KEBIJAKAN FISKAL NASIONAL
DAN
HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH
TAHUN 2013
Integritas – Profesionalisme – Sinergi – Pelayanan - Kesempurnaan
Integritas – Profesionalisme – Sinergi – Pelayanan - Kesempurnaan
OUTLINE
KEBIJAKAN FISKAL NASIONAL
HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH (SAAT INI)
PENGELOLAAN KEUANGAN PEMDA
1
1
2
2
3
3
PINJAMAN DAERAH SEBAGAI SUMBER PEMBIAYAAN
INFRASTRUKTUR DAERAH
4
KEBIJAKAN FISKAL NASIONAL
Eurozone
• Pada Q4-2012 perekonomian
Eropa mengalami kontraksi sebesar 0,6%(qoq) atau 0,9% (yoy).
• Sepanjang tahun 2012, ekonomi
Eropa menglami kontraksi 0,6% turun dari tahun 2011 yang tumbuh sebesar 1,4%.
• Januari 2013 : Pengangguran
Eropa sebesar 11,9%. Tingkat pengangguran Spanyol mencapai 26,2%.
• Kebijakan terkini:
1. Program outright monetary transaction (OMT) ECB;
2. ESM gantikan EFSF, total dana €500 miliar.
3. Bailout Yunani 2013 telah disetujui IMF (€ 3,24 miliar) dan zona Eropa (€9,2 miliar).
Amerika Serikat
• Perekonomian AS di Q4-2012 tumbuh
0,1% (qoq) melambat dibandingkan Q3-2012 yang tumbuh sebesar 3,1% (qoq). Sepanjang tahun 2012, perekonomian AS tumbuh 2,2% lebih tinggi dari tahun 2011 sebesar 1,8%.
• The Fed memangkas perkiraan pertumbuhan AS pada 2013 antara 2,3% - 3,0% lebih rendah dari perkiraan pada September lalu (2,5% - 3,0%).
• The Fed memutuskan untuk tetap mempertahankan program QE3 dengan nilai rata-rata US$85 miliar per bulan, namun The Fed mempertimbangkan untuk mengurangi nilai tersebut.
• Di samping itu Kongres AS juga telah menyetujui kenaikan pagu utang dengan penundaan hingga 19 Mei 2013.
• Pemerintah AS telah menandatangani
kesepakatan pemangkasan belanja otomatis sebesar US$85 miliar selama tahun 2013. Pemangkasan ini akan terus berlanjut dengan total sebesar US$1,2 triliun hingga sepuluh tahun kedepan.
Asia
Perekonomian China tumbuh 7,9% (yoy) di
Q4-2012 lebih tinggi dari Q3-2012 sebesar 7,4% (yoy). Sepanjang 2012 China tumbuh sebesar 7,8% (yoy).
Pada Q4-2012 India tumbuh sebesar 4,5%
(yoy) melambat dari Q3-2012 sebesar 5,3% (yoy). Sepanjang tahun 2012 India tumbuh sebesar 5,1% melambat dibandingkan 2011 sebesar 7,3%.
Selama 2012 negara-negara Asia lainnya
tumbuh positif. Pertumbuhan Singapura 1,3% (yoy), Vietnam tumbuh 5,0% (yoy), Filipina sebesar 6,6% (yoy), Thailand tumbuh 6,4% dan Malaysia tumbuh 5,6%.
• Beberapa kebijakan negara-negara Asia terkini:
BoJ menambah dana pembelian aset untuk
ke-3x dalam 4 bulan (66 triliun yen 76 triliun yen).
Jepang menambah stimulus fiskal sebesar
10,3 triliun yen atau sebesar US$116 miliar.
BOJ menetapkan target inflasi sebesar 2%
(sebelumnya 1%) dan menyatakan akan menerapkan program pembelian aset tanpa batas.
Pemerintah India menargetkan defisit
anggaran sebesar 4,8% terhadap PDB pada tahun fiskal April 2013 hingga Maret 2014. Upaya ini dilakukan melalui kenaikan pajak, penjualan aset dan pemangkasan subsidi.
Perkembangan Perekonomian Global – Mar 2013
Integritas – Profesionalisme – Sinergi – Pelayanan - KesempurnaanIndikator Kinerja
Nilai Tukar
• Realisasi nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2012 adalah sebesar
Rp9.384/USD1 atau mengalami depresiasi sebesar 6,9% dibandingkan rata2 nilai tukar tahun sebelumnya sebesar Rp8.779/USD1
• Per 31 Des 2012: Rp9.793/USD depresiasi 7,4% (ytd) • Per 12 Mar 2013 : Rp9.693/USD apresiasi 1,03% (ytd)
IHSG •• Per 31 Des 2012: 4316,7 menguat 12,94% (ytd)Per 12 Mar 2013 : 4854,3 menguat 12,45% (ytd)
Inflasi • Inflasi sepanjang tahun 2012 sebesar 4,30% (ytd, yoy), rata-rata inflasi 2012: 4,28% lebih rendah dibandingkan rata-rata 2011: 5,38%
• Inflasi Februari 2013: 0,75% (mtm) ; 1,79% (ytd) ; 5,31% (yoy)
Arus Modal Masuk
• Total net foreign buying sepanjang tahun 2012 di pasar Saham, SUN dan SBI
sebesar Rp55,95T
• Pembelian bersih asing mengalami kenaikan di bulan Februari 2013. Tercatat
Rp11,2 T dana asing masuk ke Saham, sedangkan di pasar SUN (s.d. 26 Februari 2013), terdapat Rp7,31T dana asing yang masuk.
6
6
Integritas – Profesionalisme – Sinergi – Pelayanan - Kesempurnaan
Integritas – Profesionalisme – Sinergi – Pelayanan - Kesempurnaan
Indikator
Kinerja
Pertumbuhan PDB •• Q4-2012 : 6,11% (yoy) Sepanjang 2012 : 6,23% (yoy). PDB nonmigas 6,8%, PDB non migas -3.3%
Indikator Konsumsi • Indeks Keyakinan Konsumen tercatat sebesar 116,8 di bulan Februari 2013 ( Januari 2013: 116,2)
Investasi • Selama tahun 2012, total investasi naik 24,6% (yoy) menjadi Rp313,2 triliun:PMA: Rp221,0 triliun atau naik 26,1% (yoy) PMDN: Rp92,2 triliun atau naik 21,3% (yoy)
Perdagangan Internasional
•Januari-Desember 2012 : Ekspor turun 6,6% menjadi US$190,04 miliar
Impor naik 8,02% menjadi US$191,67 miliar Defisit perdagangan US$1,63 miliar
• Jan 2013: ekspor tumbuh -1,2% (yoy) menjadi US$15,38 miliar
Impor tumbuh 6,8% (yoy) menjadi US$15,55 miliar
Neraca Pembayaran
• Q4-2012: surplus neraca pembayaran US$3,2 miliar; FY 2012: surplus neraca
pembayaran US$0,2 miliar.
• Defisit transaksi berjalan meningkat dari US$5,3 miliar (-2,4% dari PDB) di Q3-2012
menjadi US$7,8 miliar (-3,6% dari PDB) di Q4-2012. FY 2012: defisit transaksi berjalan US$24,2 miliar (-2,7% PDB)
• Surplus transaksi modal&finansial meningkat dari US$6,0 miliar di Q3-2012 menjadi
US$11,4 miliar di Q4-2012. FY 2012: surplus transaksi modal&finansial US$24,9 miliar.
Integritas – Profesionalisme – Sinergi – Pelayanan - Kesempurnaan
Integritas – Profesionalisme – Sinergi – Pelayanan - Kesempurnaan
Dunia AS Eropa Cina India ASEAN-5 Indonesia
-2.5 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0
-0.9
-0.4
-1.3 -1.3
-2.1
0.0
-0.4 -0.4 -0.2
-1.0
-0.6
-1.4
-0.1 0.0 Okt'11-Okt'12 Jan'12-Jan'13
Deviasi Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi 2013
Deviasi perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif rendah
Proyeksi Indikator Perekonomian Global (%)
IMF telah melakukan revisi pertumbuhan ekonomi 2013 terkait ketidakpastian pemulihan global …
Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013 diperkirakan sekitar 3.5-6.5%, dengan konsensus 6.1%.
Integritas – Profesionalisme – Sinergi – Pelayanan - Kesempurnaan
Asumsi Makro dan Outlook : 2012 – 2013
Outlook asumsi 2013 berdasarkan kesepakatan antara Kemen ESDM, Bappenas, Bank Indonesia, DJA, BKF per 8 Februari 2013
Integritas – Profesionalisme – Sinergi – Pelayanan - Kesempurnaan
Pertumbuhan PDB 2013 diperkirakan mencapai kisaran
6.6% sd 6.8% …
Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga
faktor pendorong utama pertumbuhan
Kons RT: Kebijakan PTKP, Persiapan Pemilu,
Struktur Demografi
PMTB: program infrastruktur dan
perbaikan iklim investasi (sistem logistik nasional /NSW, KEK) Administrasi, Iklim Ketenaga Kerjaan, perbaikan kualitas belanja negara.
Perdagangan internasional: perbaikan
permintaan global dan dampak depresiasi serta perbaikan daya saing.
Pertumbuhan PDB Pengeluaran dan Kontribusi Pertumbuhan
Integritas – Profesionalisme – Sinergi – Pelayanan - Kesempurnaan
Inflasi tahun 2013 diperkirakan mencapai kisaran
4,9% -5,3%
Perkiraan tahun 2013
Laju inflasi masih mendapat risiko peningkatan, antara lain dampak tekanan eksternal (belum pulihnya global demand, tekanan pada kinerja ekspor) yang tercermin pada imported inflation.
Risiko penigkatan laju inflasi juga terkait dengan potensi dampak kebijakan kenaikan UMP (rata rata nasional meningkat 30%), kenaikan harga gas. Rencana kenaikan tarif 11 ruas jalan tol, tarif angkutan dapat meberikan risiko tambahan Diperkirakan dtambahan inflasi dapat mencapai 0,3% sd 0,9%.
Kordinasi kebijakan dengan BI akan terus ditingkatkan untuk mesinergikan kebijakan fiskal,
moneter, sektor riil guna menjaga inflasi tetap berada pada rentang sasaran 4.5± 1%.
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
0.0% 2.0% 4.0% 6.0% 8.0% 10.0% 12.0%
0.07
0.05
6.6%
11.1%
2.8%
7.0%
3.8% 4.3%
5.3%
Realisasi Inflasi (yoy, Akhir Periode)
Integritas – Profesionalisme – Sinergi – Pelayanan - Kesempurnaan
Perkembangan dan Perkiraan Nilai Tukar
Nilai tukar rata-rata tahun 2013 diperkirakan mencapai kisaran Rp9300-9700 per dolar AS ….
Perkiraan tahun 2013
Di akhir tahun 2012, nilai tukar telah bergerak di atas 9500, melampaui rata-rata 2012 maupun asumsi tahun 2012. Memperhatikan perkembangan tersebut, diperkirakan nilai tukar di tahun 2013 akan bergerak di range/level baru dengan rata-rata mencapai Rp9700 per dolar AS.
Potensi kebijakan fiskal cliff di AS diperkirakan akan turut berdampak pada kinerja ekspor Indonesia ke AS. Sementara kebutuhan impor, khususnya barang modal, masih tetap tinggi.
2010-J F M A M J J A S O N D 2011-J F M A M J J A S O N D 2012-J F M A M J J A S O N D 2013
8400 8600 8800 9000 9200 9400 9600
9800 9700
9087
8779
9384
APBN/APBN -P
EoP Rata rata
Integritas – Profesionalisme – Sinergi – Pelayanan - Kesempurnaan
1
2
3
4
Beberapa Tantangan Perekonomian 2013:
Pertumbuhan Ekonomi Global dan beberapa negara mitra
dagang utama : Eropa, Amerika Serikat , China, India
Mendalamnya perlambatan global akibat risiko fiscal cliff AS
Sentimen arus modal akibat pelonggaran kebijakan moneter di negara-negara maju
Gejolak harga Komoditas Pasar Global: minyak mentah dan komoditas pangan
1
2
3
4
5
6
7
8
Beberapa Tantangan Perekonomian Global Ke Depan:
1. Pertumbuhan Ekonomi Global dan Beberapa Negara Mitra Dagang Utama yang Melambat:
• Perlambatan ekonomi negara negara maju dan kawasan Eropa tidak saja berdampak langsung
terhadap pelemahan kinerja ekspor Indonesia, tetapi juga melalui mitra dagang negara
berkembang Indonesia. Permintaan China dan India terhadap ekspor Indonesia , a.l sebagai bahan baku, juga mengalami penurunan.
2. Potensi Risiko akibat Fiscal Clif di Amerika Serikat:
• Perekonomian AS memegang peranan cukup besar dalam perekonomian dunia. Kebijakan fiscal cliff akan menurunkan permintaan dalam negeri AS, dan tentunya akan berdampak pada
perlambatan ekonomi negara lain dan dunia secara umum.
3. Sentimen Arus Modal akibat Pelonggaran Kebijakan Moneter di Negara-Negara Maju:
• Pelonggaran kebijakan moneter di negara negara maju akan menimbulkan likuiditas yang besar di pasar global. Dengan masih terdapatnya ketidakpastian, arus modal tentu dapat mengganggu keseimbangan pasar uang di nilai tukar diberbagai negara.
4. Gejolak Harga Komoditas Pasar Global:
• Harga minyak mentah dunia sejak awal 2000 telah meningkat cukup tinggi dengan fluktuasi yang besar, sehingga turut meningkatkan ketidakpastian.
Beberapa Tantangan Perekonomian Domestik Ke Depan: (1)
1. Percepatan Pertumbuhan Ekonomi yang Lebih Inklusif:
• Walaupun angka kemiskinan terus menurun, namun koefisien Gini (Gini rasio)
yang makin membesar mengindikasikan meningkatnya ketimpangan antara masyarakat mampu dan kurang mampu/miskin.
2. Dinamika Pasar Ketenagakerjaan:
• Sejalan dengan upaya peningkatan kesejahteraan tenaga kerja melalui UMP,
munculnya beberapa problematika terkait dengan keamanan tenaga kerja dan unjuk rasa dapat menjadi disinsentif tambahan bagi investor.
3. Perbaikan Iklim Investasi:
• Upaya mendorong kegiatan investasi secara merata di berbagai daerah masih
Beberapa Tantangan Perekonomian Domestik Ke Depan: (2)
4. Pelebaran Defisit Neraca Perdagangan:
• Dampak peningkatan pendapatan dan pertumbuhan telah mendorong
peningkatan impor.
• Sementara itu, ekspor masih menurun, baik yang disebabkan oleh harga
komoditas yang menurun maupun karena lemahnya permintaan mitra dagang. Karena itu, menjadi tantangan adalah mendorong peningkatan dan diversifikasi ekspor dari berbagai daerah, khususnya yang memiliki nilai tambah lebih baik.
• Pelebaran defisit neraca perdagangan akan mendorong pelebaran defisit
transaksi berjalan dan Neraca Pembayaran secara keseluruhan perlu kewaspadaan terhadap tekanan stabilitas nilai tukar Rupiah.
5. Tekanan Defisit APBN:
• Defisit APBN semakin melebar, antara lain disebabkan oleh lebih rendahnya
Beberapa Tantangan Perekonomian Domestik Ke Depan: (3)
6. Peningkatan Kualitas dan Percepatan Penyerapan Belanja APBN:
• Kualitas belanja hingga saat ini belum cukup mampu memberikan dampak multiplikasi (multiplier effect) yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini antara lain karena beban anggaran subsidi semakin membengkak, sementara alokasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur belum cukup memadai dan belum tepat sasaran.
• Daya serap belanja Pemerintah belum optimal, sehingga beberapa rencana kegiatan dan program pembangunan belum dapat dilaksanakan dan memberi dampak maksimal bagi pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat.
7. Fleksibilitas APBN dan Fiscal Space dalam Antisipasi Ketidakpastian:
Walaupun Pemerintah telah menyiapkan perundang-undangan dan kerangka kerja dalam menghadapi shock/gejolak/krisis, dampak peningkatan beban belanja, terutama subsidi energi yang tidak disertai dengan peningkatan pendapatan, menyebabkan pemerintah tidak memiliki cukup dana untuk melakukan maneuver bila terjadi shock. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian subsidi secara signifikan.
8. Stabilitas Sistem Keuangan:
• Dominasi kepemilikan asing masih tinggi, terutama dalam pasar saham (54,5% dari total emisi per
November 2012) dan pasar modal (33% dari total SBN yang dapat diperdagangkan) peningkatan potensi terjadinya sudden reversal jika pasar keuangan global maupun domestik mengalami goncangan.
• Peningkatan utang LN swasta sebagai akibat adanya kebutuhan pembiayaan (di samping kredit
Hubungan Kebijakan Fiskal Nasional dan Daerah
Kebijakan Moneter
Kebijakan Neraca Pembayaran
Kebijakan Sektor Riil
Kebijakan Fiskal • Kebijakan fiskal daerah
harus sejalan dan mendukung dengan
keempat kebijakan makro nasional.
• Seluruh kebijakan makro, terutama Kebijakan Fiskal mempengaruhi Kebijakan Transfer ke Daerah
Interrelasi Kebijakan Makro
Integritas – Profesionalisme – Sinergi – Pelayanan - Kesempurnaan
Kebijakan Fiskal Nasional yang Sustainable
Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 2013
LKPP LKPP LKPP LKPP APBN
P Realisasi* APBN Pendapata
Kebijakan fiskal yang sustainable apabila dalam jangka panjang, defisit terkendali dan keseimbangan primer positif
dalam triliun rupiah
20
Integritas – Profesionalisme – Sinergi – Pelayanan - Kesempurnaan
Integritas – Profesionalisme – Sinergi – Pelayanan - Kesempurnaan
2010 2011 TARGET
RPJM TARGET APBN REALISASI TARGET RPJM TARGET APBN REALISASI
Pertumbuhan
Ekonomi 5,5- 5,6 5,5 6,2 6,0 - 6,3 6,4 6,5
Pengangguran 7,6 7,5 – 8,0 7,1 7,3 - 7,4 7,3 6,6
Kemiskinan 12,0 - 13,5 13,33 11,5 - 12,5 12,49
2012 2013 2014
TARGET RPJM TARGET APBN REALISASI TARGETRPJM TARGET APBN TARGETRPJM
Pertumbuhan
Ekonomi 6,4 - 6,9 6,7 6,2 6,7 - 7,4 6,8 7,0%-7,7% Pengangguran 6,7 - 7,0 6,4 - 6,6 6,14 6,0 - 6,6 5,8 – 6,1 5%-6%
Kemiskinan 10,5 - 11,5 11,45 9,5 - 10,5 8%-10%
Realisasi Sasaran Utama Indikator Pembangunan
Integritas – Profesionalisme – Sinergi – Pelayanan - Kesempurnaan
Kebijakan Umum HKPD
• Perimbangan keuangan dilakukan melalui transfer/hibah dari Pusat
kepada Daerah dan didukung dengan penyerahan sebagian kewenangan perpajakan kepada daerah.
• Mengingat bahwa kewenangan perpajakan di daerah masih sangat
terbatas, maka dukungan pendanaan daerah melalui transfer masih lebih mendominasi (untuk saat ini).
• Sesuai esensi otonomi daerah, maka sebagian besar dukungan dana dari
APBN berbentuk block grants (bebas digunakan oleh daerah)
• Block grants juga didukung dengan specific grants, yg berfungsi untuk
mengawal prioritas nasional dan kesetaraan kualitas layanan publik antar daerah.
• Selaras dengan peningkatan kebutuhan pendanaan daerah, Pemerintah
Pusat terus mendorong upaya kemandirian pendanaan melalui penguatan
local taxing power dan transfer diupayakan terus meningkat dari tahun ke tahun.
• Untuk mendorong ekspansi pembangunan daerah guna mendorong
Melalui Angg K/LMelalui
Angg K/L Ke DaerahTransfer
Ke Daerah kewenangan 6
Urusan
Mendanai kewenangan 6
Urusan
Alur Belanja APBN ke Daerah
Dana Vertikal di Daerah Dana Vertikal
di Daerah
Hibah Hibah
Pinjaman Pinjaman
• Dana Perimbangan
• Dana Otsus dan Penyesuaian
• Dana Perimbangan
• Dana Otsus dan Penyesuaian
Dana Dekonsentrasi Dana Tgs Pembantuan PNPM dan Jamkesmas Dana Dekonsentrasi Dana Tgs Pembantuan PNPM dan Jamkesmas Subsidi dan Bantuan Subsidi dan Bantuan
Masuk APBD
Masuk APBD
24
MONEY FOLLOWS FUNCTION AND CAPACITY
Dana ke Daerah = 1.025,42(61,85 %)
Belanja APBN 2013
(Triliun Rupiah)
Belanja APBN 2013
(Triliun Rupiah)
Sumber : APBN--2013
Melalui Angg.K/L dan APP
(Program Nasional) Melalui APP (Subsidi) Melalui Angg. Transfer ke Daerah (Masuk APBD) Melalui Angg. K/L
•PNPM 9.7(0.59%) • BBM 193.8(1.69%) •DBH 101.96(6.15%) • Dana Dekon 13.4(0.81%)
•Jamkes 6.7(0.41%) • Listrik 80.9(4.88%) •DAU 311.1(18.76%) • Dana TP 13.6(0.82%) • Pangan 17.2(1.03%) •DAK 31.7(1.91%) • Dana Vertikal 143.6(8.66%) • Pupuk 16.2(0.97%) •OTSUS 13.4(0.81%) • Benih 1.5(0.08%) • Penyesuaian 70.4(4.24%) *) APP = Anggaran Pembiayaan
dan Perhitungan
No. Tujuan Strategi Kebijakan
1. MEMPERBAIKI KEWENANGAN PEMUNGUTAN
MENETAPKAN JENIS
PUNGUTAN DAERAH CLOSED LISTDaerah hanya memungut jenis pajak dan retribusi yang tercantum dalam UU No. 28 Tahun 2009
2. PENGUATAN LOCAL
TAXING POWER MEMPERLUAS BASIS PUNGUTAN DAN DISKRESI PENETAPAN TARIF
1. MEMPERLUAS OBJEK (Pajak Hotel, Pajak Restoran)
2. MENAMBAH JENIS (Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Rokok, BPHTB, PBB-Perkotaan dan Perdesaan)
3. MENAIKKAN TARIF MAKSIMUM (Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak parkir, Pajak Hiburan)
4. DISKRESI PENETAPAN TARIF (Daerah bebas menetapkan tarif dalam batas tarif minimum dan maksimum yang ditetapkan dalam UU)
3. MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN
MENGUBAH SISTEM
PENGAWASAN 1.PENGAWASAN PREVENTIF DAN KOREKTIFa. Raperda terlebih dahulu dievaluasi b. Perda disesuaikan dengan hasil evaluasi
c. Perda yang telah ditetapkan disampaikan ke Pemerintah d. Perda yang bertentangan dengan UU dibatalkan
2.SANKSI
a. Administratif (Prosedur): Penundaan DAU dan/atau DBH PPh b. Substansif : Pemotongan DAU dan/atau DBH PPh
4. MEMPERBAIKI SISTEM
PENGELOLAAN
MENINGKATKAN
KUALITAS PENGGUNAAN HASIL PAJAK DAERAH
1.MEMPERBAIKI BAGI HASIL PAJAK PROVINSI KE KAB/KOTA a. PKB dan BBNKB: 30%
b. Pajak Rokok : 70% c. PBBKB : 70%
d. Pajak Air Permukaan : 50% 2.MEMPERTEGAS EARMARKING
a. 10% PKB untuk perbaikan jalan
b. 50jalan% Pajak Rokok untuk pelayanan kesehatan c. Sebagian PPJ untuk penerangan
3.MEMPERBAIKI SISTEM INSENTIF PEMUNGUTAN Diberikan atas dasar pencapaian kinerja tertentu
No. Kesiapan Daerah *)
Jumlah Persentase (%)
Daerah Penerimaan BPHTB 2010 (Rp) Jumlah Daerah Penerimaan BPHTB 2010 (Rp) 1. Perda yang telah siap 482 7.902.477.217.751 98,0 99,999998 2. Raperda (dalam proses) 10 15.525.500 2,0 0,000002 3. Belum menyusun Raperda 0 0 0,0 0,0
Total 492 7.902.492.743.251 100 100
Posisi: 1 April 2013
10 Daerah yang sedang menyusun Raperda sebagai berikut: Kab. Sarmi
Kab. Kepulauan Aru
Kab. Pegunungan Bintang Kab. Tolikara
Kab. Mamberamo Tengah
Kab. Nduga Kab. Puncak Kab. Dogiyai Kab. Intan Jaya Kab. Deiyai
KESIAPAN DAERAH MEMUNGUT BPHTB
NASIONAL
No. Kesiapan Daerah *)
Jumlah Persentase (%)
Daerah Penerimaan PBB-P2 2011 (Rp) DaerahJumlah Penerimaan PBB-P2 2011 (Rp) 1. Perda yang telah siap 34 1.166.434.063.962 89,47 98,07 2. Raperda (dalam proses) 3 19.003.972.332 7,90 1,6 3. Belum menyusun Raperda 1 3.906.545.139 2,63 0,33
Total 38 1.189.344.581.433 100 100
Posisi: 1 April 2013
Daerah yang sedang menyusun Raperda:
Kota Madiun Kota Blitar
Kab. Bangkalan
Daerah yang belum menyusun Raperda: Kab. Pamekasan
Sumber: Perpres No.5/2010 ttg RPJMN 2010-2014 30
Kebijakan Umum Transfer ke Daerah
•Meningkatkan kapasitas fiskal daerah dan mengurangi
kesenjangan fiskal antara
pusat & daerah dan antar daerah.
•Menyelaraskan kebutuhan pendanaan di daerah sesuai dengan pembagian urusan pemerintahan.
•Meningkatkan kualitas
pelayanan publik di daerah & mengurangi kesenjangan
pelayanan publik antar daerah.
•Meningkatkan kemampuan daerah dalam mendorong perekonomian daerah.
•Mendukung kesinambungan fiskal nasional.
•Meningkatkan efisiensi
pemanfaatan sumber daya nasional.
•Meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan rencana
pembangunan daerah.
TREN TRANSFER KE DAERAH TAHUN 2008 - 2013
dalam triliun rupiah
Keterangan: Tahun 2008 – 2011 data diambil berdasarkan LKPP
Komponen Transfer 2008 2009 2010 2011 2012 2013
DAU 179.5 186.4 203.6 225.5 273.8 311.1
DAK 20.8 24.7 21 24.8 26.1 31.7
DBH 78.4 76.1 92.2 96.9 108.4 101.9
Dana Otsus 7.5 9.5 9.1 10.4 11.9 13.4
dana Penyesuaian 6.2 11.8 18.9 53.7 58.5 70.4
Total 292.4 308.6 344.7 411.3 478.8 528.6
2008 2009 2010 2011 2012 2013
TREN TRANSFER KE DAERAH
SE-PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2008 - 2013
dalam miliar rupiah
2008 2009 2010 2011 2012 2013 -
5,000.0 10,000.0 15,000.0 20,000.0 25,000.0 30,000.0 35,000.0
DAU DAK DBH
Dana Otsus Dana
Penyesuaian
D
al
am
M
ili
ar
R
up
ia
Transfer Ke Daerah APBN 2013
Dana Perimbangan
Dana Perimbangan
Dana Otsus & Penyesuaian
Dana Otsus & Penyesuaian
Dana Bagi Hasil (DBH)
Dana Bagi Hasil (DBH)
Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Otsus PAPUA
Dana Otsus PAPUA
Dana Otsus ACEH
Dana Otsus ACEH
Dana Infras Otsus Papua
Dana Infras Otsus Papua
Tamb Penghasilan Guru
Tamb Penghasilan Guru
Dana
Dana Otsus PAPUA BRT
Dana Otsus PAPUA BRT
Panas Bumi
Panas Bumi
Dana Insentif Daerah (DID)
Dana Insentif Daerah (DID)
TRANSFER KE
DAERAH
Tunjangan Profesi Guru
Tunjangan Profesi Guru
Bantuan Op Sek (BOS)
Bantuan Op Sek (BOS)
Dana Infras Otsus PaBarat
Dana Infras Otsus PaBarat 444,79
Seluruh pagu merupakan angka
Kebijakan DBH 2013
Rp triliun
1. Meningkatkan akurasi data melalui
koordinasi dengan pengelola Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Penerimaan Perpajakan.
2. Menyempurnakan proses penghitungan dan penetapan alokasi DBH secara lebih
transparan dan akuntabel melalui mekanisme rekonsiliasi data antara Pemerintah Pusat dan Daerah Penghasil. 3. Melaksanakan prinsip by origin.
4. Menyempurnakan sistem penyaluran DBH lebih tepat waktu dan tepat jumlah.
Skema DBH Pajak
PBB
Pusat (10%)
Dibagi rata ke Kab/Kota (6,5%)
DBH Pajak
PPh Ps.25 dan Ps.29 WPOPDN,
PPh Ps.21
Cukai Hasil Tembakau
Daerah (90%)
Insentif Kab/Kota (3,5%) Provinsi (16,2%)
Biaya Pungut (9%)
Pusat (80%)
Daerah (20%) Provinsi (8%)
Kab/Kota (12%)
Pusat (98%) Daerah (2%)
Provinsi (30%)
Kab/Kota Penghasil (40%) Kab.Kota Pemerataan (30%)
BPHTB Pusat (20%) Daerah (80%)
Dibagi rata ke Kab/Kota 20% Provinsi (16%)
Skema DBH Sumber Daya Alam (SDA)
Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Kehutanan
Pertambangan Umum
Iuran Hak Penguasaan Hutan (IHPH)
Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)
Kabupaten/Kota Penghasil (32%)
Kabupaten/Kota dalam satu provinsi (32%)
Iuran Tetap (Land Rent)
Iuran Eksplorasi dan Eksploitasi (Royalty)
Kabupaten/Kota Penghasil (32%)
Kabupaten/Kota dalam satu provinsi (32%)
Pungutan Hasil
Kabupaten/Kota Penghasil (6,2%)
Kabupaten/Kota dalam satu provinsi (6,2%)
0,1% untuk Anggaran Pendidikan Dasar
Pusat (69,5%)
Daerah (30,5%)
Provinsi (6,1%)
Kabupaten/Kota Penghasil (12,2%)
Kabupaten/Kota dalam satu provinsi (12,2%) Setoran Bagian
Pemerintah
Iuran Tetap dan
0,1% untuk Anggaran Pendidikan Dasar 0,2% untuk Anggaran Pendidikan Dasar
0,2% untuk Anggaran Pendidikan Dasar
0,2% untuk Anggaran Pendidikan Dasar
0,2% untuk Anggaran Pendidikan Dasar
Pusat (20%)
Jenis Data Perhitungan DBH Pajak
Rencana Penerimaan CHT Per Daerah
Produksi Tembakau
Kemenkeu/DJBC Kemenkeu/DJBC
Kem Pertanian Kem Pertanian
DBH CHT DBH CHT
Rencana Penerimaan PPh
Per Daerah Kemenkeu/DJPKemenkeu/DJP
DBH PPh DBH PPh
Rencana Penerimaan PBB
per Sektor Per Daerah Kemenkeu/DJPKemenkeu/DJP
Jenis Data Perhitungan DBH SDA
38
Panas Bumi
Panas Bumi Penetapan Daerah Penghasil
Perkiraan DBH Panas Bumi Kem ESDMKem ESDM
Migas
Migas Penetapan Daerah Penghasil
Perkiraan DBH Migas Kem ESDMKem ESDM
Pertambangan Umum
Pertambangan Umum
Penetapan Daerah Penghasil
Perkiraan DBH Pertum Kem ESDMKem ESDM
Kehutanan
Kehutanan Penetapan Daerah PenghasilPerkiraan DBH Kehutanan Kem KehutananKem Kehutanan
Perikanan
Perikanan Perkiraan DBH Perikanan Kem Kelautan
& perikanan
Postur Dana Bagi Hasil dalam APBN 2013
Komponen RAPBN APBN Selisih %
2013 2013
(1) (2)
(3)=(2)-(1) (4)=(3)/(1)
I. Dana Bagi Hasil 99.409,4 101.962,4 2.553,0 2,5
A. DBH Pajak 49.891,7 49.951,7 60,0 0,1
1. PBB 25.992,8 25.992,8 0 0
2. PPh 22.106,9 22.106,9 0 0
3. CHT 1.792,0 1.852,0 60,0 3,2
B. DBH Sumber Daya Alam 49.517,7 52.010,6 2.492,9 4,8
1. Migas 33.568,2 35.197,2 1.629,0 4,6
2. Pertambangan Umum 13.279,2 14.089,5 810,3 5,8
3. Kehutanan 2.267,4 2.267,4 0 0
4 Perikanan 120,0 144,0 24,0 16,7
Jenis, dan Waktu Penyediaan Data Dasar
Daerah Rawan Bencana Daerah Rawan BencanaKondisi Infrastruktur Per Bidang Per daerah
Kondisi Infrastruktur Per Bidang Per daerah
Kem Dalam Negeri Kem Dalam Negeri
BNPB Da Ketahanan Pangan
Da Ketahanan Pangan
Kemenparekraf Belanja Gaji PNSD
Belanja Gaji PNSD
Da Potensi Pariwisata Da Potensi Pariwisata
T-1 T-1
Kem PDT Kem PDT
Daerah &
Kemenkeu
Daerah &
Kemenkeu Kemenkeu Kemenkeu Kemenkeu Kemenkeu
Daerah &
Kemenkeu
Daerah &
Kemenkeu
Daerah Pesisir
Formula Perhitungan DAK Per Daerah
1. Menentukan daerah penerima dengan menggunakan 3 (tiga) kriteria, yaitu:
Kriteria Umum (KU)
Kriteria Umum (KU)
KU = (PAD + DAU + DBH – DBH DR) - Belanja Gaji PNSD
Daerah dengan KU dibawah rata-rata KU secara Nasional adalah daerah yang prioritas mendapatkan DAK
Kriteria Khusus (KK)
Kriteria Khusus (KK)
Berupa :
a. Peraturan per-UU-an yang mengatur penyelenggaraan otsus (Papua & Papua Barat), dan seluruh daerah tertinggal diprioritaskan
mendapat alokasi DAK.
b. Karakteristik daerah, meliputi: (1) Daerah Tertinggal;
(2) Daerah perbatasan dengan negara lain; (3) Daerah rawan bencana;
(4) Daerah Pesisir dan/ atau Kepulauan; (5) Daerah ketahanan pangan;
(6) Daerah pariwisata Kriteria Teknis
(KT)
Kriteria Teknis (KT)
berdasarkan indikator-indikator teknis yang dapat menggambarkan kondisi sarana dan prasarana yang akan didanai dari DAK
Menghitung DAK per daerah menggunakan porporsi
INDEKS FISKAL & WILAYAH (IFW) = f (IFN.IKW)
INDEKS FISKAL & WILAYAH (IFW) = f (IFN.IKW)
IFW > 1 IFW > 1
INDIKATOR KEBUTUHAN TEKNIS INDIKATOR KEBUTUHAN TEKNIS
INDEKS TEKNIS IT = f (Indikator Teknis)
INDEKS TEKNIS IT = f (Indikator Teknis)
INDEKS FISKAL WILAYAH & TEKNIS (IFWT) = f(IFN.IKW.IT)
INDEKS FISKAL WILAYAH & TEKNIS (IFWT) = f(IFN.IKW.IT)
IFWT > 1
ALOKASI DAK per BIDANG (ADB) = (BD) * PAGU per BIDANG
ALOKASI DAK per BIDANG (ADB) = (BD) * PAGU per BIDANG
DAERAH TIDAK LAYAK UNTUK BIDANG TERTENTU
DAERAH TIDAK LAYAK UNTUK BIDANG TERTENTU
ALOKASI DAK Utk DAERAH (AD) = (ADB1)+(ADB2)+….(ADBn)
ALOKASI DAK Utk DAERAH (AD) = (ADB1)+(ADB2)+….(ADBn)
NO
INDEKS FISKAL WILAYAH & TEKNIS (IFWT) = f(IFN.IKW.IT)
INDEKS FISKAL WILAYAH & TEKNIS (IFWT) = f(IFN.IKW.IT)
INDEKS TEKNIS
IT = f (Indikator Teknis) ; IT > 0 INDEKS TEKNIS
IT = f (Indikator Teknis) ; IT > 0
Yes
Kriteria Umum Kriteria Khusus Kriteria Teknis
PEMBOBOTAN INDEKS FISKAL NETTO (IFN), INDEKS KEWILAYAHAN (IKW)
DAN INDEKS TEKNIS (IT)
DALAM PENGALOKASIAN DAK
1. Dalam Penentuan Kelayakan Daerah Penerima DAK,
digunakan bobot ;
a) Untuk menghitung IFW = IFN : 50% dan IKW : 50%
b) Untuk menghitung IFWT = IFW : 50% dan IT : 50%
2. Dalam Penentuan Besaran Alokasi DAK, digunakan
bobot ;
Postur DAK dalam APBN 2013
Komponen
RAPBN DAK APBN Selisih %
2013 Tambaha
n**)
2013
(1) (2) (3)=(2)-(1) (4)=(3)/
(1)
III. Dana Alokasi Khusus 29.697,14 2.000,00 31.697,14 2.000,0 2,5
1 Pendidikan*) 10.090,77 1.000,00 11.090,77 1.000,00 9,91
2 Kesehatan*) 3.101,55 3.101,55 0,00
3 Infrastruktur Jalan*) 4.373,52 1.000,00 5.373,52 1.000,00 22,86
4 Infrastruktur Irigasi*) 1.614,06 1.614,06 0,00
5 Infrastruktur Air Minum*) 609,91 609,91 0,00
6 Infrastruktur Sanitasi*) 569,46 569,46 0,00
7 Prasarana Pemerintah Daerah 481,28 481,28 0,00
8 Kelautan dan Perikanan*) 1.812.30 1.812.30 0,00
9 Pertanian*) 2.542,31 2.542,31 0,00
10 Lingkungan Hidup 530,55 530,55 0,00
11 Keluarga Berencana 442,87 442,87 0,00
12 Kehutanan 539,42 539,42 0,00
13 Sarpras Daerah Tertinggal*) 716,99 716,99 0,00
14 Sarana Perdagangan 694,70 694,70 0,00
15 Energi Perdesaan*) 432,49 432,49 0,00
16 Perumahan dan Permukiman 205,04 205,04 0,00
17 Keselamatan Transportasi Darat 221,01 221,01 0,00
18 Transportasi Perdesaan 260,75 260,75 0,00
19 Sarpras Kawasan Perbatasan*) 458,14 458,14 0,00
Arah Kebijakan DAU 2013
Arah Kebijakan DAU 2013:
1. Menggunakan prinsip Non Hold Harmless.
2. Meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan
antardaerah (sebagai equalization grant), melalui peningkatan
kinerja dan pencapaian hasil yang berkualitas terhadap pelaksanaan DAU.
3. Meningkatkan akurasi data dasar perhitungan DAU yang bersumber dari lembaga/instansi yang
Pembagian Porsi DAU antara
Provinsi dan
Kab/Kota
PAGU DAU NASIONAL =
26% X PDN NETO
Bagian
Provinsi
Bagian Kab/kota
10%
90%
PP No55 Th 2005 tentang Dana
FORMULA DAU
Dimana:
DAU
: Dana Alokasi Umum;
AD
: Alokasi Dasar yang dihitung
berdasarkan Jumlah Gaji
Pegawai Negeri Sipil Daerah;
CF
: Celah Fiskal yang merupakan
selisih dari Kebutuhan Fiskal
(KbF) dengan Kapasitas Fiskal
(KpF).
FORMULA DAU
Alokas i Dasar
Celah Fiskal
BELANJA GAJI PNSD
DAU Kebutuhan
Fiskal
Kapasitas Fiskal
Jumlah Penduduk
Luas Wilayah *)
IKK
IPM
PDRB per Kapita
P.A.D
DBH Pajak
DBH SDA
KEBUTUHAN FISKAL (K
bF)
dan
KAPASITAS FISKAL (KpF)
Kebutuhan Fiskal (KbF)
Keterangan :
TBR : Total Belanja Rata-rata APBD;
IP : Indeks Jumlah Penduduk;
IW : Indeks Luas Wilayah;
IKK : Indeks Kemahalan Konstruksi;
IPM : Indeks Pembangunan Manusia;
IPRDB/cap : Indeks PDRB per kapita
: Bobot Indeks.
Catatan:
Bobot 1; 2; 3; 4 ; dan 5 ditentukan dengan mempergunakan pertimbangan tingkat equalisasi terbaik
berdasarkan Coefficient Of Variation atau Indeks Williamson.
KbF= TBR (1IP + 2IW + 3IKK + 4IPM + 5IPDRB)
Keterangan:
PAD : Pendapatan Asli Daerah
DBH SDA : Bagi Hasil Sumber Daya Alam DBH Pajak : Bagi Hasil Pajak
Kapasitas Fiskal (KpF)
Jenis, dan Waktu Penyediaan Data Dasar
PDRB Per Kapita PDRB Per Kapita
PAD
Daerah dan Kemenkeu
Daerah dan Kemenkeu
BPS
Daerah & Kemenkeu Daerah & Kemenkeu
Kemenkeu Kemenkeu Kemenkeu Kemenkeu Total Belanja Rata2
Total Belanja Rata2 Daerah & KemenkeuDaerah & Kemenkeu Formasi PNSD
Variasi Hasil Perhitungan DAU
(Hasil penerapan Formula dan
Pengolahan Data Dasar)
Dengan Kata lain:
Variasi Hasil Perhitungan DAU 2013 dibanding DAU 2012
1. Naik Pada umumnya terjadi di daerah yang Kapasitas Fiskalnya rendah, yaitu
daerah yang menerima DBH Pemerataan dan PAD-nya rendah
2. Sama Sejak tahun 2008 sangat jarang bahkan tidak ada daerah yang
menerima DAU sama dengan tahun sebelumnya. Hal ini terkait dengan Kondisi Data Dasar dan kebijakan Formula DAU yang berubah setiap tahunnya
3. Turun Pada umumnya terjadi pada daerah yang mengalami kenaikan
Kapasitas Fiskal yang berarti.
4. NOL Daerah yang tidak mendapatkan DAU bukan karena TIDAK DIHITUNG
melainkan karena HASIL PERHITUNGAN menunjukkan NILAI MINUS atau NOL, Hasil demikian pada umumnya terjadi pada daerah dengan Kapasitas Fiskal Tinggi dan mengalami kenaikan yang cukup berarti
Dengan Kata lain:
Variasi Hasil Perhitungan DAU 2013 dibanding DAU 2012
1. Naik Pada umumnya terjadi di daerah yang Kapasitas Fiskalnya rendah, yaitu
daerah yang menerima DBH Pemerataan dan PAD-nya rendah
2. Sama Sejak tahun 2008 sangat jarang bahkan tidak ada daerah yang
menerima DAU sama dengan tahun sebelumnya. Hal ini terkait dengan Kondisi Data Dasar dan kebijakan Formula DAU yang berubah setiap tahunnya
3. Turun Pada umumnya terjadi pada daerah yang mengalami kenaikan
Kapasitas Fiskal yang berarti.
4. NOL Daerah yang tidak mendapatkan DAU bukan karena TIDAK DIHITUNG
Perhitungan DAU Untuk Daerah Pemekaran
Alokasi DAU daerah pemekaran dialokasikan sesuai dengan formula Celah Fiskal setelah undang-undang pembentukannya
disahkan dan data tersedia. (Pasal 46 ayat (1) dan (2) PP No.
55 Tahun 2005)
Apabila kondisi di atas belum terpenuhi, perhitungan alokasi
DAU daerah pemekaran dilakukan dengan mensplit dari daerah
induknya. (Pasal 46 ayat (3) dan (4) PP No. 55 Tahun 2005)
Perhitungan alokasi DAU daerah pemekaran dilakukan dengan perhitungan proporsional dengan daerah induk berdasar variabel
• Pemerintah Daerah dapat menerbitkan Obligasi Daerah untuk membiayai kegiatan investasi
prasarana dan/atau sarana dalam rangka
penyediaan Pelayanan Publik yang menghasilkan penerimaan bagi APBD.
• Dasar hukum :
– UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
– PP 30/2011 tentang Pinjaman Daerah
– PMK 147/PMK.07/2006 Tentang Tata Cara
Penerbitan, Pertanggungjawaban, dan Publikasi Informasi Obligasi Daerah
– Paket Peraturan Bappepam LK
Pembangkit Listrik
Pelabuhan Udara
Rumah Sakit
SUMBER PENDANAAN LAINNYA:
OBLIGASI DAERAH (2)
Meningkatkan Good Governance Meningkatkan Good Governance
Sumber Pendanaan Sumber Pendanaan
Peningkatan InfrastrukturPeningkatan Infrastruktur
Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan
Ekonomi
Meningkatkan
Pertumbuhan Ekonomi
Meningkatkan
Pertumbuhan Ekonomi
Meningkatkan Kemandirian Fiskal Meningkatkan Kemandirian Fiskal
•
Jumlah sisa pinjaman daerah + jumlah pinjaman yang akan
ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD
tahun sebelumnya;
•
Memenuhi rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjaman (DSCR) yang ditetapkan oleh
Pemerintah;
• Mendapat persetujuan DPRD.
DSCR = {PAD + DAU + (DBH-DBHDR)} – BW > 2,5
Pokok + Bunga + Biaya Lain
PERSYARATAN UMUM PINJAMAN DAERAH
(OBLIGASI DAERAH)
Perbandingan Belanja Pegawai terhadap total
Belanja
Belanja pegawai adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kompensasi
dalam bentuk uang atau barang yang diberikan kepada pegawai pemerintah daerah, pensiunan dan pejabat daerah yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan perundang undangan
Rasio belanja pegawai pemda se-provinsi Jawa Timur berada lebih tinggi dari
rata-rata secara nasional. Dimana baik secara nasional dan Jatim mempunyai pola sama yatiu meningkat dari tahun 2008 hingga 2010 kemudian beranjak
* 2012 menggunakan data anggaran
2008 2009 2010 2011 2012
0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0
40.5 41.6 45.7 44.4 42.3
48.2 49.1 53.7 52.1 51.1
Nasional Jawa Timur
Perbandingan Belanja Modal
terhadap total Belanja Perbandingan Belanja Barang & Jasa terhadap total Belanja
• Belanja Modal adalah pengeluaran yang
dilakukan dalam rangka
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan.
• Rasio belanja modal Jatim selalu lebih rendah dari nasional.
• Belanja Barang & Jasa adalah pengeluaran
pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah
• Rasio belanja barang jasa pemda se- Jawa Timur
mempunyai nilai rasio yang lebih rendah dari nasional hingga tahun 2010, mulai tahun 2011 rasio Jatim lebih tinggi dari Nasional dengan nilai yang relatif tidak jauh beda
Perbandingan Belanja Modal dan Belanja Barang &
Jasa terhadap total Belanja
* 2012 menggunakan data anggaran *2012 menggunakan data anggaran 2008 2009 2010 2011 2012
0.0
21.4 20.9 22.3 20.4 21.2
14.3 14.1
18.6
Nasional Jawa Timur
%
2008 2009 2010 2011 2012 0.0
18.2 18.6 18.4 20.4 19.8 16.8 17.2 17.8
20.7 20.5
Nasional Jawa Timur
Transfer Ke Daerah terdiri dari
transfer dana perimbangan, dana otsus dan dana
penyesuaian
Rasio transfer terhadap
pendapatan yang tinggi menunjukkan dalam pembuatan anggaran
pendapatan pemda semakin tergantung pada besaran transfer pemerintah, dan semakin kecil rasio tersebut menunjukkan pemda lebih leluasa dalam menentukan besaran dan pengunaan pendapatan.
Dibanding nasional rasio
transfer Jatim lebih rendah dari nasional.
Perbandingan Transfer ke Daerah terhadap Total
Pendapatan
* 2012 menggunakan data anggaran
2008 2009 2010 2011 2012
0.0
76.8 75.9 74.2 74.8
75.3 74.4 72.0 69.4 70.9
Nasional Jawa Timur
• SiLPA tahun berkenaan
adalah selisih lebih realisasi Penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu
periode anggaran
• Rasio SiLPA yang besar
menggambarkan besaran dana yang belum tergunakan untuk pelayanan dasar ke masyarakat.
•Hingga tahun 2009 rasio
SiLPA Jatim lebih tinggi dari nasional, sedangkan di tahun 2011 Rasio SiLPA terhadap belanja Jatim lebih rendah dari Nasional.
Perbandingan SiLPA tahun Berkenaan Terhadap
Total Belanja
2008 2009 2010 2011
0.0
Nasional Jawa Timur
Tingkat kemiskinan Prov. Jawa Timur
lebih tinggi dari nasional, dengan penurunan selama empat tahun terakhir adalah 4,3%.
Tingkat Pengangguran
Pertumbuhan Ekonomi Tingkat Kemiskinan
Tingkat pengangguran Prov. Jawa
Timur lebih rendah dari nasional, dengan penurunan dari tahun 2008 – 2011 sebesar 2,2%
Pertumbuhan ekonomi Prov. Jawa
Timur mempunyai pergerakan yang menyerupai pertumbuhan ekonomi secara nasional, dengan nilai yang lebih tinggi sejak tahun 2009.
2008 2009 2010 2011 0.0
Nasional Jawa Timur
%
2008 2009 2010 2011 0.0
Nasional Jawa Timur
ESTIMASI REALISASI BELANJA PER BULAN
PEMDA SE- PROV. JAWA TIMUR TAHUN 2012
Estimasi realisasi daerah perbulan dihitung dengan pendekatan besaran dana
pemda diperbankan, jumlah dana yang ditransfer ke daerah dan estimasi penerimaan PAD.
Realisasi belanja pemda se-provinsi Jawa Timur pada akhir tahun 2012 berkisar
diangka 105,2% Belanja APBD induk, dengan realisasi terbesar terjadi pada bulan Desember dengan nilai realisasi sebesar 18,5%.
DANA PEMDA DI BANK UMUM DAN BPR
PEMDA SE-PROV. JAWA TIMUR
Dana pemda di perbankan menunjukkan besaran dana pemerintah daerah yang
disimpan di perbankkan dalam bentuk Tabungan, Pinjaman berjangka dan giro.
Dana pemda terkecil berada pada bulan Desember, dimana angka tersebut
menunjukkan besaran dana yang selalu mengendap di perbankan.
Dana pemda di bank umum dan BPR Jawa Timur mengalami peningkatan di tahun
2011 dan 2012, dimana hal tersebut mengindikasikan SiLPA tahun berkenaan 2012
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 0
2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000
9,142
5,443 8,769
5,858 9,230
6,151
2010 2011 2012
M
ili
ar
R
up
ia
OPINI BPK TERHADAP LKPD
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN
GEDUNG RADIUS PRAWIRO JALAN DR WAHIDIN NO. 1 JAKARTA PUSAT 10710 TELP. 021 3509442 FAX. 021 3509443
www.djpk.depkeu.go.id