• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENEMPEL MENGGUNAKAN TEKNIK MOZAIK PADA ANAK KELOMPOK B2 TAMAN KANAK-KANAK ABA KRICAK KIDUL 61 YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENEMPEL MENGGUNAKAN TEKNIK MOZAIK PADA ANAK KELOMPOK B2 TAMAN KANAK-KANAK ABA KRICAK KIDUL 61 YOGYAKARTA."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATANKEMAMPUANMOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENEMPEL MENGGUNAKAN TEHNIK MOZAIK

PADA ANAK KELOMPOK B2 TAMAN KANAK-KANAK ABA KRICAK KIDUL 61 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Tutik Muchasanah NIM 08111244016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIADINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

“Man jadda wajjada artinya barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kehadirat Allah SubhaanahuWaTa’alaa, karya ini saya

persembahkan kepada:

1. Ibunda dan Ayah tercinta yang selalu memberikan semangat dan tidak henti-hentinya mendoakanku.

(7)

vii

PENINGKATANKEMAMPUANMATORIKHALUSMELALUIKEGIATANMENE MPELMENGGUNAKANTEKNIK MOZAIKPADA ANAK

KELOMPOK B2TAMAN KANAK-KANAK ABAKRICAK KIDUL 61

YOGYAKARTA

Oleh

Tutik Muchasanah NIM 08111244016

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan matorik halus Anak Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta.Aspek motorik halus yang diteliti antara lain, kerapian, ketepatan, keluwesan jari-jari tangan ketika menempel.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif. Subyek dalam penelitian ini adalah 23 anak kelompok B2 TK ABA Kricak Kidul dengan usia 5-6 tahun. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam dua siklus dan masing-masing siklus dilaksanakan sebanyak dua pertemuan. Teknik pengumpulan dataobservasi. Analisis data penelitian ini menggunakan deskritif kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata kemampuan motorik halus anaak meningkat menjadi 76. Kemampuan anak dalam menempel dengan kain perca 30 dan meningkat pada siklus 1 menjadi 51 kemudian kembali meningkat pada siklus II dengan memperoleh rata-rata sebesasr 76 sehingga mencapai kriteria keberhasilan yang di inginkan.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala kekuasaan-Nya, kasih sayang dan atas segala nikmat-Nya, sehingga penulis dapat melalukan penelitian

dan menyelesaikan laporan skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Menempel dengan Tehnik Mozaik Pada Anak Kelompok B2 TK ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, motivasi, bantuan, dan nasehat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas NegeriYogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menuntut ilmu di UNY.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian demi terselesaikannya tugas akhir ini.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian, pengarahan,dan bimbingan yang bermanfaat demi

terselesaikannya skripsi.

4. Ibu Nelva Rolina, M.Si selaku Dosen Pembimbing I penulisan skripsi, yang

(9)
(10)

x DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... Xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Definisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6 tahun…... 10

1. Pembagian Perkembangan Motorik Anak………... 10 a. Perkembangan Motorik Anak……….………...

b. Perkembangan Motorik Kasar Anak………...

(11)

xi

2. Pengertian Motorik Halus ... 3. Tujuan dan Fungsi Pengembangan Motorik Halus... 4. Karakeristik Perkembangan Motorik Halus... 5. Faktor – faktor dan Fungsi Motorik Anak... 6. Pendekatan Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Dini...

16 20 21 22 23 B.Kegiatan Menempel Dengan Teknik Mozaik...

1. Pengertian Menempel atau Kolaase... 2. Menempel Untuk Anak Usia Dini... 3. Pengertian Mozaik... 4. Tujuan Dan Manfaat Teknik Mozaik... 5. Menempel Media Kain Perca Denagn Teknik Mozaik... C.Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak... 1. Pengertian Belajar... 2. Hakikat Pembelajaran... 3. Taman Kanak-Kanak... 4. Pembelajaran di TK... 5. Karakteristik Program Pembelajaran... D.Kain Perca...

E.Kerangka Berpikir………

F. Hipotesis Tindakan……… 25 25 27 28 29 29 32 32 34 34 35 40 41 41 43 BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian... 44

B. Waktu Penelitian... 44

C. Subyek Penelitian... 45

D. Prosedur Penelitian…... 45

1. Siklus I………... 45

2. Siklus II... 48

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ………... 50

(12)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. ...

A.DeskripsiObyek penelitian ...………... 55 B. Sejarah Berdirinya TK ABA Kricak Kidul Kecamatan Tegal Rejo…………. 55

C. Hasil Penelitian………. 56

1. Karakteristik Responden………... 56 2. Siklus I………...

3. Siklus II... 4. Perbedaan Kemampuan Motorik Halus anak... D.Pembahasan ...

57 61 65 66 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... 73 A. Kesimpulan………. 73 B. Saran………...

DAFTAR PUSTAKA………... LAMPIRAN...

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Kisi-kisiInstrumen ... 50 Tabel 2. Instrumen cheklist peningkatan kemampuan motorik

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. SkemaKerangkaPikir ……….………...… 35 Gambar 2. Model Penelitian Kemmis dan Mc Taggart………. 39 Gambar 3. Contoh Media Benda Konkret padaSiklus I dan II... 59 Gambar 4.

Gambar 5.

GrafikPeningkatanKemampuanMembilang ... Grafik sebelum dan sesuah tindakan membilang banyak benda dan membilang dengan menunjuk benda-benda

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Anak Kelompok A ………....……… 99

Lampiran 2 Rencana Kegiatan Harian(RKH)………... ………..….. 100

Lampiran 3. Contoh instrument penilaian ……….. 115

Lampiran 4. Instrument hasil kegiatan dikelas berupa LKA dan Observasi... 117

Lampiran 5 Foto dokumentasi……… 137

Lampiran 6 Perhitungan rata-rata………..……. 139

Lampiran 7. Grafik table sebelum dan sesudah tindakan……… 141

Lampiran 8 Surat validasi penelitian……….. 142

Lampiran 9 Surat keterangan ………. 143

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan usia dini merupakan periode yang penting dan perlu

mendapat penanganan sedini mungkin. Usia 3-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu distimulasi, diarahkan sehingga tidak terhambat

perkembangannya. Pemberian stimulus merupakan hal yang sangat membantu anak untuk berkembang. Anak yang terstimulasi dengan baik dan

sempurna maka tidak hanya satu perkembangan saja yang akan berkembang tapi bisa bermacam-macam aspek perkembangan yang berkembang dengan baik. Masa ini untuk melakukan dasar pertama dalam mengembangkan

kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian dan lain-lain.

Santoso (2007: 29), menyatakan bahwa anak usia dini adalah sosok individu sebagai makhluk sosiokultural yang sedang mengalami proses

perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.

Anak usia dini adalah manusia yang polos serta memiliki potensi

yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa serta akan berkembang menjadi

(17)

2

yang sama tetapi ritme perkembangan akan berbeda satu sama lainnya karena pada dasarnya anak bersifat individual.

Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang saat usia dini yaitu kemampuan motorik. Pada anak-anak tertentu, latihan tidak selalu

dapat membantu memperbaiki kemampuan motoriknya. Sebab ada anak yang memiliki masalah pada susunan syarafnya sehingga menghambat keterampilan motorik tertentu. Ada beberapa penyebab yang mempengaruhi

perkembangan motorik anak yaitu faktor genetik, kekurangan gizi, pengasuhan serta latar belakang budaya.

Perkembangan motorik terbagi atas dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar memerlukan koordinasi kelompok otot-otot anak yang tertentu yang dapat membuat mereka melompat, memanjat,

berlari, menaiki sepeda. Sedangkan motorik halus memerlukan koordinasi tangan dan mata seperti menggambar, menulis, menggunting.

Menurut Susanto (2011 : 164) motorik halus adalah gerakan halus yang melibatkan bagian-bagian tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot

kecil saja, karena tidak memerlukan tenaga. Namun begitu gerakan yang halus ini memerlukan koordinasi yang cermat. Semakin baiknya gerakan motorik halus membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas

dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan kilp (steples) untuk menyatukan dua lembar kertas,

(18)

3

Namun, tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama.

Pada anak usia prasekolah 4–6 tahun akan digunakan sebagai dasar berpijak dalam melaksanakan kegiatan pendidikan pada anak PAUD yaitu

harus memiliki rasa ingin tahu dan inisiatif yang sangat besar terhadap lingkungan di sekitarnya. Usia anak prasekolah ideal usia emas atau “golden

age” karena ini merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan potensi

yang dimiliki anak. Di antaranya dapat dilakukan dengan kegiatan menempel. Menempel dapat mengembangkan motorik halus anak dan daya

cipta anak. Hal itu dapat dilakukan dengan memberi contoh menempel pola gambar yang sudah disediakan

Suyanto (2005: 51) mengatakan bahwa karakteristik pengembangan

motorik halus anak lebih ditekankan pada gerakan-gerakan tubuh yang lebih spesifik seperti menulis, menggambar, menggunting dan melipat.

Menurut Soemarjadi dkk (1992: 207) Mozaik adalah elemen-elemen yang disusun dan direkatkan di atas sebuah permukaan bidang.

Elemen-elemen mozaik berupa benda padat dalam bentuk lempengan-lempengan, kubus-kubus kecil, petongan-potongan, kepingan-kepingan, atau bentuk lainnya. Ukuran elemen-elemen mozaik pada dasarnya hampir sama namun

bentuk potongannya dapat saja bervariasi. Mozaik adalah sebuah karya seni yang terbuat dari elemen-elemen yang tersusun sedemikian rupa sehingga

(19)

4

Manfaat yang dapat diambil dari upaya peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan mozaik adalah 1) Bagi anak didik yang

terlibat sebagai subjek penelitian mempunyai implikasi langsung terhadap perubahan dan meningkatkan kemampuan motorik halus anak, 2) untuk

meningkatkan kreatifitas dan ide-ide yang baru dalam menciptakan suasana dan minat belajar peserta didik, 3) sebagai sarana untuk menambah koleksi media-media atau alat pembelajaran di Taman Kanak-Kanak ABA Kricak

Kidul 61 Yogyakarta, 4) sebagai sarana untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan berilmu pengetahuan yang tinggi,

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber bacaan dan inspirasi bagi peneliti lain yang tertarik meneliti hal yang sama dengan aspek yang berbeda di masa yang akan datang.

Berdasarkan pengamatan yang peneliti temui di lapangan, tepatnya dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak ABA Kricak Kidul 61

Yogyakarta dalam pelaksanaan kegiatan belum berkembangnya motorik halus anak seperti menggambar sebuah gambar yang sederhana, memegang

pensil, menggunting dan melipat. Hal ini disebabkan kurangnya alat/media dalam pengembangan motorik halus anak. Motivasi yang diberikan guru kepada anak dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan

motorik halus juga belum maksimal. Selain it juga masih ada kemampuan motorik halus anak belum berkembang atau meningkat dengan baik ini

(20)

5

masih ada anak yang belum bisa memegang pensil dengan benar, hal ini dipengaruhi karena motorik halus anak belum meningkat dengan baik.

Selain itu masalah yang terjadi di Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta, pada saat pelaksanaan Program Pengenalan Lapangan

Real (PPL-Real) tahun 2014, ada lima bidang pengembangan yang dikembangkan di TK tersebut. Kelima bidang pengembangan itu adalah bidang pengembangan kognitif, bahasa, sosial-emosional, moral agama, dan

motorik (motorik kasar dan motorik halus). Peneliti menemukan bahwa perkembangan kemampuan motorik halus masih rendah.

Hambatan yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan menggambar. Kegiatan menggambar yang dimaksud adalah menggambar dengan berbagai teknik seperti menggambar dengan teknik

mozaik atau dengan teknik kolase. Kesulitan yang dialami guru dalam hal menggambar yaitu disebabkan oleh karakteristik anak yang berbeda-beda

antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Media yang kurang menarik juga mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Meskipun guru telah

menjelaskan mengenai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, tetapi masih banyak anak-anak yang kurang mampu mengikuti dengan baik sehingga standar pencapaian perkembangan anak masih kurang memuaskan.

Kurangnya standar pencapaian motorik halus anak dilihat dari 13 orang anak, 8 orang anak yang masih belum berkembang dimana masih kurang

(21)

6

berkembang sesuai harapan. Hal tersebut menggambarkan hasil perkembangan kemampuan motorik halus anak masih kurang memuaskan.

Kurangnya standar pencapaian yang dicapai oleh anak juga di pengaruhi oleh faktor psikologis dari anak. Faktor psikologis tersebut yaitu,

anak-anak masih gelisah dalam mengerjakan tugas, anak merasa cepat bosan dan anak-anak masih merasa takut sehingga tangannya masih perlu dipegang. Faktor psikologis tersebut menyebabkan tugas yang diberikan

kepada anak tidak dapat terselesaikan. Berdasarkan data-data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, kemampuan motorik halus anak pada Kelompok

B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta masih kurang dari standar pencapaian yang diharapkan.

Banyak cara untuk meningkatkan motorik halus anak misalnya dapat

dilakukan dengan kegiatan menempel dengan teknik mozaik. Teknik mozaik merupakan strategi pembelajaran yang berpijak pada kemampuan motorik

halus anak, karena anak diuji dalam kegiatan menempel jika kegiatan anak dapat menempel dengan baik, dan bersih, maka motorik halus anak sudah

meningkat dengan baik. Peneliti berusaha membantu para peserta didik anak (PAUD) menemukan makna dari kemampuan motoriknya yang bermanfaat bagi dirinya.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Nariasih, Wirya dan Asril (2014) dengan judul Penerapan Metode Pemberian Tugas Untuk

(22)

7

halus anak dengan penerapan metode pemberian tugas berbantuan media gambar dengan teknik mozaik dari bahan alam pada siklus I sebesar 61,90%

yang berada pada kriteria rendah dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 88,45% tergolong pada kriteria tinggi. Peningkatan kemampuan

motorik halus anak dari siklus I ke siklus II sebesar 26,55%. Sedangkan Wiranti (2015) dengan judul upaya pengembangkan motorik halus anak dengan menggunakan teknik mozaik kelompok B di TK Pertiwi 57

Bangunharjo Sewon Bantul. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa menempel gambar melalui teknik mozaik dapat mengembangkan

keterampilan motorik halus anak TK kelompok B1 di TK Pertiwi 57 Bangunharjo Sewon Bantul. Indikator keberhasilan ini terlihat dari kecermatan dan kemandirian anak sebelum dan sesudah pemberian tindakan

yaitu berupa kegiatan menempel gambar dengan teknik mozaik yang menggunakan berbagai media dari alam dan buatan.

Berdasarkan permasalahan diatas, diharapkan teknik mozaik ini dapat membantu meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Oleh

karena itu menarik perhatian peneliti untuk mengangkat judul yaitu: “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Menempel

menggunakan Teknik Mozaik Pada Anak Kelompok B2 Taman

(23)

8 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Motivasi yang diberikan guru kepada anak dalam melaksanakan

kegiatan yang berhubungan dengan motorik halus belum maksimal. 2. Motorik halus anak dalam kegiatan menempel masih kurang. 3. Anak belum tertarik kegiatan menempel dengan tehnik mozaik

4. Kurangnya alat/media dalam pembelajaran untuk pengembangan motorik halus anak

5. Anak belum terbiasa menempel menggunakan teknik mozaik

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi fokus penelitian dengan meneliti tentang upaya untuk peningkatan kemampuan matorik melalui

kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik Pada Anak Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut: Bagaimana upaya untuk peningkatan kemampuan matorik halus melalui kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik pada anak

(24)

9 E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian pada

penelitian ini adalah : Untuk mengetahui meningkatnya kemampuan matorik halus melalui kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik

pada Anak Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

Menambahkan pengetahuan tentang upaya untuk peningkatan kemampuan matorik halus anak melalui kegiatan menempel dengan teknik mozaik di Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61

Yogyakarta

2. Bagi Lembaga Prasekolah/TK

Mengoptimalkan peningkatan kemampuan matorik halus anak melalui kegiatan menempel dengan teknik mozaik.

3. Bagi Anak/Siswa

Kegiatan menggambar dengan menggunakan teknik mozaik dapat meningkatan kemampuan matorik halus anak dan harus di

(25)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun 1. Pembagian Perkembangan Motorik Anak

Pada dasarnya perkembangan motorik pada prasekolah meliputi perkembangan motorik kasar dan perkembangan motorik halus. (Depdiknas, 2007: 3).

a. Perkembangan Motorik Halus Anak

Motorik halus anak adalah gerakan yang menggunakan

otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok,

menggunting, menulis, menggambar, dan sebagainya.

Sujiono, dkk (2007: 37) menyatakan bahwa koordinasi

gerak halus antara tangan dan mata dikembangkan melalui permainan seperti membentuk dengan tanah liat plastisin,

menggambar, mewarnai dan menggunting. Kemampuan gerak motorik halus akan berpengaruh pada kesiapan memegang pensil secara benar dan kesiapan menulis. Kemampuan daya lihat juga

merupakan gerakan halus lain yang dapat melatih kemampuan melihat ke arah kanan dan kiri.

(26)

11

jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat dan otot-otot yang terkoordinasi, sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan

bergerak dan kegiatan bergerak ini akan sangat menggunakan otot-otot yang ada pada tubuhnya. Gerakan yang banyak menggunakan

otot-otot kasar disebut. Motorik kasar (gross motor) yang digunakan untuk melakukan aktivitas berlari, memanjat, melompat, sementara gerakan yang menggunakan otot-otot halus yang disebut

motorik halus (fine motor) cenderung hanya diinginkan untuk aktivitas menggambar, meronce, menggunting, menempel atau

melipat (Syaudih, 2005).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perkembangan motorik halus adalah sebagai berikut :

1) Beda Anak Beda Pencapaiannya

Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam

hal kekuatan maupun ketepatannya. Anak perempuan cenderung lebih dini dalam kecerdasan motorik halus,

terutama soal kecekatannya, sedangkan anak laki-laki lebih unggul dalam melangkah, melempar bola, menaiki atau menuruni tangga. Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh

pembawaan anak dan stimulasi yang didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh yang lebih

(27)

12

Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat.

Disetiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya.

Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya.

Untuk meningkatkan perkembangan motorik halus, yang

perlu dilakukan orang tua antara lain: 1) Bersabar

2) Ajari anak menyelesaikan kegiatan belajarnya.

3) Berikan anak kesempatan memilih belajar apa yang disukainnya.

b. Perkembangan Motorik Kasar Anak

1) Pengertian Perkembangan Motorik Kasar Anak

Perkembangan Motorik Kasar Anak adalah suatu proses pematangan yang berhubungan dengan aspek

deferensial bentuk atau fungsi termasuk perubahan sosial dan emosional. Proses motorik adalah gerakan yang langsung melibatkan otot untuk bergerak dan proses persyaratan yang

menjadikan seseorang mampu menggerakkan anggota tubuhnya yaitu tangan, kaki, dan anggota tubuhnya (Hurlock,

(28)

13

Sukamti (2007:15) menyatakan bahwa perkembangan motorik suatu proses kematangan motorik atau gerakan yang

langsung melibatkan otot untuk bergerak dan proses syaraf yang menjadikan seseorang mamppu menggerakkan anggota

tubuhnya.

2) Prinsip Perkembangan Motorik Kasar Anak

Motorik kasar anak perlu dilatih agar dapat

berkembang dengan baik. Perkembangan anak berkaitan erat dengan kondisi fisik dan intelektual anak. Faktor gizi, pola

pengasuhan dan lingkungan ikut berperan dan mendukungnya. Hurlock (1998: 151-153) menegaskan bahwa prinsip-prinsip perkembangan motorik kasar anak di

antaranya :

a) Perkembangan motorik bergantung pada kematangan

otot dan syaraf

b) Belajar keterampilan motorik tidak terjadi sebelum anak

matang

c) Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan

d) Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik

(29)

14

Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan anak. Alasan tentang fungsi

perkembangan motorik anak berdasarkan usia (Depdiknas. 2007:2) adalah :

a) Karena tubuh anak lebih lentur daripada tubuh anak remaja, sehingga amat mudah menerima pelajaran. b) Anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan

berbentuk.

3) Hal-hal penting dalam mempelajari keterampilan anak

Keterampilan anak tidak akan berkembang melalui kematangan saja melainkan keterampilan tersebut harus dipelajari. Hal-hal penting dalam mempelajari keterampilan

anak menurut (Sukamti, 2007:2-3) yaitu sebagai berikut : a) Kesiapan belajar anak-anak yang sudah memiliki

kesiapan belajar akan lebih unggul dibanding anak yang belum memiliki kesiapan belajar.

b) Kesempatan belajar, banyak anak yang tidak berkesempatan untuk mempelajari keterampilan motorik karena hidup dalam lingkungan yang tidak menyediakan

(30)

15

c) Kesempatan berpraktek, anak harus diberi kesempatan untuk dapat berpraktek semaksimal mungkin kualitas

praktek lebih penting dari kuantitasnya.

d) Modal yang baik, anak dalam mempelajari keterampilan

motorik suka meniru suatu model memainkan peran yang penting, maka untuk dapat mempelajari keterampilaan seharusnya mendapatkan model yang

baik pula

e) Bimbingan, untuk dapat meniru model yang betul maka

membutuhkan bimbingan, bimbingan dapat membantu anak membetulkan suatu kesalahan sebelum kesalahan terlanjur melekat dan dipelajari.

f) Motivasi, sumber motivasi umum adalah kepuasan pribadi yang diperoleh anak dari kelompok sebayanya,

serta kompetensi terhadap perasaan kurang mampu dalam bidang lain. Motivasi bias datang dari diri sendiri

juga dari orang lain di sekitarnya.

g) Setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu, keterampilan gerak anak berbeda-beda dan

keterampilan mempunyai perbedaan tertentu, sehingga harus dipelajari secara individu misal memegang

(31)

16

h) Keterampilan sebaiknya dipelajari secara bertahap dan satu persatu sehingga tidak membosankan dan hasil

maksimal.

Dengan demikian hal-hal yang penting dalam

mempelajari keterampilan anak, sehubungan dengan pelaksanaan penelitian ini adalah setiap keterampilan atau kemampuan motorik anak perlu dievaluasi, agar guru dapat

mengetahui dan memantau tingkat perkembangan kemampuan motorik anak

2. Pengertian Motorik Halus

Perkembangan gerak motorik halus adalah meningkatnya pengkoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan saraf yang

jauh lebih kecil atau detail. Kelompok otot dan saraf inilah yang nantinya mampu mengembangkan gerak motorik halus seperti

meremas kertas, menyobek, menggambar, menempel, dan sebagainya (Hurlock, 1999 : 25).

Menurut Nursalam (2005: 45) perkembangan motorik halus adalah “Kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan

gerak melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil ,

memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga.” Karakter perkembangan motorik halus menurut Mudjito (2007)

(32)

17

a. Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak belum berbeda dari kemampuan gerak halus anak bayi.

b. Pada usia 4 tahun , koordinasi motorik halus anak secara subtansi sudah mengalami kemajuan dan gerakanya sudah lebih cepat,

bahkan cenderung sempurna.

c. Pada usia 5 tahun , koordinasi pada motorik anak sudah lebih sempurna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak di bawah

koordinasi mata.

d. Pada akhir masa anak-anak usia 6 tahun ia belajar bagai

mana menggunakan jemari dan pergelangan tangannya untuk menggunakan ujung pensil.

Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan

bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, seperti ke trampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan

tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan dan tangan yang cermat.

Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia PAUD, antara lain adalah anak mulai bisa menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, dan sebagainya. Perkembangan motorik merupakan proses

memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Misalnya dalam kemampuan motoric kasar anak belajar menggerakan

(33)

18

tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakan pergelangan tangan agar lentur dan anak dan anak belajar bekreasi, seperti menggunting

kertas, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas, tapi tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada

tahap yang sama.

Santrock (2012:50), menyatakan bahwa keterampilan motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara halus. Kegiatan-kegiatan

yang melibatkan motorik halus pada anak usia dini misalnya kegiatan menggambar, melipat, meronce, membentuk, menggunting yang

memerlukan keterampilan jari-jari dan pergelangan tangan. Motorik halus juga memerlukan kecermatan dan koordinasi dalam bergerak.

Susanto dalam Indraswari (2012:1:10), menyatakan bahwa

motorik halus adalah gerakan halus yang melibatkan bagian-bagian tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja, karena tidak

memerlukan tenaga. Gerakan motorik halus memerlukan koordinasi cermat yaitu antara mata dan tangan. Semakin baik gerakan motorik

halus, maka dapat membuat anak lebih berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan klip untuk menyatukan dua

lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Anak-anak memiliki kematangan motorik halus

(34)

19

Suyanto dalam Indraswari (2012:12-13), mengatakan bahwa karakteristik pengembangan motorik halus anak lebih ditekankan pada

gerakan-gerakan tubuh yang lebih spesifik seperti menulis, menggambar, menggunting dan melipat. Gerakan-gerakan tersebut

berkembang melalui latihan-latihan yang tepat, sehingga anak-anak menjadi terampil dalam melakukan gerakan-gerakan yang diperlukan untuk penyesuaian dirinya.

Menurut Hilgard (2002:14-15), anak usia PAUD 3-6 telah memilih kemampuan koordinasi motorik yang baik, koordinasi motorik

halus antara tangan dan mata dikembangkan melalui permainan seperti membentuk tanah liat, melipat, mewarnai, meronce, mengunting dan bermain plastisin. Pengembangan keterampilan motorik halus akan

berpengaruh pada kesiapan menulis anak, melatih kegiatan motorik halus anak sangat dianjurkan meskipun penggunaan tangan secara utuh

belum mungkin tercapai.

Kemampuan daya lihat merupakan kegiatan motorik halus yang

dapat melatih kemampuan melihat ke arah kiri dan kanan yang sangat diperlukan dalam persiapan membaca. Pengembangan keterampilan motorik pada dasarnya merupakan kegiatan yang mengaktualisasikan

seluruh potensi berupah sikap, tindak dan karya yang diberi bentuk isi dan arah menuju kebulatan peribadi yang sesuai dengan cita-cita

(35)

20

pendidikan terutama melalui pengalaman-pengalaman gerak, terhadap pertumbuhan dan pengembangan anak secara menyeluruh (Sumantri,

2002:109).

Motorik halus adalah gerakan otot-otot kecil seperti gerakan jari

jemari tangan yang sering berhubungan atau berkaitan dengan koordinasi panca indera terutama mata dengan tangan (Pramareta, 2013:20).

Dari definisi di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa motorik halus merupakan keterampilan mengontrol otot-otot kecil atau halus

seperti jari-jemari yang menggunakan kecermatan gerak melalui pengindraan mata. Selain itu juga perkembangan motorik merupakan perubahan keterampilan motorik dari lahir sampai umur lima tahun yang

melibatkan berbagai aspek perilaku dan keterampilan motorik.

3. Tujuan dan Fungsi Pengembangan Motorik Halus

Menurut Vela (2009:21) ada beberapa tujuan pengembangan motorik halus pada usia 3-6 tahun yaitu :

a. Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan.

b. Mampu mengerakan anggota tubuh yang berhubungan dengan

gerak jari jemari.

c. Mampu koordinasi indera mata dan aktivitas tangan.

(36)

21

menggerakkan anggota tubuhnya terutama tangan dan jari-jemari. Sedangkan, fungsi pengembangan motorik halus adalah mendukung

aspek pengembangan aspek lainnya seperti pengembangan kognitif, bahasa, seni, sosial emosional dan aspek moral agama karena pada

hakikatnya setiap pengembangan tidak terdapat atau mempunyai kesamaan antara anak yang satu dengan anak yang lainnya.

4. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus

Karakteristik perkembangan motorik halus anak dapat dijelaskan dalam Depdiknas (2007: 10) adalah sebagai berikut :

a. Pada saat anak berusia tiga tahun

Pada saat anak berusia tiga tahun kemampuan gerakan halus pada masa bayi. Meskipun anak pada saat ini sudah mampu

menjumput benda dengan menggunakan jempol dan jari telunjuknya tetapi gerakan itu sendiri masih kikuk.

b. Pada usia empat tahun

Pada usia empat tahun koordinasi motorik halus anak secara

substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat bahkan cenderung ingin sempurna.

c. Pada usia lima tahun

Pada usia lima tahun koordinasi motorik halus anak sudah lebih sempurna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak dibawah

(37)

22

melaksanakan kegiatan yang lebih majemuk, seperti kegiatan proyek.

d. Pada akhir masa kanak-kanak usia enam tahun

Pada akhir masa kanak-kanak usia enam tahun ia telah

belajar bagaimana menggunakan jari jemarinya dan pergelangan tangannya untuk menggerakkan ujung pensilnya.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan

bahwa karakteristik perkembangan motorik halus anak terbagi atas 4, yaitu : pada umur 3 tahun, pada umur 4 tahun, pada umur 5

tahun dan pada umur 6 tahun

5. Faktor-Faktor Meningkatkan Motorik Dan Fungsi Motorik Anak Faktor-faktor yang membantu meningkatkan motorik anak yang

dapat di lakukan oleh guru :

a. Menyediakan peralatan atau lingkungan yang memungkinkan anak

melatih keterampilan motoriknya.

b. Setiap anak memiliki jangka waktu sendiri dalam menguasai suatu

keterampilan.

c. Aktivitas fisik anak bervariasi yaitu, aktivitas fisik untuk bermain dan bergembira sambil menggerakan anggota tubuh. Aktivitas fisik

(38)

23

Fungsi Perkembangan Motorik Halus Menurut Mudjito (2007) mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik

halus yaitu :

a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan

memperoleh perasaan senang

b. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi

helpenness (tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama

kehidupannya.

c. Melalui keterampilan Motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya

dengan lingkungan sekolah.

6. Pendekatan Perkembangan Motorik Halus pada Anak Usia Dini Ada beberapa prinsip yang hendak diperhatikan dalam

pendekatan perkembangan motorik halus sebagai berikut : a. Belajar sambil bermaian

Upaya stimulasi yang diberikan seorang pendidik terhadap anak usia dini 3-6, hendaknya dilakukan dalam situasi yang

menyenangkan menggunakan pendekatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi.

b. Kreatif dan Inovatif

Kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah dengan melakukan pembaharuan adalah aktivitas kreatif dan inovatif dapat

(39)

24

membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal- hal baru.

c. Berorentasi pada kebutuhan anak

Kegiatan pengembangan anak usia dini harus senantiasa

berorentasi pada kebutuhan anak. d. Lingkungan kondusif

Lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik sehingga

anak akan betah dalam bermain dan belajar. e. Tema

Jika kegiatan yang dilakukan memanfaatkan tema, maka pemilihan tema hendaknya disesuaikan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana dan menarik minat anak.

f. Pengembangkan keterampilan hidup

Proses pembelajaran perlu diarahkan untuk pengembangan

keterampilan hidup, penggembangan keterampilan hidup didasarkan dua tujuan yaitu: memiliki kemampuan untuk menolong

diri sendiri (self help) disiplin dan sosialisasi.

g. Kegiatan berorentasi pada prinsip Perkembangan anak. 1) Siklus belajar anak selalu berulang.

(40)

25

3) Anak akan belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tenteram secara

pisikologis.

4) Minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajarnya.

5) Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individual (Semiawan, 2001:46-48).

B. Kegiatan Menempel dengan Teknik Mozaik 1. Pengertian Menempel atau Kolase

Kata kolase yang dalam bahasa Inggris disebut ‘collage’ dan

berasal dari kata “coller’ dalam bahasa Perancis yang berarti ‘merekat’.

Alwi, dkk. (2001: 1168) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

menjelaskan pengertian menempel adalah melekat jika tidak dilem atau melekatkan sesuatu jika menggunakan lem. Susanto (dalam Sasrina,

2009) menyatakan bahwa kolase adalah suatu teknik menempel berbagai macam materi selain cat, seperti kertas, kain, kaca, logam dan lain

sebagainya. Ida (dalam Sasrina, 2009) mengatakan bahwa unsur-unsur seni rupa pada kolase meliputi: garis, bentuk, warna, tekstur, ruang, dan cahaya.

Menempel atau kolase merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus pada

(41)

26

sesuatu sesuka mereka. Dari pengertiannya, kolase adalah penyusunan berbagai bahan pada sehelai kertas yang datar. Bahan yang digunakan

untuk direkatkan terdiri dari berbagai bentuk kertas, kain, bahan bahan bertekstur dan benda-benda menarik lainnya, bisa dua dimensi atau tiga

dimensi (Christianti, 2010).

Kolase terbagi atas bermacam pengelompokkan, ada yang disebut dengan tangram, montase, dan mozaik. Tangram adalah teknik

menempelkan bentuk bentuk geometri tanpa didahului menggambar pola. Montase adalah menempel benda benda konkrit dalam sebuah

gambar. Mozaik adalah menempel bentuk bentuk kecil menjadi satu kesatuan namun yang dipentingkan adalah efek warna dari bahan yang digunakan, dapat juga diartikan menabur. Semua kegiatan menempel

tersebut melatih anak untuk mengembangkan motorik halus, konsentrasi dan mengembangkan kreativitas. Selain itu keberanian anak untuk

memilih bahan dan benda-benda yang digunakan untuk menempel juga dapat mengajarkan anak untuk berani mengambil keputusan dan

berusaha untuk memecahkan masalah (Christianti, 2010).

Berdasarkan berbagai penjelasan di depan, maka pengertian kolase/menempel adalah kegiatan yang dilakukan untuk

mengembangkan keterampilan motorik halus pada anak, yaitu dengan meletakkan dan merekatkan sesuatu. Dari pengertiannya, kolase adalah

(42)

27

bahan bahan bertekstur dan benda-benda menarik lainnya, bisa dua dimensi atau tiga dimensi.

2. Menempel untuk anak usia dini

Menempel untuk anak usia dini dilakukan dengan

memperhatikan beberapa ketentuan. Ketentuan tersebut dibuat untuk dapat memaksimalkan anak mengoptimalkan segala aspek perkembangannya. Anak diberi kebebasan untuk membentuk apapun

sesuai dengan imajinasi dan kreativitasnya. Peran pendidik atau guru dalam mengoptimalkan kemampuan anak tersebut adalah dengan

bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Pendidik sebagai fasilitator dimaksudkan untuk menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan. Keanekaragaman bahan yang disediakan oleh pendidik dapat

mempengaruhi pengembangkan kreativitas anak. Bahan yang beranekaragam tersebut juga membantu pendidik untuk memberi

semangat kepada anak dalam` mencegah rasa bosan yang dialami anak. Pendidik harus berusaha mengumpulkan bahan-bahan yang unik dan

belum pernah digunakan anak untuk menempel.

Bahan yang didapat dari barang bekas membuat kegiatan menempel semakin menarik. Barang bekas untuk menempel bisa

didapatkan dari kardus susu bekas, kantong belanja, majalah, kaleng, sarung, buah, biji-bijian, tutup botol, perca, serbuk gergaji, dan lain

(43)

28

tersedia. Anak membentuk kertas gambar dengan kuas dan cat kemudian mengeringkannya dan memotong kertas tersebut sesuai dengan

keinginan.

3. Pengertian Mozaik

Menurut Soemarjadi dkk (dalam Indraswari, 2012:4), menyatakan mozaik adalah elemen-elemen yang disusun dan direkatkan di atas sebuah permukaan bidang. Elemen-elemen mozaik berupa benda

padat dalam bentuk lempengan-lempengan, kubus-kubus kecil, petongan-potongan, kepingan-kepingan, atau bentuk lainnya. Ukuran

elemen-elemen mozaik pada dasarnya hampir sama namun bentuk potongannya dapat saja bervariasi. Mozaik dibuat dari bahan-bahan yang sifatnya leparan atau kepingan yang kemudian ditempel pada

bidang datar sehingga menjadi sebuah gambar. Mozaik memerlukan kecermatan, koordinasi tangan dan mata untuk memadukan bahan-

bahan yang bermacam- macam menjadi karya.

Menurut Munandar (2005:23), mozaik adalah karya gambar atau

desain yang dibuat dari susunan potongan-potongan, batuan- batuan, kaca berwarna, porselin, dalam perkembangannya mozaik telah memperkaya keragaman karya seni rupa seperti lukisan dinding

(Fresco), karya seni kaligrafi, benda-benda kerajinan tangan, dekorasi, seni bangunan dan lainnya.

(44)

29

menggunakan material atau bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja dibuat dengan cara dipotong-potong atau sudah berbentuk potongan

kemudian disusun dengan ditempelkan pada bidang datar dengan cara dilem.

4. Tujuan dan Manfaat Teknik Mozaik

Ada beberapa tujuan dan manfaat teknik mozaik menurut (Yohana 20013:35):

a. Tujuan Mozaik Bagi Anak

1) Agar anak mampu menggerakan fungsi motorik halus untuk

menyusun potongan-potongan bahan (kain, kertas, kayu dan bij - bijian) dan merekatnya pada pola atau gambar.

2) Anak dapat mempraktikkan langsung.

b. Manfaat Mozaik Bagi Anak

1) Dapat meningkatkan kreativitas seni pada anak

2) Dapat meningkatkan pemahaman anak melalui penglihatan 3) Dapat meningkatkan daya pikir, daya serap, emosi, cita rasa

keindahan menempel mozaik.

5. Menempel Media Kain perca dengan Teknik Mozaik

Setelah guru sudah membuat rencana gambar di atas bidang

datar. Guru memperagakan cara menempel kain perca pada gambar topi, seperti warna merah, kuning, hijau. Pertama-tama guru membagikan

(45)

30

diberi lem kemudian tempelkan kain perca pada pola agak ditekan biar lebih lengket.

Tetapi pada waktu anak memberi lem pada pola ibu guru harus memberi tahu langkah–langkah membuatnya. Sesuai dengan gambar

topi yang disediakan oleh guru dan warna kain perca. Pada saat anak mengerjakan itulah guru mulai memberi nilai/pengamatan dan tidak lupa memberi pujian dorongan serta memotivasi anak dapat menghasilkan

kerja yang lebih baik lagi.

Pelatihan Keterampilan menempel bagi kelompok B2 menurut

Muharam (1992 :101-102) antara lain: a. Merencanakan gambar

Mengingat kemampuan motorik halus siswa tunagrahita

sedang sangat lemah maka kegiatan menggambar ini dilakukan oleh peneliti. Gambar yang dibentuk dapat berupa gambar bangun datar,

binatang atau benda lain yang sederhana. Gambar ini dilukis di atas kertas tebal (karton).

b. Menyiapkan alat latihan keterampilan menempel Beberapa alat yang harus disiapkan antara lain : 1) Kertas karton yang sudah bergambar.

2) Perekat (lem).

3) Kain Perca yang telah diberi pewarna.

(46)

31

Urutan dalam latihan keterampilan kolase tersebut adalah :

a) Menjimpit kain perca yang telah diberi pewarna.

b) Memberi perekat pada kain perca yang telah diberi

pewarna.

c) Menempelkan kain perca yang telah diberi pewarna pada gambar yang sudah disiapkan oleh peneliti.

d) Melatih keterampilan kolase.

Menurut Rullyramdhansyah (2010:4), Sebelum mulai melakukan

latihan, terlebih dahulu persiapkan bahan dan alat yang diperlukan agar memudahkan proses kerja anda. Langkah kerja yang memerlukan persiapan khusus adalah mengumpulkan bahan sebagai material untuk

kegiatan menempel. Bahan yang akan anda gunakan terlebih dahulu perlu disortir atau dipilih jenis warna, bahan dan teksturnya.

Keterampilan menempel dengan urutan kerja diatas dilakukan siswa dengan bimbingan peneliti. Kain perca ini telah diberi pewarna dulu

sebelumnya. Warna kain perca yang berwarna-warni akan menarik perhatian siswa, dengan demikian siwa merasa senang dan bersedia mengikuti kegiatan dengan baik dan tidak cepat bosan. Latihan ini

dilakukan secara berulang-ulang sehingga motorik halus anak akan terlatih dengan baik.

(47)

32

menjepit, mengelem dan menempel. Dalam 3 perlakuan ini akan melatih koordinasi otot-otot jari tangan sehingga secara perlahan-lahan motorik

halus anak akan terlatih dengan sendirinya. Dengan demikian anak dapat belajar untuk melemaskan jari-jari tangan karena proses menempel

benda-benda dalam ukuran kecil.

Menurut standar kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudhotul (2004 : 26) terdapat indikator keberhasilan dalam

meningkatkan motorik halus anak yaitu : 1) Kerapian dalam mengelem dan menambahkan gambar, 2) Ketepatan menempelkan pada bagian

gambar, 3) Keluwesan jari-jari tangan ketika menempel

C. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak 1. Pengertian Belajar

Menurut Omar Hamalik (2002:154), belajar adalah perubahan

tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Hilgard dan Bower seperti yang dikutip Purwanto (2003:84) bahwa “Belajar

berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar

kecenderungannya berupa respon pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang”. Pendapat tersebut menegaskan bahwa belajar

(48)

33

Menurut Gadne yang dikutip Purwanto (2003:84) bahwa “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama isi ingatan

mempengaruhi siswa sedemikian rupa, sehingga perbuatannya berubah. Pendapat ini menjelaskan bahwa belajar dipengaruhi oleh situasi stimulus yang menyebabkan perubahan perbuatan”. Morgan yang

dikutip Purwanto (2003:84) bahwa “Belajar adalah setiap perubahan

yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil

dari latihan atau pengalaman. Pendapat ini menggambarkan bahwa belajar merupakan perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.

Witherington yang dikutip Purwanto (2003:84) bahwa “Belajar adalah

setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi

sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Pendapat tersebut

menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.

Melihat pendapat-pendapat di atas, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai

reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian yang disebabkan oleh situasi stimulus yang berupa latihan

(49)

34 2. Hakekat Pembelajaran

Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah

pengajaran. Pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau yang lain untuk membelajarkan siswa yang belajar (Hasanah,

2012 : 85). Menurut (Hasanah, 2012 : 87), secara garis besar, ada 4 pola pembelajaran. Pertama, pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu atau bahan pembelajaran dalam bentuk alat

raga. Kedua, pola (guru dan alat bantu) dengan siswa, ketiga, pola (guru)+(media) dengan siswa. Keempat, pola media dengan siswa atau

pola pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau bahan pembelajaran yang disiapkan.

Berdasarkan pola-pola pembelajaran diatas, maka pembelajaran

bukan hanya sekedar mengajar dengan pola satu, akan tetapi lebih dari pada itu seorang guru harus mampu menciptakan proses pembelajaran

yang bervariasi. Menurut paham konvensional, pembelajaran diartikan sebagai bantuan kepada anak didik yang dibatasi pada aspek intelektual

dan keterampilan. Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai seperangkat event sehingga terjadi proses belajar (Hasanah, 2012 : 86)

3. Taman Kanak-kanak

Taman kanak-kanak atau disingkat TK adalah jenjang

(50)

35

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut.

Lama masa belajar seorang murid di TK biasanya tergantung

pada tingkat kecerdasannya yang dinilai dari rapor per semester. Secara umum untuk lulus dari tingkat program di TK selama 2 (dua) tahun, yaitu : 1) TK 0 (nol) Kecil (TK kecil) selama 1 (satu) tahun, 2) TK 0

(nol) Besar (TK besar) selama 1 (satu) tahun.

Umur rata-rata minimal kanak-kanak mula dapat belajar di

sebuah taman kanak-kanak berkisar 4-5 tahun sedangkan umur rata-rata untuk lulus dari TK berkisar 6-7 tahun. Setelah lulus dari TK, atau pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah lainnya yang sederajat,

murid kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi di atasnya, yaitu Sekolah Dasar atau yang sederajat. Di Indonesia,

seseorang tidak diwajibkan untuk menempuh pendidikan di TK. 4. Pembelajaran di TK

Pembelajaran pada intinya merupakan suatu proses menciptakan kondisi yang kondusif agar terjadi interaksi belajar mengajar. Dalam pembelajaran tersirat adanya satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

antara guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar. Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sudjana (1995:5), pembelajaran dapat

(51)

36

(warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan.

Adapun proses pembelajaran pada hakekatnya terbagi dalam dua konsep yang berlangsung secara bersamaan yaitu proses belajar yang

dilakukan oleh anak TK dan proses belajar yang dilakukan oleh pendidik. Kegiatan pembelajaran di TK mengutamakan bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Secara alamiah bermain memotivasi

anak untuk mengetahui sesuatu lebih dalam, dan secara spontan anak mengembangkan kemampuannya. Bermain pada dasarnya

mementingkan proses dari pada hasilnya. Menurut Pendapat Bredekamp yang dikutip oleh Masitoh (2003: 5) “play is a important vehicle for

children, social, emotional, and cognitive development”. Artinya

bermain merupakan wahana yang penting bagi perkembangan sosial, emosi, dan kognitif anak yang direfleksikan pada kegiatan.

Berbeda dengan pendapat Piaget yang dikutip oleh Masitoh (2003:5) bahwa, “bermain merupakan wahana yang penting yang

dibutuhkan untuk perkembangan berpikir anak. Belajar yang paling efektif untuk pendidikan anak usia dini/Taman kanak-kanak adalah melalui suatu kegiatan yang konkrit dan pendekatan yang berorientasi bermain”.

Bermain sebagai suatu bentuk kegiatan belajar di TK adalah

(52)

37

lebih banyak belajar dari melalui bermain dan melakukan eksplorasi terhadap obyek-obyek dan pengalamannya. Sebab anak dapat

membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksi sosial dengan orang dewasa pada saat mereka memahaminya dengan bahasa dan

gerakan sehingga tumbuh secara kognitif menuju berpikir verbal. Pada saat belajar anak melakukan kegiatan yang aktif membangun pengetahuan berinteraksi dengan lingkungan atau mempraktekkan

langsung. Pengetahuan muncul bukan dari obyek atau anak, akan tetapi dari interaksi antara anak dengan obyek. Dalam memperoleh

pengalaman seorang anak harus berinteraksi langsung dengan obyek, lingkungan atau sumber belajar sehingga dapat memanipulasi, menjelajah, menyelidiki, mengamati atau berbuat sesuatu dengan obyek

tersebut.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran di

TK seperti yang dikemukakan oleh Masitoh (2003: 6):

a. Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan awal,

pendidikan sekolah yang dikenal oleh anak, oleh karana itu Taman Kanak-kanak perlu menciptakan situasi pendidikan yang memberi rasa aman dan menyenangkan.

b. Sifat kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak adalah pembentukan perilaku melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan

(53)

38

c. Sifat kegiatan merupakan pengembangan berbagai kemampuan dasar anak, oleh karena itu pengetahuan terhadap dunia sekitar

merupakan alat yang dipilih oleh guru untuk penngembangan kemampuan dasar.

Faktor lain yang harus diperhatikan dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak adalah dasar pembelajaran bagi anak. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak perlu memperhatikan prinsip

belajar yang berorientasi perkembangan dan bermain yang menyenangkan, didasarkan pada minat dan pengalaman anak,

mendorong terjadinya komunikasi baik secara individual maupun kelompok, dan bersifat fleksibel. Masitoh (2003: 7) mengungkapkan prinsip dasar pembelajaran bagi anak usia dini sebagai berikut:

a. Anak aktif melakukan sesuatu atau bermain dalam situasi yang menyenangkan.

b. Kegiatan pembelajaran dibangun berdasarkan pengalaman dan minat.

c. Mendorong terjadinya komunikasi serta belajar secara bersama dan individual.

d. Mendorong anak untuk mengambil resiko dan belajar dari

kesalahan.

e. Memperhatikan prinsip perkembangan anak.

(54)

39

Dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak peran guru lebih bersifat sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator. Guru perlu

menyiapkan lingkungan, bahan-bahan, kegiatan yang menantang dan dapat menstimulasi anak agar terlaksananya pembelajaran yang optimal

tidak terlepas dari karakteristik perkembangan anak, prinsip belajar dan kurikulum yang sesuai dengan minat dan kebutuhan. Dalam pembelajaran di TK, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi

kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan

tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Tema yang dipilih sesuai dengan hasil belajar dan indikator dalam kurikulum, dan menjabarkan tema ke dalam sub-sub

tema agar cakupan tema tidak terlalu luas dan sesuai sub tema antara lain:

a. Diri sendiri (Aku dan Panca Indera)

b. Lingkunganku (Keluargaku, Rumah dan Sekolah)

c. Kebutuhanku (Makanan, Pakaian, Kesehatan, Kebersihan, dan Keamanan)

d. Binatang

e. Tanaman

f. Rekreasi (Kendaraan, Pesisir dan Pegunungan)

g. Pekerjaan

(55)

40 i. Alat Komunikasi

j. Tanah airku (Negaraku, Kehidupan dikota dan didesa)

k. Alam Semesta (Matahari, Bulan, Bintang, Bumi, Langit dan Gejala Alam)

Tema-tema ini kemudian disesuaikan dengan hasil belajar atau indikator pada bidang pengembangan dalam program semester. Perencanaan program semester merupakan program pembelajaran yang

berisi jaringan-jaringan tema yang ditata secara urut dan sistematis, olokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema, dan

sebarannya kedalam semester 1 dan 2. Penyusunan silabus pembelajaran dituangkan dalam bentuk perencanaan semester, perencanaan mingguan dan perencanaan harian.

5. Karakteristik Program Pembelajaran

Pengembangan program pembelajaran pendidikan taman

kanak-kanak memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Program pembelajaran di taman kanak-kanak dilaksanakan secara

terpadudengan memperhatikan kebutuhan terhadap kesehatan, gizi, stimulasi sosial dan kepentingan terbaik bagi anak.

b. Program pembelajaran di tamman kanak-kanak dilaksanakan secara

fleksibel sesuai dengan karakteristik anak TK dan layanan pendidikan.

(56)

41

minat, dan kemampuan masing-masing anak, soial budaya, serta kondisi dan kebutuhan masyrakat (Pedoman Pengembangan Proram

Pembelajaran Di TK : 2010)

D. Kain perca

Kain perca adalah kain sisa guntingan yang berasal dari pembuatan pakaian,kerajinan atau produk tekstil lainya. Kain perca yang sudah terbuang

ini ternyata dapat dimanfaatkan untuk kerajinan tangan dalam membuat topi . Sebelum melakukan penempelan kain perca yang belum diberi warna ini

direndam kedalam pasta makanan yang sudah dicampur dengan air, kain perca direndam selama kedalam pasta makanan yang sudah dicampur dengan air , kain perca direndam selama dua hari agar warna yang dinginkan terlihat

jelas, setelah selesai direndam kain perca dijemur agar mudah dalam proses menempelkannya di kertas yang sudah diberi pola.(www.google.co.id/kain

perca)

E. Kerangka berpikir

Pada proses pembelajaran di Taman kanak-kanak ABA Kricak Kidul 61 yogyakarta khsusnya kelompok B2 dalam pelaksanaan kegiatanya belum

berkembang motorik halus anak baru melakukan seperti menggambar sebuah gambar yang sederhana, memegang pensil, menggunting, dan melipat. Hal

(57)

42

halus anak. Motivasi yang di berikan guru kepada anak dalam melaksanakan kegiatan juga belum maksimal.

Selain itu juga masih ada kemampuan motorik halus anak belum berkembang atau meningkat dengan baik ini terbukti masih ada anak yang

belum bisa menulis dengan rapi, bahkan masih ada anak yang belum bisa memegang pensil dengan benar. Hal ini dipengaruhi karena motorik halus anak belum meningkat dengan baik. Banyak cara untuk meningkatkan

motorik halus anak yaitu dengan cara menempel dengan tehnik mozaik di kelompok B2 ABA kricak Kidul 61 yogyakarta.

Teknik mozaik merupakan strategi pembelajaran yang berpijak pada kemampuan motorik halus anak, karena anak dilatih dalam kegiatan menempel jika kegatan anak dapat menempel dengan baik, dan bersih, maka

motorik halus anak dapat berkembang dengan baik. Salah satu media untuk menempel menggunakan teknik mozaik adalah menggunakan media kain

perca. Berdasarkan penjelasan diatas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

[image:57.595.143.432.554.647.2]

Gambar 1. Kerangka Berpikir Upaya

Peningkatan Morotik Halus

Anak

Kegiatan Menenmpel dengan Kain

(58)

43 F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan meruakan jawaban sementara atau kesimpulan sementara terhadap rumusan masalah penelitian dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pernyataan . Jawaban sementara

tersebut baru di dasarkan atau teori yang relevan belum di dasarkan pada fakta empiris di peroleh dari pengumpilan data .

Dari uraian diatas maka di ajukan hipotesis tindakan sebagai

berikut, bahwa “kemampuan motorik halus anak dapat ditingkatkan melalui kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik di kelompok B2 Tk ABA

(59)

44 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Agung (2012:24) menyatakan, penelitian tindakan kelas atau Clasroom

Action Research (CAR) merupakan penelitian yang bersifat aplikasi

(terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan. Sedangkan

menurut Wardhani & Wihardit (2008:1.4), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,

sehingga hasil belajar anak menjadi meningkat. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus.

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada anak kelompok B semester II tahun

pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada semester II

tahun ajaran 2014/2015 dalam penentuan waktu yang disesuaikan dengan kalender pendidikan di Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta

(60)

45

Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta tahun pelajaran 2014/2015. Jumlah

subjeknya yaitu, 23 orang dengan 18 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan.

D. Prosedur Penelitian

Adapun, prosedur pada penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, yaitu sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan yang dilaksanakan guru adalah: 1) Membuat RKH sesuai dengan tema

2) Mempersiapkan dan membuat media pembelajaran

3) Menyiapkan lembar kerja anak

4) Menentukan alokasi waktu yang akan digunakan

5) Menyiapkan lembar observasi dan evaluasi b. Pelaksanaan

1) Kegiatan awal (30 menit)

a) Anak diajak berbaris sebelum masuk kelas, guru menyapa memberi salam dan mengajak berdoa sebelum

memulai aktivitas.

b) Anak aktif ikut bernyanyi bersama sambil olahraga

(61)

46

untuk pemanasan dengan kegiatan motorik, yaitu melempar bola sedang.

c) Menerangkan tema dan tujuan pelajaran hari ini, yaitu tema tanaman dan subtema tanaman hias.

d) Anak aktif menyimak dan mendengarkan penjelasan dari Guru.

e) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan

yaitu: membuat bunga dengan teknik mozaik media kain perca.

2) Kegiatan Inti (60 menit)

Pada kegiatan inti guru menjelaskan secara rinci tentang kegiatan yang akan dilakukan anak dengan

menggunakan media kain perca, langkah-langkahnya sebagai berikut:

a) Guru menjelaskan bahan-bahan mozaik dalam kehidupan sehari-hari

b) Guru meminta anak didik menyebutkan kembali bahan mozaik kain perca Guru meminta anak didik mengambil bentuk pola gambar yang akan dilakukan dengan teknik

mozaik yang telah disediakan Anak mengerjakan tugas yang diberikan

(62)

47

d) Anak menempel kain perca yang telah diwarnai menjadi bentuk mozaik topi

e) Guru memberi pujian kepada semua anak 3) Istirahat / makan

Bermain di luar ruangan, cuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta berdoa sebelum dan sesudah makan. 4) Kegiatan akhir / penutup (± 30 menit)

a) Guru dan anak didik menyimpulkan hasil pembelajaran b) Guru menilai hasil kerja anak didik

c) Guru membahas kegiatan dipertemuan selanjutnya d) Bernyanyi stelah itu dilanjutkan berdoa

e) Salam dan pesan.

c. Observasi

Mengamati semua prilaku anak dalam melaksanakan

kegiatan dan pengamatan terhadap kreativitas seni anak dalam menempel bentuk topi dengan teknik mozaik kain perca.

d. Refleksi

Hasil dari observasi guru melalui kegiatan mozaik dengan untuk meningkatkan motorik halus anak dihimpun dan dirangkum

untuk mengukur tingkat keberhasilan pada siklus I. Apabila hasilnya belum cukup maksimal, maka diatasi dengan dilakukannya

(63)

48 2. Siklus II

Siklus II dilaksanakan melakukan perubahan pada bagian

tertentu yang didasarkan pada refleksi siklus I sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Langkah-langkah yang dilakukan

pada siklus II sama halnya dengan siklus I yaitu: a. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan yang dilaksanakan guru adalah:

1) Membuat tema

2) Mempersiapkan dan membuat media pembelajaran

3) Menyiapkan lembar kerja anak

4) Menentukan alokasi waktu yang akan digunakan 5) Menyiapkan lembar observasi dan evaluasi

b. Pelaksanaan

1) Kegiatan awal (± 30 menit )

a) Anak diajak berbaris sebelum masuk kelas, guru menyapa memberi salam dan mengajak berdoa sebelum

memulai aktivitas.

b) Anak aktif ikut bernyanyi bersama sambil olahraga mengikuti irama lagu, melakukan kegiatan olahraga

untuk pemanasan dengan kegiatan motorik, yaitu melempar bola sedang.

(64)

49

d) Anak aktif menyimak dan mendengarkan penjelasan dari Guru.

e) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu: menempel topi dengan teknik mozaik

2) Kegiatan Inti (± 60 menit)

Pada kegiatan inti guru menjelaskan secara rinci tentang kegiatan yang akan dilakukan anak dengan

langkah-langkahnya sebagai berikut:

a) Guru menjelaskan bahan-bahan mozaik dalam

kehidupan sehari-hari

b) Guru meminta anak didik mengambil bentuk pola topi yang akan dilakukan dengan teknik mozaik yang telah

disediakan

c) Anak mengerjakan tugas yang diberikan

d) Guru menyuruh anak didik menempel kain perca menjadi bentuk topi

e) Anak menempel kain perca yang telah diwarnai menjadi bentuk mozaik topi

f) Guru memberi pujian kepada semua anak

3) Istirahat atau makan

Bermain di luar ruangan, cuci tangan sebelum dan

(65)

50 4) Kegiatan akhir (± 30 menit)

a) Guru dan anak didik menyimpulkan hasil pembelajaran

b) Guru menilai hasil kerja anak didik

c) Guru membahas kegiatan dipertemuan selanjutnya

d) Bernyanyi stelah itu dilanjutkan berdoa e) Salam dan pesan

c. Observasi dan Evaluasi

Mengamati semua perilaku anak dalam melaksanakan kegiatan dan pengamatan terhadap kreativitas seni anak dalam

menempel bentuk topi dengan teknik mozaik kain perca d. Refleksi

Hasil dari observasi guru melalui kegiatan mozaik untuk

meningkatkan motorik halus anak dihimpun dan dirangkum untuk mengukur tingkat keberhasilan pada siklus II.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Istrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti pada saat melakukan penelitian adalah:

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara

(66)

51

yang dilakukan secara khusus yang ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran.

b. Portofolio

Portofolio adalah kumpulan hasil kerja anak yang tersusun

secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran (James, 2006:84).

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul meningkatkan kemampuan

motorik halus anak Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta melalui menempel dengan teknik mozaik adalah Lembar Observasi. Lembar pengamatan pada penelitian ini berupa

checklist angket yang telah dikembangkan peneliti menurut teori

Raudhotul (2004; 26). Angket tersebut dijadikan pedoman peneliti

dalam peningkatan kemampuan motorik halus anak pada kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik. Pada penelitian ini peningkatan

kemampuan motorik anak pada kegiatan menempel antara lain yaitu 1) Ketepetan menggunting bagian gambar, 2) Kerapian dalam mengelem dan menambahkan gambar, 3) K

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Indikator Kerapian dalam
gambar di kertas sesuai pola gambar Anak cukup mampu
gambar Anak cukup mampu luwes dealam
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus melalui teknik mozaik pada anak kelompok B1 TK PKK 51 Terong, Dlingo, Bantul. Adapun indikator

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan motorik halus melalui kegiatan menempel pola gambar dengan daun

Kelemahan ini yang menyebabkan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode pemberian tugas berbantuan media mozaik untuk meningkatkan perkembangan motorik halus

Penelitian ini telah berhasil apabila dalam proses pembelajaran motorik halus anak melalui kegiatan mewarnai, menggunting, dan menempel (3M) dengan metode demonstrasi dapat

Penelitian tentang pengaruh kegiatan mozaik terhadap kemampuan keterampilan motorik halus pada anak kelompok B di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 3 Surabaya” merupakan

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan motorik halus melalui kegiatan menempel pola gambar dengan daun

Peneliti menemukan bahwa kegiatan ini dapat mengembangkan aspek motorik halus seperti menggunakan gunting dengan benar, merobek mengkoordinasikan antara mata dan tangan dan menempel

199 | Open Access Journal : https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI TEHNIK MOZAIK BAGI ANAK TUNAGRAHITA KELAS V SDLB DI SEKOLAH LUAR BIASA