• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Video Audio Visual Modalitas Belajar untuk Siswa Kelas VIIIC SMP N 9 Salatiga T1 132010010 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Video Audio Visual Modalitas Belajar untuk Siswa Kelas VIIIC SMP N 9 Salatiga T1 132010010 BAB II"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

1.1. Modalitas Belajar

1.1.1. Pengertian Modalitas Belajar

Budianto (2006) mendefinisikan modalitas belajar adalah pola kecenderungan yang lebih disukai siswa didalam memproses

pengalaman dan informasi yang didapat atau kebiasaan yang mencerminkan cara siswa dalam menangani pengalaman yang

diperolehnya melalui modalitas belajar.

Menurut DePorter (2000), modalitas belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap dan

kemudian mengatur serta mengolah informasi. Selanjutnya, secara umum ada dua kategori tentang bagaimana seseorang belajar.

Pertama, bagaimana seseorang menyerap informasi dan kedua, cara seseorang mengatur dan mengolah informasi tersebut.

Jadi dapat disimpulkan modalitas belajar adalah cara

seseorang dalam menyerap informasi dan mengolah informasi tersebut menggunakan strategi tertentu dalam proses belajarnya

(2)

1.1.2. Modalitas Belajar

Dunn (dalam DePorter, 2000), seorang pelopor di bidang

gaya belajar, telah menemukan banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar orang. Ini mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis, dan lingkungan. Sebagian orang misalnya

dapat belajar paling baik dengan cahaya yang terang, sedang sebagian yang lain dengan pencahayaan yang suram. Ada orang

yang belajar paling baik secara berkelompok, sedang yang lain lagi memilih adanya figur otoriter seperti orang tua atau guru, yang lain

lagi merasa bahwa bekerja sendirilah yang paling efektif bagi mereka. Sebagian orang memerlukan music sebagai latar belakang, sedang yang lain tidak dapat berkonsentrasi kecuali dalam ruangan

yang sepi. Ada orang-orang yang memerlukan lingkungan kerja yang teratur dan rapi, tetapi yang lain lagi lebih suka menggelar

segala sesuatunya supaya semua dapat terlihat.

Pada awal pengalaman belajar, salah satu di antara langkah-langkah pertama kita adalah mengenali modalitas seseorang

sebagai modalist visual, auditorial, atau kinestetik (V-A-K). seperti yang diusulkan istilah-istilah ini, orang visual belajar melalui apa

(3)

menggunakan ketiganya pada tahapan tertentu, kebanyakan orang

lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya.

Grinder (dalam DePorter, 2000), pengarang Righting the Education Conveyor Belt,telah mengajarkan gaya-gaya belajar dan mengajar kepada banyak instruktur. Ia memcatat bahwa dalam

setiap kelompok yang terdiri dari tiga puluh murid, sekitar dua puluh dua orang mampu belajar secara cukup efektifdengan cara

visual, auditorial, dan kinestetik sehingga mereka tidak membutuhkan perhatian khusus. Dari sisa delapan orang, sekitar

enam orang memilih satu modalitas belajar dengan sangat menonjol melebihi dua modalitas lainnya. Sehingga, setiap saat mereka harus selalu berusaha keras untuk memahami perintah,

kecuali jika perhatian khusus diberikan kepada mereka dengan menghadirkan cara yang mereka pilih. Bagi orang-orang ini,

mengetahui cara belajar terbaik mereka bisa berarti perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan. Dua orang murid lainnya

mempunyai kesulitan belajar karena sebab-sebab eksternal.

1.1.3. Ciri-Ciri Modalitas Belajar a. Orang-orang Visual

Siswa yang bermodalitas belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata/penglihatan (visual). Mereka cenderung belajar dengan apa yang mereka lihat. Siswa yang

(4)

bahasa tubuh dan ekspresi gurunya untuk mengerti materi pelajaran.

Ciri-ciri modalitas belajar dari orang-orang visual adalah: (1) Rapi dan teratur, (2) Berbicara dengan cepat, (3) Perencana

dan pengatur jangka panjang yang baik, (4) Teliti terhadap detail, (5) Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi, (6) Pengeja yang baik dan dapat melihat

kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka, (7) Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar, (8)

Mengingat dengan asosiasi visual, (9) Biasanya tidak terganggu dengan keributan, (10) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali bila ditulis, dan sering kali minta

bantuan orang untuk mengulanginya, (11) Pembaca cepat dan tekun, (12) Lebih suka membaca daripada dibacakan, (13)

Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah, (14) Lebih suka seni daripada musik (dalam

DePorter, 2000). b. Orang-orang Auditorial

Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya). Siswa yang mempunyai modalitas belajar auditori dapat belajar lebih cepat

(5)

yang guru katakan. Mereka dapat mencerna dengan baik informasi yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi

rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Ciri-ciri modalitas belajar dari orang-orang auditorial

adalah: (1) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja, (2) Mudah terganggu oleh keributan, (3) Menggerakan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca, (4) Senang

membaca dengan keras dan mendengarkan, (5) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna

suara, (6) Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita, (7) Berbicara dalam irama yang terpola, (8) Biasanya pembicara yang fasih, (9) Lebih suka musik daripada seni, (10)

Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat, (11) Suka berbicara, suka

berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar, (12) Mempunyai masalah dengan pekerjaan yang melibatkan visualisasi, (13) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada

(6)

c. Orang-orang Kinestetik

Siswa yang mempunyai modalitas belajar kinestetik belajar

melalui bergerak, menyentuh dan melakukan.

Ciri-ciri modalitas belajar dari orang-orang kinestetik

adalah: (1) Berbicara dengan perlahan, (2) Menanggapi perhatian fisik, (3) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka, (4) Berdiri dekat ketika berbicara dengan

orang lain, (5) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, (6) Belajar melalui memanipulasi dan praktik, (7)

Menghafal dengan cara berjalan dan melihat, (8) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, (9) Banyak menggunakan isyarat tubuh, (10) Tidak dapat duduk dian

dalam waktu yang lama, (11) Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi, (12) Kemungkinan tulisannya jelek, (13)

Ingin melakukan segala sesuatu, (14) Menyukai permainan yang menyibukkan.

1.1.4. Cara Mengolah Informasi

Sistem identifikasi V-A-K membedakan bagaimana kita menyerap informasi. Untuk menentukan dominasi otak dan

bagaimana anda memproses informasi menggunakan model yang awalnya dikembangkan oleh Anthony Gregorc (dalam DePorter, 2000), professor di bidang kurikulum dan pengajaran di

(7)

adanya dua kemungkinan dominasi otak: (1) Persepsi konkret dan abstrak, dan (2) Kemampuan pengaturan secara sekuensial (linear)

dan acak (nonlinear).

Ini dapat dipadukan menjadi empat kombinasi kelompok perilaku yang disebut gaya berpikir. Gregorc (dalam DePorter,

2000) menyebut gaya-gaya ini, sekuensial konkret, sekuensial abstrak, acak konkret, dan acak abstrak. Orang yang termasuk

dalam dua kategori sekuensial cenderung memiliki dominasi otak kiri, sedang orang yang berpikir secara acak biasanya termasuk

dalam dominasi otak kanan.

Mengenai identifikasi V-A-K, tidak setiap orang harus masuk dalam salah satu klasifikasinya. Walaupun demikian,

kebanyakan kita cenderung pada yang satu daripada yang lainnya. Mengetahui ciri dominasi anda membuat anda “bekerja

dengannya” dan juga menetapkan cara-cara tersebut untuk menjadi

lebih seimbang.

a. Pemikir Sekuensial Konkret

Seperti yang ditunjukkan istilah ini, pemikir sekuesial konkret berpegang pada kenyataan dan proses informasi dengan

(8)

penciuman. Mereka memperhatikan dan mengingat realitas dengan mudah dan mengingat fakta-fakta, informasi, rumus-rumus, dan

aturan-aturan khusu dengan mudah. Catatan atau makalah adalah cara baik bagi orang-orang ini untuk belajar. Pelajar SK harus

mengatur tugas-tugas menjadi proses tahap demi tahap dan berusaha keras untuk mendapatkan kesempurnaan pada setiap

tahap. Mereka menyukai pengarahan dan prosedur khusus.

b. Pemikir Acak Konkret

Pemikir acak konkret mempunyai sikap ekspreimental yang diiringi dengan perilaku yang kurang terstruktur. Seperti pemikir

sekuensial konkret, mereka berdasarkan pada kenyataan, tetapi ingin melakukan pendekatan coba-salah (trial and error).

Karenanya, merka sering melakukan lompatan intuitif yang diperlukan untuk pemikiran kreatif yang sebenarnya.

Mereka mempunyai dorongan kuat untuk menemukan alternatif dan mengerjakan sesuatu dengan cara mereka sendiri. Waktu bukanlah prioritas bagi orang-orang AK, dan mereka

cenderung tidak memperdulikannya, terutama jika sedang terlibat dalam situasi yang menarik. Mereka lebih terorientasi pada proses

(9)

kemungkinan-kemungkinanyang muncul dan mengundang eksplorasi selama

proses.

c. Pemikir Acak Abstrak

Dunia nyata untuk pemikir acak abstrak adalah dunia

perasaan dan emosi. Mereka tertarik pada nuansa dan sebagian lagi cenderung pada mistisisme. Pikiran AA menyerap ide-ide, informasi, dan kesan dan mengaturnya dengan refleksi. Mereka

mengingat dengan sangat baik jika informasi dipersonifikasikan. Perasaan juga dapat lebih meningkatkan atau mempengaruhi

belajar mereka.

Pemikir AA mengalami peristiwa secara holistic, mereka perlu melihat secara keseluruhan gambar sekaligus, bukan

bertahap. Dengan alasan inilah, mereka akan terbantu jika mengetahui bagaimana segala sesuatu terhubung dengan

keseluruhannya sebelum masuk ke dalam detail.

d. Pemikir Sekuensial Abstrak

Realitas bagi para pemikir sekuensial abstrak adalah dunia

teori metafisis dan pemikiran abstrak. Mereka suka berpikir dalam konsep dan menganalisis informasi. Mereka sangat menghargai

orang-orang dan peristiwa-peristiwa yang tertaur rapi. Adalah mudah bagi mereka untuk meneropong hal-hal penting. Proses

(10)

Aktivitas favorit pemikir SA adalah membaca, dan jika suatu proyek perlu diteliti, mereka akan melakukannya dengan

mendalam. Mereka ingin mengetahui sebab-sebab dibalik akibat dan memahami teori serta konsep. Biasanya mereka lebih suka

bekerja sendiri daripada berkelompok.

1.2. Media Video Audio Visual

1.2.1. Pengertian Media Video Audio Visual

Kata media berasal dari Bahasa Latin medium yang berarti „perantara‟ atau „pengantar‟. Banyak definisi atau pengertian media

yang dikemukakan oleh para ahli. Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam proses penyajian informasi dalam AECT Task Force ( dalam Sadiman dkk, 2012). Gagne

(dalam Sadiman dkk, 2012), menyatakan bahwa media adalah jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya

untuk belajar. Sementara itu Briggs (dalam Sadiman dkk, 2012) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Menurut

Fleming (dalam Dwikurnaningsih, 2012), menyebut media sebagai mediator yaitu penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam

dua pihak dan mendamaikannya. Sebagai mediator, media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan

(11)

pengertian bahwa setiap sistem pengajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan paling canggih,

dapat disebut sebagai media. Jadi guru dengan segala gaya dan perilakunya juga dikategorikan sebagai media.

Media video menurut Jerrold E. Kemp (dalam Dwikurnaningsih, 2012) merupakan media yang dapat menyajikan gambar bergerak dan suara secara bersama-sama. Arsyad (dalam

Dwikurnaningsih, 2012) adalah media yang dapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah

atau suara yang sesuai, sehingga memberikan daya tarik tersendiri. Media video dapat diklasifikasikan ke dalam media audio visual dinamis yang diproyeksikan, yang dapat memberi

pengalaman tentang kenyataan atau realitas melalui rekaman audio dan gambar bergerak, videodapat menggambarkan suatu obyek

yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah, narasi yang sesuai, dan musik yang mendukung. Dalam video juga bisa menampilkan grafik, animasi, maupun teks.

1.2.2. Keuntungan dan Keterbatasan Media Video Audio Visual Dwikurnaningsih (2012) menyatakan bahwa media video

[image:11.595.99.518.214.621.2]
(12)

digunakan secara individual, dalam kelompok kecil maupun kelompok besar

1. Keuntungan media video audio visual:

a. Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari

siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktek, dan lain-lain. Video merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan obyek yang secara normal tidak

dapat dilihat.

b. Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang

dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu. c. Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, video

menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya.

d. Video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok

siswa.

e. Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dlihat secara langsung.

f. Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen, maupun

perorangan.

g. Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar frame demi frame, video yang dalam kecepatan normal memakan

(13)

2. Keterbatasan media video audio visual:

a. Pengadaan video umumnya memerlukan biaya mahal dan

waktu yang banyak.

b. Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak

terus sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut. c. Video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan

dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali video itu dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.

Dengan mengkaji keuntungan dan keterbatasan media video, penggunaan video audio visual dalam pelaksanaan program

bimbingan dapat memberikan manfaat yang banyak.

1.2.3. Aspek-Aspek Penilaian Media Video Audio Visual

Aspek-aspek penilaian media video ini menggunakan skala

penilaian akseptabilitas (by the joint committee on standards for educational evaluation dalam Handarini, 2000). Penilaian

aspek-aspek tersebut meliputi :

1. Kegunaan

Aspek kegunaan mengacu pada seberapa besar media video

(14)

pada pentingnya serta manfaat dalam menggunakan media video audio visual modalitas belajar pada konselor dan siswa, (2)

dampak atau pengaruh yang ditimbulkan dalam penggunaan media video audio visual modalitas belajar bagi siswa.

2. Kelayakan

Untuk mengetahui kelayakan media video ini mengacu pada seberapa besar kepraktisan media video ini dan kefeektifan

waktu dan tenaga dalam pengembangan media ini digunakan di SMP N 9 Salatiga dan sebagai indikator keberhasilan media

video audio visual modalitas belajar. 3. Ketepatan

Aspek ketepatan disini mengacu kepada seberapa besar

pemahaman siswa dalam menerima dan merespek materi yang diberikan seperti ketepatan objek dan ketepatan materi dalam

Gambar

gambar bergerak dan suara secara bersama-sama. Arsyad (dalam

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatan produk domestik bruto merupakan fungsi dari investasi yang berarti tergantung dari jumlah modal dan teknologi yang ditanam dan dikembangkan dalam

[r]

PELATIHAN PEMBELAJARAN LESSON STUDY BAGI GURU-GURU SEKOLAH DASAR (SD) DI KABUPATEN KULON

[r]

Peserta yang ikut dalam pelatihan sebagian adalah bukan guru-guru Penjaskes melainkan guru kelas sehingga hasil yang didapatkan tidak maksimal. Kegiatan pelatihan tentang

Hal ini bukan menguatkan posisi budak dalam Islam, tetapi lebih pada peng- gambaran yang terjadi di masyarakat yang dihadapi oleh Ra- sulullah yang masih menganut sistem

Peraturan Walikota Semarang Nomor 33 Tahun 2015 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Semarang Tahun Anggaran 2016 (Berita Daerah Kota

Any Arisanti1 dan IBK Bayangkara, 2016, Analisis Perbandingan Antara Rasio Keuangan dan Metode Economic Value Added Sebagai Pengukur Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi