• Tidak ada hasil yang ditemukan

Portal Publikasi - STKIP Siliwangi Bandung – Jurnal Semantik : Volume 1 No. 1 – Februari 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Portal Publikasi - STKIP Siliwangi Bandung – Jurnal Semantik : Volume 1 No. 1 – Februari 2012"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

i

Pelindung:

Prof.H.Aas Syaefuddin,MA

Dr.H.Heris Hendriana,M.Pd

Drs.H.Rochmat Tri Sudrajat,M.Pd

Pimpinan Umum :

Prof.Dr.H.Yoyo Mulyana,M.Pd

Pimpinan Redaksi :

Dra.Teti Sobari,M.Pd

Dewan Redaksi :

Dra.Hj.Wikanengsih,M.Pd

Dra.Hj.Ika Mustika,M.Pd

Dr.Endang Kasupardi,M.Pd

Dr.Hj.Euis Eti Rohaeti,M.Pd

Pimpinan Usaha :

Drs.Dede Abdurakhman,M.Pd

Sirkulasi :

Aditya Permana,S.Pd

Desain Grafis dan Editing :

Firdy Ardiansyah

Alamat Redaksi :

STKIP Siliwangi

Jl. Terusan Jenderal Sudirman, Cimahi – Jawa Barat Telp : 022-6658680, Fax : 022-6629735

Website : www.stkipsiliwangi.ac.id

email : bahasaindonesia@yahoo.co.id

Pengantar Redaksi ... ii Pedoman Penulisan Naskah ... iii MODEL PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BERBASIS LINGKUNGAN.

Oleh : Dr.Endang Kasupardi,S.Pd,M.Pd ... 1

PENERAPAN TEKNIK SIKLUS BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS LAPORAN ILMIAH BERBASIS VOKASIONAL DI SMK

Oleh : Dra.Teti Sobari,M.Pd ... 17

SCAFFOLDING INTERACTION CYCLE IN READING TO LEARN PROGRAM

Oleh : Silvia Widianingsih,S.Pd,M.Pd ... 43

MENULIS POSTER DAN SLOGAN MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

Oleh : Dr.Abdul Azis,M.Pd ... 65

PENGGUNAAN TEKNIK MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA

Oleh : M.Dudung Jamiat,S.Pd,MM ... 75

TEKNIK CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS (CDA) PADA PEMBELAJARAN CERPEN

oleh : Drs.Didi Sahidin,M.Pd ... 91

KEANEKARAGAMAN PANTUN DI INDONESIA Oleh : Dinni Eka Maulina ... 107

PENGACUAN DALAM WACANA TULIS FACEBOOK

(4)

ii

pemerataan pendidikan di semua kalangan masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa fokus utama pendidikan yaitu menciptakan pendidikan yang bermutu dan berdaya saing global. Untuk mewujudkan misi tersebut dibutuhkan para penggerak yang mempunyai etos kerja, koordinasi, dan tata nilai yang dapat mendukung terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Penerbitan Jurnal Ilmiah Semantik ini diharapkan dapat mendukung terciptanya kualitas pendidikan yang bermutu dan berdaya saing global.

Pada edisi perdana Jurnal Ilmiah Semantik ini, kami menyajikan beberapa penulis yang memiliki kompetensi, pengalaman, dan integritas di bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sehingga kami memandang memang perlu untuk menyebarkan gagasan dan konsep kontemporer tentang bahasa dan sastra Indonesia kepada masyarakat luas.

Beberapa tulisan dalam edisi ini, antara lain :

Dr. Endang Kasupardi, S.Pd.,M.Pd. menyimpulkan bahwa pengalaman dan lingkungan siswa pada proses pembelajaran menulis cerpen merupakan modal dasar dalam mengembangkan ide cerita menjadi sebuah tulisan yang menarik dan enak dibaca. Ide yang dipahami tersebut memiliki makna yang mendalam sehingga ia menyadari kapan cerita dimulai dan bagaimana cerita diakhiri.

Dra. Teti Sobari, M.Pd. mengemukakan bahwa pembelajaran menulis memerlukan cara-cara yang lebih menarik agar siswa akan lebih mudah membuat tulisan yang menjadi tugas dari kegiatan pembelajaran. Terutama siswa kalangan SMK, memerlukan suatu latihan dalam membuat laporan hasil dari kegiatan praktiknya. Teknik siklus belajar diharapkan mampu memberikan warna dalam kegiatan pembelajaran menulis laporan ilmiah bagi siswa SMK.

Dr. Abdul Aziz, Drs. M.Pd. menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, pengembangan kemampuan berpikir kreatif akan lebih tepat bila diintegrasikan dengan pembelajaran menulis sehingga kegiatan menulis siswa akan mempertajam kreativitas.

Sebagai penutup Kami mengucapkan terima kasih kepada para penulis atas kontribusinya serta Pimpinan STKIP Siliwangi atas dukungan dalam penerbitan Jurnal Ilmiah Semantik ini. Tidak lupa juga, kami mohon maaf apabila di dalam penulisan Jurnal Ilmiah Semantik ini terdapat kesalahan. Untuk itu kami terbuka menerima saran dan kritik untuk memperbaiki kualitas jurnal ini.

(5)

iii

pikiran dan pandangan dari segala bidang pendidikan atau profesi yang belum pernah dan tidak sedang dalam pertimbangan untuk diterbitkan dalam jurnal lain.

2. Naskah dapat dikirim dalam bentuk softcopy (dalam bentuk CD) ke Redaksi Jurnal SEMANTIK dengan alamat STKIP Siliwangi Jl. Terusan Jenderal Sudirman, Cimahi-Jawa Barat. Atau naskah dapat dikirim ke alamat email : bahasaindonesia@yahoo.co.id

3. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dengan menggunakan MS Word, jarak spasi 2, jenis huruf Times New Roman, ukuran 12, margin 1 inci pada setiap sisinya. Panjang maksimal seluruh naskah (termasuk gambar, tabel, dan daftar pustaka) berjumlah 20 halaman.

4. Naskah disertai abstrak dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris terdiri dari maksimal 200 kata, dan kata kunci sebanyak 4-6 kata yang ditempatkan di bawah abstrak.

5. Sistematika penulisan naskah meliputi :

a. Pendahuluan

berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, serta tujuan yang telah dicapai dari penelitian yang telah dilakukan.

b. Metode

menguraikan tentang prosedur pelaksanaan penelitian, bahan atau alat yang digunakan, serta teknik pengumpulan data.

c. Hasil dan Pembahasan

memuat gambara yang jelas tentang kajian atau hasil penelitian yang dikaitkan dengan rumusan masalah serta hasil penelitian sejenis yang telah dipublikasi sebelumnya. Diskusi mengenai hasil kajian atau penelitian diuraikan pada bagian ini.

d. Kesimpulan dan Saran

memuat kesimpulan penelitian yang singkat dan jelas. Jika ada sertakan saran-saran yang muncul sebagai akibat dari hasil kajian atau penelitian yang telah dilakukan.

e. Daftar Pustaka

ditulis dan disusun berdasarkan abjad, dengan urutan untuk setiap pustaka : nama penulis, tahun terbit, judul/sumber artikel, nama penerbit,/jurnal, edisi/volume, halaman, nama kota dan nama penerbit.

6. Naskah yang diterbitkan telah melalui penilaian sekurang-kurangnya oleh dua independent referee.

(6)
(7)

1 |

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

BERBASIS LINGKUNGAN

(Studi Kasus Unsur Pengalaman dan unsur waktu individu pada siswa SMP Negeri 3 Cisurupan)

Oleh : Dr.Endang Kasupardi, S.Pd.,M.Pd Dosen STKIP Siliwangi Bandung

Abstrak

Pembelajaran menulis cerpen bagi siswa SMP cenderung kurang mampu memaksimalkan fungsi pengalaman individu dan lingkungan sebagai sumber ide dalam menulis. Akibatnya, keterampilan menulis cerpen sampai saat ini masih sulit dikuasai dan dipraktikkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Padahal siswa melalui pengalaman dan lingkungan memiliki peranan ganda yakni, sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Peranan ini menunjukkan bahwa siswa memiliki kebebasan dalam menyikapi perbedaan dan pengaruh yang diterima sebagai sebuah pengalaman yang menarik bagi siswa itu sendiri dan atau bagi lingkungan sosial.

Pengalaman dan lingkungan yang dimiliki siswa pada proses pembelajaran menulis cerpen, merupakan modal dasar dalam mengembangkan ide cerita menjadi sebuah tulisan yang menarik dan enak dibaca. Bagi Penulis, ide yang dipahami tersebut memiliki makna yang mendalam sehingga Ia menyadari kapan memulai dan bagaimana cerita diakhiri.

Pada penelitian pengembangan ini, lingkungan dan pengalaman yang dimiliki siswa menjadi sebuah model pembelajaran menulis cerpen, sehingga hambatan dan kesuliatan siswa dalam menguasai keterampilan menulis dapat diatasi dan menjadi kemampuan yang dimiliki siswa.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

(8)

| 2

Pada proses pembelajaran menulis cerpen berdasarkan lingkungan dan pengalaman hidup, peranan siswa berfungsi sebagai pengisah dan pemberi tanggapan terhadap pengalaman dan lingkungan sosial. Secara rinci, siswa memahami dan dapat mendalami makna pengalaman hidup secara keseluruhan. Siswa pun menyadari kapan mulai dan bagaimana berakhir kisah hidup yang dialaminya. Kenyataan tersebut akan mempermudah siswa dalam belajar menulis cerita pendek karena menjadi sebuah strategi pembelajaran yang dibimbing oleh guru.

Namun demikian, dalam kenyataan hidup siswa, ketika lingkungan dan pengalaman disusun menjadi sebuah model pembelajaran menulis, ternyata masih banyak ditemukan berbagai faktor penghambat proses pembelajaran menulis cerpen tersebut. Hal ini terjadi karena lingkungan belum secara menyeluruh dipahami sebagai sebuah potensi bahan tulisan, keterbatasan guru dalam memahami langkah-langkah pembelajaran menulis, keterbatasan kemampuan menganalisis sebab akibat suatu peristiwa yang dialami, dan keterbatasan kemampuan memahami apa, siapa, di mana, apabila, mengapa dan bagaimana menyusun unsur intrinsik cerpen. Atas dasar hal terebut maka untuk menguasai keterampilan menulis cerpen ternyata masih memerlukan penekanan penerapan model pembelajaran menulis cerpen yang teruji, memenuhi kriteria pemodelan menulis, dan yang lebih utama adalah dapat mempermudah kegiatan menulis cerpen yang dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut Kuswara (2009:32) bahwa, seorang guru dalam proses belajar mengajar menulis cerpen kurang memperhatikan lingkungan sehingga lingkungan tidak dapat dimanfaatkan sebagai sebuah model dalam proses pembelajaran menulis. Guru pun menekankan kekuatan daya khayal siswa dalam membuat sebuah cerpen. Pembelajaran menulis cerpen hanya bersifat menunjukkan kemampuan kognitif siswa, dan tidak tidak diikuti proses afektif dan psikomotorik. Pada proses pembelajaran menulis cerpen, guru lebih banyak menekankan pada unsur teori bukan pada praktik, kenyataan tersebut menunjukkan bahwa guru sering melupakan lingkungan dan pengalaman hidup siswa untuk dikembangkan menjadi ide dan bahan cerita yang menarik ketika dilaksanakan pada proses pembelajaran menulis cerpen.

(9)

3 |

pengalaman individu memiliki pangkal dan ujung yang mencerminkan lingkungan sosial dan budaya yang terjadi pada lingkungannya. Teeuw (1983:11) menyatakan bahwa, menulis tidak ditulis dalam kekosongan budaya, Kase, (2007:62) berpendapat bahwa, pengalaman tidak dapat dipisahkan dari budaya yang sudah berlangsung sebelumnya yang diperoleh dari lingkungan sosial. Menurut Sudrajat (2010:1) bahwa, pengalaman individu merupakan selingkung kehidupan yang pernah dialami sebelumnya, kini dan yang akan datang.

Lingkungan sebagai sarana belajar menulis bagi siswa, sebenarnya sudah membentuk gaya tersendiri yang membedakan antara individu satu dan individu lain. Gaya yang dimiliki individu ketika diproyeksikan pada kegiatan menulis cerpen, menghasilkan suatu gaya penulisan yang sering dianut oleh para penulis profesional dan berbagai lembaga penerbitan serta lingkungan menjadi ciri khas masing-masing. Oleh karena itu, pengaruh lingkungan selain sebagai ciri seorang individu, juga menjadi ciri lembaga-lembaga yang bersangkutan dalam membedakan dirinya dengan yang orang lain.

Lingkungan sebagai sebuah proyeksi model pada penerbitan buku berfungsi; pertama, lingkungan sebagai ciri khas penerbit dan hanya berguna bagi penerbit yang bersangkutan. Lingkungan menjadi gaya yang dianut secara internal oleh penerbit yang bersangkutan; Kedua, lingkungan sebagai daya pembeda antar penerbit satu dengan penerbit lain. Daya pembeda yang dimaksud adalah kekuatan satu lembaga penerbitan, baik dari kemasan jilid, tata letak, penulisan dan gaya bahasa yang digunakan; Ketiga, isi materi dan kemasan. Penerbit hanya menerbitkan bidang keilmuan, umum, pelajaran sekolah, materi pengayaan, keagamaan, sastra, budaya, atau hukum.

Pengalaman yang berasal dari lingkungan sebagai unsur gaya dan daya pembeda dalam menulis, seperti ditegaskan Kuswara (2009:51) bahwa, Seorang penulis yang ingin menggambarkan kejadian dalam suatu cerita dengan jelas, maka ia akan mencatat apa yang terjadi, siapa pelaku cerita, dimana tempat kejadian cerita, kapan dan mengapa terjadi serta bagaimana peristiwa itu dapat terjadi. Jawaban terhadap berbagai pertanyaan tersebut maka seorang penulis akan mendeskripsikannya dengan tepat dengan menyusun sesuai langkah-langkah kejadian yang sebenarnya (Kuswara, 2009:51).

(10)

| 4

Rentang waktu tersebut antara lain, pertama, pengalaman masa lalu. kedua, pengalaman masa kini, dan ketiga pengalaman masa depan.

Rentang waktu masa lalu, siswa SMP usia 12-15 tahun dipandang sudah memiliki pengalaman masa lalu yang terjadi pada lingkungan sosial. Rentang masa kini, merupakan kejadian suatu peristiwa yang dialami siswa saat ini, dan atau sedang berlangsung. Rentang waktu masa depan, merupakan pengalaman pengemasan pengalaman masa lalu dan masa kini yang dirancangbangun, dipikirkan sebagai sebuah proyeksi kehidupan pada masa yang akan datang.

Berdasarkan hal tersebut maka gagasan dalam menemukan pemecahan kesulitan siswa belajar menulis cerpen terus dicari, diuji coba, dinalisis kelebihan dan kekurangnya. Maka ketika gagasan ditemukan kemudian diterapkan pada proses pembelajaran menulis diharapkan dapat menjadi sebuah model yang efektif dan efisien.

Model yang efektif dan efisien dalam proses pembelajaran menulis merupakan usaha untuk mengatasi kesulitan siswa menulis cerpen sehingga siswa memiliki kemampuan menulis cerpen. Model yang efektif dan efesien dalam belajar menulis cerpen pada proses pembelajaran, masih ditemukan berbagai hambatan seperti hal-hal berikut. Pertama, guru memiliki keterbatasan dalam membimbing siswa belajar menulis cerpen dengan menggunakan model yang sudah ada; kedua, guru memiliki keterbatasan kemampuan dalam menulis cerpen; ketiga, kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar menulis cerpen yang membatasi ruang lingkup siswa dalam menetapkan tema tulisan; keempat, pembelajaran menulis cerpen masih bersifat mengembangkan kemampuan berpikir/kemampuan mengkhayal (kognitif) dalam menyusun cerpen; kelima, siswa memulai menyusun cerpen berdasarkan khayalan bukan berdasarkan pada kenyataan; keenam, guru sering menghimbau penggunaan kalimat yang berpola ejaan yang disempurnakan (EYD) dalam cerpen yang disusun siswa; ketujuh, siswa lebih sering belajar teori tentang cerpen daripada membuat cerpen; kedelapan, pembelajaran menulis cerpen pada kurikulum bahasa Indonesia di SMP, hanya berkisar 8 pertemuan pada dua semester di kelas IX dari 6 semester selama belajar di SMP; kesembilan, Lingkungan sosial dan pengalaman siswa masih dianggap dangkal untuk sebuah cerpen; kesepuluh, praktik menulis cerpen dipenuhi teori dan aturan menulis yang berakibat siswa enggan dan merasa sulit dalam menulis cerpen; kesebelas, adanya keyakinan bahwa menulis cerpen itu sulit sehingga menimbulkan keengganan dalam menyusun cerpen.

(11)

5 |

terbatas berdasarkan hasil pelaksanaan tes, observasi, studi dokumentasi, wawancara dan angket pada seluruh siswa sebanyak 525 orang, menunjukkan hasil data sebesar 20% siswa memahami keterampilan menulis cerpen. Uraian data tersebut antara lain, hanya 3% siswa mampu memikirkan dan mengungkapkan ide tulisan, hanya 3% siswa mampu membuat judul yang baik, 2% siswa mampuan membangun latar cerita, hanya 3% siswa mampu membangun alur cerita, hanya 5% siswa mampu mencitrakan dirinya dalam sudut pandang cerita, hanya 1% siswa mampu mengembangkan ide, hanya 0.5% siswa mampu menggunakan pola kalimat dalam cerpen, hanya 0.5% siswa mampu menganalisis kalimat dalam cerpen, dan hanya 2% siswa mampu menyusunan cerpen.

Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran menulis cerpen di SMPN 3 Cisurupan masih sulit dikuasai oleh siswa sebagai sebuah kemampuan hasil pembelajaran menulis pada pelajaran bahasa Indonesia.

Adapun hambatan pembelajaran menulis cerpen bagi guru pada pra penelitian di Rayon 6 Ciakajang Kabupaten Garut antara lain, pertama, guru malas ketika akan mulai menulis, Kedua, guru memiliki kesibukan mengerjakan administrasi sehingga kesempatan menulis sangat sedikit, Ketiga, guru kurang mampu dalam mengelola waktu dan menyisihkan kegiatan untuk menulis, keempat, guru merasa kurang bahan dalam menyusun tulisan, kelima, guru mengalami kesulitan dalam menuangkan ide dan gagasan pada sebuah tulisan, keenam, guru sulit menentukan topik yang menarik untuk sebuah tulisan, ketujuh, guru mengalami kesulitan menjabarkan ide tulisan, kedelapan, guru kurang percaya diri menunjukkan hasil tulisan, dan kesembilan, guru merasa tidak memiliki tantangan dalam menghasilkan sebuah tulisan.

Simpulan dari berbagai hambatan menulis yang dialami oleh siswa dan guru dinyatakan bahwa keterampilan menulis masih sulit dilakukan oleh yang bersangkutan. Padahal hakekat kegiatan menulis merupakan suatu bentuk komunikasi dalam menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu, seperti halnya keterampilan berbahasa yang lain.

Berdasarkan hal tersebut penelitian pengembangan ini berusaha mengembangkan model pembelajaran menulis cerpen berbasis lingkungan pada siswa SMP kemudian proses dan hasil pembelajaran tersebut diteliti dan dianalisis perkembangan tahap demi tahap pembelajaran. Penelitian ini diberi judul,

Pe ge a ga Model Pe elaja a Me ulis Ce pe Be asis Li gku ga pada

Siswa Kelas IX SMP. (Studi Unsur Pengalaman Individu dengan Menerapkan

(12)

| 6

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian pengembangan adalah sebagai berikut.

1. bagaimanakah pengembangan model pembelajaran menulis cerpen pada saat berlangsung pelaksanaan penelitian ini?

2. bagaimana bentuk pengembangan desain model pembelajaran menulis cerpen berbasis lingkungan yang dapat mengatasi kesulitan siswa dalam menulis cerpen?

3. sejauhmana pengembangan desain model pembelajaran menulis cerpen berbasis lingkungan yang digunakan pada siswa kelas IX SMP?

4. bagaimanakah tingkat efektifitas hasil pengembangan model pembelajaran menulis cerpen berbasis lingkungan yang digunakan pada siswa kelas IX SMP? 5. Bagaimanakah dampak perbedaan hasil pengembangan model pembelajaran

menulis cerpen berbasis lingkungan yang digunakan pada siswa kelas IX SMP?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memberikan pemecahan masalah kesulitan siswa menulis cerpen, sehingga diharapkan dapat menghasilkan suatu model pembelajaran menulis cerpen yang teruji dan efektif dalam memecahkan permasalahan siswa.

Berdasar hal tersebut maka tujuan penelitian ini dirinci sebagai berikut;

1. menganalisis pelaksanaan pengembangan model pembelajaran menulis cerpen pada saat berlangsung pelaksanaan penelitian ini;

2. mengembangkan bentuk pengembangan desain model pembelajaran menulis cerpen berbasis lingkungan yang dapat membantu mengatasi kesulitan siswa menulis cerpen;

3. merancang pengembangan desain model pembelajaran menulis cerpen berbasis lingkungan yang digunakan pada siswa kelas IX SMP;

4. menganalisis tingkat efektifitas hasil pengembangan model pembelajaran menulis cerpen berbasis lingkungan yang digunakan pada siswa kelas IX SMP; 5. menganalisis dampak perbedaan hasil pengembangan model pembelajaran

menulis cerpen berbasis lingkungan yang digunakan pada siswa kelas IX SMP;

(13)

7 |

Penelitian pengembangan ini diharapkan dapat menghasilkan suatu simpulan yang dapat direkomendasikan dan menjadi masukan baru bagi pengajaran bahasa, khususnya bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam mengusai keterampilan menulis cerpen.

II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Produk akhir yang diharapkan dari hasil penelitian pengembangan ini adalah validasi model pembelajaran menulis cerpen berbasis lingkungan melalui strategi inkuiri. Dengan demikian penelitian ini akan dilakukan dengan metode penelitian pengembangan dari Borg&Gall (1979).

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi dan subjek penelitian pengembangan ini, untuk ujicoba keterpakaian model terbatas, dilaksanakan di SMP Negeri 3 Cisurupan Kabupaten Garut. Dan uji coba lebh luas dilaksanakan pada SMP yang berbeda di wilayah kota, tengah dan pedesaan.

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Sumber Data dan Informan a. Sumber Data

Sumber-sumber data yang digunakan adalah: (a) Profil KTSP di lingkungan SMP ujicoba terbatas dan ujicoba luas; (b) profil Silabus Bahasa Indonesia yang digunakan di lingkungan SMP ujicoba terbatas dan ujicoba luas; (c) Profil Guru dan siswa SMP ujicoba terbatas dan ujicoba luas; (d) profil komponen pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas IX SMP ujicoba terbatas dan ujicoba luas.

b. Informan

Informan yang digunakan peneliti untuk ujicoba terbatas dan ujicoba luas berdasrakan pada Sugiyono, (2009:300). informan diminta untuk berdiskusi, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya (Moleong, 1995;215). Maka data yang dikumpulkan berupa; (a) kata-kata atau deskripsi dan narasi; (b) tindakan atau perilaku dan sikap; (c) tulisan-tulisan; (d) foto-foto/video; (e) data-data statistik lainnya.

2. Teknik Pengumpulan Data

(14)

| 8

mencakup kondisi lingkungan, dipakai dengan (1) studi dokumentasi; (2) wawancara; (3) observasi; (4) tes sebagai studi kecenderungan mengenai data awal yang menunjukkan adanya potensi untuk melaksanakan suatu pengembangan Model melalui ujicoba revisi model.

III. KAJIAN PUSTAKA

A. Model

1. Konsep Model

Model tercipta berdasarkan pada sebuah pemikiran tentang permasalahan yang rumit dan pelik sehingga timbul inisitaif untuk memecahkannya dengan cara yang mudah serta sederhana dalam melaksanakannya. (Dep. P dan K, 1984:75).

2. Pengertian Model

Model merupakan abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat prosentase yang bersifat menyeluruh, atau model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya (Simamarta, 1983: ix-xii).

Penelitian ini, menggunakan referensi model seperti pada,

http://www.scribd.com/doc/ 2479292/ModeldanSistem yakni; Model menurut referansi waktu. Model yang dibuat berdasarkan pertimbangan waktu ini memiliki sifat-sifat sebagai berikut; a) Statis, model statis ini tidak memasukkan faktor waktu dalam perumusannya. b) Dinamis, model ini mempunyai unsur waktu dalam perumusannya.

Model yang disusun dalam penelitian ini berdasarakan pada urutan waktu kejadian yang dialami individu dalam lingkungannya. Namun demikian pengalaman individu ini tidak dibatasi dengan yang pernah dialami saja tetapi termasuk di dalamnya yang menjadi gejolak individu secara intrinsik dan ekstrinsik. Dengan demikian pengalaman individu yang menjadi model dalam penelitian ini bersifat rekonstruksi, konstruksi dan proyeksi. Ketiga, pengalaman ini, disesuaikan pula dengan pengalaman bahasa yang dapat menggambarkan kejadian yang menyertai pengalamannya.

B. Model pembelajaran menulis cerpen Berbasis lingkungan melalui strategi Inkuiri (MPMCBLMSI)

(15)

9 |

Model pembelajaran menulis cerpen Berbasis lingkungan melalui strategi Inkuiri (MPMCBLMSI) merupakan model pembelajaran menulis yang memperhatikan dua unsur pendukung dalam diri seorang individu. Unsur tersebut antara lain unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik berkaitan dengan jiwa individu yang berproses memahami dirinya dan peduli terhadap lingkungannya. Proses pemahaman individu bersifat kognitif, afektive, dan psykomotor. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah pengaruh yang berasal dari luar individu seperti lingkungan, keluarga, pertemanan, dan lingkugnan sosial yang lebih luas lagi yang memengaruhi individu. MPMCBLMSI ini pun memperhitungkan kejadian suatu peristiwa berlangsung dengan perangsangan kata dan kalimat yang dapat menunjukkan waktu kejadian tersebut.

2. Parameter Pembelajaran Penyadaran Lingkungan

Pendidikan lingkungan merupakan suatu proses saling terkaiterkaitan antara keadaan alam, lingkungan sekeliling dan manusia itu sendiri. Pendidikan yang dikembangakan semata-mata hanya untuk memberikan penyadaran lingkungan, diantaranya, a) menghadapkan seseorang pada persoalanan lingkungan sehari-hari secara terus menerus pada kenyataan hidup, yang mudah dipahami dan masuk akal dan dialami oleh siswa. b) menumbuhkan peradaban malu seperti; mengotori tempat sendiri dan tempat orang lain, menyusahkan dan mengganggu orang lain, merusak fasilitas umum, melanggar kaidah umum dan kaidah sosial, menilai diri sendiri istimewa sehingga pantas didahulukan dalam segala urusan atau pantas mendaptkannya, segala aktifitas, dikebalkan dari segala peraturan dan ketentuan, bersembunyi dibelakang orang lain dan melemparkan kesalahan kepada orang lain.

3. Deskripsi Teori Penelitian dan Komponen

Deskripsi teori dan komponen yang memengaruhi pembelajar menulis karena MPMCBLMSI memiliki bagian-bagian yang memperjelas kedudukan penulis ketika memulai kegiatannya. Komponen berbasis lingkungan yang dialami oleh siswa yakni; komponen masa lalu (disebut memasalalukan), komponen masa kini (disebut memasakinikan), komponen masa depan (disebut memasadepankan), dan komponen penggunaan kategori ruang dan waktu dengan menggunakan kosakata yang dapat menunjukan kejadian suatu peristiwa.

Secara detil komponen-komponen MPMCBLMSI tersebut dapat diuraikan di bawah ini;

a. Berbasis Lingkungan

(16)

| 10

memberikan pengaruh kepada lingkungannya. 3) sudut pandang memaknai lingkungan terbatas dan lingkungan lebih luas dari individu terhadap lingkungannya, 4) respon individu terhadap lingkungannya.

b.Makna Memasalalukan

Masa merupakan rentang waktu lama, satuan waktu yang berlaku pada masa lampau. Kejadian pada masa lampau dalam kegiatan menulis, kejadian yang pernah dialami pada masa lalu (rekonstruksi) menjadi ide menulis yakni segala sesuatu yang berkenaan dengan kejadian pada masa atau waktu yang telah lalu, atau pernah dialami oleh orang yang bersangkutan.

Kejadian pada masa lalu kemudian diingat, dipikirkan, diperbaiki, dikemas, disuguhkan kepada khalayak umum, sehingga menjadi pengalaman yang menarik untuk dituliskannya.

c. Pengalaman Masa Kini

Masa kini (disebut juga memasakinikan) merupakan pengalaman individu pada kehidupan nyata yang sedang berlangsung sekarang dan hari ini. Makna memasakinikan membawa seorang individu untuk memulai menulis dari kehidupan yang dirasakan dan sedang berlangsung sekarang (konstruksi). Dengan demikian memasakinikan merupakan kegiatan menulis yang berdasarakan pada kenyataan hidup yang terjadi dan sedang dirasakan ketika kegiatan menulis itu berlangsung atau kegiatan yang tidak begitu jauh dengan kegiatan ketika menulis.

d. Pengalaman Masa Depan

Pengalaman Masa Depan atau memasadepankan. Waktu ini bersifat pandangan dan harapan serta cita-cita jauh kedepan yang belum teralami. Namun demikian cerita yang dimaksud sudah dapat dibayangkan atau diperkirakan kesinambungannya dengan kegiatan masalalu, masa kini dan masa depannya (proyeksi).

e. Penggunaan kosa kata yang dapat menunjukkan waktu kejadian suatu peristiwa

Ide menulis dengan menggunakan kata kunci yakni menetapakan kunci kejadian suatu peristiwa yang dialami penulis. Kata-kata yang dapat menentukan kejadian suatu peristiwa diurakan seperti di bawah ini;

(17)

11 |

2) Kata-kata yang dapat menunjukkan kegiatan masa kini diantaranya adalah; selalu, umumnya, sebenarnya, biasanya, tidak pernah, kadang-kadang, tiap hari, ketika, sekali-kali, seuatu waktu, sering, secara teratur, saat sekarang, dan setiap minggu.

3) Kata-kata yang dapat menunjukkan kegiatan masa depan diantaranya adalah Nanti sore, nanti malam, besok, sebelum, sesudah, hingga, segera sesudah, ketika, sementara waktu itu, segera, minggu depan, keesokan harinya, minggu sebelumnya, kemari dulu, bulan sebelumnya

H. Hasil Penelitian

Pelaksanaan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) sembilan tahun hingga kini di Kabupaten Garut, masih belum menunjukan peningkatan yang berarti. Jumlah Ideal lembaga pendidikan SMP di Kabupaten Garut seharusnya tersedia sebanyak 300 sekolah, namun dalam kenyataannya sekarang, Kabupaten Garut baru memiliki 138 SMP Negeri (Pertahun pelajaran 2009), dan 51 sekolah swasta dan MTs (pertahun pelajaran 2009).

I. Pembahasan Hasil Penelitian

(18)

| 12

dangkal, datar, tidak menarik, dan kehidupan seolah-olah berjalan normal dan stabil. Keduabelas, tidak adanya kesinambungan perasaan dan pemikiran dalam kehidupan sehari-hari dengan bahan tulisan yang dipraktikannya. Ketigabelas, praktik menulis selalaui dipenuhi teori dan aturan, sehingga menimbulkan keengganan individu dalam menulis. Keempatbelas, adanya kepercayaan guru dan siswa yang mendalam terhadap teori dan opini public tentang betapa sulitnya menulis.

Analisis Penerapan MPMCBL

Analisis data siswa yang sulit mengusai keterampian menulis tersebut maka ditemukan langkah-langkah menulis cerpen berbasis lingkungan melalui strategi inkuiri. Maksud dari berbasis lingungan ini adalah, pertama, siswa menyusun tulisan cerpen berdasarkan pada kenyataan hidup, baik itu lingkugnan terbatas maupun lingkugnan lebih luas. Lingkugnan inilah yang menjadi objek siswa dalam menulis cerpen. Kedua, siswa setelah mendapatkan idea tau sumebr cerita maka guru terlebih dahulu memberikan penjelasan tentang ide siswa secara klasikal, penjelasan ini berfungsi sebagai penyadaran lingkungan yang diberikan guru pada siswanya yang kemudian akan dijadikan isi cerpen tersebut. Sifatnya hanya informasi dan member penjelasan materi yang dipahami siswa. Ketiga, guru

ke udia e e ika pe ta aa Kapan , de ga pe ta aa te se ut se ata -mata guru ingin menjelaskan kapan kejadian tersebut sebagai kategori waktu kejadian suatu peristiwa yang dialami siswa tersebut. Alas an tersebut memberikan kejelasan pada siswa tentang kejadian yang akan dilukiskannya pada cerpen yang dibuat siswa itu. Akiabt dari penjelasan ini, siswa akan memiliki langkah yang tepat dalam menyusun cerpennya dari sudut pandang kisahan. Keempat, siswa menentukan satu pilihan waktu ketika proses kisahan. Siswa menentukan peristiwa tersebut, apakah terjadi dan berlangsung pada waktu masa lalu, masa kini atau masa yang akan datang. Kelima, kegiatan siswa apabila mengalami hambatan dalam memulai kisahan pada kalimat awal, tengah atau akhir, maka siswa dianjurkan menggunakan kosa kata yang mendukung kisahannya tersebut. Keenam, siswa menjawab pertanyaan ASDAMBA, untuk memperjelas unsure intrinsic cerpen yang dibuatnya. Dari jawaban tersebut maka kisahan yang dilaksanakan siswa akan jelas dan terarah. Ketujuh, siswa melakukan proses memanifulasi kisahan dari kisah nyata menjadi kisah fiksi. Proses ini diperlukan, mengingat kegiatan siswa adalam membuat cerita pendek sebagai sebuah karya yang bersifat fiktif. Kedelapan, siswa diberi kesempatan untuk melakukan kreasinya yakni berusaha menemukan gaya tuturnya. Kesembilan, siswa menysusn cerpen dan menghasilkan karya yang merupakan tanggapan siswa terhadap lingkungan.

(19)

13 |

1. Simpulan

Penelitian pengembangan yang menjadi permasalahan pokok adalah siswa yang sangat sulit dalam menguasai keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Keterampilan menulis hanya dapat dicapai 20% secara keseluruhan dan 0,5% dari keseluruhan soal yang terdapat dalam ujian sekolah atau ujian nasional. Akhirnya pembelajaran menulis menjadi hambatan yang sangat besar untuk dikuasai oleh siswa. Beberapa penyebab permasalahan cerpen sulit dikuasai oleh siswa diantaranya adalah, pertama, kemampuan guru sebagai pembimbing siswa dalam pembelajaran menulis yang tidak merata diantara guru, termasuk didalamnya cara pengembangan metode dan model pembelajaran menulis yang kurang dipahami oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran, kedua, Sarana dan prasarana yang tidak mendukung berkembangnya kemampuan menulis, Ketiga, latar belakang sekolah dan latar belakang siswa yang memiliki perbedaan dalam mengembangkan kegiatan menulis di sekolahnya.

Berdasarkan permasalahan ini maka penelitian pengembangan ini menilai bahwa ada kendala guru dalam memberikan pembelajarnnya, diantaranya adalah;

a. Pendekatan pembelajaran

Pendekatan pembelajaran yang diambil oleh guru sebagai titik tolak atau sudut pandangnya terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

b. Metode pembelajaran

Cara yang digunakan guru untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hanya bersifat menyampaikan pelajaran dengan statis dan menyampaikan pelajaran yang normative saja.

c. Teknik pembelajaran

Cara yang dilakukan guru dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik tidak tepat atau bahkan hanya bersifat umum saja, sama seperti mengajarkan materi lainnya.

d. Model Pembelajaran

(20)

| 14

2. Pemecahan

Penelitian pengembangan ini berusaha mengembangkan suatu model pembelajaran menulis cerpen yang melihat sisi tingkahlaku sikap dan cara pandang manusia pada lingkungannya. Karena lingkungan yang berada di sekitar manusia, disadari atau tidak sudah memberikan pengalaman baik disadari atau tidak oleh manusia itu sendiri sudah memberikan pengetahuan dan pelajaran dalam hidupnya.

DAFTAR PUSTAKA

Kase. 2002. Bukuku Cerpenku. SKM Etika. Edisi 2. Garut

Kwary. Deny A. 2008. Gambaran Umum Ilmu Bahasa (Linguistik), Google. WWW.menulis.com

De Porter, Bobbi and Hernacki, Mike. 1999. Quantum learning: Unleashing the genius in you, atau Quantum learning: Membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan, terjemahan Alwiyah Abdurrahman. Bandung: Kaifa.

Fenstermacher, Gary D.2004 Approaches to Teaching / Gary D Fenstermacher, Jonas F. Soltis.—4th ed. p. cm. — (Thinking about education series) Fromkin, Victoria & Robert Rodman. 1998. An Introduction to Language (6th

Edition). Orlando: Harcourt Brace College Publishers Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.

Guntur, Hendri Tarigan. 1985. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Hadiyantoro, 2001. Membudayakan Kebiasaan Menulis. Jakarta: Fikananti Aniska. Hariwijaya. 2006. Pedoman Teknis Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Citra

Pustaka.

Hammond . 1989. How to Teach Writing. Oxford: Pearson Education Limited. Hernowo. 2003. Quantum Writing. Yogyakarta: MLC

Joyce Bruce & weil. Maesha. 1980. Model of teaching. New jersey. Prantice Hill. Inc.

Naga, Dali S. 2002. Logika Bahasa Dan Keterampilan Menulis, bahan Disampaikan pada seminar bulan bahasa di Universitas Negeri Jakarta:

Norton, D.E. and Norton Saundra. 1983. Through the eyes of a childrens. New York. McMillan College Publishing Company..

Nunan, D. 1991. Language teaching methodology: A texbook For Teacher. NewYork: Prentice Hall.

(21)

15 |

Nursalam AR. 2008. Ruh Sebuah Tulisan www.nursalam. multiply. Com. http://nursalam. multiply. Com

Sudrajat, Y. 2009. Menulis sejak pagi hari. Bandung: YAF Publish.

Sumber Internet:

Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/)

http://supermahasiswa.multiply.com/journal/item/5/Sukses_Membuat_Proposa l_Penelitia

(22)
(23)

17 |

PENERAPAN TEKNIK SIKLUS BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN

MENULIS LAPORAN ILMIAH BERBASIS VOKASIONAL DI SMK

Oleh : Teti Sobari, Dra. M.Pd.

Dosen STKIP Siliwangi Bandung Abstrak

Pembelajaran menulis adalah salah satu aktivitas yang dilakukan guru dan siswa di dalam mencapai tahap belajar. Aktivitas menulis sangat membutuhkan variasi dan cara pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat dalam memproduksi tulisan yang berkualitas. Kemampuan menulis yang harus dimiliki oleh siswa SMK atau kejuruan adalah menulis laporan ilmiah. Menulis laporan ilmiah ini dibutuhkan oleh siswa SMK karena 70% aktivitas siswa dalam kelas adalah melakukan praktik baik di kelas maupun di lapangan dalam menghadapi dunia kerja. Agar pembelajaran menulis lebih bervariasi, penulis mencoba menggunakan model siklus belajar. Siklus belajar (Learning Cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Siklus belajar merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Menurut Karli (2003: 82), siklus belajar adalah suatu teknik pembelajaran dengan mengikuti pola tertentu. Pada tulisan ini dipaparkan suatu upaya dalam pembelajaran menulis laporan ilmiah yang berbasis vokasional pada siswa SMK.

A. Pendahuluan

Andai kita naik sepeda, biasanya diawali dengan mengenal sepeda kemudian mulailah dengan memegang sepeda menaikinya dan selanjutnya mengayuh disertai dengan menyeimbangkan badan agar sejalan dengan gerak irama sepeda. Demikian juga dengan menulis. Diawali dengan menentukan topik yang akan ditulis selanjutnya menuangkan ide, pengalaman, dan pengamatan. Kemudian menyeimbangkan tulisan dengan tujuan, aspek-aspek tulisan, serta tahapan-tahapan menulis. Menulis adalah sebuah proses rekursif dan setiap penulis menggunakan proses yang berbeda dalam menghasilkan tulisan.

(24)

| 18

Kemampuan menulis dengan baik adalah salah satu keterampilan paling penting yang bisa membuka jalan pikiran. Oleh karena itu, menulis merupakan suatu keterampilan yang unik yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Akhadiah (1992:2) berpendapat bahwa untuk menulis karangan sederhana sekalipun, kita dituntut untuk dapat memenuhi persyaratan dasar, sama seperti kita menulis karangan lainnya yang lebih rumit. Selanjutnya Nurgiantoro (1988: 270) berpendapat bahwa kemampuan menulis lebih sulit dikuasai dibandingkan ketiga keterampilan berbahasa lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya persyaratan penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa yang menjadi isi tulisan. Persyaratan itu meliputi : bermakna lugas atau jelas, merupakan kesatuan yang utuh dan bulat, singkat, padat, memenuhi kaidah kebahasaan dan bersifat komunikatif.

Menulis melibatkan aspek bernalar dan aspek logika yang tercermin dari isi dan komposisi tulisan, serta aspek linguistik yang tercermin dari penggunaan kata, kalimat, dan mekanik tulisan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sirait (1985: 68) bahwa seorang penulis sedikitnya harus menguasai lima komponen tulisan, yaitu: 1) isi (materi) tulisan; 2) organisasi tulisan; 3) kebahasaan ( kaidah bahasa tulis); 4) gaya penulisan; dan 5) mekanisme tulisan.

Menuliskan suatu gagasan itu penting dan merupakan bagian tak terpisahkan dari usaha untuk menguasai suatu bahasa dengan baik. Menulis itu sendiri juga penting karena dengan menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita, kita dapat mengembangkan berbagai gagasan, dan memperluas wawasan baik secara teoritis maupun mengenai fakta-fakta yang berhubungan (Sabarti Akhadiah, dkk.; 1992:1) sehingga pada suatu saat nanti, lambat atau cepat, kita harus membuat tulisan mengenai suatu hal dalam pekerjaan.

(25)

19 |

B. Menulis Laporan

1. Pengertian Menulis

Menulis merupakan suatu aktifitas penyampaian pesan/informasi dengan menggunakan media bahasa tulis. Menulis adalah kegiatan untuk menyampaikan ide, gagasan, dan perasaan seseorang yang disajikan secara runtut dan menarik. Yang hendak disampaikan dalam sebuah tulisan adalah pesan yang merupakan isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Suatu pesan tertulis tidak dapat diterima oleh pembaca apabila tidak ada simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati oleh para pemakainya dalam bentuk tulisan.

Dalam komunikasi tertulis terdapat empat unsur yang terlibat yaitu 1) penulis sebagai penyampai/pemberi informasi; 2) pesan atau isi tulisan; 3) saluran atau media berupa tulisan; dan 4) pembaca sebagai penerima pesan/informasi. Oleh karena itu, sebuah komunikasi tertulis tidak akan terjadi apabila salah satu unsur tersebut tidak ada.

Menulis adalah kegiatan multiteknik dan unik yang menuntut berbagai pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skills). Kemampuan menulis merupakan suatu keterampilan yang menuntut penguasan atas berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa yang menjadi isi tulisan (Nurgiantoro, 1988: 270).

Keterampilan menulis melibatkan logika dan daya nalar. Hal ini dapat terlihat dari isi dan komposisi tulisan, serta aspek kebahasaan lainnya seperti: penggunaan kata, kalimat, dan sistematika penulisan.

Menulis bukan sekedar menguasai teori dan tata bahasa saja. Menulis bukan hanya menuliskan sesuatu yang kita ketahui dalam bentuk tulisan, lebih dari itu menulis adalah cara untuk memahami apa yang telah diketahui. Kegiatan menulis memerlukan kemampuan berpikir logis dan dinamis, kemampuan analitis dan kemampuan membedakan berbagai hal secara riil, valid, dan akurat. Menulis akan meningkatkan rasa percaya diri, dan rasa percaya dirilah yang akan memunculkan berbagai kreatifitas dan rasa bahagia.

(26)

| 20

Menulis dapat diartikan sebagai aktivitas produktif, aktivitas pengungkapan bahasa. Nurgiantoro (1995:296) berpendapat menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Selanjutnya Nurgiantoro, menjelaskan bahwa menulis merupakan suatu representasi dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Demikian juga De Potter (1999:129) menjelaskan bahwa menulis merupakan aktivitas seluruh otak kanan (emosional) dan otak kiri (logika).

Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa menulis merupakan suatu aktifitas produktif yang melibatkan emosional dan logika untuk menyampaikan pesan/informasi yang berupa ide, gagasan dan perasaan dengan menggunakan lambang-lambang yang telah disepakati kepada para pembacanya.

2. Fungsi Menulis

Rusyana (1986: 14) menyatakan bahwa fungsi menulis dapat dilihat dari dua segi, yaitu:

1) Fungsi Menulis Berdasarkan Kegunaan

Menulis dapat ditinjau berdasarkan kegunaannya yaitu 1) melukiskan, penulis menggambarkan atau mendeskripsikan sesuatu atau keadaan sehingga pembaca dapat membayangkan secara jelas apa yang digambarkan atau yang dideskripsikan penulisnya; 2) memberi petunjuk, penulis memberikan petunjuk tentang tata cara melaksanakan atau membuat sesuatu; 3) memerintahkan, penulis dalam karangan ini memberi perintah atau melarang pembaca untuk melakukan suatu tindakan /perbuatan sehingga pembaca memenuhi keinginan penulis; 4) mengingat, penulis mencatat suatu peristiwa dengan tujuan mengingat peristiwa-peristiwa yang penting agar tidak lupa; 5) mengorespondensi, penulis melakukan komunikasi melalui surat-menyurat dengan orang lain .

2) Fungsi Menulis Berdasarkan Perannya

Selain berdasarkan kegunaan kegiatan menulis mempunyai fungsi berdasarkan perannya yaitu 1) fungsi penataan, merupakan proses penataan terhadap gagasan, pikiran, pendapat, dan imajinasi; 2) fungsi pengawetan, berfungsi untuk mengawetkan pengutaraan sesuatu berwujud dokumen tertulis; 3) fungsi penciptaan, berfungsi menciptakan sesuatu.yang demikian; 4) fungsi penyampaian, berfungsi mengawetkan gagasan, pikiran, imajinasi yang sudah ditata.

3. Tujuan Menulis

(27)

21 |

diperlukan karena tujuan akan mempengaruhi terhadap corak, bentuk tulisan, gaya penyampaian serta tingkat kerincian isi tulisan.

Adapun tujuan menulis menurut Hugo Hartig (Tarigan, 1983: 24-25) adalah sebagai berikut :

a. Tujuan penguasaan (Assigment Purpose), penulis tidak memiliki tujuan untuk apa dia menulis.

b. Tujuan altruistic (Altruistic Purpose), penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca dan menghargai perasaan dalam penalaran-nya.

c. Tujuan persuasi (Persuasive Purpose), gagasan yang dikemukakan oleh penulis harus dapat diakui kebenarannya sehingga pembaca merasa yakin atau percaya terhadap kebenaran itu.

d. Tujuan informasi/tujuan penerangan (Informational Purpose), menulis bertujuan untuk memberikan informasi atau keterangan kepada pembaca. e. Tujuan pernyataan diri (Self Expressive Purpose), menulis bertujuan untuk

memperkenalkan diri atau menyatakan diri sebagai sang pengarang kepada pembaca.

f. Tujuan kreatif (Creatif Purpose ), tujuan kreatif ini berhubungan erat dengan tujuan pernyataan diri, tetapi, keinginan kreatif disini melebihi pernyataan diri dan bertujuan mencapai nilai-nilai artistik atau nilai-nilai kesenian. g. Tujuan pemecahan masalah (Problem Solving Purpose), penulis ingin

mencoba menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi, dan meneliti secara cermat pikiran-pikiran serta gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dipahami dan diterima oleh pembaca.

‘ah a to dala uku a Metode Pe gaja a “ast a :

mengutarakan beberapa tujuan menulis, diantaranya:

a. Menjelaskan sesuatu kepada pembaca sehingga pembaca mengetahuinya. b. Menyakinkan pembaca bahwa sesuatu itu begitu keadaannya sehingga

pembaca paham dan meyakininya

c. Mempengaruhi pembaca dalam penerimaan atau penanggapan terhadap sesuatu hal.

d. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan cara menjelaskan, meyakinkan, atau mempengaruhi orang lain.

4. Klasifikasi Tulisan

Adelstein dan Pival dalam Tarigan (1984:10) mengklasifikasikan tulisan berdasarkan nada atau voice yang dirangkum sebagai berikut:

a. tulisan bernada akrab; b. tulisan bernada penerangan; c. tulisan bernada penjelasan;

(28)

| 22

e. tulisan bernada mengkritik ; dan f. tulisan bernada otoritatif.

5. Manfaat Menulis

Dalam buku Penuntun Mengarang. Harison (1986) menjelaskan manfaat menulis adalah sebagaiberikut :

a. sarana untuk menemukan sesuatu; b. memunculkan ide baru;

c. melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai; d. melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang;

e. membantu untuk menyerap dan memproses informasi; dan f. melatih untuk berpikir aktif.

Akhadiah (1992: 1-2) mengemukakan beberapa manfaat menulis, yaitu :

a. menulis dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri dan mengetahui sampai dimana pengetahuan kita tentang suatu topik;

b. menulis mengembangkan berbagai gagasan;

c. menulis lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis;

d. menulis dapat mengkomunikasikan gagasan secara sistematis dan mengungkapkannya secara tersurat;

e. menulis dapat menilai diri kita secara objektif;

f. menulis dapat memecahkan permasalahan yaitu dengan menganalisanya secara tersurat dalam konteks yang konkret;

g. menulis mendorong kita belajar lebih aktif, kita menjadi penemu, serta pemecah masalah; dan

h. menulis akan membiasakan kita berpikir secara kritis

6. Tahapan Kegiatan Menulis

Tahapan menulis harus kita pahami agar kita tidak terikat oleh kaidah-kaidah yang tidak terlalu penting yang akan membelenggu kebebasan kita untuk berekspresi dalam menulis. Selain itu, pemahaman terhadap tahapan menulis akan mempermudah aktifitas kita ketika menulis.

Menurut Suparno, ( 2007: 15), ada tiga fase/tahapan menulis sebagai berikut : a. Tahap prapenulisan, yang meliputi :

1) menentukan topik;

2) menentukan maksud dan tujuan penulisan; 3) memperhatikan sasaran penulisan;

(29)

23 |

6) membuat kerangka karangan

b. Tahap Penulisan, mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat menjadi suatu karangan yang utuh dalam bentuk buram (draft) pertama karangan.

c. Tahap Pascapenulisan, penghalusan, dan penyempurnaan draft, yang terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi) sehingga terbentuk suatu karangan yang utuh dan sesuai dengan kaidah karang mengarang.

7. Pengertian Laporan

Laporan adalah segala sesuatu yang dilaporkan. Laporan adalah penyampaian informasi sesuatu yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok (tim) atas permintaan orang yang memberikan kegiatan. Laporan merupakan unsur yang sangat penting, terutama dalam menyusun kebijakan-kebijakan.

The shorter Oxford English Dictionary, mendefinisikan laporan sebagai berikut : a. cerita yang dibawakan oleh seseorang kepada orang lain, terutama tentang

sesuatu hal yang diteliti secara khusus; dan

b. pernyataan formal tentang hasil penelitian atau hal apa saja yang memerlukan informasi pasti yang dibuat oleh seseorang atau badan yang diperintahkan atau diharuskan untuk melaksanakan suatu tugas.

Djuharie (2001: 70) mendefinisikan laporan sebagai cara penyampaian informasi oleh penulis atau suatu badan kepada seseorang atau badan lainnya atas tanggung jawab yang diembannya. Laporan adalah karya ilmiah untuk mendemontrasikan pemahaman seseorang terhadap sesuatu yang akan dilaporkan.,

Laporan adalah suatu cara berkomunikasi kepada salah seorang atau suatu bahan karena tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Keraf, 1989: 285). Hal ini menunjukkan bahwa laporan dibuat karena ada instruksi atau perintah dari atasan kepada bawahan.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa laporan adalah suatu bentuk pertanggungjawaban tertulis dan pernyataan formal tentang hasil penelitian atau hal apa saja yang memerlukan informasi pasti yang dibuat oleh seseorang atau badan yang diperintahkan atau diharuskan.

8. Tujuan Laporan

Setiap tulisan memiliki tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan penulisan laporan sebagai salah satu bentuk karya tulis adalah sebagai berikut:

(30)

| 24

c. memberi sumbang saran tentang suatu permasalahan;

d. mengetahui perkembangan (maju mundurnya) permasalahan; dan e. tertib administrasi.

9. Fungsi Laporan

Fungsi laporan adalah sebagai berikut:

a. fungsi informatif artinya laporan berguna sebagai sumber informasi bagi orang yang memberi tugas;

b. fungsi pertanggungjawaban artinya laporan merupakan pertanggungjawaban yang diberi tugas kepada yang memberi tugas, atas kegiatan yang dipercayakannya;

c. fungsi pengambilan keputusan artinya laporan dari pelapor dapat dijadikan bahan pengambilan keputusan; dan

d. fungsi pengawasan artinya laporan dari pelapor dijadikan pengawasan oleh pemberi tugas.

10.Pengertian Laporan Ilmiah

Laporan Ilmiah merupakan sajian tertulis dari hasil kegiatan ilmiah yang telah dilakukan. Menurut Zainal Aqib (2006: 50), laporan ilmiah adalah karya tulis yang berisi sajian penelitian, pengembangan atau evaluasi yang disajikan dengan menggunakan kerangka isi, aturan, dan format. Laporan hasil umumnya dipublikasikan secara terbatas, namum ada pula yang diedarkan secara nasional dalam bentuk buku.

Laporan Ilmiah menurut Keraf (1987: 289) merupakan laporan untuk menyampaikan hasil dari percobaan atau kegiatan yang dilakukan untuk meneliti sesuatu. Laporan ini hanya memuat penelitian-penelitian yang telah dilakukan.

Laporan ilmiah memiliki tujuan sebagai berikut :

a. Laporan ilmiah sebagai sajian penelitian, maksudnya laporan ilmiah sebagai kegiatan pengkajian terhadap suatu permasalahan yang dilakukan berdasarkan metode ilmiah yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dari hal yang dipermasalahkan.

b. Laporan ilmiah sebagai sajian pengembangan maksudnya laporan ilmiah sebagai aktifitas tindak lanjut penelitian untuk mendapatkan informasi tentang tata cara mempergunakan teori-teori dan atau proses-proses untuk tujuan-tujuan praktis.

(31)

25 |

evaluasi adalah pengetahua ilmiah yang digunakan untuk pengambilan kebijakan terhadap hal yang dipermasalahkan.

Penulis menyimpulkan bahwa laporan ilmiah atau yang lebih dikenal dengan karya ilmiah adalah karya tulis yang bersifat formal dimana penulisannya harus mengikuti kaidah-kaidah atau ketentuan-ketentuan penulisan karya ilmiah.

11.Dasar-Dasar Laporan

Sebuah laporan bertolak dari beberapa dasar, yaitu sebagai berikut :

a. Pemberi laporan melibatkan orang yang memberikan informasi (laporan), baik perorangan atau lembaga/instansi.

b. Penerima Laporan dibuat untuk disampaikan kepada orang atau instansi yang menugaskan dan dianggap perlu untuk mendapatkan laporan tersebut. c. Tujuan Laporan tergantung dari situasi antara pemberi laporan dan penerima

laporan. Bila laporan dibuat tanpa ditugaskan berarti tujuan laporan dirumuskan oleh yang bersangkutan, tetapi sebaliknya bila laporan merupakan sesuatu yang ditugaskan, maka tujuan laporan dirumuskan oleh pemberi tugas.

Tujuan laporan meliputi: 1) untuk mengatasi masalah; 2) untuk mengambil suatu keputusan; 3) untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan suatu masalah; 4) untuk mengadakan pengawasan dan perbaikan; dan 5) untuk menemukan teknik-teknik baru.

12.Sifat Laporan

Sifat-sifat sebuah laporan yang baik dapat dirangkum sebagai berikut.

a. Laporan harus diorganisir secara sistematis. Ditulis dalam bahasa yang baik mengikuti kaidah kebahasan dan sistematika penulisan yang benar.

b. Mengandung imajinasi, pelaporan harus mengetahui dan memahami berbagai hal yang berkaitan dengan laporan tersebut.

c. Laporan harus lengkap berisi data atau fakta, tidak boleh ada hal-hal yang dilupakan atau diabaikan, hal ini penting untuk memperkuat kesimpulan dalam laporan tersebut.

d. Laporan harus menarik, laporan yang baik ialah laporan yang dapat menarik minat perhatian penerima laporan atau pembacanya berdasarkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

e. Uraian dalam laporan harus jelas dan tidak memberikan penafsiran ganda. f. Laporan harus memuat hal-hal yang bersifat nyata.

g. Laporan harus bersifat objektif.

h. Tepat waktu dalam proses pengerjaannya.

(32)

| 26

Klasifikasi laporan dapat dilihat dari dua segi, yaitu sebagai berikut. a. Klasifikasi laporan dari cara penyajiannya, meliputi:

a. Laporan lisan adalah laporan yang disampaikan secara lisan baik melalui tatap muka ataupun tanpa tatap muka yaitu dengan menggunakan bantuan alat, seperti: radio, telepon, tape recorder, dan lain-lain.

b. Laporan tertulis adalah laporan yang disampaikan dalam bentuk tertulis. b. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis laporan adalah sebagai

berikut:

1) Persiapan penulisan laporan 2) Sistematika laporan yang meliputi:

a) Pendahuluan; berisikan rumusan permasalahan, mengapa kegiatan itu dilaksanakan.

b)Latar belakang kegiatan yang akan dilaksanakan. c)Ruang lingkup kegiatan.

d)Tujuan

e)Isi laporan; berisikan hasil kegiatan yang dilaksanakan. f) Kesimpulan.

g)Saran

c. Laporan Visual adalah laporan yang disajikan dalam bentuk gambar. Laporan visual dapat berupa foto, film, Video/CD atau slide.

d. Klasifikasi Laporan berdasarkan situasi dan waktu.

1) Laporan dinas adalah laporan yang disusun berdasarkan rutinitas pekerjaan dalam waktu tertentu dan bersifat insidental (sewaktu-waktu), seperti: penelitian, perkembangan atau survai.

2) Laporan biasa. Laporan ini tidak terikat oleh kriteria tersebut namun substansi (isi) laporan tetap harus utuh. Laporan ini tidak terikat oleh ikatan perintah, namun tetap mengandung informasi yang penting. Materi laporan jenis ini bersifat improvisasi (seadanya), sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Sedangkan Keraf (1987: 287-290) mengklasifikasikan laporan sebagai berikut:

1) Laporan berbentuk formulir isian 2) Laporan berbentuk surat

3) Laporan berbentuk memorandum

4) Laporan perkembangan dan laporan keadaan 5) Laporan berkala

6) Laporan Laboratoris

7) Laporan formal dan semi formal.

(33)

27 |

Pendidikan vokasional merupakan penggabungan antara teori dan praktik secara seimbang dengan orientasi pada kesiapan kerja lulusannya. Kurikulum dalam pendidikan vokasional, terkonsentrasi pada sistem pembelajaran keahlian (apprenticeship of learning) pada kejuruan-kejuruan khusus (specific trades). Kelebihan pendidikan vokasional ini, antara lain, peserta didik secara langsung dapat mengembangkan keahliannya disesuaikan dengan kebutuhan lapangan atau bidang tugas yang akan dihadapinya.

Departemen Pendidikan Nasional mengkategorikan keterampilan-keterampilan yang menjadi muatan kecakapan hidup dalam kurikulum SMK menjadi empat kelompok yaitu akademik, personal, sosial, dan vokasional.

Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian kecakapan hidup bukan sekedar keterampilan untuk bekerja (vokasional) tetapi memiliki makna yang lebih luas. Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan keterampilan motorik. Kecakapan vokasional terbagi atas kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill).

Arah kebijakan dan tujuan pendidikan kecakapan hidup di lingkungan pendidikan nonformal dan informal (PNFI) adalah untuk mengakrabkan peserta didik dengan kehidupan nyata. Pendidikan vokasional yang berorientasi pada pembekalan kecakapan hidup merupakan bisnis inti dari pendidikan non formal. Penanaman penguasaan keterampilan vokasional memacu kreativitas dan mengembangkan pemahaman peran individu dalam kehidupan sosial.

Pendidikan vokasional merupakan penggabungan antara teori dan praktik secara seimbang dengan orientasi pada kesiapan kerja lulusannya. Kurikulum dalam pendidikan vokasional, terkonsentrasi pada sistem pembelajaran keahlian (apprenticeship of learning) pada kejuruan-kejuruan khusus (specific trades). Kelebihan pendidikan vokasional ini, antara lain, peserta didik secara langsung dapat mengembangkan keahliannya disesuaikan dengan kebutuhan lapangan atau bidang tugas yang akan dihadapinya. Pendidikan kecakapan hidup merupakan isu sentral dalam pelayanan pendidikan. Hal tersebut merupakan jembatan penghubung antara penyiapan peserta didik di lembaga pendidikan dengan masyarakat dan dunia kerja.

(34)

| 28

Kecakapan hidup adalah berbagai jenis keterampilan yang memampukan remaja-remaja menjadi anggota masyarakat yang aktif, produktif dan tangguh. Departemen Pendidikan Nasional mengkategorikan keterampilan-keterampilan ini menjadi empat kelompok yaitu akademik, personal, sosial dan vokasional.

Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian kecakapan hidup bukan sekedar keterampilan untuk bekerja (vokasional) tetapi memiliki makna yang lebih luas. WHO (1997) mendefinisikan bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Kecakapan hidup mencakup lima jenis, yaitu: (1) kecakapan mengenal diri, (2) kecakapan berpikir, (3) kecakapan sosial, (4) kecakapan akademik, dan (5) kecakapan kejuruan.

Barrie Hopson dan Scally (1981) mengemukakan bahwa kecakapan hidup merupakan pengembangan diri untuk bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan baik secara individu, kelompok maupun melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu. Sementara Brolin (1989) mengartikan lebih sederhana yaitu bahwa kecakapan hidup merupakan interaksi dari berbagai pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri. Pengertian kecakapan hidup tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu (vocational job), namun juga memiliki kemampuan dasar pendukung secara fungsional seperti: membaca, menulis, dan berhitung, merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi (Dikdasmen, 2002).

Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan kecakapan hidup merupakan kecakapan-kecakapan yang secara praktis dapat membekali peserta didik dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan. Kecakapan itu menyangkut aspek pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental, serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam kehidupan.

(35)

29 |

dikemudian hari. Isi dan bahan pelajaran tersebut menyatu dalam mata pelajaran yang terintegrasi sehingga secara struktur tidak berdiri sendiri.

Menurut konsepnya, kecakapan hidup dapat dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu: Kecakapan hidup generik (generic life skill/GLS), dan Kecakapan hidup spesifik (specific life skill/SLS). Masing-masing jenis kecakapan itu dapat dibagi menjadi sub kecakapan. Kecakapan hidup generik terdiri atas kecakapan personal (personal skill), dan kecakapan sosial (social skill). Kecakapan personal mencakup kecakapan dalam memahami diri (self awareness skill) dan kecakapan berpikir (thinking skill).

Kecakapan mengenal diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sekaligus sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi lingkungannya. Kecapakan berpikir mencakup antara lain kecakapan mengenali dan menemukan informasi, mengolah, dan mengambil keputusan, serta memecahkan masalah secara kreatif. Sedangkan dalam kecakapan sosial mencakup kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan kecakapan bekerjasama (collaboration skill).

Kecakapan hidup spesifik adalah kecakapan untuk menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu. Kecakapan ini terdiri dari kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional (vocational skill). Kecakapan akademik terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran atau kerja intelektual. Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan keterampilan motorik. Kecakapan vokasional terbagi atas kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill).

Menurut konsep di atas, kecakapan hidup adalah kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Pendidikan berorientasi kecakapan hidup bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat, maupun sebagai warga negara. Apabila hal ini dapat dicapai, maka ketergantungan terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan, yang berakibat pada meningkatnya angka pengangguran, dapat diturunkan, yang berarti produktivitas nasional akan meningkat secara bertahap.

D. Teknik Siklus Belajar

(36)

| 30

Pada dasarnya Siklus belajar selaras dengan teori belajar Piaget (Renner et al, 1988:58), teori belajar yang berbasis konstruktivisme. Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang meliputi: struktur, isi, dan fungsi. Struktur intelektual adalah organisasi-organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu dalam merespon masalah yang dihadapi. Sedangkan fungsi merupakan proses perkembangan intelektual yang mencakup adaptasi dan organisasi ( Arifin, 1995). Adaptasi terdiri atas asimilasi dan akomodasi. Pada proses asimilasi individu menggunakan struktur kognitif yang sudah ada untuk memberikan respon terhadap rangsangan yang diterimanya. Dalam asimilasi individu berinteraksi dengan data yang ada di lingkungan untuk diproses dalam struktur mentalnya. Dalam proses ini struktur mental individu dapat berubah, sehingga terjadi akomodasi. Pada kondisi ini individu melakukan modifikasi dari struktur yang ada, sehingga terjadi pengembangan struktur mental.

Pemerolehan konsep baru akan berdampak pada konsep yang telah dimiliki individu. Individu harus dapat menghubungkan konsep yang baru dipelajari dengan konsep-konsep lain dalam suatu hubungan antarkonsep. Konsep yang baru harus diorganisasikan dengan konsep-konsep lain yang telah dimiliki. Organisasi yang baik dari intelektual seseorang akan tercermin dari respon yang diberikan dalam menghadapi masalah. Karplus dan Their (dalam Renner et al, 1988:58) mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan ide Piaget di atas.

Dalam hal ini siswa diberi kesempatan untuk mengasimilasi informasi dengan cara mengeksplorasi lingkungan, mengakomodasi informasi dengan cara mengembangkan konsep, mengorganisasikan informasi dan menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena yang berbeda. Implementasi teori Piaget oleh Karplus dikembangkan menjadi fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep.

b. Pengertian Teknik Siklus belajar

Teknik pembelajaran yang relevan dengan situasi dan kondisi akan menunjang penciptaan siswa belajar secara aktif dan dapat memotivasi untuk mencapai pembelajaran bermakna. Sebagai salah satu bagian dari teknik pembelajaran, siklus belajar diharapkan dapat mengarahkan siswa ke arah tujuan di atas.

(37)

31 |

dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Menurut Karli (2003: 82), siklus belajar adalah suatu teknik pembelajaran dengan mengikuti pola tertentu.

Berdasarkan pengertian para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa siklus belajar adalah suatu aktifitas pembelajaran yang mengikuti tahapan tertentu untuk memperoleh tujuan dan kompetensi yang telah ditetapkan dengan ciri khas pembelajaran berpusat pada siswa (student centered).

c. Tahapan Siklus belajar

Siklus belajar terdiri atas fase-fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (conceptapplication). (Karplus dan Their dalam Renner et al, 1988).

Pada tahap eksplorasi yang merupakan fase awal dari siklus belajar, siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum, menganalisis artikel, mendiskusikan fenomena alam, mengamati fenomena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain. Dari kegiatan ini diharapkan timbul ketidakseimbangan dalam struktur mentalnya (cognitive disequilibrium) yang ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level reasoning) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana (Dasna, 2005, Rahayu, 2005). Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator kesiapan siswa untuk menempuh fase berikutnya yaitu fase pengenalan konsep.

Dalam tahap ini peran guru hanya sebagai observer, fasilitator, dan motivator. Guru tidak secara langsung terlibat dalam pembelajaran. Yang harus dilakukan guru adalah mempersiapkan untuk mengajukan berbagai pertanyaan yang berguna untuk membantu siswa untuk memahami materi sebagai usaha mencari dan mengumpulkan berbagai informasi, data-data serta fakta-fakta yang diperlukan. Dalam fase ini guru harus berusaha menggali konsepsi awal siswa

(38)

| 32

tahap ini siswa mengenal istilah-istilah yang berkaitan dengan konsep-konsep baru yang sedang dipelajari.

Fase ketiga adalah fase penerapan konsep (conceptapplication), fase dimana guru menyiapkan situasi yang dapat dipecahkan berdasarkan pengalaman eksplorasi dengan pengenalan konsep.

Fase terakhir, yakni aplikasi konsep, siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan seperti problem solving (menyelesaikan problem-problem nyata yang berkaitan) atau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena siswa mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari.

d. Implementasi Siklus belajar dalam Pembelajaran

Implementasi siklus belajar dalam pembelajaran menempatkan guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut mulai dari perencanaan (terutama pengembangan perangkat pembelajaran), pelaksanaan (terutama pemberian pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses pembimbingan) sampai evaluasi.

Efektifitas implementasi siklus belajar biasanya diukur melalui observasi proses dan pemberian tes. Jika ternyata hasil dan kualitas pembelajaran tersebut ternyata belum memuaskan, maka dapat dilakukan siklus berikutnya yang pelaksanaannya harus lebih baik dibanding siklus sebelumnya dengan cara mengantisipasi kelemahan-kelemahan siklus sebelumnya sampai mencapai

Gambar

Gambar 1
The stages of the Figure 1 Reading to Learn program
Figure 1 Scaffolding Interaction Cycle
Table 1 Types of Interaction Moves in the Classroom
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada penjabaran dari surat Al-Ahzab ayat 32 tentang etika komunikasi lebih menitik beratkan kepada kata “qaulan ma’rufan” yang menjadi term dalam pembahasan ini. Sebelum

Therefore, it could be concluded that the teacher strategies in teaching writing simple paragraph at the eighth grade of MTs Darul Ulum Palangka Raya are

Program utama pengembangan agribisnis komoditas unggas sangat terkait dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Guna menjamin penyediaan pasokan d.o.c. ayam ras yang

Berdasarkan hasil pengamatan didapat rata-rata kelulushidupan (SR), laju pertumbuhan bobot spesifik (SGR), rasio konversi pakan (FCR) benih ikan lele sangkuriang

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM yang berjudul “ Rekan Krethek : Revitalisasi

Lukisan berjudul Women III adalah merupakan hasil karya yang dibuat oleh seniman yang menganut aliran lukisan abstrak ekspresionis willem de Kooning dan merupakan salah satu

Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan R guru BK di SMA Negeri 1 Samarinda pada tanggal 16 November 2013, di SMA Negeri 1 Samarinda

DIMENSI RENCANA BISNIS (BUSINESS PLAN) PERENCANAAN BISNIS (BUSINESS PLANNING) Waktu Pembentukkan organisasi baru (organisasi, produk, ataupun jasa) Pengembangan