• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) DAN TINGKAT SERANGAN SERTA PENGARUHNYA PADA PERTUMBUHAN KAKAO DI TIGA DESA KEC. PALOLO KAB. SIGI | Syarif | JSTT 6972 23289 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) DAN TINGKAT SERANGAN SERTA PENGARUHNYA PADA PERTUMBUHAN KAKAO DI TIGA DESA KEC. PALOLO KAB. SIGI | Syarif | JSTT 6972 23289 1 PB"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

64

KEC. PALOLO KAB. SIGI

Mohammad Syarif¹, Alam Anshary dan Umrah² Mohsyarif259@yahoo.co.id/latadanojunior@gmail.com

¹Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu-Ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas Tadulako ²Dosen program studi Magister Ilmu-Ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract

The aim of this study is to identify VSD attacks to cocoa crop in three villages in Palolo. b.analize the way of VSD infecting cocoa crop in three villages, in Palolo, Sigi. c.how to cut the attack and control the damage caused by VSD to cocoa in three villages in Palolo. This study using identification method. The research method that is conducted through observation of the leaves, twigs and branches of the cocoa plant which suspect attacked by VSD in the field and observation in laboratory to ensure that the attack VSD on cocoa in the three villages in Palolo actually happened , as well as focusing on actual problems of the development of VSD. The research was conducted in three villages names Ampera, berdikari and Rejeki village in Palolo. Determination of the location of the research done on purpose (purposive method), with the consideration that all three of the village is the center of development of cocoa production in Palolo. This research was conducted for three months from January to April 2015 and then continued by observing VSD in the laboratory of pest and disease Agriculture faculty, Tadulako University. VSD has been informed attacking almost all the province which producing cocoa in Indonesia. In 2000, there were VSD attacks reaches 6000 ha with yield losses Rp 405 643 680 000 / year. The number of the attack until May 2001 reached 70 000 ha with a loss of billions rupiah (Ditjenbun, 2007). The observation result like contained in Tabel 1 show that in average the intensity attacks of VSD from the research site showed that cocoa in Berdikari has the highest VSD attack it is 16.9%, on the contrary VSD attack in Ampera and Rejeki are low attack each of them 12 , 5% and 12.1%. This shows that in all three villages have been found the attack of VSD as seen in the field, where the characteristic of attack ,the leaves infected of VSD changes the color to yellow with green patches on the surface of the leaves, and the leaves will eventually fall. In the former leaves holder which is affected by VSD will appear visible three point brown indicates that the plant has been attacked by VSD, meanwhile on the twig attacked, if observed in detail and touched with fingers, it would seem that the surface of twig is uneven because it has been Swelling occurs on the surface, so that within a certain time the branch would dry up and will seem toothless, this happens because the VSD disease has progressed on the xylem and hinder the process of transformation of food to other plant tissues. These events will cause significant changes in plants, from healthy plants become dry due to the intake of food that goes into the xylem become obstructed. With the special mark left by VSD on branches and twigs of cocoa plants in three villages can be assumed that in Palolo, there has been a VSD attacks caused by fungi Oncobasidium theobromae (Basidiomycetes).

Keywords: Disease Vascular Streak Dieback (VSD) Attack level and Its Effect On cocoa growth

Kakao (Theobroma cacao L) pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1560, tepatnya di Sulawesi, Minahasa. Ekspor

(2)

serangan hama dan penyakit. kakao merupakan komoditas yang peranannya cukup penting bagi pengembangan ekonomi masyarakat dan memiliki daya dukung yang kuat bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan masyarakat dan sumber devisa negara (Yantu, dkk, 2010). Kakao merupakan salah satu produk perkebunan yang memiliki peran yang cukup nyata dan dapat diandalkan dalam mewujudkan kesejahteraan hidup masyarakat petani, daerah serta sebagai sumber devisa bagi perekonomian nasional dan program percepatan pembangunan pertanian berkelanjutan. (Moerhar Daniel, 2011).

Di Sulawesi Tengah, kakao pertama kali dibudidayakan yaitu pada awal abad ke 19 di Minahasa, namun pada pertengahan abad 19 produksinya secara bertahap menurun akibat serangan hama penggerek buah kakao dan hama penghisap buah kakao (Wardoyo, 1980). Penerapan teknologi budidaya yang baik, kakao bisa menghasilkan 2 ton biji kering per ha per tahun. Bila harga biji kering Rp20.000/kg, maka dalam satu ha kakao bisa mendatangkan uang Rp 40. 000.000. Seandainya satu KK bisa memelihara satu ha saja maka pendapatan yang bisa diperoleh Rp3,3 juta/bulan. Nilai tersebut akan lebih tinggi bila petani mau mengolah lebih lanjut untuk menghasilkan biji kering fermentasi. Dewasa ini, secara kuantitas jumlah tanaman di lapang sudah berkembang pesat yaitu sekitar 25.042 ha pada tahun 2006 menjadi 96.000 ha pada tahun 2010. Begitu juga dengan produksi yang dicapai, dari 14.068 ton pada tahun 2005 menjadi 48.000 ton pada tahun 2010. (Moerhar Daniel, 2011). Sektor perkebunan merupakan bagian integral dari sistem pembangunan nasional yang memiliki arti penting, strategis dalam proses pertumbuhannya, hal ini sejalan dengan arus perubahan lingkup pertanian nasional dan internasional, sehingga keberadaannya harus didukung menjadi salah satu prioritas utama

dari percepatan pengembangan satu wilayah (kawasan), sehingga keberadaannya harus terus didukung menjadi salah satu prioritas utama dari percepatan pengembangan satu wilayah (kawasan). (Moerhar Daniel, 2011)

Sulawesi Tengah merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang menempatkan kakao sebagai komoditas unggulan yang memiliki daya jual baik dari aspek kualitas maupun kuantitas untuk dikembangkan. Hal tersebut sangat beralasan karena secara angka statistik menunjukkan bahwa Sulawesi Tengah merupakan salah satu propinsi yang memiliki potensi luas lahan untuk pengembangan tanaman kakao. produktivitas kakao di Sulawesi Tengah mengalami penurunan, walaupun pada tahun 2009 mengalami peningkatan produksi kembali sampai 212.073 ton. Hal ini disebabkan oleh perubahan iklim, dan gangguan serangan hama dan penyakit (Yantu, dkk, 2010).

METODE

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode identifikasi yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan melalui kegiatan pengamatan terhadap daun, ranting dan cabang dari tanaman kakao dilapangan dan pengamatan laboratorium.yang memusatkan pada masalah-masalah aktual terhadap perkembangan penyakit VSD.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan ditiga desa yakni Desa Ampera, Berdikari dan Rejeki Kecamatan Palolo. Penetapan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

(purpossive methode), dengan pertimbangan bahwa ketiga Desa tersebut merupakan sentra pengembangan produksi tanaman kakao di Kecamatan Palolo.

(3)

penyakit, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Selama April 2015. Proses penelitian yang penulis laksanakan diharapkan dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah tanaman kakao yang berada di Desa Ampera, Berdikari dan Sejahtera. Jumlah sampel pohon setiap kebun kakao pada desa sebanyak10% - 15% atau100 - 135 pohon dari jumlah populasi pohon kakao/ha (Arikunto,2009). Pohon sampel yang akan diteliti adalah jenis varietas lokal sebanyak antara 119-120 pohon sampel. Sesuai dengan tujuan penelitian maka penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode transek diagonal dengan asumsi bahwa kondisi populasi dalam keadaan homogen.

Menurut (Arikunto,2009) Intensitas serangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya

Guna menyatukan persepsi dalam penelitian ini, maka terminologi dari beberapa istilah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Penyakit tanaman adalah proses perubahan fungsi sel dan jaringan inang sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi pathogen atau factor lingkungan dan berkembangnya gejala. 2. Vascular Streak Dieback (VSD)

disebabkan Oncobasidium theobromae,

merupakan penyakit yang menyerang pembuluh kayu, yang ditemukan pertama kali di Papua Nugini 1930-an.

3. Produksi adalah hasil yang diperoleh sebagai hasil produksi kakao yang ada di lokasi penelitian.

4. Luas lahan adalah besarnya luasan kebun kakao yang dimiliki oleh petani yang dinyatakan dalam Hektar (Ha).

5. Umur Tanaman Kakao adalah lamanya tanaman kakao yang dibudidayakan oleh petani yang dinyatakan dalam tahun.(Chen dan Huang 2004).

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan pada penelitian kali ini terdiri dari beberapa macam antara lain; Data yang digunakan adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan, dimana kakao yang dipilih adalah kakao dalam masa berbuah di tiga desa tersebut. Untuk menyempurnakan data yang akan digunakan, maka dilakukan pengumpulan data pendukung, dimana sebelumnya penulis telah menentukan lokasi penelitian secara sengaja (Purpossive),

dengan dasar pertimbangan bahwa desa-desa tersebut merupakan sentra penghasil produksi kakao di Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi.

Teknik Pengambilan dan Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa tahapan, teknik atau cara, untuk mengumpulkan data antara lain:. 1. Mengidentifikasi Pohon kakao yang

terserang VSD, dimana untuk melakukan pengamatan peneliti melakukan pengirisan atau membelah dengan menggunakan parang dan pisau, guna melihat apakah terdapat tanda-tanda yang menjelaskan adanya gejala penyakit VSD.

(4)

3. Peneliti melakukan uji Laboratorium untuk memastikan bahwa penyakit yang menyerang pada kakao adalah VSD.

Pengumpulan data pendukung dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Data primer diperoleh dengan menggunakan metode pengamatan terhadap cabang dan ranting yang ompong lalu mengukur panjang cabang yang akan dipotong, guna mengetahui apakah pohon terserang VSD atau tidak?, pengamatan ini sekaligus untuk melihat ragam serangan pada masing-masing pohon, dengan ukuran pemotongan bervariasi antara 15 cm, 20 cm dan 25 cm pada cabang atau ranting kakao yang diduga terserang VSD kemudian diamati, guna mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 2. Data primer juga diperoleh dengan cara

melakukan pengamatan dilaboratorium terhadap ranting atau cabang yang diduga terinveksi VSD, guna memastikan bahwa dugaan serangan VSD tersebut dapat dipastikan terjadi ditiga desa pada kec.Palolo.

3. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber yakni beberapa literatur, BPS Propinsi, instansi teknis yang berkaitan dengan penelitian dan laporan hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

Alat dan Bahan

Instrumen penelitian yang digunakan yaitu beberapa alat bantu atau kelengkapan saat melakukan penelitian antara lain buku, polpen, gunting tanaman, parang, pisau, gergaji, talirafia, meteran, thermometer, beaker glas, batang pengaduk, neraca elektrik, kapas, alumenium foil, labu erlenmeyer, autoklaf, cawan petri, tabung reaksi, pisau potong dan kompor. Bahan antara lain; dekstrose2Og, aqudes 1000ml, agar 15 grm dan kentang 200grm.

Identifikasi Laboratorium.

Pengumpulan dan pembuatan media PDA

Sebelum pengamatan dilakukan, peneliti terlebih dahulu menyediakan sejumlah bahan yang biasa disebut komposisi media PDA yang akan digunakan untuk membiakan jamur yang diduga sebagai VSD. Bahan PDA tersebut antara lain; Dekstrose 20 grm, Aqudes 1000ml, Agar 15 grm dan Kentang 200grm. Cara kerjanya yaitu pertama-tama, kentang dipotong dalam ukuran kecil bentuk dadu dengan berat 200 grm, kemudian menyiapkan agar dengan cara ditimbang seberat 15 grm, seteleh itu agar direbus selama kurang lebih 20 mnt sampai sarinya keluar dan diambil ekstraknya, ekstrak tersebut dimasukan kedalam beaker gelas 1000 ml, bila tidak cukup tambahkan aquades sampai mencapai 1000 ml panaskan kembali kemudian masukan dextrose/gula pasir dan agar sedikit demi sedikit sambil terus diaduk (jangan sampai menggumpal) hingga mendidih, lalu masukan media yang telah jadi kedalam erlenmeyer dan tutupdengan kertas alumenium foil kemudian bungkus dengan plastik tahan panas sterilkan dengan menggunakan autoklaf dengan suhu 121 derajat cercius.

Isolasi VSD

(5)

potongan tersebut diambil dengan menggunakan pinset lalu dicuci dengan aquades dan dikering anginkan lalu diletakan diatas tisu streril. Selanjutnya bagian tersebut ditanam pada media PDA dan dibiarkan sampai miselium jamur tumbuh pada media biakan tersebut, lalu di isolasi kembali sampai didapatkan biakan murni. Setelah diperoleh biakan murninya, peneliti

melakukan pengamatan makroskopis dengan cara melihat secara visual bentuk dan warna misselium biakan murni, selanjutnya dilakukan pengamatan mikroskopis dengan menggunakan mikroskop perbesaran 400x, pengamatan dilakukan untuk melihat bentuk hifa, bersekat kurang teratur, bentuk spora terlihat bulat seperti telur.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil pengamatan lapangan, rata-rata tingkat serangan VSD dari tiga desa (Ampera,Berdikari dan Rejeki) Kecamatan Palolo.

Nama Desa Pengamatan

I

Pengamatan II

Pengamatan

III Jumlah Rata-rata

Ampera 8,4 14,2 15,1 37,7 12,5 Berdikari 13,3 18,3 19,1 50,7 16,9 Rejeki 9,1 11,6 15,8 36,5 12,1

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.

Berdasarkan hasil pengamatan I, II dan III lapangan yang dilakukan dari periode Januari – Maret dan dilanjutkan dengan pengamatan sampel dilaboratorium Fakultas Pertanian Universitas Tadulako periode April 2015, dapat terlihat sebagaimana tersaji pada Tabel 1,2 dan 3 pada lampiran dan gambar hasil pengamatan laboratorium. Intensitas serangan VSD di Kecamatan Palolo bahwa dari tiga desa(Ampera, Rejeki dan Berdikari) yang menjadi tempat penelitian, terlihat tanda – tanda fisik yang diduga adanya penyakit yang disebabkan oleh cendawan

Oncobasidium theobromae (Basidiomycetes), pada kakao yang ada dikebun-kebun rakyat didesa tersebut.

Berdasarkan data tabel 1 intensitas serangan VSD di Desa Ampera dari pengamatan I, II dan III penghitungan tingkat serangan yang dilakukan peneliti, ditemukan fakta bahwa serangan VSD rata-rata sebesar 12,5 serangan, hal tersebut terlihat sebagaimana tersaji pada Tabel 1,2 dan 3 pada Lampiran. Desa Ampera, Kecamatan Palolo dari jumlah populasi kakao sebanyak

119 pohon pada luas satu(1)Ha lahan perkebunan milik petani.

(6)

Hal ini menunjukan bahwa diketiga desa tersebut telah terdapat serangan VSD sebagai mana terlihat dilapangan, dimana ciri khas serangan yaitu daun tanaman yang terinfeksi VSD mengalami perubahan warna menjadi menguning dengan bercak-bercak hijau pada permukaan daun, dan daun tersebut akhirnya akan gugur yang mengakibatkan ranting menjadi ompong. Pada bekas dudukan daun yang terserang VSD akan nampak terlihat tiga titik berwarna coklat yang menandakan bahwa tanaman tersebut telah terserang VSD, selain itu pada ranting terserang, jika diamati secara detil dan diraba dengan menggunakan jari, maka akan terasa bahwa permukaan ranting tidak rata karna telah telah terjadi pembekakan pada permukaannya, sehingga dalam kurun

waktu tertentu ranting tersebut akan mengering dan akan tampak ompong, hal ini terjadi karena penyakit VSD telah berkembang pada xilem dan menghambat proses transfomasi makanan kepada jaringan tanaman lainnya. Peristiwa tersebut akan menyebabkan perubahan tanaman secara signifikan, dari tanaman sehat menjadi kering karena asupan makanan yang masuk kedalam xilem menjadi terhambat. Dengan adanya tanda khusus yang ditinggalkan oleh VSD pada cabang dan ranting daripada tanaman kakao yang ada ditiga Desa tersebut dapat diduga bahwa memang di Kecamatan Palolo, telah terdapat serangan VSD diakibatkan oleh cendawan Oncobasidium theobromae

(Basidiomycetes) tersebut.

Tabel 2. Produksi kakao tiga desa dan jumlah rata-rata serangan

No Nama Desa Luas

Desa (Ha)

Tanaman Kakao Rata2

Serangan Ket

TBM TM TTM

1 Ampera 1587 125 200 2 12,5 Rendah 2 Berdikari 1470 13 897 7 16,9 Tinggi 3 Rejeki 2400 50 650 5 12,1 Rendah

Sumber data: BP3K Kec.Palolo,Desa Bahagia dan hasil olahan data Peneliti. Keterangan:

TBM = Tanaman Belum Menghasilkan

TM = Tanaman Menghasilkan TTM =Tanaman Tidak Menghasilkan

Gambar 1. Bagan alir Tanaman Menghasilkan dan nilai rata-rata serangan VSD.

Hal tersebut dapat dijumpai pada pohon kakao yang menjadi sampel. Kondisi tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh (Keane.1972), bahwa penyakit VSD atau yang juga biasa disebut oleh petani kakao penyakit pembuluh kayu menginfeksi

pembuluh kayu pada batang kakao sehingga mengganggu proses pengangkutan air dan hara ke seluruh jaringan tanaman. Tingkat serangan yang berat dapat menimbulkan kematian tanaman kakao. Cendawan ini memproduksi basidiospora pada basidium

0 200 400 600 800 1000

Ampera Rejeki Berdikari

200

650 897

(7)

yang berkembang pada cabang kakao yang terserang dan terjadi setelah tengah malam pada kondisi sangat lembab.

Sudarmadji dan Pawirosoemarjo (1990) mengemukakan bahwa jaringan antar tulang daun mengering, berubah warna menjadi coklat mirip gejala kekurangan hara kalsium. Pada bagian tangkai daun apabila disayat terlihat adanya tiga noktah berwarna coklat agak hitam. Pada bagian ranting yang terserang apabila dibelah memanjang tampak berkas jaringan pembuluh yang berwarna coklat dan bermuara pada tangkai daun. Pucuk yang terserang mati, atau pada bagian ranting yang terserang tumbuh tunas-tunas yang tidak normal,serangan yang berat menimbulkan kerusakan pada tajuk tanaman.

Di Desa Berdikari ini serangan VSD terlihat paling tinggi atau lebih besar daripada serangan di desa Ampera dan desa Rejeki, hal tersebut dapat dilihat dari data hasil pengelolahan intensitas serangan yang terjadi pada dua desa lainnya, meskipun pada kenyataannya penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu yang sama.

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan yang terjadi, dikebun sampel yang diamati tersebut begitu nampak ada serangan, pada kakao yang dijadikan sampel penelitian juga terdapat tanda-tanda bahwa terdapat serangan VSD, seperti adanya daun yang nampak menguning memiliki bercak kehijauan, selain itu pada ranting tersebut terlihat mengering pada ujungnya hal tersebut sesuai ungkapan Sukamto (2008), penyakit VSD telah menjadi masalah serius di wilayah Sulawesi pada umumnya. Gejala serangan VSD sangat spesifik (Keane, 1972) yaitu awalnya satu atau dua daun pada flush kedua atau ketiga di belakang titik tumbuh mengalami klorosis. Daun berwarna kekuningan dan kemudian rontok, apabila pada daun yang mengalami klorosis dipotong maka akan terlihat tiga titik coklat pada pangkal daun. Pada cabang yang terdapat gejala penyakit apabila dibelah secara melintang ditemukan garis kecoklatan akibat

kematian jaringan pembuluh sebagai dampak dari serangan cendawan VSD tersebut.

Selanjutnya akan tumbuh tunas lateral pada ketiak bekas daun yang telah gugur, tetapi kemudian juga mati, lama kelamaan daun tanaman akan habis dari ujung, sehingga tanaman tampak seperti sapu, dan akan menimbulkan kematian. Penyebaran penyakit utamanya terjadi pada saat musim hujan karena kelembaban udara sangat tinggi dan tanaman sedang mengalami flush (Nice, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian (HALIMAH dan SUKAMTO, 2007; SUSILO et al., 2009) terhadap penyakit VSD, klon DRC 15 adalah termasuk kelompok yang tahan, sehingga hasil penelitian berdasarkan uji ketahanan terhadap

P. palmivora klon tersebut termasuk kelompok yang rentan.Serangan VSD pada ketiga desa tersebut tentunya memberikan pengaruh yang signifikan kepada produksi kakao di Kecamatan Palolo jika produktifitas penyakit pembuluh kayu atau biasa disebut (VSD) ini lebih besar terjadi,proses terjadi serangan VSD secara besar-besaran dapat terjadi jika kelembaban udara maupun ketinggian curah hujan serta kebersihan lahan maupun kekurangan pencahayaan dalam lokasi perkebunan tidak terjaga secara baik dan tepat. Penyakit vascular streak dieback

(8)

Spora diterbangkan oleh angin perlahan pada tengah malam hari dengan jarak 10 meter dari sumber inokulum. Akan tetapi, angin kencang dapat menerbangkan spora hingga 182 meter. Sporulasi hanya akan terjadi bila kelembaban tinggi dan suhu yang rendah. Setelah 3-5 bulan gejala akan muncul yaitu adanya warna kuning pada daun dengan bercak hijau. Daun ini mudah rontok sehingga menyebabkan mati ranting (Halimah dan Sukamto, 2006)

Menurut (Keane.1972), latar belakang penyakit VSD atau pembuluh kayu menginfeksi pembuluh kayu pada batang kakao sehingga terjadi gangguan pada proses pengangkutan air dan hara ke seluruh jaringan tanaman. Tingkat serangan yang berat dapat menimbulkan kematian tanaman kakao. Penyakit VSD merupakan salah satu penyakit penting penyebab kerusakan di sentraproduksi kakao Indonesia seperti Sulawesi, Kalimantan, Papua, Maluku dan JawaTimur. Penanaman bahan tanam yang resisten atau toleran merupakan strategi jangkapanjang yang efisien untuk pengendalian penyakit VSD pada daerah endemik.

Dalam hal ini telah dilakukan beberapa anjuran teknologi pengendalian VSD atau juga disebut PPK (penyakit pembuluh kayu) sampai saat ini belum memberikan hasil yang memuaskan, misalnya anjuran untuk pemangkasan secara periodik terhadap ranting terserang yang merupakan upaya untuk menekan perkembangan basidiospora dari jamur penyebab penyakit ini (Keane,2000), penggunaan bahan tanam tahan juga masih terbatas (Suhendi & Susilo, 2001). Pengendalian secara kimiawi dengan fungisida sistemik golongan bitertanol (Chung cit. Varghese., 1992), riadimenol, metalaxyl dan propiconazole (Achmad & Yusof, 2005), serta triazole (Varghese,1992) ternyata hanya mampu mengurangi intensitas penyakit pada fase bibit.

Hingga saat ini, belum ditemukan sistem pengendalian yang tepat bagi VSD

atau PPK. Diseases severity (DS) atau intensitas penyakit adalah proporsi area tanaman yang rusak atau dikenai gejala penyakit karena serangan patogen dalam satu tanaman. Intensitas penyakit merupakan ukuran berat-ringannya tingkat kerusakan tanaman oleh suatu penyakit, baik pada populasi atau individu tanaman (Adnan, 2009). Infeksi penyakit ini terjadi ketika basidiospora dilepaskan dari basidia, yang terjadi pada malam hari dan dibaah oleh angin turun pada daun muda, masuk pada jaringan daun, spora masuk menembus kutikula diatas vena masuk kedalam xilem dari daun keranting tanaman kakao.

Pada kakao gejala pertama terjadi pada bibit (3-4 bulan) terjadi selama (2-4 bulan) selama itu tanaman muda atau ranting muda menumbuhkan daun 2 atau 3 daun flus, dengan gajala khas yakni bintik-bintik hijau pada daun yang menguning, gejala tersebut berlanjut sama pada batang atau ranting muda.Pada flus tersebut pada daun dibelakang pucuk dibagian kedua dan ketiga akan gugur. Prosese tersebut akan terjadi pada setiap serangan yang diakibatkan oleh VSD, jika hal ini terjadi secara cepat dan permanen ranting dan cabang akan nampak gejala khas penyakit yakni cabang dan ranting akan ompong, bahkan hal ini bisa terjadi sampai kepada semua jaringan tanaman kakao, yang akhirnya menimbulkan kematian pada kakao.

Hasil ini memberikan gambaran bahwa ketahanan kakao tidak ditentukan oleh jenis atau tipe kakao tetapi adagen lain yang mengatur. Ketahanan kakao diduga cenderungmengikuti tipe mekanisme ketahanan strukturalmaupun biokimia. (Rubiyo, et,al.,2010)

(9)

akan menahan air di antara kulit kakao, sehingga inokulum akan berkecambah dan menetrasi pada buah kakao. Hal ini menunjukan bahwa ciri morfologi buah tidak berkorelasi dengan ketahanan buah pasca penetrasi, ini menunjukan kemungkinan peran biokimia (Iwaro 1997 dalam Rubiyo, et,al., 2010).

Hal lain yang juga dapat terjadi pada ranting dan cabang yang ditumbuhi daun yang terseng adalah terjadinya pembengkakan pada lentisel mengakibatkan kulit tampak kasar, tiga noktan warna coklat kehitaman akan tampak pada bekas daun, yang jika ranting atau cabang diiris akan nempak garis coklat, hal ini terjadi paling kurang 16 cm dibawah dan 6 cm diatas daun.

Mati pucuk pada tanaman muda hanya terjadi dalam kurun waktu beberapa minggu saja, pada tanaman dewasa serangan yang terjadi pada ranting, dengan panjang ranting atau cabang kurang lebih 1 M (Zainal, et, al.,1981)Pada pengamatan lapangan di tiga desa yang ada dikecamatan palolo kabupaten sigi, dari ranting yang diiris nampak garis coklat yang merupakan tanda adanya infeksi VSD, dengan kisaran panjang ranting 60 – 80 cm.

Pengamatan Mikroskopis Jamur

thebromae

Berdasarkan hasil Uji Laboratorium penyakit, yang nampak pada media PDA

A B C

Gambar 2 . Biakan jamur O. Thebromae a. Isolasi jamur dari ranting dan cabang; b & c. biakan murni jamur.

Dari Gambar tersebut diatas terlihat bahwa jamur memiliki miselium yang berwarna putih creamdan mempunyai bentuk yang tebal seperti kapas. Prior (1992) menyatakan pada cuaca yang lembab jamur

berkembang ke luar dan membentuk tubuh buah pada bekas tangkai daun yang terinfeksi. Tubuh buah berbentuk bantalan jamur berwarna putih krem.

(10)

Keterangan :

1. Gambar A. Adalah hasil pengamatan secara mikroskopik dilab Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.jamur O. Theobromae, Basidium (perbesaran 400x)

2. Gambar B. Adalah gambar pembanding yang juga diamati secara mikroskopik diperoleh dari Jurnal Online Agroekoteknologi ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.1: 288-293 Desember 2013 jamur O. Theobromae, Basidium (perbesaran 1000x).

C. (1) (2) (3)

(4) (5) (6)

Keterangan :

1. Gambar C.1,2,3,4,5 dan 6 hasil pengamatan secara mikroskopik dilab Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Dengan berbagai hasil tampilan yang berbeda darijamur O. Theobromae, Basidium (perbesaran 400x)

Gambar diatas terlihat bahwa basidium terbentuk dari ujung hifa, dan dari basidium ini akan terbentuk basidiospora.O. theobromae mempunyai septa hifa kurang teratur dan terdapat dolipori pada septa. Hal ini seusai dengan pernyataan Talbot dan Keane (1971) yang membuat uraian berdasarkan jamur yang terdapat di Papua Nugini, jamur mempunyai hifa yang halus, berdinding tipis, hialin atau kekuningan, tidak berbulir dan tidak membentuk hubungan ketam. Pada tanaman yang sudah tua, gejala pada daun sering ditemukan pada bagian tengah cabang, sedangkan pada tanaman muda gejala dapat terjadi pada daun mana saja. Selain gejala tersebut di atas, terjadi pula perubahan warna jaringan vaskuler pada scars daun segar yang jatuh, pembenkakan lentisel pada kulit dalam daerah daun yang jatuh, serta sprouting tunas aksilar. Nekrosis antara tulang daun terminar tampak menyerupai gejala kekurangan

kalsium. Selain itu garis-garis coklat terlihat pada cabang yang terinfeksi, bila cabang ini dibelah secara longitudinal.

(11)

luruh dikikuti dengan mengeringnya ranting dan cabang tanaman (Surapati, 2011)

Tanaman Kakao yang menderita akibat serangan penyakit ini, akan memperlihatkan gejala tumbuhnya tunas-tunas baru pada ketiak bekas dudukan daun yang telah gugur, namun tunas tersebut tidak akan tumbuh dengan normal karena terpapar VSD yang akhirnya akan mengering. Tidak salah lagi jika dalam waktu singkat penyakit ini dapat mematikan bibit kakao. Gejala lebih lanjut berupa matinya jaringan parenkim diantara tulang-benulang daun muda yang terdapat pada ujung ranting atau cabang akibat serangan VSD. Gejala ini lebih mirip defisiensi unsur kalsium(kekurangan Ca) (Surapati 2011) sulit untuk disembuhkan, kecuali dengan cara pemusnahan kakao.

2. Serangan VSD yang paling berat dapat menyebabkan matinya seluruh jaringan tanman kakao.

3. Serangan VSD dapat terjadi sejak kakao masih dalam proses pembibitan,masa remaja hingga masa produksi.

Rekomendasi

Untuk maksimalnya penangan serangan penyakit VSD di Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Pemerintah Kabupaten Sigi, sesegera mungkin memerintahkan dinas terkait dan penyuluh untuk melakukan penangan secara serius terhadap serangan penyakit VSD pada perkebunan rakyat yang ada dikec.palolo.

2. Petani sedini mungkin melakukan pemangkasan secara teratur dan periodik, terhadap pohon pelindung dan kakao guna

menghindari terjadinya kelembaban yang cukup bagi perkembangan VSD.

3. Jika telah terjadi serangan penyakit, petani disarankan untuk segera memusnahkan tanaman yang terserang VSD, dengan cara membakar.

4. Menanam klon yang tahan terhadap VSD, sehingga terhindar dari penyakit VSD.

DAFTAR RUJUKAN

Abdul Wahab dan Ahmad Sulle.,BPTP, Sulawesi Tenggara 2008. Penyakit Vasculler Streak Dieback (VSD) dan Pengendaliannya pada Tanaman Kakao.Buletin Tekno dan Informasi Pertanian.2008.

Agung Wahyu Susilo dan Indah Anita Sari, Jurnal Pelita Perkebunan Volume 30, Number 3, December 2014. Edisi Pelita Perkebunan 30(3) 2014, 181-189.

Hubungan antara karakteristik pertunasan dengan ketahanan kakao (Theobromae cacao L )terhadap Penyakit Pembuluh Kayu, Relationship Between Shoot Characteristics and cocoa Resistence to Vasculler Streack Dieback.

Anshary, A 2005. Implementasi Pengelolaan Hama Terpadu. Makalah Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru besar Universitas

Tadulako, ( Tidak dipublikasi ) .,2010.http://bdpunib.org/jipi/artikeljipi

/2004/104.PDF.diakses 10 juni 2015 Badan Pusat Statistik, 2012. Provinsi

Sulawesi Tengah dalam Angka. BPS Provinsi Sulawesi Tengah, Palu.

Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Propinsi Sulawesi Tengah. Laporan Perkembangan OPT Tanaman Perkebunan, Triwulan IV. Laboratorium Lapangan Perkebunan, Desember, 2008.

(12)

Gumbira, S. 2010. Review Kajian, Penelitian dan Pegembangan Agroindustri Strategis Nasional: Kelapa sawit,

Kakao dan Gambir.

journal.ipb.ac.id/index.php/jurnaltin/ar ticle/view/1109/186.Diakses 10 September 2015.

Halimah, D. dan S. Sukamto. 2006. Sejarah dan perkembangan penyakit Vascular streak Dieback (VSD) di Indonesia. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 22: 107-109. Di akses pada 23 september 2014. www. Jurnal Ilmiah Penyakit VSD pada Kakao. Halimah, D. dan S. Sukamto. 2007. Intensitas

penyakit Vascular Streak Dieback pada sejumlah klon kakao koleksi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Pelita Perkebunan 23 : 118- Kalshoven, L.G. 1981 . Pest Of Crops in Indonesia Revised by Vande Laan. PT. Ichtiar Baru Jakarta.University

Kalshoven, L.G. 1981 . Pest Of Crops in Indonesia Revised by Vande Laan. PT. Ichtiar Baru Jakarta.

Kasumbogo, Untung., 1993. Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Andi Offset, Yogyakarta.

_________________., 1996. Pengenalan Hama Terpadu. Gajamada University Press. Yogyakarta.

_________________., 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Edisi Kedua. Gajah Mada

Keane, P.J., N.T Flentje and K.P.Lamb. 1972. Investigation of Vascula Streak Dieback of Cocoa in Papua New Guinea. Australian Journal of Biological Science 25 : 553-564. Jurnal Online Agroekoteknologi ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.1: 288-293 December 2013.

Mardikanto, Totok, 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Celebes Maret University Press. Jakarta.

Mejia, L.C., Rojas, E.I., Maynard, Z., Arnold, A.E., Kyllo, D., Robbins, N., and Herre, E.A., 2004. Inoculation of beneficial endophytic fungi into Theobromae cacao tissues. Online Publication. 8 pp.

Mubyarto, 1994. Ekonomi Pertanian,

Lembaga Penelitian Penyelenggara Ekonomi Sosial, Jakarta.

Natawigene H.,1986. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Fakultas pertanian unpad, bandung.

Nugraha pratama Dhana, Lahmuddinn Lubis, Lisnawati Jurnal Litri 16(4),P.H.B Talbot dan Keane, Penyebab Penyakit Vasculler Streat Dieback pada Tanaman Kako di Laboratorium, Jurnal Online Agroekoteknologi ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.1: 288-293 Desember 2013.

Oka I.N., 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

P.H.B Talbot dan Keane, Investigation of Vascula Streak Dieback of Cocoa in Papua New Guinea. Australian Journal of Biological Science 26 : 553-564. Jurnal Online Agroekoteknologi ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.1: 288-293 December 2013.

Pracaya, 1995. Hama dan penyakit tanaman. Penebar swadaya. Jakarta.

Prawirohardjo, P.1984. Pengenalan hama dan penyakit tanaman. Bogor indopress. Jakarta.

Ribiyo, Agus Purwantara dan Sudarsono, Jurnal Littri 16(4) Desember 2010.

Ketahanan 35 Klon Kakao Terhaddap Inveksi Phytopthora Palmivora Butl, Berdasarkan Uji Detached Pod.

(13)

Schoemaker, R.E.M 1971. Communication of Innovation, dalam buku, Memasyarakatkan Ide- ide Baru. Usaha Nasional Jakarta.

Soeharjo dan Dahlan Patong, 1986. Sendi-Sendi Pokok Usahatani, LEPHAS, Ujung Pandang.

Sudarto, 2007. Pengenalan dan Pengendalian Hama Tanaman Pangan.

CV. Andi Offset. Yogyakarta.

Sudjono. S., dan Sudarmadi, 1989. Teknik Pengamatan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1. Hasil pengamatan lapangan, rata-rata tingkat serangan VSD dari tiga desa (Ampera,Berdikari dan Rejeki) Kecamatan Palolo
Gambar 1. Bagan alir Tanaman Menghasilkan dan nilai rata-rata serangan VSD.
Gambar. A
Gambar diatas terlihat bahwa basidium

Referensi

Dokumen terkait

Persekutuan bagi Remaja-Pemuda (13-25th) Mengundang segenap Remaja-Pemuda (13-25th) untuk bergabung dalam Persekutuan SNG yang diadakan secara online (SNG Online

 Paul B. Horton, sosiologi jilid1, penerbit eirlangga, jakarta, 1987, hlm.25..  banyak dan paling relevan dengan sosial kemasyarakatan adalah nilai spiritual yang

Cita-cita reformasi untuk membangun Indonesia Baru, harus dilakukan dengan cara membangun sebuah masyarakat sipil yang demokratis, dengan penegakkan hukum untuk

Salah satu senyawa kimia yang sangat penting adalah SnO2 dimana dipakai untuk resistor dan dielektrik, dan digunakan untuk membuat berbagai macam garam timah. Senyawa SnF2

Berdasarkan pada jumlah bangunan kuno yang ada di Kota Pasuruan kemudian dilakukan survey penilaian secara objektif yang dapat dilakukan oleh peneliti menggunakan

a. Seni Rupa Tradisional, adalah seni rupa yang dibuat dengan pola, aturan, atau pakem tertentu sebagai pedoman dalam berkarya seni dan dibuat berulang-ulang

Saat nilai yang dikembalikan adalah FALSE maka baris program selanjutnya akan memanggil method copyDatabase yang akan berusaha menyalin file database yang ada di dalam folder

Namun demikian, profesi sebagai agen asuransi yang menawarkan produk jasa yang memiliki ciri tidak teraba/ maya (intangibility) merupakan sebuah pekerjaan yang unik