• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN VISUAL ABSORPTION CAPABILITY UNTUK PELESTARIAN KAWASAN BANGUNAN KUNO DI KOTA PASURUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDEKATAN VISUAL ABSORPTION CAPABILITY UNTUK PELESTARIAN KAWASAN BANGUNAN KUNO DI KOTA PASURUAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN

VISUAL ABSORPTION CAPABILITY

UNTUK PELESTARIAN

KAWASAN BANGUNAN KUNO DI KOTA PASURUAN

Oktavia Altika Dewi, Antariksa, Kartika Eka Sari

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 – Telp (0341) 567886

Email : oktavia.altika@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan dari studi ini adalah menganalisis dan menentukan rekomendasi berupa zonasi kawasan yang sesuai untuk pelestarian kawasan dan pengelompokan jenis pelestarian bangunan kuno di Kota Pasuruan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif berupa analisis Visual Absorption Capability (VAC). Analisis VAC dilakukan dengan cara menilai bangunan kuno sesuai dengan karakter fisik yang ditentukan. Penilaian tersebut berupa skoring yang dibagi menjadi empat penilaian dengan dasar pemilihannya disesuaikan dengan karakter bangunan kuno di Kota Pasuruan dan menghasilkan golongan zona. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zona kawasan bangunan kuno yang dapat diterapkan di Kota Pasuruan adalah zona inti dengan jumlah 4 kawasan, zona penyangga dengan jumlah 2 kawasan, zona pengembanganan dengan jumlah 2 kawasan dan zona penunjang dengan jumlah 4 kawasan. Untuk jenis pelestarian yang dapat diterapkan adalah preservasi (5 bangunan), restorasi (12 bangunan), rehabilitasi (2 bangunan)/ rekonstruksi (3 bangunan), revitalisasi (12 bangunan) /adaptasi (2 bangunan) dan demolisi (2 bangunan).

Kata Kunci : Zonasi, pelestarian bangunan, kawasan, Pasuruan.

ABSTRACT

The purpose of this study is analyzing and determining the zoning recommendations in which it is appropriate for preserving area and grouping the preservation of old buildings types in Pasuruan. The method used is qualitative method form Visual Absorption Capability (VAC) analysis. VAC analysis resolved by assessing the old buildings in accordance with the prescribed physical character. The assessment in the form of scoring is divided into four basic election assessment adapted to the character of old buildings in Pasuruan City and resulting in a zone group.The results show the factors that affect the preservation concept of old building are incredibility, the role of history, rarity, strengthen regional, cultural and physical factors. While the regional zone of old buildings which can be applied in Pasuruan City are; the core zone with 4 areas, the buffer zones with 2 area, developing zones with 2 areas and supporting zone with 4 areas. For those types of conservation that can be applied are preservation (5 buildings), restoration (12 buildings), rehabilitation (2 buildings)/ reconstruction (3 buildings), revitalization (12 buildings)/ adaptation (2 buildings) and demolition (2 buildings).

Keywords : Zonation, preservation buildings, region, Pasuruan

PENDAHULUAN

Berdasarkan pada Undang – Undang No.

11 Tahun 2010 Pasal 1 angka 1 tentang Cagar

Budaya, dijelaskan bahwa cagar budaya

merupakan warisan budaya yang perlu

dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan maupun

kebudayaan melalui proses penetapan.

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa perlu dan pentingnya melakukan pelestarian kawasan bangunan kuno. Terdapatnya bangunan kuno yang membentuk suatu kawasan bersejarah memberikan keunikan tersendiri yang berbeda

dibandingkan kota – kota lainnya. Peranan

penting dilestarikannya bangunan tersebut dapat memberikan banyak dampak positif pada suatu kota. Beberapa faktor tersebut yang menjadi

penguat pentingnya pelestarian kawasan

bersejarah yang ada di Indonesia, karena

bangunan – bangunan kuno tersebut menjadi

bukti adanya peristiwa penting dan menjadi penguat identitas suatu kota.

Kota Pasuruan merupakan salah satu kota

yang memiliki warisan bangunan – bangunan

kuno. Terdapatnya bangunan kuno yang masih berdiri namun terdapat juga bangunan yang sudah dihancurkan. Beberapa permasalahan yang menghambat pelestarian kawasan bangunan kuno di Kota Pasuruan, diantaranya:

1. Peraturan Daerah tentang Bangunan Cagar

Budaya tidak menyebutkan jumlah

bangunan yang dilestarikan, nama atau identitas bangunannya. Selain itu juga tidak

disebutkan jenis – jenis pelestarian yang

(2)

2. Banyaknya bangunan kuno yang dihancurkan dan didirikannya bangunan dengan gaya arsitektur modern di kawasan bangunan kuno.

3. Beberapa bangunan – bangunan kuno

yang terdapat di Kota Pasuruan

mengalami perubahan fungsi yang tidak sesuai dengan fungsi awal.

4. Belum terdapat zonasi cagar budaya di

Kota Paduruan sehingga mempersulit kegiatan pelestarian bangunan kuno.

Berdasarkan pada permasalahan –

permasalahan yang menghambat pelestarian kawasan bangunan kuno di Kota Pasuruan maka diperlukan penelitian tentang pelestarian kawasan dan bangunan kuno di Kota Pasuruan melalui “Pendekatan Visual Absorption Capability Untuk Pelestarian Kawasan Bangunan Kuno di Kota Pasuruan” dengan tujuan untuk memberikan

rekomendasi berupa zonasi kawasan dan

pengelompokan jenis pelestarian bangunan kuno di Kota Pasuruan.

METODE PENELITIAN

Secara umum dapat dijelaskan bahwa

penelitian Visual Absorption Capability Untuk

Pelestarian Kawasan Bangunan Kuno Kota

Pasuruan menggunakan analisis

evaluatif-development untuk menjawab rumusan masalah. Analisis VAC (Visual Absorption Capability) adalah suatu daya dukung fisik suatu lahan/

lansekap untuk menampung berbagai

pengembangan maupun pengelolaan kegiatan yang harus tetap memperhatikan terpeliharanya kualitas dan karakter visual. Penentuan zonasi kawasan dapat dilakukan dengan melakukan pengelompokan kelas lahan ditentukan sesuai dengan distribusi nilai VAC.

Metode pengambilan sampel

menggunakan populasi jumlah kawasan

bangunan kuno yang disebutkan dalam RTRW Kota Pasuruan Tahun 2011 yaitu sebanyak 9 koridor jalan yang terdiri atas 38 bangunan kuno, sehingga dapat dilihat pada (Tabel 1).

Penentuan pemilihan responden penelitian adalah pemilik atau pengelola bangunan kuno. Hal tersebut didasari pada isu permasalahan yang menjelaskan bahwa Peraturan Daerah Kota Pasuruan Nomor 24 Tahun 2012 terlalu umum

seperti Undang – Undang Cagar Budaya Nomor

11 Tahun 2010.

Selain itu responden dianggap lebih mengetahui kondisi bangunan kuno dibandingkan masyarakat non pemilik bangunan kuno.

Tabel 1. Bangunan Kuno di Kota Pasuruan

No. Bangunan Kuno

1. Tempat Parkir SMAN 1 Pasuruan

2. Wisma Tamu P3GI 1

3. Gedung Kompi BantuanYon Zipur 10

4. Meubel Quick

5. Gereja Katolik St. Antonius Padova

6. Rumah Darussalam

7. GPIB PNIEL

8. Rumah Singa

9. Gedung Pancasila

10. Markas Yon Zipur 10 Divisi II Kostrad

11. Stasiun Kota Pasuruan

12. Wisma Tamu P3GI 2

13. Rumah Dinas No. 33

14. Rumah Dinas No. 35

15. SMP Negeri 2 Pasuruan

16. SD Negeri Pekuncen 1

17. Yayasan Kejuruan Untung Surapati

18. Rumah Wakil Walikota

19. Kantor P3GI

20. Museum P3GI

21. Klenteng Tjoe Tik Kiong

22. Rumah Dinas No. 55 C

Tabel tersebut menunjukkan jumlah dan

nama bangunan – bangunan kuno yang menjadi

lokasi penelitian. Berdasarkan pada jumlah bangunan kuno yang ada di Kota Pasuruan kemudian dilakukan survey penilaian secara objektif yang dapat dilakukan oleh peneliti

menggunakan beberapa variabel – variabel

penilaian (Tabel 2) dengan hasil digunakan

sebagai pengelompokan jenis pelestarian

bangunan kuno:

Tabel 2. Variabel Penilaian Bangunan

No Variabel Sub Variabel

1.

Faktor Kelangkaan (X3)

Usia bangunan Ciri Khas bangunan Keunikan bangunan

2. Faktor Keluarbiasaan (X4) Keistimewaan bentuk

Makna simbolis

3. Faktor Peran

Sejarah (X5)

Sejarah perkembangan arsitektur

Nilai perjuangan Arti Sejarah bangunan

4. Faktor Memperkuat kawasan (X6) Fungsi bangunan Kualitas bangunan

5. Faktor Nilai Budaya (X7) Identitas budaya

Pergeseran identitas budaya

6.

Faktor Fisik (X8)

(3)

Sedangkan untuk penilaian kawasan dapat menggunakan beberapa variabel penilaian yang dapat dilihat pada (Tabel 3):

Tabel 3. Variabel Penilaian Zonasi Kawasan

No Variabel Sub Variabel

1.

Langgam arsitektur

Gaya bangunan

Karakter bangunan bangunan Jumlah lantai bangunan

2.

Fasade Bangunan

Kesesuaian reklame Kesesuaian peletakan pohon Pertahanan dinding muka

ubangunan

3. Peruntukan Guna

Lahan

Tipe penggunaan lahan Hubungan fungsional Keterkaitan fungsi lahan

4. Sirkulasi dan Parkir

Kesesuaian struktur Landmark Elemen lansekap

Kualitas lingkungan kawasan

5. Ruang Terbuka

Ruang Terbuka Pasif/ Aktif

Peranan publik/ private domain

Lansekap keras/ lunak

6. Area Pedestrian

Kecocokan area Pengurangan keterikatan

kendaraan

Atraksi pencipta kegiatan Perancangan area

7. Signages

Refleksi karakter kawasan Kesesuaian Jarak dan ukuran Kesesuaian terhadap bangunan

8. Activity Support

Kesesuaian fungsi kegiatan Kesesuaian aspek konseptual Koordinasi kegiatan

9. Konservasi

Single building Struktur dan gaya Ketepatan fungsi bangunan Usia dan kelayakan bangunan

Penentuan zonasi kawasan dan pengelompokan bangunan kuno di Kota Pasuruan dilakukan

dengan metode Visual Absorption Capability

(VAC). Penentuan tersebut menghasilkan zona –

zona pelestarian kawasan dan golongan

pelestarian bangunan kuno yang ditentukan sesuai dengan distribusi nilai VAC.

Jumlah kelas dan interval (i) dihitung

menggunakan rumus:

k = 1 + 3,3 log n

Interval = Nilai VAC tertinggi – Nilai VAC

terendah / Jumlah Kelas

Keterangan:

k = jumlah kelas

n = jumlah keseluruhan petak penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Bangunan Kuno di Kota Pasuruan

Bangunan – bangunan kuno di Kota Pasuruan

terletak pada persebaran 9 koridor jalan yang

berbeda – beda. Terdapat bangunan yang

letaknya mengelompok namun terdapat juga bangunan yang letaknya tidak mengelompok

menjadi salah satu peluang pemanfaatan

kawasan.

Beberapa bangunan yang mengalami pergeseran fungsi, hasil prosentasenya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Prosentase Pergeseran Fungsi Bangunan Kuno

Berdasarkan pada gambar tersebut

menunjukkan bahwa bangunan yang tidak mengalami pergeseran fungsi bangunan lebih sedikit dibandingkan bangunan yang mengalami

pergeseran fungsi bangunan. Hal tersebt

menunjukkan salah satu penyebab menurunnya

kualitas dan identitas bangunan. Untuk

prosentase status kepemilikan bangunan dapat dilihat pada (Gambar 2).

Gambar 2. Prosentase Status Kepemilikan Bangunan Kuno

Berbedanya status kepemilikan bangunan

kuno tersebut menyebabkan tidak

mendapatkannya perhatian dari Pemerintah Kota

dalam memberikan bantuan dana untuk

pelestarian seluruh bangunan kuno, berikut merupakan prosentase sumber dana yang digunakan dalam pelestarian bangunan di Kota Pasuruan dapat dilihat pada (Gambar 3).

(4)

Usia bangunan – bangunan kuno memiliki dapat dilihat pada (Gambar 4).

Gambar 4. Prosentase Usia Bangunan Kuno

Bangunan – bangunan kuno memiliki

peran sejarah yang berbeda – beda, namun secara

umum memiliki peranan sejarah difungsikannya

bangunan oleh orang – orang Belanda yang

datang untuk bekerja di Kota Pasuruan. Kedatangan Belanda dan masyarakat Tionghoa tersebut juga menyebabkan dibangunnya fasilitas – fasilitas yang diinginkan dan hingga saat ini bangunan tersebut tetap dipertahankan dengan

baik walaupun mengalami pergeseran fungsi.

Untuk hasil prosentase fungsi bangunan dapat dilihat pada (Gambar 5).

Gambar 5. Prosentase Fungsi Bangunan Kuno

Pada hasil prosentase dapat dilihat bahwa dominasi fungsi bangunan kuno digunakan

sebagai rumah dinas, dan yang tidak

mendominasi adalah penggunaan bangunan sebagai gedung pertemuan.

Pengelompokan Jenis Pelestarian Bangunan Kuno

Hasil akhir dari penilaiannya secara

objektif pada variabel – variabel yang dijelaskan

di Tabel 2 kemudian dilakukan penentuan jumlah kelas dengan menggunakan rumus:

k = 1 + 3,3 log n k = 1 + 3,3 log 4 k = 2,987

Menentukan pembagian jarak interval kelas dengan cara mencari selisih antara total nilai tertinggi dan total nilai terendah untuk kemudian dibagi dengan jumlah kelas, seperti rumus berikut ini:

i = jarak / k i = (24 – 6) / 2,987 i = 6,02

i = 6

Setelah melakukan penentuan jarak interval kelas kemudian mendistribusikan setiap total nilai ke dalam klasifikasi sesuai jarak interval yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penjabaran Peringkat Kawasan Cagar Budaya

No Interval Kelas Keterangan Golongan

Pelestarian

Klasifikasi elemen potensial tersebut selanjutnya digolongkan atau disesuaikan dengan arahan pelestarian fisik yang dapat dilakukan di Kota

Pasuruan. Penggolongan disesuaikan pada

golongan pelestarian yang terbagi menjadi empat golongan. Penggolongan tersebut terdiri atas empat tingkatan potensi, arahan pelestarian dan tingkat perubahan yang diperbolehkan dilakukan

pada bangunan – bangunan kuno. dapat dilihat

pada Tabel 5.

Tabel 5. Penjabaran Peringkat Kawasan Cagar Budaya

1. Potensi Tinggi Preservasi Sangat Kecil

2.

3. Potensi Rendah Revitalisasi/

Adaptasi

Sedang – Besar

4.

Potensi Sangat

Rendah Demolisi Besar

Untuk klasifikasi potensial bangunan tergolong potensi tinggi dapat ditandai dengan banyaknya khas atau keunikan yang dimiliki suatu bangunan. Keunikan tersebut melihat pada tetap dipertahankannya ornamen atau bahan bangunan kuno yang tidak dimiliki bangunan kuno lain yang ada di Kota Pasuruan.

Untuk potensi sedang dapat ditandai dengan masih banyak dipertahankannya tampilan bangunan menggunakan ciri khas bangunan kuno meskipun ciri tersebut memiliki kesamaan

(5)

Untuk bangunan dengan potensi rendah

dapat ditandai dengan masih terdapatnya

beberapa ornamen atau bagian bangunan kuno yang dipertahankan keutuhannya. Untuk potensi dangat rendah dapat ditandai dengan masih terlihat sedikit tampilan bangunan menggunakan bahan atau bentuk bangunan kuno meskipun memiliki kesamaan dengan bangunan kuno lainnya.

Untuk bangunan yang masuk dalam jenis pelestarian preservasi, rehabilitasi, revitalisasi,

demolisi, berikut merupakan contoh

bangunannya (Gambar 6 dan Gambar 7). Namun untuk letak keseluruhan golongan bangunan dapat dilihat pada (Gambar 8).

Gambar 6. Bangunan dengan golongan

pelestarian A (kiri) dan B (kanan)

Gambar 7. Bangunan dengan golongan pelestarian C (kiri) dan D (kanan.

Gambar 8. Golongan Pelestarian Bangunan Kuno

Pembentukan Zonasi Kawasan Bangunan Kuno

Dalam melakukan pembentukan zona, melakukan penilaian bangunan secara objektif menggunakan variabel pada Tabel 3 tersebut. Selanjutnya menentukan titik lokasi (grid) pada peta dengan jarak 300 meter, sehingga diperoleh sebanyak 12 grid sesuai (Gambar 9).

Melakukan penilaian menggunakan

analisis VAC menggunakan rumus sama seperti penentuan golongan pelestarian bangunan kuno yang dibahas sebelumnya. Hasil akhir dari

penilaiannya dilakukan penentuan jumlah kelas dengan menggunakan rumus analisis VAC: k = 1 + 3,3 log n

k = 1 + 3,3 log 4 k = 2,987

Kemudian menentukan pembagian jarak interval kelas dengan cara mencari selisih antara total nilai tertinggi dan total nilai terendah untuk kemudian dibagi dengan jumlah kelas:

i = jarak / k i = (32 – 8) / 2,987 i = 8,03

(6)

Diperoleh penjabaran interval kelas (Tabel 6) untuk melihat hasil nilai VAC kawasan bangunan kuno dapat dilihat pada (Gambar 10). Selanjutnya melakukan pembentukan blok zonasi kawasan bangunan kuno, dapat dilihat pada (Gambar 11).

Tabel 6. Penjabaran Peringkat Kawasan Cagar Budaya

No. Interval Kelas Peringkat Zona

1. 8 15 IV Zona Sarana –

Prasarana Heritage

2. 16 23 III Zona Pemanfaatan heritage

3. 24 31 II Zona Pengembangan

heritage

4. 32 I Zona Inti

Zonasi kawasan dibagi menjadi empat zona. Zona inti memiliki penamaan zona sebagai prioritas utama karena pada zona tersebut memiliki keragaman gaya dan fungsi bangunan yang menjadi pusat ramai kegiatan. Zona

penyangga memiliki penamaan zona

pengembangan identitas karena zona ini memiliki peranan untuk memperkuat identitas pada zona utama. Untuk zona pengembangan memiliki

penamaan zona pemanfaatan heritage karena

sesuai pada kondisi wilayah studi bahwa beberapa bangunan kuno dimanfaatkan untuk kegiatan agama dan sarana pendidikan.

Untuk zona penunjang memiliki penamaan

zona sarana – prasarana heritage sesuai pada

fungsinya bahwa zona ini memiliki peran sebagai pelengkap atau pemenuhan yang menunjang kegiatan zona lainnya.

Zona Inti (prioritas utama) merupakan zona prioritas utama yang harus dilindungi dan tidak diperbolehkan melakukan pengembangan baru karena merupakan zona yang harus dilindungi. Zona pengembangan identitas dapat dilakukan pelestarian dengan fungsi utama melindungi zona inti dan meningkatkan identitas kota.

Zona pemanfaatan heritage hanya

diperbolehkan melakukan pemanfaatan yang dapat menunjang zona inti dan tidak menurunkan nilai kawasan pada zona inti maupun zona

pengembangan identitas, seperti kegiatan

rekreasi, daerah konservasi alam, kehidupan

budaya tradisional, keagamaan dan

kepariwisataan.

Zona sarana – prasarana heritage dapat

dilakukan pelestarian dengan peruntukan

kegiatan komersial maupun rekreasi umum namun tetap memperhatikan fungsi utama kawasan pada zona lainnya agar tidak terjadi kegiatan yang dapat merusak bangunan yang dilestarikan.

(7)

Tabel 7. Hasil Nilai VAC Penentuan Zona Kawasan

No. Grid Nama Bangunan Nilai VAC Zona

1. 4 Klenteng Tjoe Tik Kiong 32

Inti 2.

7

Rumah Dinas No. 43

32

3. Rumah Dinas No. 45

4. Rumah Dinas No. 47

5. Rumah Dinas No. 49

6. Rumah Dinas No. 51

7. Rumah Dinas No. 53

8. Rumah Dinas No. 55

9. Rumah Dinas No. 55A

10. Rumah Dinas No. 55B

11. Rumah Dinas No. 55C

12. Rumah Dinas No. 57

13. Rumah Dinas No. 59

14. 8 Stasiun Kota Pasuruan 32

15.

10

Kantor P3GI

32

16. Museum P3GI

17. SDN Pekuncen I

18. Wisma Tamu P3GI I

19. Wisma Tamu P3GI II

20.

6

Rumah Dinas No. 33

25

Pengembangan Identitas

21. Rumah Dinas No. 35

22. Rumah Dinas No. 37

23. Rumah Dinas No. 39

24. Rumah Dinas No. 41

25. 9 Rumah Dinas Wakil Walikota 24

26. Meubel Quick

27.

5

Rumah Pribadi No. 5

20

Pemanfaatan Heritage

28. Rumah Pribadi No. 7

29. Yayasan Kejuruan Untung Surapati

30.

11

Gereja Katolik St. Antonius Padova

23

31. GPIB PNIEL

32. 1 Markas Yon Zipur 10 Divisi II Kostrad 15

Sarana - Prasarana Heritage 33.

2

Gedung Pancasila

15

34. Rumah Singa

35.

3

Tempat Parkir SMAN 1 Pasuruan

15

36. Rumah Darussalam

37. SMP Negeri 2 Pasuruan

38 12 Gedung Kompi Bantuan Yon Zipur 15

(8)

Gambar 11. Zonasi Kawasan

SIMPULAN

Hasil analisis Visual Absorption Capability (VAC) menunjukkan bahwa sebanyak empat zona yang dapat diterapkan di kawasan bangunan kuno di Kota Pasuruan yaitu zona inti, zona

pengembangan heritage, zona pemanfaatan

heritage dan zona sarana – prasarana heritage.

Selain itu untuk jenis pelestarian bangunan

yang dapat diterapkan untuk pelestarian

bangunan kuno yaitu jenis preservasi sebanyak 5 bangunan, restorasi sebanyak 12 bangunan,

rehabilitasi sebanyak 2 bangunan atau

rekonstruksi sebanyak 3 bangunan, revitalisasi sebanyak 12 bangunan atau adaptasi sebanyak 2 bangunan dan demolisi sebanyak 2 bangunan. Berdasarkan pada hasil tersebut maka diperlukan penelitian lanjutan yang membahas tentang citra

kawasan bangunan kuno, persepsi stakeholder

dan pola pergerakan kawasan. Masyarakat

diharapkan tidak melakukan pemasangan

reklame tanpa memperhatikan estetika bangunan.

Selain itu perlunya mengacu pada

peraturan daerah yang sudah dibuat untuk

dijadikan acuan pelestarian bangunan kuno

.

DAFTAR PUSTAKA

Antariksa. Metode Pelestarian Arsitektur.

https://www.academia.edu/7761446/ME TODE_PELESTARIAN_ARSITEKTUR (diakses 2 Mei 2015)

Heryanto, B. 2011. Roh dan Citra Kota.

Surabaya: Brilian Internasional

Karolina V.W., Antariksa, dan Ismu Rini D.A.

2007. Pelestarian Kawasan Pusat Kota

Pasuruan. Journal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 4 No. 1, 2007: 48-69

Marno, 2013. Metode Analisis VAC.

http://marno.lecture.ub.ac.id/2013/11/me

tode-analisis-vac-ekowisata/ (diakses 25

April 2015)

Shirvani, H. 1985. The Urban Design Process.

Gambar

Tabel 2. Variabel Penilaian Bangunan
Tabel 3. Variabel Penilaian Zonasi Kawasan
Gambar 4. Prosentase Usia Bangunan Kuno
Gambar 7. Bangunan dengan golongan pelestarian C (kiri) dan D (kanan.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal penagihan perlu dikembangakan metode untuk meningkatkan efektivitas penagihan karena adanya jumlah tunggakan yang terlampau besar dapat mengakibatkan kendala dalam

Apabila hasil penelitian ini dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arum Fanani secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan

Berawal dari hubungan interpersonal dan kemampuan interpersonal peserta didik yang berbeda-beda, ada yang kurang baik seperti kurang aktif dalam pembelajaran, kurang

4 Peneliti dalam hal ini mengamati manajemen pengelolaan pembelajaran bagi siswa berlatar belakang Ponpes Tahfidz (studi kasus di Mts. Peneliti kualitatif memiliki

Atas dasar inilah, maka fakta perseroan terbatas, bahwa tiap pesero yang ada di dalamnya hanya menerima saja, dan pernyataan qabul dengan qabul yang lain, tetap

Pathway to political participation: The influence of online and offline news media on internal efficacy and turnout of first-time voters.. Media Sosial dan Partisipasi

physical acts of producing utterances or the production. of the utterances or the acts of stating

Aminah Surabaya atas data gaii karyawan tetap tahun 2010, maka penditian ini dibatasi hanya p?da perencanaan paiak atas Pajak. Pengtusilan Pasal 2L