo

selaku sesepuh guru di SD Muhammadiyah. juga beberapa guru

generasi awal dan alumni SD Muhammadiyah di awal berdirinya.

Guna untuk memeperdalam dan menguatkan sumber sejarah.

22

Ibid., 96. 23

(26)

16

b. Sumber sekunder adalah sumber yang digunakan sebagai

pendukung dalam penelitian. Sumber-sumber tersebut didapatkan

dari beberapa buku yang berkaitan dengan tema.24 Seperti hasil

penelitian skripsi maupun tesis yang telah dilaksanakan di SD

Muhammdiyah 1 Sidoarjo. Seperti, (Skripsi Resti Rahmawati

Suhardi (2016) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Surabaya, Skripsi Adriani Ningsih (2015) FIP PGSD Universitas

Negeri Surabaya, Skripsi Usman Yudi (2004) Fakultas Tarbiyah

UIN Sunan Ampel Surabaya)

3. Verifikasi Sumber

Setelah mengetahui secara persis topik dan sumber sudah

dikumpulkan, tahap berikutnya adalah verifikasi atau kritik sejarah atau

keabsahan sumber. Verifikasi itu ada dua macam, otentisitas atau

keaslian sumber atau kritik ekstern dan kredibilitas atau kebiasaan

dipercayai atau kritik intern.25

a. Kritik intern

Kritik intern merupakan suatu kegiatan untuk menilai data-data

yang diperoleh dengan maksud agar mendapatkan suatu data yang

autentik atau tidak dan mendapatkan suatu data kredibilitas atau

dapat dipercaya. Peneliti mengkritisi dengan adanya sumber data

yang peneliti dapatkan yakni mengenai dokumen tertulis, seperti

contohnya akta pendirian (piagam) yang disahkan tahun pada tahun

24

Ibid., 31. 25

(27)

17

1970, dan ikrar jual beli tanah waqaf. Sumber yang didapatkan dapat

dibilang autentik karena tahun berdirinya sekolah sesuai dengan akta

berdirinya SD Muhammdiyah 1 yang telah di syahkan oleh

pemerintah.

b. Kritik ekstern

Kritik ekstern merupakan proses untuk mengetahui apakah sumber

yang didapatkan autentik atau tidak. Dalam kritik ekstern ini penulis

menemukan sumber yang autentik yakni sumber lisan dari mantan

pimpinan cabang Muhammadiyah Sidoarjo dalam bidang pendidikan

dan kebudayaan saat itu.

4. Interpretasi

Pada tahap ini penulis mencari hubungan antara data-data yang

ditemukan, pengamatan yang berperan serta dalam penelitian yang

kemudian ditafsirkan. Selain itu data yang diperoleh dirangkai dan

dihubungkan menjadi suatu kesatuan yang harmonis dan masuk akal.

Dengan melakukan interpretasi disuatu pihak akan menghidupkan

objek penelitian dan dilain pihak akan menggiring data-data pada tema,

topik yang lain. Selain itu, sejarawan tetap ada dibawah bimbingan

metodologi sejarah, sehingga subjektivitas dapat dieleminasi.

Metodologi mengharuskan sejarawan mencantumkan sumber datanya.

Hal ini diharapkan agar pembaca dapat mengecek kebenaran data dan

konsisten dengan interpretasinya.26

26

(28)

18

5. Historiografi

Historiografi merupakan harapan akhir dari penelitian.

Historiografi adalah menyajikan hasil penafsiran atau interpretasi fakta

sejarah dalam bentuk tulisan menjadi kisah.27 Adapun pola penyajian

adalah sebagai berikut:

a. Informatif deskriptif yaitu penyajian tulisan yang sesuai dengan

aslinya sebagaimana yang diperoleh dari sumber-sumber yang

diteliti, seperti utipan ari buku-buku, kutipan dari narasumber,

maupun ucapan langsung ketika wawancara.

b. Informatif interpretasi yaitu penyajian dengan menggunakan analisis

untuk memperoleh kesimpulan yang sebenarnya.

H. Sistematika Pembahasan

Sesuai dengan tahapan ke empat dari metodologi penelitian yang

saya lakukan ini, yaitu historiografi maka, saya membagi penulisan skripsi

ini ke dalam lima bab. Adapun pembagian tersebut meliputi:

Bab I: Pendahuluan. Pada bab pendahuluan ini penulis menguraikan

hal-hal yang menjadi latar belakang dari rumusan masalah, membuat batas

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta

sistematika pembahasan.

Bab II: Pembahasan. Penulis membahas sejarah berdirinya SD

Muhammadiyah I Sidoarjo, berikut para tokoh-tokoh yang berperan dalam

berdirinya SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo.

27

(29)

19

Bab III: Pembahasan. Pada bab ini penulis membahas tentang

perkembangan SD Muhammadiyah I Sidoarjo, yakni perkembangan

kurikulum pendidikan di SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo, perkembangan

jumlah pengajar dan pelajar di SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo dan

perkembangan fasilitas/ prasarana SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo dari

tahun 1964 hingga 2016.

Bab IV: Pembahasan. Membahas mengenai peran SD

Muhammadiyah 1 Sidoarjo dalam bidang pendidikan, dakwah dan sosial

1964-2016.

Bab V: Penutup. Penulis membuat kesimpulan berupa rangkuman

singkat dari pembahasan bab-bab sebelumnya yang disesuaikan dengan

(30)

20

BAB II

SEJARAH BERDIRINYA SD MUHAMMADIYAH 1 SIDOARJO

A. Latar Belakang Berdirinya SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo

Sebelum terjadinya revolusi di tahun 1945-1949 organisasi

Muhammadiyah sebenarnya sudah berdiri di Sidoarjo, yang dirintis oleh

Bapak Abdul Jalil dengan beberapa anggota yang sebagian besar dari

kalangan pegawai dan guru. Akibat tergilas arus revolusi, maka banyak

pegawai yang dimutasi ke luar daerah serta para guru yang berfaham

Muhammadiyah banyak yang terjaring wajib militer dan menyebabkan

terkikisnya anggota Muhammadiyah hingga tidak tampak lagi organisasi

ini berjalan di Sidoarjo.

Tahun 1951, muncullah generasi baru yang digagas oleh Bapak

Rosad di Jetis. Di usianya yang masih muda (20 tahun) beliau ingin

mendirikan Muhammadiyah, sebab keprihatinannya terhadap masyarakat

Islam disekitarnya banyak diwarnai budaya agama Hindu yang

menjalankan takhayul, bid’ah dan khurafat.

Berkat dukukungan orang-orang1 yang dianggap dapat diajak

bekerjasama untuk mengadakan pembaharuan melalui wadah

Muhammadiyah beliau menyampaikan gagasannya. Akan tetapi, sebagian

1

Diantaranya: H. Ismail Fauzi, H. Yahya Mutahal, Mustofa Anwar, Anwar Yasin, Suut Tahlan dan Anwar Rauli. Yusuf_sdamada, “Sejarah Muhammadiyah Kabupaten Sidoarjo”, dalam

(31)

21

diantaranya masih ada keraguan yang dikhawatirkan, yakni gejolak di

masyarakat yang masih fanatik terhadap tradisinya.

Melalui gerakan kepanduan Hizbul Wathan2 Bapak Rosad merintis

gerakan ini, diupayakan dapat mencetak kader yang memahami cita-cita

Muhammadiyah. Dalam waktu yang relatif singkat Hizbul Wathan

mengalami kesuksesan luar biasa. Maraknya kegiatan ini mendorong

kembali niat awal untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah. Segera

beliau menemui beberapa orang seperti: Bapak Aman (Gedangan/ Ketua

PPP Masyumi), Bapak Masyhur, Bapak Mahhi, dan lainnya yang simpatik

terhadap Hizbul Wathan.

Pertemuan tersebut kemudian ditindak lanjuti dengan mengadakan

rapat pertama di kediaman Bapak Rosad di Jetis Gg II Sidoarjo. Pertemuan

ini menghasilkan kesepakatan untuk mendirikan Muhammadiyah dengan

susunan kepengurusan sebagi berikut :

1. Penasehat : Aman

2. Ketua : Rosad

3. Ekretaris : Zuani Mustahal

4. Bendahara : Mahhi, Imam Mufdi

5. Anggota : Abu Bakar Syukur, H. Juaini

2

Salah satu organisasi otonom (ortom) di lingkungan persyarikatan Muhammadiyah yang begerak di bidang pendidikan kepanduan putra maupun putri dan mulai dibentuk sejak tahun 1921 (Almanak Muhammadiyah, 1924: 49, lihat juga Almanak 1357 H:226-227). Ortom

Muhammadiyah lainnya adalah „Aisyiyah, Nasyiatul „Aisyiyah (NA), Pemuda Muhamadiyah

(PM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Tapak Suci Muhammadiyah dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Muhamamdiyah, “Hizbul Wathan”, dalam

(32)

22

Dengan demikian Muhammadiyah mulai bergerak mencari anggota

dan kader-kader dengan cara silaturrahmi dari satu rumah ke rumah yang

lain. Namun usaha tersebut nyatanya kurang menghasilkan, karena banyak

masyarakat yang enggan menjadi anggota resmi tetapi hanya menyatakan

sebagai simpatisan. Sehingga hanya orang-orang dalam kepengurusan saja

yang berusaha menjalankan amalan Muhammadiyah. Salah satunya

dengan mendirikan sholat Idul Fitri di lapangan yang dilaksanakan di Jl.

Kartini Sidoarjo untuk pertama kalinya dengan jama’ah kurang lebih 200

orang.3

Hingga setelah tahun 1955 terjadi perubahan kepenggurusan dan

mulai kembali perintisan organisasi Muhammadiyah di Sidoarjo yang

sebelumnya tidak berjalan mulus. Pendidikan dianggap Muhammadiyah

sebagai ladang dakwah yang efektif untuk menegakkan Islam. Maka,

dirintislah Muhamamdiyah melalui pendidikan. Diawal membangun

pendidikan, Muhammadiyah memulai dengan SMP yang berada di Jetis

lalu disusul dengan SD yang bertempat di GNI.4 Dulu tak terfikirkan untuk

berpindah-pindah dan mencatat dalam buku harian sekolah, karena para

penggurus Muhammadiyah beranggapan yang penting sekolah

Muhammadiyah dapat berdiri, apalagi saat itu sedang ramainya PKI.5

3

Yusuf_sdamada, “Sejarah Muhammadiyah Kabupaten Sidoarjo”, dalam

http://yusufsdamada.blogspot.co.id/2009/05/sejarah-muhammadiyah-di-sidoarjo.html (20 Februati 2017)

4

Saidi, Wawancara, Sidoarjo, 19 Mei 2017. 5

(33)

23

Sebelum Muhammadiyah mendirikan SD di Sidoarjo, sudah

terlebih dulu terdapat sekolah rakyat, tentunya untuk pertama kali adalah

SR di Jasem yang peserta didiknya dari seluruh penjuru daerah kecamatan

Sidoarjo, karena hanya satu-satunya sekolah dasar saat itu. Hingga

berkembang di tahun 1958 muncul SR baru di pucanganom namun hanya

berjalan satu periode saja, lalu tahun 1962 dibangun SD negeri (dulunya

SR) tepat di depan SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo yang dibangun dua

tahun setelahnya.6

SD Muhammadiyah banyak didirikan di kota Sidoarjo, namun saat

itu belum diadakan pencatatan tentang piagam maupun surat keputusan

berdiri. Hingga lambat laun ada penertiban sekolah Muhamamdiyah

sehingga dibuatlah piagam berdirinya dan urutan sekolah. Perintisan awal

SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo sekitar tahun 1959-an bertempat di GNI

Sidoarjo yang letaknya sebelah selatan alun-alun Sidoarjo, setelah berjalan

3 tahun SD Muhammadiyah pindah ke sebelah timur alun-alun Sidoarjo

tepatnya di rumah yang sebelumnya juga digunakan untuk sekolah (SD

Leli), tempat ini merupakan waqaf Muhammadiyah dari H. Abdullah

Mansyur dan H. Anwar Asma. Karena lokasi yang ditempati SD

Muhammadiyah saat itu representatif maka menarik pemerintah untuk

dijadikan sebagai gedung pertemuan, sehingga terjadi pertukaran tanah

antara Muhammadiyah dan Pemerintah Daerah, ini mengakibatkan SD

6

(34)

24

Muhammadiyah harus pindah untuk kedua kalinya setelah berjalan hampir

3 periode. Untuk sementara SD Muhammadiyah harus menempati sebuah

gudang milik H. Anwar Asma di pucanganom, sebab saat itu

pembangunan gedung sekolah belum terselesaikan. Hingga di tahun 1966

SD Muhammadiyah sudah dapat menempati gedung permanen.7

Piagam pendirian perguruan Muhammadiyah mencatat bahwa SD

Muhammadiyah 1 Sidoarjo berdiri pada 1 Agustus 1964. Namun, terdaftar

dan diresmikan pada tahun 1970 yang disertai pula serah terima tanah

waqaf pada tahun 1971 (berdasarkan sisa peninggalan di sekolah) oleh H.

Anwar.

Setelah kepindahan ke gedung baru, kegiatan SD Muhammadiyah

1 Sidoarjo berjalan seperti biasa dari pukul 07.00 hingga pukul 12.00

WIB. Selain itu, ditemukan pula sumber bahwa pada tahun yang sama

terlaksanakan sekolah Diniyah atau Taman Pendidikan Diniyah di siang

hari hingga sore (taman pendidikan diniyah juga tidak terdaftar dalam

catatan khusus). Salah satu murid mengatakan saat itu ia bersekolah di

SMP 1 Sidoarjo yang merangkap dengan sekolah Diniyah di

Muhammadiyah yang berlokasikan di SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo,

dengan jumlah murid sekitar 20-30 peserta didik yang berasal dari

kecamatan Sidoarjo dan pengajar sekitar lima orang, diantaranya: Bapak

Karso Aminoto, Bapak Saidi, Bapak Muhammad Harun dan Bapak Hamid

7

(35)

25

Wijaya. Namun, untuk pembubaran taman pendidikan Diniyah masih

belum diketahui karena keterbatasan sumber.8

Sempat pula sebelum digunakan untuk kegiatan sekolah gedung ini

digunakan sebagi tempat rapat-rapat rahasia (pemandu Jihad)9 dan Majlis

Tarjih Muhammadiyah tingkat Nasional (berdasarkan buku himpunan

tarjih Muhammadiyah)10. Selain sekolah dasar, sekolah menengah pertama

Muhammadiyah juga menempati gedung yang sama ditahun 1969, dan di

tahun 1971 terlaksanakan Training center (Pondok Romadhon) oleh

siswa-siswa SMP Muhammadiyah. Sebelum tahun 1977 SD

Muhammadiyah 3 yang berada di Jasem melakukan merger dengan

sekolah dasar Muhammadiyah 1 Sidoarjo, karena murid yang sedikit

sehingga di merger. Lalu lokasi SD Muhammadiyah 3 digunakan untuk

SMP Muhammadiyah sampai saat ini.11

Untuk mengusung kemajuan dan perkembangan pendidikan,

sekolah juga memiliki tujuan yang jelas sejak dirintisnya, maka dari itu

SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo memiliki visi-misi dan strategi pendidikan

yang bisa menjiwai program sekolah. Seiring berjalannya waktu tentu saja

sebuah visi-misi dan strategi mengalami perubahan, memang diawal

berdirinya SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo telah terumuskan visi-misi dan

8

Wulyadi, Wawancara, Sidoarjo , 19 Mei 2017.

9

Abdul Manan, Wawancara, Sidoarjo, 25 Mei 2017. 10

Ikhsan, Wawancara, Sidoarjo, 23 Februari 2017. 11

(36)

26

strateginya namun hanya dalam pikiran saja dan tidak tertulis. Berikut

visi-misi dan strategi di masa kepemimpinan Bapak Ikhsan di tahun 2003:

1. Visi

“Melahirkan manusia muslim, berakhlaq mulia, cakap, percaya

kepada diri sendiri, serta memiliki aqidah islamiyah istiqomah.”

2. Misi

“Menjadi sekolah alternative unruk mendidik generasi muslim.

Alim dalam agama dan ilmu-ilmu dunia, luas pandangan. Serta bersedia

berjuang untuk kemajuan masyarakat.”

3. Strategi

“Prinsip pengajaran mencakup moralirtas dan sosialitas

berlandaskan Alquran dan Assunah. Menanamkan kehidupan Islami

dalam kegiatan sehari-hari. Menumbuhkan kompetensi anak untuk

berfikit inovatif, kreatif, tekun dan berpendirian kuat. Menciptakan pola

pendidikan islami terpadu yang didukung oleh segmen pendidikan yaitu

sekolah, keluarga dan masyarakat.”12

B. Tokoh- Tokoh yang berperan dalam berdirinya SD Muhamamdiyah 1 Sidoarjo

Berdirinya SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo tidak terlepas dari peran

tokoh-tokoh yang berkontribusi di dalamnya, khususnya saat perintisan

awal organisasi Muhamamdiyah di Sidoarjo yang sebelumnya sudah

12

SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo, Hand Book SD Muhammadiyah 1 Pucanganom-Sidoarjo

(37)

27

punah karena kurangnya simpati dari masyarakat, mereka berjuang

melalui berbagai bidang dari amal usaha Muhammadiyah slaah satunya

pendidikan. Berikut para tokoh yang berperan dalam berdirinya SD

Muhammadiyah 1 Sidoarjo : H. Anwar Asma, H. Abdullah Mansyur, Saidi

H.S, BA, Drs H. MK. Agus Salim, Abdul Hamid Wijaya dan

Ghufron.13Berikut penjabaran berdasarkan sumber-sumber yang peneliti

dapatkan :

1. H. Anwar Asma (Almarhum)

Tokoh di luar Muhammadiyah ini terlahir sebagai anak tunggal

pada tahun 1905 di Sawohan, Sidoarjo dari pasangan H. Rois dan Hj.

Siti Asma. Latar belakang keluarganya adalah petani tambak dan

meninggal beserta istri (Ibu Lilik Andari) dan anak laki-lakinya dalam

sebuah kecelakaan saat perjalanan pulang ke Pandaan di tahun 1971

selepas serah terima tanah waqaf ke SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo di

Pucanganom. Hanya Ibu Nur Chotijah A. Salam putrinya yang

terselamatkan dalam kecelakaan itu.14

Pendidikannya saat kecil belum diketahui karena kurangnya

sumber, namun saat besar beliau menempuh pendidikan di pondok

pesantren Tebu Ireng Jombang. Setelah lulus sekolah beliau membantu

orangtuanya dengan bekerja di tambak. Diketahui bahwa sebagian besar

tambak di Sidoarjo adalah milik keluarga H. Anwar, tetapi beliau

bukanlah seorang pengusaha.

13

Agus Salim, Wawancara, Sidoarjo, 13 Juni 2017. 14

(38)

28

Tahun 1950 H. Anwar berpindah dari Sawohan ke Daleman,

kemudian memiliki kediaman sendiri di Pucanganom setelah menikah

dengan Ibu Solehah ditahun 1949, namun pernikahannya tidak berjalan

lama. Pada tahun 1952 setelah kelahiran putri pertama bernama Ibu Hj.

Ani’matussa’diyah, beliau memutuskan untuk berpisah dengan Ibu

Solehah. Setelah bercerai, H. Anwar menikahi Ibu Rukhiluq yang

berstatus janda dari Surabaya namun tidak memiliki keturunan.

Kemudian di tahun 1963 H. Anwar menikahi Ibu Maryam dari Gempol,

dan mengakibatkan perpisahan dengan Ibu Rukhiluq di tahun 1965.15

Di tahun yang sama ibu Maryam meninggal karena sakit,

kemudian H. Anwar menikahi Ibu Lilik Andari dari Pandaan, keduanya

dikarunia anak laki-laki dan perempuan. Meskipun hanya memiliki tiga

orang anak kandung, H. Anwar memiliki banyak anak asuh

disekelilingnya. diantaranya yang disekolahkan ke Jogjakarta pada

tahun 1950-an yaitu: Abu Hasan, SH, Ashuri, H. Fadhil/ KhodimH.

Janud Zainudin, Ali Afandi, H. M. Sholeh Kholil.

H. Anwar Asma dikenal sebagai sosok orang yang cerdas dalam

pembangunan, banyak bangunan didirikan untuk kebutuhan masyarakat

dan di setiap bangunan yang didirikan selalu mempunyai ciri khas

tersendiri. Selain sebagi tokoh pembangunan di Sidoarjo, beliau juga

dikenal sebagi tuan tanah di Sidoarjo, H. Anwar memiliki cukup

banyak warisan dari orang tuanya sehingga beliau disebut dengan

15

(39)

29

julukan itu. Begitupula dengan landreform yang terjadi saat itu juga

disebut karena beliau sebagai tuan tanah di Sidoarjo.

Selain sederhana dan tegas beliau juga dermawan, perhatian, dan

peduli dengan kehidupan di sekitarnya. H. Anwar banyak berkorban

untuk memajukan Islam, baik segi pendidikan seperti mewaqafkan

tanahnya untuk SD/ SMP/ SMA/ Universitas Muhammadiyah di

Sidoarjo maupun lainnya.16Bukan hanya pembangunan sarana

pendidikan di Sidoarjo saja, beliau juga berkontribusi dalam

pembangunan Pondok Pesantren Awang-awang di Mojosari beserta

Pabrik tegel (ubin) untuk dana berjalannya pondok. Sebagian besar

yayasan Muhammadiyah berdiri dan maju di Sidoarjo atas dukungan

dari H. Anwar.17 Peran H. Anwar dalam pembangunan SD

Muhammadiyah 1 Sidoarjo Adalah sebagai salah satu pewaqaf tanah

dan bangunan yang saat ini masih digunakan SD Muhammadiyah 1

Sidoarjo, dan juga memberi bantuan bersama dengan H. Abdullah

Manysur yang mewaqafkan rumahnya di sebelah timur alun-alun

Sidoarjo.

2. Saidi H.S, BA

Tokoh Muhammadiyah yang sekarang menikmati usia senjanya ini

kelahiran Magetan 1 Januari 193718 atau tepatnya 80 tahun yang lalu

dan merupakan generasi awal yang bersekolah di PGA Madiun lalu

16

Agus Salim, Wawancara, Sidoarjo, 13 Juni 2017.

17

Soleh Kholil, Wawancara, Sidoarjo, 9 Mei 2017. 18

(40)

30

adanya perpindahan yang di lanjutkan ke PGA Surabaya. Setelah

menamatkan pendidikannya di Surabaya beliau ditugaskan/

ditempatkan sebagai guru agama di Sidoarjo pada tahun 1956 oleh

pemerintah, karena saat itu ada ikatan dinas. Bersamaan dengan itu

Bapak Saidi juga langsung terjun ke organisasi Muhammadiyah

Sidoarjo, dan menjabat sebagai penggurus pengajaran Muhammadiyah

Sidoarjo yang saat itu bila melapor urusan pengajaran harus ke

Jombang, karena kantor pusat hanya berada di Jombang.

Diceritakan oleh Bapak Saidi bahwa saat itu Guru tidak hanya

mengajar di satu sekolah saja, tapi merangkap hingga 5 sekolah

sekaligus dalam satu bulan karena kurangnya tenaga pendidik.

Begitupun dengan SD maupun TK Muhammadiyah di Sidoarjo belom

ada dan tidak seramai seperti sekarang, yang ada hanya SMP

Muhammadiyah, lalu H. Anwar yang mengajak untuk merintis SD

Muhammadiyah Sidoarjo dan menempati sementara GNI atas perintah

pemerintah daerah.19 Sedangkan peran Pak Saidi dalam berdirinya SD

Muhammadiyah 1 Sidoarjo adalah perintis awal SD Muhammadiyah 1

Sidoarjo yang saat itu menjabat sebagai penggurus pengajaran

Muhammmadiyah Sidoarjo dan pula Dikdasmen Sidoarjo.

3. Drs. H. MK. Agus Salim

Di usianya yang ke-82 tahun tokoh Muhammadiyah satu ini masih

aktif di BPH (Badan Pembina Harian) Univeristas Muhammadiyah

19

(41)

31

Sidoarjo. Lulusan IKIP malang dan menjadi dosen IKIP Surabaya ini

datang ke Sidoarjo sekitar tahun 1961 dari Blitar. Pak Agus Salim

menjadi wakil pimpinna cabang Muhammadiyah saat diketuai oleh Pak

Hamid Wijaya dan merangkap menjadi pengurus Muhammadiyah di

Majelis Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah Sidoarjo dan

pimpinan daerah Sidoarjo ketika SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo

dirintis.20

Pejuang Muhammadiyah satu ini memiliki kontribusi sangat besar

terhadap pembangunan dan perkembangan sekolah Muhammadiyah

khusunya di kota Sidoarjo. Apalagi sejarah berdirinya SD

Muhamamdiyah 1 Sidoarjo, bahkan beliau yang melakukan kesibukan

dalam urusan administrasi pembangunan SD muhammadiyah 1

Sidoarjo. Pak Agus Salim juga salah satu pelaku sejarah saat berdirinya

SMA 1 Sidoarjo.21

4. Abdul Hamid Wijaya (Almarhum)

Tokoh kelahiran Waru 1934 ini meninggal di Sidoarjo pada tahun

1997 di usia 63 tahun karena sakit Jantung. Bapak Hamid berlatar

belakang pendidikan SMP dan SMA Muhammadiyah Surabaya lalu

dilanjutkan ke jurusan hukum agama Islam (IAIN Sunan Ampel

Surabaya). Beliau berpindah ke Sidoarjo setelah menikah di tahun 1958

dan aktif mengajar sebagai guru agama di sekolah dasar. Pak Hamid

20

Agus Salim, Wawancara, Sidoarjo, 13 Juni 2017. 21

(42)

32

juga pernah bekerja sebagai penilik sekolah, kepala KUA dan diangkat

menjadi PNS (Depag).

Sejak perintisan SD Muhammadiyah, Bapak Hamid ikut serta

sebagai penggurus Muhammadiyah dan menjadi guru di SD

Muhammadiyah 1 Sidoarjo. Di tahun 1960-an beliau menjabat ketua

pimpinan cabang Muhammadiyah Sidoarjo dan merangkap menjadi

bagian tabligh di Pimipinan Daerah Muhammadiyah. Pejuang yang

mengenal Muhammadiyah sejak masa remaja dan bercita-cita

menjadikan Sidoarjo sebagai kota Muhammadiyah yang amar ma’ruf

nahi munkar.22

22

(43)

33

BAB III

PERKEMBANGAN SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH 1 SIDOARJO 1964-2016

A. Kurikulum

SD Muhamamdiyah 1 Sidoarjo berada di bawah Yayasan

Muhammadiyah, sehingga muatan pelajaran agama Islam lebih banyak

disuguhkan dibanding dengan sekolah negeri pada umumnya,1 selain itu,

SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo juga termasuk sekolah swasta yang

menyediakan kebutuhan dan keinginan masyarakat akan ilmu agama yang

modern, kala itu masih jarang ditemukan khususnya di kabupaten Sidoarjo

dan muatan pelajaran umum tetap terpenuhi.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan pula sebuah

kurikulum. Menurut Sukmadinata “Kurikulum (curriculum) merupakan

suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses

kegiatan belajar mengajar”2. Dalam perjalanan SD Muhammadiyah 1

Sidoarjo sejak berdirinya, tentunya kurikulum yang digunakan mengalami

perubahan dari tahun ke tahun. Program pembelajaran di SD

Muhammadiyah 1 Sidoarjo yakni mengacu pada kurikulum Al Islam,

1

Ikhsan, Wawancara, Sidoarjo, 23 Februari 2017.

2

(44)

34

kurikulum nasional, dan kurikulum yang dikembangkan.3 Berikut

penjabarannya:

1. Kurikulum Al Islam

Al Islam atau pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan

terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlaq mulia dalam

mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al

Quran dan Al Hadits. Melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,

serta penggunaan pengalaman. Kurikulum Al Islam yang digunakan

oleh SD muhammadiyah se-Indonesia mengacu pada ketetapan yang

ditentukan oleh Pimpinan Pusat Pendidikan Dasar dan Menengah

Muhammadiyah, berupa silabus yang telah disusun oleh para tim

khusus untuk kemudian dijadikan sebagai buku paket pembelajaran

yang sesuai dengan kemampuan Anak-anak.

Kurikulum Al Islam telah diterapkan sejak perintisan SD

Muhammadiyah 1 Sidoarjo pada tahun 1959. Untuk memperbaiki

kualitas tentu saja kurikulum Al Islam mengalami perubahan sistem

maupun muatan materi di dalamnya. Sejak awal, Kurikulum Al Islam

telah mengelompokkan mata pelajaran untuk Al Islam, diantaranya :

Aqidah Akhlaq, Tarikh Islam, Fiqih Ibadah, Alquran Hadist, Bahasa

Arab dan Kemuhammadiyahan.

3

(45)

35

Hingga pada tahun 2006, terjadi perubahan dari Pimpinan Pusat

Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah dengan menyatukan

mata pelajaran yang ada di Kurikulum Al Islam dan memisahkan mata

pelajaran Bahasa Arab dan Kemuhammadiyahan saja ini disebabkan

materi yang banyak dengan jam pelajaran yang sedikit. Tetapi untuk

daerah Sidoarjo sendiri yang tentunya diikuti SD Muhammadiyah 1

Sidoarjo memisahkan untuk setiap mata pelajaran dengan alasan untuk

mencukupi jam pelajaran (Ismuba diberikan 9 jam pelajaran).

Selain perubahan sistem, muatan materi di dalamnya tentu

mengalami perubahan baik pengurangan maupun penambahan materi

pembahasan maupun bahasa yang digunakan. Perubahan ini dilakukan

untuk menyesuaikan kebutuhan dan kemampuan anak-anak dalam

menerima pelajaran yang didapat berdasarkan dari pola perkembangan

masing-masing tim daerah. Diperkiran perubahan ini terjadi sekitar 10

tahun kebelakang4

2. Kurikulum Nasional

Selain kurikulum Al Islam, SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo juga

menggunakan kurikulum nasional atau kurikulum yang ditetapkan

pemerintah. Jadi, sejak awal berdirinya SD Muhamamdiyah 1 Sidoarjo

sudah mengikuti kurikulum dari pemerintah.

Begitupula dengan perjalanan sejarah pendidikan di indonesia,

kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada

4

(46)

36

tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013.

Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya

perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam

masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai

seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis

sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.

Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama,

yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok

dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.5

Berikut perkembangan kurikulum yang diikuti SD Muhamamdiyah 1

Sidoarjo :

a. Kurikulum 1964

Usai ditahun sebelumnya dengan nama Rentjana Pelajaran Terurai

1952, kemudian menjelang tahun 1964 pemerintah kembali

menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi

nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum

1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah

mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik

untuk pembekalan pada jenjang sekolah dasar, sehingga

5

Ade Sutisna, “Sejarah Perkembangan Kurikulum”, dalam

(47)

37

pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yang

meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral.6

b. Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964,

yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari

Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan

dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan

perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945

secara murni dan konsekuen.

c. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih

efisien dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep

di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang

terkenal saat itu. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin

sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan

pembelajaran.

d. Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski

mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting.

Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang

disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.

Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga

6

(48)

38

melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)

atau Student Active Leaming (SAL).

e. Kurikulum 1994

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984

dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem

pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem

semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang

pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat

memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi

pelajaran cukup banyak.

f. Kurikulum 2004 (KBK)

Kurikukum 2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK). Pendidikan berbasis kompetensi

menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan

(kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance

yang telah ditetapkan.

g. Kurikulum 2006 (KTSP)

Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP). Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan,

muncullah KTSP. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target

kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah

(49)

39

h. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah dicetuskan pada masa kepemimpinan Mendikbud M. Nuh untuk

menggantikan KTSP. Ia menekankan pemahaman, skill, dan

pendidikan berkarakter. Pada kurikulum 2013, siswa dituntut untuk

memahami materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta

memiliki sopan santun disiplin yang tinggi.

Awal Desember, Mendikbud Anies Baswedan pun memutuskan

pembatasan penerapan Kurikulum 2013. Sekolah yang telah

menerapkan Kurikulum 2013 selama tiga semester dapat

melanjutkan pemakaiannya. Sedangkan sekolah yang baru

memakai Kurikulum 2013 selama satu semester dihimbau untuk kembali ke KTSP.

3. Kurikulum yang dikembangkan

Kurikulum yang dikembangkan oleh SD Muhamadiyah 1 Sidoarjo

diterapkan sejak masa kepemimpinan kepala sekolah Bapak Ikhsan7, di

antaranya:

a. Pada tahun 2010 hingga 2014 menggunakan kurikulum Federal

Marshall Cavendish Education Singapore bidang Math and Science

untuk kelas 3 sampai dengan kelas 5. Namun, dianggap kurang

efektik maka dirubah dan tidak dilanjutkan.

7

(50)

40

b. Pada tahun 2013 hingga saat ini menggunakan kurikulum

pembiasaan, yakni mengenai etika dan adab sopan santun yang harus

dilakukan setiap murid. Kemudian ditambah pula ditahun yang sama

yaitu kurikulum bahasa Inggris ramah anak, yang disusun oleh tim

guru Bahasa Inggris MKKS Kabupaten Sidoarjo dan berdasarkan

perkembangan kemampuan bahasa anak dengan bimbingan Ibu Itje

Khodijah dari British Council yang juga pakar pendidikan.8

B. Tenaga Pendidik

Peranan guru sangatlah dominan, karena guru memiliki wewenang

langsung terhadap penyampaian semua mata pelajaran kepada peserta

didik, serta perkembangan mental dari setiap peserta didik di kelas. sejak

awal pendiriannya, guru/ tenaga pendidik SD Muhammadiyah bukanlah

direkrut melalui proses uji seleksi, uji kompetensi maupun lainnya,

melainkan panggilan/ permohonan bantuan dari pihak Yayasan

Muhammadiyah yang meminta para guru untuk membantu mengajar di

SD Muhamadiyah 1 Sidoarjo.

Untuk data guru saat menempati sementara di GNI pada tahun

1959an, penulis tidak dapat memastikan jumlahnya, tetapi berhasil

mendapatkan beberapa nama seperti Pak Hamid Kelana, Pak Karso

Aminoto dan Pak Saidi.9Lalu, pada tahun 1962 ketika pindah menempati

rumah waqaf Pak Abdullah Mansyur kurang lebih sama seperti

sebelumnya di GNI. Bertambahnya murid maka bertambah pula tenaga

8

Moh. Saifullah Rochim, Wawancara, Sidoarjo 9 Juni 2017. 9

(51)

41

pengajar, saat menempati sementara di gudang pada tahun 1964 ada

beberapa guru/ tenaga pendidik, yaitu Pak Soedarmo,10Ibu Swarningsih

dan Ibu Mar.11Kepindahan sekolah ke gedung baru, maka formasi tenaga

pendidik pun juga berubah. Di awal kepindahanya ditahun 1966 ada

sekitar delapan tenaga pendidik beserta kepala sekolah12, diantaranya: 1)

Pak Soedarmo, 2) Pak Zarkasyi, 3) Bu Alfiah, 4) Bu Ummi, 5) Pak Wujud,

6) Pak Subron, 7) Pak Muntali, 8) Pak Amrozi13

Lalu setelah tahun 1970-an ada beberapa nama pegajar yang berhasil

penulis temukan, yaitu Bapak Ma’sum, Bapak Dawam, Bapak Juhroni dan

Bapak Mujiono.14 Hanya beberapa saja menjadi guru tetap, sebagian

lainnya ialah guru bantu atau sukarelawan yang diminta mengajar oleh

Majelis Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah cabang Sidoarjo,

selain mengajar di SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo tenaga pendidik yang

membantu mengajar disana merangkap mengajar di sekolah lain, seperti di

SMP Muhamamdiyah Sidoarjo15 (menempati satu gedung dengan SD

Muhammadiyah 1 Sidoarjo) dan sekolah Negeri lainnya16. Para tenaga

pendidik berlatar belakang pendidikan PGA (pendidikan guru agama),17

SPG (sekolah pendidikan guru)18 dan PGSLB19 (pendidikan guru sekolah

10

Pensiunan penilik sekolah Belanda dan kerabat dari H. Anwar yang terkenal disiplin. Dalam Subron Setiyadi, Wawancara, Sidoarjo, 27 April 2017.

11

Guru yang didatangkan dari muallimat Yogyakarta, dalam Agus Salim, Wawancara, Sidoarjo, 13 Juni 2017.

12

Wujud SD, Wawancara, Sidoarjo, 23 Mei 2017. 13

Moch. Imron, Wawancara, Sidoarjo, 19 April 2017. 14

Mujiono, Wawancara, Sidoarjo, 4 Juni 2017. 15

Wujud SD, Wawancara, Sidoarjo, 23 Mei 2017. 16

Muntali, Wawancara, Sidoarjo, 6 Mei 2017. 17

Subron, Wawancara, Sidoarjo, 27 April 2017. 18

(52)

42

luar biasa) atau yang saat ini setara dengan SMA (Sekolah Menengah

Keatas).

Sejak awal perintisan hingga akhir tahun 1990-an SD

Muhammadiyah 1 Sidoarjo telah mengalami pergantian tenaga pendidik,

namun jumlahnya tidak lebih dari duapuluh bahkan sepuluh tenaga

pendidik.20 Pengangkatan pegawai negeri dan harus ditempatkan di

sekolah-sekolah dasar negri menjadi salah satu faktor terhadap pergantian

tenaga pendidik. Ketika itu guru kelas merangkap pula menjadi guru

bidang studi,21 tenaga pendidik dituntut untuk menguasai semua mata

pelajaran yang diajarkan dikelas, bahkan untuk pelajaran menjahit

sekalipun.22

“HIDUP - HIDUPLAH MUHAMMADIYAH, JANGAN

MENCARI HIDUP DI MUHAMAMDIYAH” prinsip ajaran utama KH.

Ahmad Dahlan tersebutlah yang dipegang teguh oleh para tenaga pendidik

sukarelawan Muhammadiyah. Karena SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo

merupakan sekolah swasta pingiran yang tidak ada apa-apanya dan belum

diketahui banyak orang dan jumlah murid sedikit yang berlatar belakang

dari kalangan standar ekonominya cukup lemah, menjadikan bayaran atau

gaji yang diberikan untuk guru pun tak tentu, bahkan sesekali tidak ada

19

Wujud SD, Wawancara, Sidoarjo, 23 Mei 2017. 20

Wujud SD, Wawancara, Sidoarjo, 23 Mei 2017. 21

Legiyo, Wawancara, Sidoarjo, 22 Februari 2017. 22

(53)

43

upah untuk tenaga pendidik. Jika pun ada upah diberikan sekitar 700

rupiah hingga upah paling besar sekitar 15.000 rupiah.23

Tahun 2003 di masa kepemimpinan Bapak Ikhsan jumlah tenaga

pendidik saat itu sudah berjumlah sekitar dua puluh orang. Hingga

berjalan sampai pada tahun 2009 bertambah hingga mencapai 60 orang

guru/ tenaga pendidik. Terakhir di tahun ajaran 2016/2017 berkembang

hingga berjumlah kurang lebih 106 orang24 sebagai tenaga pendidik

(sebagian besar berlatar belakang pendidikan Sarjana) dan kependidikan,

karena kebutuhan sekolah semakin banyak peserta didik maka bertambah

pula guru/ tenaga pendidik. Guru/ tenaga pendidik direkruit melalui proses

uji seleksi dan uji kompetensi, mengingat pengajar adalah sumber manusia

yang paling berpengaruh dalam pengajaran dan disini berbeda proses saat

awal direkrutnya guru/ tenaga pendidik di SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo

yang secara sukarelawan mengajar.

Dalam perkembangan SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo sejak berdiri

hingga tahun 2016 juga mengalami pergantian kepala sekolah,

diantaranya:

a. Hamid Kelana (saat di GNI tahun 1959 hingga di bekas SD Leli tahun

1962)25

b. Bapak Soedarmo (sejak kepindahan ke gudang 1964 - 1971)26

c. Bapak Mujiono (sementara, kurang dari setahun di tahun 1971)27

23

Muntali, Wawancara, Sidoarjo, 6 Mei 2017. 24

Ikhsan, Wawancara, Sidoarjo, 23 Februari 2017. 25

Agus Salim, Wawancara, Sidoarjo 13 Juni 2017.

26

(54)

44

d. Bapak Amrozi (mulai dari 1973)28

e. Ibu Chaula Syaf (hingga tahun 2002)

f. Bapak Ikhsan (2003-2012)29

g. Ibu Kurniati Syamsu30 (2012-2016)

C. Peserta Didik

Keadaan peserta didik ditahun awal dan di masa perintisan SD

Muhammadiyah 1 Sidoarjo di tahun 1960-an sangat jauh perbandingannya

dengan saat ini. Di masa awal perintisannya, sewaktu masih menempati

GNI pada tahun 1959-an sudah ada sekitar tiga kelas dengan murid kurang

lebih 20 anak dan saat menempati rumah bekas SD Leli di tahun 1962

jumlah peserta didik bertambah hingga kelas lima dan memasuki periode

baru untuk kelas enam. Jadi, pada tahun 1964 ketika menempati gudang

sementara sudah lengkap menjadi 6 kelas, Hingga saat kepindahan ke

gedung baru di tahun 1966 jumlah murid masih dengan jumlah yang sama,

karena dirasa organisasi Muhammadiyah masih terlalu asing bagi

masyarakat sekitar yang masih terbaur oleh budaya non-muslim sehingga

kurangnya simpati mereka.31

Di lain sisi sekolah negeri dibiayai penuh oleh pemerintah sehingga

biaya peserta didik untuk sekolah gratis. Apabila sekolah dasar negeri

sudah berjalan ajaran baru dengan murid yang cu

Gambar

Tabel 2.134
  Tabel 2.2

Referensi

Dokumen terkait

Warna adalah salah satu aspek dalam desain kemasan yang paling berpengaruh dari desain kemasan. Konsumen lebih mengidentifikasi warna kemasan atau produk sebelum fitur

BAB I Bab I ini memaparkan mengenai adanya kesenjangan antara sebuah produk hukum yang harus dijalankan dengan proses pelaksanannya dilapangan, sehingga menimbulkan permasalahan

Jenis penelitian adalah eksperimen dengan desain faktorial ganda 3x3, variabel bebas adalah subtitusi tepung sorgum 10%, 20%, dan 30% dari berat total tapioka

Dengan tingkat signifikansi yaitu 0,240 > 0,05 maka kesimpulan yang dapat diambil Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa variabel perputaran persediaan

Biaya suatu state dari start state adalah banyaknya langkah ubin kosong yang telah dilakukan. Jika diperlukan heuristik, maka digunakan jumlah manhattan distance

Tembikar bermotif hias cord-marked di Ceruk Landai telah mewakili fase hunian awal neolitik di Sumatra dan sekaligus mendukung hipotesis adanya ekspansi budaya neolitik dari

Dalam penempatan lampu penerangan jalan harus dipertimbangkan terhadap tanaman jalan akan ditanam maupun yang telah ada, sehingga perlu adanya pemangkasan pohon dengan batasan

Dekstrometorphan masuk melalui mulut kemudian diabsorbsi secara sempurna oleh lambung kemudian dimetabolisme didalam hepar oleh enzim sitokrom p-450, oleh enzim tersebut