41
Made Krisna Laksmayani1, Max Nur Alam dan Effendy2 1 (Mahasiswa Program Studi Magister Agribisnis Pascasarjana Universitas Tadulako) 2 (Staf Pengajar Program Studi Magister Agribisnis Pascasa rjana Universitas Tadulako)
Abstract
This study was conducted to determine the effect of production inputs (land, seed, fertilizer and labor) towards production of Shallot, the level of technical efficiency of farming Shallots and socioeconomic factors influence the level of technical efficiency Onion farm in the village of the District Guntarano Tanantovea Donggala. The research location is determined intentionally (purposive), with the consideration that that village is a center Guntarano onion production in Sub Tanantovea Donggala. Results of analysis in this study shows that the vast land, seed, fertilizer urea, fertilizer KCL, ZA fertilizer, organic fertilizer, and labor significantly affect production or variable (Y) with the coefficient of determination (R2) of 0.848 indicates that the variation factors of production onion (Y) can be explained by all the variables (Xi) of 84.8%, while 15.2% were caused by other factors not included in the model. Technical efficiency values obtained in this study amounted to 0.897, which means that it takes the addition of a good use of production inputs as well as social and economic factors. Social and economic factors also affect the production of onion in the village Guntarano (age of respondent, to farm experience, education level, frequency of follow agricultural extension, and the number of family dependents) to the onion production generated by the coefficient of determination (R2) of 0.510 indicates that the variation onion production factor (Y) can be explained by all the variables (Xi) amounted to 51.0%.
Keywords: Efficiency Technical, Production Inputs, Farm, Shallots
Sektor pertanian memiliki peranan penting terhadap perekonomian secara nasional. Dibandingkan tanaman pangan dan perkebunan, pengembangan hortikultura lebih berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini mengingat bahwa petani Indonesia secara individu hanya mengusahakan lahan yang relatif kecil (Sumarni dan Hidayat, 2005).
Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang digunakan sebagai penyedap masakan. Kebutuhan bawang merah di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 5%. Hal ini sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia yang setiap tahunnya juga mengalami peningkatan (Sumarni dan Hidayat, 2005).
Daerah pengembangan produksi bawang merah di Sulawesi Tengah adalah
Kabupaten Donggala. Produktivitas bawang merah di Kabupaten Donggala secara umum berfluktuasi selama 5 tahun terakhir. Hal ini terlihat dari produksi bawang merah tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 mengalami penurunan sekitar 22,58%, sedangkan pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang sangat tajam yaitu sebesar 51,60%. Hal ini terjadi karena tahun 2012 terjadi perbaikan saluran irigasi tersier.
Produktivitas yang tinggi dapat dicapai dengan pelaksanaan usahatani secara efisiensi dan efektif.
Desa Guntarano merupakan salah satu sentra produksi bawang merah di Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala, namun informasi tentang upaya peningkatan efisiensi input produksi masih kurang bagi petani. Informasi tersebut sangat diharapkan agar dapat mengungkapkan besarnya pengaruh input produksi, tingkat efisiensi teknis dan faktor-faktor sosial ekonomi pada usahatani bawang merah di Desa Guntarano.
Tujuan dari penelitian ini adalah: a) Untuk mengetahui pengaruh input
produksi luas lahan, benih, pupuk Urea, pupuk KCl, pupuk ZA, pupuk Organik dan tenaga kerja terhadap produksi bawang merah di Desa Guntarano.
b) Untuk mengetahui tingkat efisiensi teknis usahatani bawang merah di Desa Guntarano.
c) Untuk mengetahui faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknis usahatani bawang merah di Desa Guntarano.
METODE
Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yakni di Desa Guntarano Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala, dengan pertimbangan bahwa Desa Guntarano merupakan salah satu sentra produksi bawang merah di Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala. Penelitian ini akan dilaksanakan
pada Bulan November Tahun 2014 sampai dengan Bulan Januari Tahun 2015.
Populasi adalah kumpulan dari individu-individu sejenis dengan kualitas dan ciri-ciri yang telah ditetapkan, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti. Populasi petani bawang merah di Desa Guntarano sebanyak 192 orang (KK). Teknik penentuan responden dengan menggunakan metode simple random sampling dengan cara undian. Jumlah sampel ditentukan dengan rumus Slovin (Sevilla et. al. dalam Boedinono, 2004), sebagai berikut:
Dimana :
n : Jumlah sampel, N : Jumlah populasi,
e : Persentase batas toleransi kesalahan (error tolerance).
Dari 192 orang petani bawang merah di Desa Guntarano sebagai populasi dan menggunakan nilai e sebesar 10%, maka diperoleh sampel sebanyak 65 orang petani bawang merah dengan asumsi kondisi populasi dalam keadaan homogen. Nilai e sebesar 10% menunjukkan interval keyakinan yang dipakai dalam penelitian ini sebesar 90%.
Analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan yang pertama adalah menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglass. Menurut Soekartawi (2003), fungsi produksi Cobb Douglass digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing input produksi, yang secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan :
Y = Produksi bawang merah (Kg)
X1 = Luas lahan yang ditanam bawang merah (Ha)
X2 = Jumlah benih (Kg)
X3 = Jumlah Pupuk Urea (Kg)
X4 = Jumlah Pupuk KCL (Kg)
X5 = Jumlah Pupuk ZA (Kg)
X6 = Jumlah Pupuk Organik (Kg)
X7 = Jumlah tenaga kerja (HOK)
bo = Intercept
b1– b7 = Koefisien regresi sekaligus Elastisitas Produksi
e = Kesalahan Pengganggu (Error Term)
Analisis data untuk menjawab tujuan yang kedua mengenai efisien teknis penggunaan input produksi dalam usahatani bawang merah digunakan sofware Frontier version 4.1 C. Menurut Suprihono (2003), efisiensi teknis hanya merupakan satu komponen dari efisiensi ekonomi secara keseluruhan. Namun, dalam upaya mencapai efisiensi ekonominya suatu usahatani harus efisien secara teknis. Efisiensi teknis adalah
proses produksi dengan menggunakan kombinasi beberapa input saja untuk menghasilkan output yang maksimal. Dalam penelitian ini nilai efisiensi teknisnya secara otomatis akan terlihat dari hasil output sofware Frontier version 4.1 C. Model Fungsi Produksi Frontier digunakan untuk lebih menyederhanakan analisis data (Coelli,
et all, 1996).
Secara ekonometrika, efisiensi teknik suatu usaha tertentu dapat terlihat dalam Tabel. 1.
Tabel 1. Definisi Variabel Fungsi Produksi Usahatani Bawang Merah
Variabel Kode Variabel Skala Pengukuran
Dependen LnY Output Satuan
Independen LnX1 Luas Lahan Hektar (Ha)
LnX2 Benih Kilogram (Kg)
LnX3 Pupuk Urea Kilogram (Kg)
LnX4 Pupuk KCL Kilogram (Kg)
LnX5 Pupuk ZA Kilogram (Kg)
LnX6 Pupuk Organik Kilogram (Kg)
LnX7 Tenagakerja Orang (HOK)
b0 Intersep
b1 – b7 Koefisien Regresi Vi – Ui Distribusi Normal
Sumber : Suprihono, 2003.
Ln Y = Ln bo + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 +
b5 Ln X5 + b6 Ln X6 + b7 Ln X7 + e
Ln Y = b0 + b1LnX1 + b2LnX2 + b3LnX3 + b4LnX4 + b5LnX5 + b6LnX6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Luas Lahan
Sesuai dengan data yang diperoleh, diketahui bahwa luas lahan yang digarap oleh petani responden dalam usahatani bawang merah di Desa Guntarano berkisar antara 0,25 ha - 1,02 ha dengan rata-rata seluas 0,50 ha. Sebagian besar petani responden (67,69%) hanya mengerjakan lahan yang luasnya berkisar antara 0,25 – 0,50 ha, selanjutnya diikuti oleh responden yang mengelola lahan usahataninya dengan luas antara 0,51 ha – 0,76 ha yaitu sebanyak 14 orang (21,54%) dan responden yang mengerjakan lahan seluas 0,77 – 1,02 ha hanya sebanyak 7 orang (10,77%).
Benih
Benih Bawang merah yang digunakan oleh responden pada umumnya adalah varietas Lembah Palu. Luas lahan usahatani bawang merah rata-rata seluas 0,5 ha dengan penggunaan benih bawang merah sebanyak 304,06 kg. Selanjutnya jika harga benih adalah Rp. 35.000,- /kg maka rata-rata biaya penggunaan benih petani responden sebesar Rp. 10.642.153,85 / 0,5 ha dan Rp. 20.315.418,50 / ha.
Pupuk
Penggunaan pupuk masing-masing adalah sebagai berikut: (1) untuk Urea rata-rata sebanyak 94,302 kg/ha dan jika harga pupuk Urea rata-rata Rp. 5.000,- per kg, maka pengeluaran untuk pupuk Urea ini mencapai Rp 471.512,48 per ha. (2) pupuk KCL rata-rata sebanyak 199,119 kg/ha dan jika harga
pupuk KCL rata-rata Rp. 7.000,- / kg, maka pengeluaran untuk pupuk KCL ini mencapai Rp. 1.393.832,59 per ha. (3) pupuk ZA rata-rata sebanyak 200,176 kg/ha, dengan harga rata-rata sebesar Rp. 2.500,- per kg, maka rata-rata pengeluaran untuk pupuk ZA ini mencapai Rp. 500.440,52 per ha, (4) pupuk Organik rata-rata sebanyak 14.931,42 kg/ha, dengan harga rata-rata sebesar Rp.500,- per kg, maka rata-rata pengeluaran untuk pupuk Organik mencapai Rp. 7.465.712,18 per ha.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan petani responden dalam usahatani bawang merah di Desa Guntarano meliputi berbagai jenis pekerjaan: pengolahan lahan, penanaman, penyiangan, penyemprotan, pemupukan dan panen. Semua jenis pekerjaan tersebut diselesaikan dengan menggunakan tenaga kerja rata-rata sebanyak 153,65 HOK per ha dengan upah sebesar Rp. 45.000/hari, maka total biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan oleh responden petani bawang merah di Desa Guntarano rata-rata mencapai Rp. 6.914.352,- per ha.
Estimasi Fungsi Produksi Cobb-Douglass Sebagai Fungsi Produksi Frontier.
Tabel 2. Hasil Estimasi Fungsi Produksi pada Usahatani Bawang Merah di Desa Guntarano Kecamatan Tanantovea, 2014.
Variabel
Estimasi OLS Estimasi MLE
Koefisien Standar Error
(Se) t ratio Koefisien
Standar Error (Se) t ratio
Konstanta 7,917 0,020 - 8,037 0,650 -
Luas Lahan (X1) 0,327 0,027 12,305 0,378 0,923 0,409 Benih (X2) 0,617 0,038 16,146 0,684 0,525 1,303 Pupuk Urea (X3) 0,494 0,036 13,793 0,568 0,431 1,318 Pupuk KCL (X4) 0,406 0,035 11,486 0,460 0,917 0,501 Pupuk ZA (X5) 0,343 0,036 9,584 0,361 0,944 0,383 PupukOrganik (X6) 0,227 0,030 7,487 0,214 0,560 0,382 Tenaga Kerja (LX7) 0,141 0,027 5,185 0,912 0,492 0,185
Sigma Squared 2,706 - - 3,616 0,170 0,212
Gamma - - - 0,991 0,972 1,019
Adjusted R Square 0,865
Log Likelihood 29,346 50,901
LR Test - 43,109
Responden 65 65
Sumber : Diolah dari data primer, 2014.
Tabel 2 menunjukkan estimasi fungsi produksi frontier dengan OLS dan metode MLE. Nilai log lilkelihood dengan metode MLE (50,901) adalah lebih besar dari nilai log likelihood dengan metode OLS (29,346) yang berarti fungsi produksi dengan metode MLE ini adalah baik dan sesuai dengan kondisi di lapangan. Nilai ratio generalized likelihood (LR) dari fungsi produksi stochastic frontier sebesar 43,109. Hal ini juga menunjukkan nilai LR test yang sangat nyata. Ini menunjukkan bahwa hampir
semua variasi dalam keluaran dari produksi frontier dapat dianggap sebagai akibat dari tingkat pencapaian efisiensi teknis.
Penggunaan Input Produksi
Input produksi yang mempengaruhi produksi bawang merah di Desa Guntarano Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala yakni : luas lahan, benih, pupuk Urea, KCL, ZA, pupuk organik dan tenaga kerja. Pengaruh variabel bebas (X) secara simultan terhadap variabel tidak bebas (Y) yang tertera pada Tabel 3.
Tabel 3. Analisis Ragam Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Guntarano Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala, 2014
Uraian Junlah Kuadrat df Kuadrat
Tengah F hitung Sig Regression 9,885 7 1,412 52,178 ,000a
Residual 1,543 57 0,027 Total 11,428 64
Tabel 3 menunujukkan bahwa Fhitung =
simultan (bersama-sama) mempengaruhi
produksi bawang merah di Desa Guntarano Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala. Pengaruh dari masing-masing variabel bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y) data diketahui dengan menggunakan uji-t (t-test) seperti yang tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Koefisien Regresi Berganda Dari Berberapa Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah Di Desa Guntaramo Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala,
2014
Sumber : Hasil analisis data primer, 2014. Koefisien determinasi yang disesuaikan (R2) sebesar 0,862 menunjukkan
bahwa variasi faktor produksi bawang merah (Y) dapat diterangkan oleh variabel bebas luas lahan (X1), benih (X2), pupuk Urea (X3),
pupuk KCL (X4), pupuk ZA (X5), pupuk
Organik (X6) dan tenaga kerja (X7) sebesar
86,2%, sedangkan 13,8% diterangkan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model misalnya faktor iklim, dan lain-lain.
Estimasi koefisien regresi pada Tabel 4 dapat ditulis dalam bentuk persamaan
Dalam persamaan regresi dari suatu penelitian, nilai koefisien pada masing masing variabel independen (luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk KCL, pupuk ZA, pupuk organik,
dan tenaga kerja) harus melalui pengujian secara parsial, hal ini bertujuan untuk mengetahui variabel independen mana saja yang memiliki pengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Uji signifikansi merupakan salah satu bagian dalam analisis regresi linear, dalam uji signifikansi ini menggunakan data yang terdapat pada Tabel 4 yang menunjukkan nilai koefisien untuk masing-masing variabel independen.
Pengaruh dari masing-masing input produksi terhadap produksi bawang merah di Desa Guntarano Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala dapat diartikan bahwa untuk setiap penambahan masing-masing input produksi (luas lahan, benih, pupuk urea, KCl, ZA, pupuk organik dan tenaga kerja) sebesar 1 % sampai pada batas optimal penambahan input dapat meningkatkan produksi bawang merah sebesar koefisien regresi masing-masing input produksi tersebut dengan asumsi faktor lain dianggap konstan. Penambahan input produksi bertujuan untuk meningkatkan produksi dalam usahatani bawang merah dengan asumsi faktor produksi lain tercukupi.
Efisiensi Teknis Usahatani Bawang Merah.
Rata-rata tingkat efisiensi teknis yang dicapai oleh usahatani bawang merah di lokasi penelitian adalah sebesar 0,8971 artinya bahwa secara keseluruhan rata-rata petani responden di daerah penelitian adalah sebesar 89,71% dari frontier. Nilai rata-rata tingkat efisiensi teknis yang dicapai petani responden menunjukkan bahwa nilai efisiensi teknis ini masih berada dibawah 1, artinya belum efisien secara teknis dan masih memungkinkan untuk menambah beberapa variabel inputnya untuk dapat meningkatkan efisiensi teknis usahatani bawang merah di Desa Guntarano Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala. Distribusi tingkat efisiensi teknis usahatani bawang merah ditunjukkan pada Gambar 1.
Sumber : Diolah dari data primer, 2014.
Gambar 1. Distribusi Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Bawang Merah di Desa Guntarano
Kecamatan Tanantovea
Kabupaten Donggala,2014.
Gambar 1 memperlihatkan bahwa tingkat efisiensi teknis minimal = 0,4502 dan maksimum = 0,9899 dengan rata-rata = 0,8971. Petani bawang merah di Desa Guntarano memiliki kategori tingkat efisiensi teknis yang cukup tinggi. Nilai efisiensi teknis yang dihasilkan tersebut mengandung arti bahwa penggunaan faktor produksi oleh para petani belum efisien atau penggunaan input produksi masih perlu ditambahkan. Input produksi yang ditambahkan dalam hal ini bukan hanya input luas lahan, benih pupuk urea, KCl, ZA, pupuk organik dan tenaga kerja, namun lebih pada peningkatan kualitas sumber daya manusia yang ada, dalam hal ini adalah faktor sosial dan ekonomi para petani.
Analisis Pengaruh Faktor Sosial dan Ekonomi Pada Usahatani Bawang Merah di Desa Guntarano Kecamatan Tanantovea
Kabupaten Donggala.
Tabel 5. Analisis Ragam Faktor Sosial dan Ekonomi Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Guntarano Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala, 2014
Uraian Junlah Kuadrat df Kuadrat
Tengah F hitung Sig
Regression 0,492 5 0,098 14,324 ,000a
Residual 0,405 59 0,007 Total 0,897 64
Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2014
Tabel 5 menunujukkan bahwa Fhitung =
14,324 dengan nilai sig = 0,000 < 0,01 membuktikan menolak hipotesis nol (H0)
pada α = 1%, artinya variabel bebas umur responden (X1), pengalaman berusahatani
(X2), tingkat pendidikan responden (X3),
frekuensi mengikuti penyuluhan (X4), dan
jumlah tanggungan keluarga (X5) secara
simultan (bersama-sama) mempengaruhi produksi bawang merah di Desa Guntarano Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala. Pengaruh dari masing-masing variabel bebas X terhadap variabel tidak bebas Y digunakan uji-t (t-test) seperti yang tertera pada Tabel 6.
Tabel 6. Koefisien Regresi Berganda Dari Berberapa Faktor Sosial dan Ekonomi Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah Di Desa Guntarano Kecamatan
Tanantovea Kabupaten Donggala, 2014
Uraian Koefisien
Regresi
t hitung Sig
Konstanta
Umur Responden (X1)
Pengalaman Berusahatani (X2) Tingkat Pendidikan (X3)
Frek Mengikuti Penyuluhan (X4) Jumlah Tanggungan Keluarga (X5)
0,897 - 0,009 0,025 0,023 0,067 - 0,008
- 0,751 1,844* 2,078** 4,760*** - 0,741
0,455 0,070 0,042 0,000 0,462 R2 = 0,740
n = 65
* = Tingkat α 10 % (0,100) ** = Tingkat α 5 % (0,050)
*** = Tingkat α 1 % (0,010)
Sumber : Hasil analisis data primer, 2014. Koefisien determinasi yang disesuaikan (R2) sebesar 0,740 menunjukkan bahwa variasi faktor produksi bawang merah (Y) dapat diterangkan oleh variabel bebas umur responden (X1), pengalaman
berusahatani (X2), tingkat pendidikan (X3),
frekuensi mengikuti penyuluhan (X4), dan
jumlah tanggungan keluarga (X5), sebesar
74,0%, sedangkan 26,0% diterangkan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model.
Estimasi koefisien regresi pada Tabel 6 dapat ditulis dalam bentuk persamaan matematik sebagai berikut :
ET* = 0,897 - 0,009 X1 + 0,025 X2 +
0,023 X3 + 0,067 X4 - 0,008 X5
* = dalam bentuk logaritma natural
yang berumur kurang dari 60 tahun akan menghasilkan usahatani yang lebih efisien dibandingkan petani yang berumur lebih dari 60 tahun. Sesuai kondisi yang terjadi di lapangan, umur petani responden di Desa Guntarano mayoritas berada pada klasifikasi tenaga kerja produktif atau masih dalam tingkat partisipasi kerja aktif (15 – 64 tahun) sebanyak 61 jiwa (93,85%), sedangkan petani tidak produktif yang berusia > 65 tahun hanya 4 jiwa (6,15%), dapat dijelaskan bahwa semakin tua umur petani menyebabkan mereka semakin lemah dalam berusaha dan lamban atau kurang tertarik untuk menerima inovasi baru.
Penelitian ini relevan dengan penelitian Effendy (2013), Suharyanto, dkk (2013), dan Ahmad (2012) yang menyatakan bahwa umur petani yang semakin meningkat tidak mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan produksi.
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa nilai t hitung = 1,844* dan nilai sig =
0,070 (lebih kecil dari α = 0,100) pada uji dua arah, berarti pengalaman berusahatani petani responden berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah di Desa Guntarano. Rata-rata pengalaman berusahatani petani responden yaitu 17 tahun, sehingga petani masih terbuka dalam menerima teknologi baru dan akan lebih mudah untuk mengetahui manfaat inovasi teknologi baru yang diperkenalkan sehingga mereka terdorong untuk menguasai dan menerapkan teknologi tersebut dalam upaya peningkatan produksi usahataninya. Nilai koefisien regresi sebesar 0,025 menunjukkan bahwa penambahan pengalaman berusahatani petani selama 1% dapat meningkatkan efisiensi teknis sebesar 0,025% dengan asumsi faktor lain dianggap konstan.
Penelitian ini relevan dengan penelitian Effendy (2013), Tanjung (2003) dan Antara, dkk (2009) yang menyatakan bahwa lamanya pengalaman berusahatani petani responden berpengaruh signifikan terhadap produksi usahatani.
Variabel tingkat pendidikan petani digunakan sebagai masukan managemen. Pendidikan merupakan variabel penting yang dapat meningkatkan efisiensi. Sesuai data yang diperoleh diketahui bahwa tingkat pendidikan responden di Desa Guntarano bervariasi antara pendidikan SD, SMP sampai dengan SMA/SLTA. Tingkat pendidikan responden petani bawang merah lembah palu di Desa Guntarano lebih terkonsentrasi pada tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 31 orang (47,69%), kemudian diikuti dengan responden yang memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 20 orang (30,77%) dan responden yang berpendidikan SD sebanyak 14 orang (21,54%). Tingkat pendidikan yang dimiliki petani menjelaskan bahwa petani bawang merah di Desa Guntarano cukup baik, sehingga dibutuhkan penyuluhan dan pendampingan, sehingga petani dapat lebih efisien dalam mengalokasikan sarana produksi dalam berusahatani bawang merah. Artinya tingginya tingkat pendidikan akan juga berdampak pada kemauan dan kemampuan petani dalam mengakses informasi tentang penggunaan faktor produksi. Hasil estimasi efisiensi menunjukkan variabel tersebut berpengaruh nyata dengan koefisien bertanda positif (0,023) dengan nilai sig 0,042 < 0,050 yang artinya makin tinggi pendidikan maka efisiensi akan semakin meningkat.
Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan Suharyanto, dkk (2013), Ahmad (2012) dan Effendy (2013) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan petani responden berpengaruh signifikan terhadap produksi usahatani.
teknologi baru (inovasi) dalam bidang pertanian yang berdampak dalam peningkatan efisiensi teknis usahatani bawang merah di Desa Guntarano. Frekuensi mengikuti penyuluhan pertanian responden bawang merah di Desa Guntarano 1 – 4 kali dalam 1 kali musim tanam sebanyak 43 jiwa (66,15%), sedangkan frekuensi 5 - 8 kali sebanyak 22 jiwa (33,85%) dengan rata-rata sebesar 3,78. Data tersebut memberikan gambaran bahwa frekuensi mengikuti penyuluhan pertanian oleh responden di desa ini relatif sudah cukup baik sehingga diharapkan dapat membantu responden dalam mengelola usahataninya. Hasil estimasi efisiensi menunjukkan variabel tersebut berpengaruh nyata dengan nilai sig 0,000 < 0,01 yang artinya makin tinggi frekuensi mengikuti penyuluhan pertanian maka efisiensi akan semakin meningkat. Nilai koefisien regresi sebesar 0,067 menunjukkan bahwa penambahan frekuensi mengikuti penyuluhan pertanian petani selama 1% dapat meningkatkan efisiensi teknis sebesar 0,067% dengan asumsi faktor lain dianggap konstan.
Penelitian ini relevan dengan Effendy (2013) yang menyatakan bahwa frekuensi mengikuti penyuluhan pertanian bagi petani responden berpengaruh signifikan terhadap produksi usahatani.
Hasil analisis terhadap jumlah anggota rumah tangga petani terhadap efisiensi usaha tani memberikan pengaruh yang tidak nyata walaupun memiliki koefisien yang bertanda negatif (-0,008) yang berarti semakin banyak jumlah anggota rumah tangga maka akan semakin tidak efisien dalam usahataninya. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 48 jiwa (73,85%) memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 1 – 3 orang, sedangkan 17 jiwa (26,15%) mempunyai jumlah tanggungan keluarga sebanyak 4 - 6 orang. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga petani responden relatif sedikit. Fakta yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa besar kecilnya jumlah tanggungan keluarga tidak mempengaruhi
produksi yang dihasilkan dalam usahatani bawang merah. Hal ini didukung oleh adanya fenomena saat ini bahwa banyak anak petani yang enggan terlibat atau meneruskan usahatani orang tuanya sendiri bahkan ada orang tuanya sendiri yang yang tidak mendukung anaknya untuk berusahatani. Hal ini karena sektor pertanian belum memberikan insentif yang menarik terhadap pelaku usahanya, sehingga mereka belum merasa tertarik untuk melanjutkannya.
Penelitian ini relevan dengan Suharyanto, dkk (2013) dan Tanjung (2003) yang menyatakan bahwa jumlah tanggungan keluarga petani responden berpengaruh tidak nyata terhadap produksi usahatani.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Hasil penelitian terhadap usahatani bawang merah di Desa Guntarano Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk KCL, pupuk ZA, pupuk organik, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi atau variabel (Y). Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,848 menunjukkan bahwa variasi faktor produksi bawang merah (Y) dapat diterangkan oleh semua variabel (Xi) sebesar
84,8 %, sedangkan 15,2 % disebabkan oleh faktor lain yang tidak dimasukan dalam model.
Nilai Efisiensi teknis yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 0,8971 yang berarti bahwa diperlukan penambahan baik penggunaan input produksi maupun faktor sosial dan ekonomi yang ada di Desa Guntarano Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala.
teknis usahatani bawang merah lembah palu yang dihasilkan. Faktor umur petani responden dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif terhadap tingkat efisiensi teknis usahatani bawang merah.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad. Y. K., 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis pada Usahatani Padi Lahan Pasang Surut di Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan.
Univ Lambung Mangkurat. Kalimantan Selatan Jurnal Agribisnis Perdesaan, 2(1) ; 35 - 52
Ahmad. Y. K. Sri H dan Yusman S., 2008.
Analisis Efisiensi Ekonomi dan Daya Saing Jagung Pada Lahan Kering di Kabupatem Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Jurnal Forum Pascasarjana, 31 (2) ; 93-103
Boediono. 2002. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.1 Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE
Effendy. 2010., Efisiensi Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah di Desa Masani Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso. Jurnal Agroland, 17(3) ; 233 – 240
Effendy. Nuhfil H, Budi S & A. Wahib M., 2013.a. Effect Characteristics of Farmers on the Level of Technology Adoption Side-Grafting in Cocoa Farming at Sigi Regency-Indonesia.
Journal of Agricultural Science, 5 (12); 154 – 160.
Effendy. Nuhfil H, Budi S & A. Wahib M., 2013.b. Characteristics of Farmers and Technical Efficiency in Cocoa Farming at Sigi Regency - Indonesia with Approach Stochastic Frontier Production Function. Journal of Economics and Sustainable Development. 4(14) ; 72 – 77.
Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi jilid 2. P.T Raja Grafindo Persada. Jakarta
Suharyanto, Jangkung. H.M, 2013. Analisis Efisiensi Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Di Provinsi Bali, Univ Gadjah Mada. Yogyakarta. SEPA, 9 (2) ; 219 – 230. Sukiyono. K. 2004. Analisa Fungsi produksi
dan Efisiensi teknik : Aplikasi fungsi produksi frontier pada usahatani cabai. Diakses tanggal 2 Januari 2013. Sumarni dan Hidayat. 2005. Panduan teknis
PTT Bawang merah No.3. Balai Penelitian Sayuran IPB.
Suprihono. B. 2003. Analisis Efisiensi Usahatani Padi Lahan Sawah Di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak. Univ. Diponegoro. Semarang. Tanjung, I. 2003. Efisiensi Teknis dan Ekonomis Petani Kentang di Kabupaten Solok Propinsi Sumatera Barat: Analisis Stochastic Frontier.