PENDEKATAN VISUAL ABSORPTION CAPABILITY UNTUK PELESTARIAN
KAWASAN BANGUNAN KUNO DI KOTA PASURUAN
Oktavia Altika Dewi, Antariksa, Kartika Eka Sari
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 – Telp (0341) 567886
Email : oktavia.altika@gmail.com ABSTRAK
Tujuan dari studi ini adalah menganalisis dan menentukan rekomendasi berupa zonasi kawasan yang sesuai untuk pelestarian kawasan dan pengelompokan jenis pelestarian bangunan kuno di Kota Pasuruan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif berupa analisis Visual Absorption Capability (VAC). Analisis VAC dilakukan dengan cara menilai bangunan kuno sesuai dengan karakter fisik yang ditentukan. Penilaian tersebut berupa skoring yang dibagi menjadi empat penilaian dengan dasar pemilihannya disesuaikan dengan karakter bangunan kuno di Kota Pasuruan dan menghasilkan golongan zona. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zona kawasan bangunan kuno yang dapat diterapkan di Kota Pasuruan adalah zona inti dengan jumlah 4 kawasan, zona penyangga dengan jumlah 2 kawasan, zona pengembanganan dengan jumlah 2 kawasan dan zona penunjang dengan jumlah 4 kawasan. Untuk jenis pelestarian yang dapat diterapkan adalah preservasi (5 bangunan), restorasi (12 bangunan), rehabilitasi (2 bangunan)/ rekonstruksi (3 bangunan), revitalisasi (12 bangunan) /adaptasi (2 bangunan) dan demolisi (2 bangunan).
Kata Kunci : Zonasi, pelestarian bangunan, kawasan, Pasuruan. ABSTRACT
The purpose of this study is analyzing and determining the zoning recommendations in which it is appropriate for preserving area and grouping the preservation of old buildings types in Pasuruan. The method used is qualitative method form Visual Absorption Capability (VAC) analysis. VAC analysis resolved by assessing the old buildings in accordance with the prescribed physical character. The assessment in the form of scoring is divided into four basic election assessment adapted to the character of old buildings in Pasuruan City and resulting in a zone group. The results show the factors that affect the preservation concept of old building are incredibility, the role of history, rarity, strengthen regional, cultural and physical factors. While the regional zone of old buildings which can be applied in Pasuruan City are; the core zone with 4 areas, the buffer zones with 2 area, developing zones with 2 areas and supporting zone with 4 areas. For those types of conservation that can be applied are preservation (5 buildings), restoration (12 buildings), rehabilitation (2 buildings)/ reconstruction (3 buildings), revitalization (12 buildings)/ adaptation (2 buildings) and demolition (2 buildings). Keywords : Zonation, preservation buildings, region, Pasuruan
PENDAHULUAN
Berdasarkan pada Undang – Undang No. 11 Tahun 2010 Pasal 1 angka 1 tentang Cagar
Budaya, dijelaskan bahwa cagar budaya
merupakan warisan budaya yang perlu
dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan maupun
kebudayaan melalui proses penetapan.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa perlu dan pentingnya melakukan pelestarian kawasan bangunan kuno. Terdapatnya bangunan kuno yang membentuk suatu kawasan bersejarah memberikan keunikan tersendiri yang berbeda dibandingkan kota – kota lainnya. Peranan penting dilestarikannya bangunan tersebut dapat memberikan banyak dampak positif pada suatu kota. Beberapa faktor tersebut yang menjadi
penguat pentingnya pelestarian kawasan
bersejarah yang ada di Indonesia, karena bangunan – bangunan kuno tersebut menjadi bukti adanya peristiwa penting dan menjadi penguat identitas suatu kota.
Kota Pasuruan merupakan salah satu kota yang memiliki warisan bangunan – bangunan kuno. Terdapatnya bangunan kuno yang masih berdiri namun terdapat juga bangunan yang sudah dihancurkan. Beberapa permasalahan yang menghambat pelestarian kawasan bangunan kuno di Kota Pasuruan, diantaranya:
1. Peraturan Daerah tentang Bangunan Cagar
Budaya tidak menyebutkan jumlah
bangunan yang dilestarikan, nama atau identitas bangunannya. Selain itu juga tidak disebutkan jenis – jenis pelestarian yang dapat diterapkan di Kota Pasuruan.
2. Banyaknya bangunan kuno yang dihancurkan dan didirikannya bangunan dengan gaya arsitektur modern di kawasan bangunan kuno.
3. Beberapa bangunan – bangunan kuno
yang terdapat di Kota Pasuruan
mengalami perubahan fungsi yang tidak sesuai dengan fungsi awal.
4. Belum terdapat zonasi cagar budaya di Kota Paduruan sehingga mempersulit kegiatan pelestarian bangunan kuno.
Berdasarkan pada permasalahan –
permasalahan yang menghambat pelestarian kawasan bangunan kuno di Kota Pasuruan maka diperlukan penelitian tentang pelestarian kawasan dan bangunan kuno di Kota Pasuruan melalui “Pendekatan Visual Absorption Capability Untuk Pelestarian Kawasan Bangunan Kuno di Kota Pasuruan” dengan tujuan untuk memberikan
rekomendasi berupa zonasi kawasan dan
pengelompokan jenis pelestarian bangunan kuno di Kota Pasuruan.
METODE PENELITIAN
Secara umum dapat dijelaskan bahwa penelitian Visual Absorption Capability Untuk Pelestarian Kawasan Bangunan Kuno Kota
Pasuruan menggunakan analisis
evaluatif-development untuk menjawab rumusan masalah. Analisis VAC (Visual Absorption Capability) adalah suatu daya dukung fisik suatu lahan/
lansekap untuk menampung berbagai
pengembangan maupun pengelolaan kegiatan yang harus tetap memperhatikan terpeliharanya kualitas dan karakter visual. Penentuan zonasi kawasan dapat dilakukan dengan melakukan pengelompokan kelas lahan ditentukan sesuai dengan distribusi nilai VAC.
Metode pengambilan sampel
menggunakan populasi jumlah kawasan
bangunan kuno yang disebutkan dalam RTRW Kota Pasuruan Tahun 2011 yaitu sebanyak 9 koridor jalan yang terdiri atas 38 bangunan kuno, sehingga dapat dilihat pada (Tabel 1).
Penentuan pemilihan responden penelitian adalah pemilik atau pengelola bangunan kuno. Hal tersebut didasari pada isu permasalahan yang menjelaskan bahwa Peraturan Daerah Kota Pasuruan Nomor 24 Tahun 2012 terlalu umum seperti Undang – Undang Cagar Budaya Nomor 11 Tahun 2010.
Selain itu responden dianggap lebih mengetahui kondisi bangunan kuno dibandingkan masyarakat non pemilik bangunan kuno.
Tabel 1. Bangunan Kuno di Kota Pasuruan
No. Bangunan Kuno
1. Tempat Parkir SMAN 1 Pasuruan
2. Wisma Tamu P3GI 1
3. Gedung Kompi BantuanYon Zipur 10
4. Meubel Quick
5. Gereja Katolik St. Antonius Padova
6. Rumah Darussalam
7. GPIB PNIEL
8. Rumah Singa
9. Gedung Pancasila
10. Markas Yon Zipur 10 Divisi II Kostrad
11. Stasiun Kota Pasuruan
12. Wisma Tamu P3GI 2
13. Rumah Dinas No. 33
14. Rumah Dinas No. 35
15. SMP Negeri 2 Pasuruan
16. SD Negeri Pekuncen 1
17. Yayasan Kejuruan Untung Surapati
18. Rumah Wakil Walikota
19. Kantor P3GI
20. Museum P3GI
21. Klenteng Tjoe Tik Kiong
22. Rumah Dinas No. 55 C
23. Rumah Dinas No. 53
24. Rumah Dinas No. 45
25. Rumah Dinas No. 51
26. Rumah Dinas No. 39
27. Rumah Dinas No. 43
28. Rumah Dinas No. 55 B
29. Rumah Dinas No. 49
30. Rumah Dinas No. 37
31. Rumah Dinas No. 47
32. Rumah Dinas No. 55 A
33. Rumah Dinas No. 41
34. Rumah Dinas No. 57
35. Rumah Dinas No. 59
36. Rumah Dinas No. 55
37. Rumah No. 5
38. Rumah No. 7
Tabel tersebut menunjukkan jumlah dan nama bangunan – bangunan kuno yang menjadi lokasi penelitian. Berdasarkan pada jumlah bangunan kuno yang ada di Kota Pasuruan kemudian dilakukan survey penilaian secara objektif yang dapat dilakukan oleh peneliti menggunakan beberapa variabel – variabel penilaian (Tabel 2) dengan hasil digunakan
sebagai pengelompokan jenis pelestarian
bangunan kuno:
Tabel 2. Variabel Penilaian Bangunan
No Variabel Sub Variabel
1.
Faktor Kelangkaan (X3)
Usia bangunan Ciri Khas bangunan Keunikan bangunan 2. Faktor Keluarbiasaan (X4) Keistimewaan bentuk Makna simbolis 3. Faktor Peran Sejarah (X5)
Sejarah perkembangan arsitektur Nilai perjuangan
Arti Sejarah bangunan
4. Faktor Memperkuat
kawasan (X6)
Fungsi bangunan Kualitas bangunan
5. Faktor Nilai Budaya
(X7)
Identitas budaya
Pergeseran identitas budaya 6.
Faktor Fisik (X8)
Pergeseran fungsi bangunan Status kepemilikan bangunan
Sedangkan untuk penilaian kawasan dapat menggunakan beberapa variabel penilaian yang dapat dilihat pada (Tabel 3):
Tabel 3. Variabel Penilaian Zonasi Kawasan
No Variabel Sub Variabel
1.
Langgam arsitektur
Gaya bangunan
Karakter bangunan bangunan Jumlah lantai bangunan 2.
Fasade Bangunan
Kesesuaian reklame Kesesuaian peletakan pohon Pertahanan dinding muka
ubangunan
3. Peruntukan Guna
Lahan
Tipe penggunaan lahan Hubungan fungsional Keterkaitan fungsi lahan 4. Sirkulasi dan Parkir
Kesesuaian struktur
Landmark
Elemen lansekap
Kualitas lingkungan kawasan
5. Ruang Terbuka
Ruang Terbuka Pasif/ Aktif Peranan publik/ private domain Lansekap keras/ lunak
6. Area Pedestrian
Kecocokan area Pengurangan keterikatan
kendaraan
Atraksi pencipta kegiatan Perancangan area 7. Signages
Refleksi karakter kawasan Kesesuaian Jarak dan ukuran Kesesuaian terhadap bangunan 8. Activity Support
Kesesuaian fungsi kegiatan Kesesuaian aspek konseptual Koordinasi kegiatan
9. Konservasi
Single building
Struktur dan gaya Ketepatan fungsi bangunan Usia dan kelayakan bangunan
Penentuan zonasi kawasan dan pengelompokan bangunan kuno di Kota Pasuruan dilakukan dengan metode Visual Absorption Capability (VAC). Penentuan tersebut menghasilkan zona –
zona pelestarian kawasan dan golongan
pelestarian bangunan kuno yang ditentukan sesuai dengan distribusi nilai VAC.
Jumlah kelas dan interval (i) dihitung
menggunakan rumus:
k = 1 + 3,3 log n
Interval = Nilai VAC tertinggi – Nilai VAC terendah / Jumlah Kelas
Keterangan:
k = jumlah kelas
n = jumlah keseluruhan petak penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Bangunan Kuno di Kota Pasuruan
Bangunan – bangunan kuno di Kota Pasuruan terletak pada persebaran 9 koridor jalan yang berbeda – beda. Terdapat bangunan yang letaknya mengelompok namun terdapat juga bangunan yang letaknya tidak mengelompok
menjadi salah satu peluang pemanfaatan
kawasan.
Beberapa bangunan yang mengalami pergeseran fungsi, hasil prosentasenya dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Prosentase Pergeseran Fungsi
Bangunan Kuno
Berdasarkan pada gambar tersebut
menunjukkan bahwa bangunan yang tidak mengalami pergeseran fungsi bangunan lebih sedikit dibandingkan bangunan yang mengalami
pergeseran fungsi bangunan. Hal tersebt
menunjukkan salah satu penyebab menurunnya
kualitas dan identitas bangunan. Untuk
prosentase status kepemilikan bangunan dapat dilihat pada (Gambar 2).
Gambar 2. Prosentase Status Kepemilikan
Bangunan Kuno
Berbedanya status kepemilikan bangunan
kuno tersebut menyebabkan tidak
mendapatkannya perhatian dari Pemerintah Kota
dalam memberikan bantuan dana untuk
pelestarian seluruh bangunan kuno, berikut merupakan prosentase sumber dana yang digunakan dalam pelestarian bangunan di Kota Pasuruan dapat dilihat pada (Gambar 3).
Gambar 3. Prosentase Sumber Pendanaan
Usia bangunan – bangunan kuno memiliki rentan yang beragam namun secara umum memiliki usia bangunan > 100 tahun, untuk rentan usia bangunan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu usia bangunan 50 – 80 tahun, usia bangunan ≤ 100 tahun dan > 100 tahun, dapat dilihat pada (Gambar 4).
Gambar 4. Prosentase Usia Bangunan Kuno
Bangunan – bangunan kuno memiliki peran sejarah yang berbeda – beda, namun secara umum memiliki peranan sejarah difungsikannya bangunan oleh orang – orang Belanda yang datang untuk bekerja di Kota Pasuruan. Kedatangan Belanda dan masyarakat Tionghoa tersebut juga menyebabkan dibangunnya fasilitas – fasilitas yang diinginkan dan hingga saat ini bangunan tersebut tetap dipertahankan dengan baik walaupun mengalami pergeseran fungsi. Untuk hasil prosentase fungsi bangunan dapat dilihat pada (Gambar 5).
Gambar 5. Prosentase Fungsi Bangunan Kuno
Pada hasil prosentase dapat dilihat bahwa dominasi fungsi bangunan kuno digunakan
sebagai rumah dinas, dan yang tidak
mendominasi adalah penggunaan bangunan sebagai gedung pertemuan.
Pengelompokan Jenis Pelestarian Bangunan Kuno
Hasil akhir dari penilaiannya secara objektif pada variabel – variabel yang dijelaskan di Tabel 2 kemudian dilakukan penentuan jumlah kelas dengan menggunakan rumus:
k = 1 + 3,3 log n k = 1 + 3,3 log 4 k = 2,987
Menentukan pembagian jarak interval kelas dengan cara mencari selisih antara total nilai tertinggi dan total nilai terendah untuk kemudian dibagi dengan jumlah kelas, seperti rumus berikut ini:
i = jarak / k i = (24 – 6) / 2,987 i = 6,02
i = 6
Setelah melakukan penentuan jarak interval kelas kemudian mendistribusikan setiap total nilai ke dalam klasifikasi sesuai jarak interval yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penjabaran Peringkat Kawasan Cagar Budaya
No Interval Kelas Keterangan Golongan
Pelestarian
1. Nilai 6 – 11 Potensi Sangat
Rendah
D
2. Nilai 12 – 17 Potensi Rendah C
3. Nilai 18 – 23 Potensi Sedang B
4. Nilai ≥ 24 Potensi Tinggi A
Klasifikasi elemen potensial tersebut selanjutnya digolongkan atau disesuaikan dengan arahan pelestarian fisik yang dapat dilakukan di Kota
Pasuruan. Penggolongan disesuaikan pada
golongan pelestarian yang terbagi menjadi empat golongan. Penggolongan tersebut terdiri atas empat tingkatan potensi, arahan pelestarian dan tingkat perubahan yang diperbolehkan dilakukan pada bangunan – bangunan kuno. dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Penjabaran Peringkat Kawasan Cagar Budaya No. Klasifikasi Elemen Bangunan Potensial Arahan Pelestarian Fisik Tingkat Perubahan Fisik yang Diperbolehkan
1. Potensi Tinggi Preservasi Sangat Kecil
2. Potensi Sedang Rehabilitasi/ Rehabilitasi/ Rekonstruksi Kecil – Sedang
3. Potensi Rendah Revitalisasi/
Adaptasi
Sedang – Besar
4.
Potensi Sangat
Rendah Demolisi Besar
Untuk klasifikasi potensial bangunan tergolong potensi tinggi dapat ditandai dengan banyaknya khas atau keunikan yang dimiliki suatu bangunan. Keunikan tersebut melihat pada tetap dipertahankannya ornamen atau bahan bangunan kuno yang tidak dimiliki bangunan kuno lain yang ada di Kota Pasuruan.
Untuk potensi sedang dapat ditandai dengan masih banyak dipertahankannya tampilan bangunan menggunakan ciri khas bangunan kuno meskipun ciri tersebut memiliki kesamaan dengan bangunan kuno yang lain.
Untuk bangunan dengan potensi rendah
dapat ditandai dengan masih terdapatnya
beberapa ornamen atau bagian bangunan kuno yang dipertahankan keutuhannya. Untuk potensi dangat rendah dapat ditandai dengan masih terlihat sedikit tampilan bangunan menggunakan bahan atau bentuk bangunan kuno meskipun memiliki kesamaan dengan bangunan kuno lainnya.
Untuk bangunan yang masuk dalam jenis pelestarian preservasi, rehabilitasi, revitalisasi,
demolisi, berikut merupakan contoh
bangunannya (Gambar 6 dan Gambar 7). Namun untuk letak keseluruhan golongan bangunan dapat dilihat pada (Gambar 8).
Gambar 6. Bangunan dengan golongan
pelestarian A (kiri) dan B (kanan)
Gambar 7. Bangunan dengan golongan
pelestarian C (kiri) dan D (kanan.
Gambar 8. Golongan Pelestarian Bangunan Kuno Pembentukan Zonasi Kawasan Bangunan
Kuno
Dalam melakukan pembentukan zona, melakukan penilaian bangunan secara objektif menggunakan variabel pada Tabel 3 tersebut. Selanjutnya menentukan titik lokasi (grid) pada peta dengan jarak 300 meter, sehingga diperoleh sebanyak 12 grid sesuai (Gambar 9).
Melakukan penilaian menggunakan
analisis VAC menggunakan rumus sama seperti penentuan golongan pelestarian bangunan kuno yang dibahas sebelumnya. Hasil akhir dari
penilaiannya dilakukan penentuan jumlah kelas dengan menggunakan rumus analisis VAC: k = 1 + 3,3 log n
k = 1 + 3,3 log 4 k = 2,987
Kemudian menentukan pembagian jarak interval kelas dengan cara mencari selisih antara total nilai tertinggi dan total nilai terendah untuk kemudian dibagi dengan jumlah kelas:
i = jarak / k i = (32 – 8) / 2,987 i = 8,03
Diperoleh penjabaran interval kelas (Tabel 6) untuk melihat hasil nilai VAC kawasan bangunan kuno dapat dilihat pada (Gambar 10). Selanjutnya melakukan pembentukan blok zonasi kawasan bangunan kuno, dapat dilihat pada (Gambar 11).
Tabel 6. Penjabaran Peringkat Kawasan Cagar Budaya
No. Interval Kelas Peringkat Zona
1. 8 – 15 IV Zona Sarana – Prasarana Heritage 2. 16 – 23 III Zona Pemanfaatan
heritage
3. 24 – 31 II Zona Pengembangan
heritage
4. 32 I Zona Inti
Zonasi kawasan dibagi menjadi empat zona. Zona inti memiliki penamaan zona sebagai prioritas utama karena pada zona tersebut memiliki keragaman gaya dan fungsi bangunan yang menjadi pusat ramai kegiatan. Zona
penyangga memiliki penamaan zona
pengembangan identitas karena zona ini memiliki peranan untuk memperkuat identitas pada zona utama. Untuk zona pengembangan memiliki penamaan zona pemanfaatan heritage karena sesuai pada kondisi wilayah studi bahwa beberapa bangunan kuno dimanfaatkan untuk kegiatan agama dan sarana pendidikan.
Untuk zona penunjang memiliki penamaan zona sarana – prasarana heritage sesuai pada fungsinya bahwa zona ini memiliki peran sebagai pelengkap atau pemenuhan yang menunjang kegiatan zona lainnya.
Zona Inti (prioritas utama) merupakan zona prioritas utama yang harus dilindungi dan tidak diperbolehkan melakukan pengembangan baru karena merupakan zona yang harus dilindungi. Zona pengembangan identitas dapat dilakukan pelestarian dengan fungsi utama melindungi zona inti dan meningkatkan identitas kota.
Zona pemanfaatan heritage hanya
diperbolehkan melakukan pemanfaatan yang dapat menunjang zona inti dan tidak menurunkan nilai kawasan pada zona inti maupun zona
pengembangan identitas, seperti kegiatan
rekreasi, daerah konservasi alam, kehidupan
budaya tradisional, keagamaan dan
kepariwisataan.
Zona sarana – prasarana heritage dapat
dilakukan pelestarian dengan peruntukan
kegiatan komersial maupun rekreasi umum namun tetap memperhatikan fungsi utama kawasan pada zona lainnya agar tidak terjadi kegiatan yang dapat merusak bangunan yang dilestarikan.
Tabel 7. Hasil Nilai VAC Penentuan Zona Kawasan
No. Grid Nama Bangunan Nilai VAC Zona
1. 4 Klenteng Tjoe Tik Kiong 32
Inti 2.
7
Rumah Dinas No. 43
32
3. Rumah Dinas No. 45
4. Rumah Dinas No. 47
5. Rumah Dinas No. 49
6. Rumah Dinas No. 51
7. Rumah Dinas No. 53
8. Rumah Dinas No. 55
9. Rumah Dinas No. 55A
10. Rumah Dinas No. 55B
11. Rumah Dinas No. 55C
12. Rumah Dinas No. 57
13. Rumah Dinas No. 59
14. 8 Stasiun Kota Pasuruan 32
15. 10 Kantor P3GI 32 16. Museum P3GI 17. SDN Pekuncen I
18. Wisma Tamu P3GI I
19. Wisma Tamu P3GI II
20.
6
Rumah Dinas No. 33
25
Pengembangan Identitas
21. Rumah Dinas No. 35
22. Rumah Dinas No. 37
23. Rumah Dinas No. 39
24. Rumah Dinas No. 41
25. 9 Rumah Dinas Wakil Walikota 24
26. Meubel Quick
27.
5
Rumah Pribadi No. 5
20
Pemanfaatan Heritage
28. Rumah Pribadi No. 7
29. Yayasan Kejuruan Untung Surapati
30.
11
Gereja Katolik St. Antonius Padova
23
31. GPIB PNIEL
32. 1 Markas Yon Zipur 10 Divisi II Kostrad 15
Sarana - Prasarana Heritage 33. 2 Gedung Pancasila 15 34. Rumah Singa 35. 3
Tempat Parkir SMAN 1 Pasuruan
15
36. Rumah Darussalam
37. SMP Negeri 2 Pasuruan
38 12 Gedung Kompi Bantuan Yon Zipur 15
Gambar 11. Zonasi Kawasan SIMPULAN
Hasil analisis Visual Absorption Capability (VAC) menunjukkan bahwa sebanyak empat zona yang dapat diterapkan di kawasan bangunan kuno di Kota Pasuruan yaitu zona inti, zona pengembangan heritage, zona pemanfaatan heritage dan zona sarana – prasarana heritage.
Selain itu untuk jenis pelestarian bangunan
yang dapat diterapkan untuk pelestarian
bangunan kuno yaitu jenis preservasi sebanyak 5 bangunan, restorasi sebanyak 12 bangunan,
rehabilitasi sebanyak 2 bangunan atau
rekonstruksi sebanyak 3 bangunan, revitalisasi sebanyak 12 bangunan atau adaptasi sebanyak 2 bangunan dan demolisi sebanyak 2 bangunan. Berdasarkan pada hasil tersebut maka diperlukan penelitian lanjutan yang membahas tentang citra kawasan bangunan kuno, persepsi stakeholder dan pola pergerakan kawasan. Masyarakat
diharapkan tidak melakukan pemasangan
reklame tanpa memperhatikan estetika bangunan.
Selain itu perlunya mengacu pada
peraturan daerah yang sudah dibuat untuk
dijadikan acuan pelestarian bangunan kuno
.
DAFTAR PUSTAKA
Antariksa. Metode Pelestarian Arsitektur.
https://www.academia.edu/7761446/ME TODE_PELESTARIAN_ARSITEKTUR (diakses 2 Mei 2015)
Heryanto, B. 2011. Roh dan Citra Kota. Surabaya: Brilian Internasional
Karolina V.W., Antariksa, dan Ismu Rini D.A. 2007. Pelestarian Kawasan Pusat Kota Pasuruan. Journal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 4 No. 1, 2007: 48-69
Marno, 2013. Metode Analisis VAC.
http://marno.lecture.ub.ac.id/2013/11/me tode-analisis-vac-ekowisata/ (diakses 25 April 2015)
Shirvani, H. 1985. The Urban Design Process. New York: Van Nostrand Reinhold Co.