• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH | PERDA&PERBUP PERDA 6 TAHUN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH | PERDA&PERBUP PERDA 6 TAHUN 2011"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI JASA USAHA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TENGAH,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, jenis retribusi perlu menyesuaikan tarif dan jenis retribusi jasa usaha;

b. bahwa potensi penerimaan Retribusi Jasa Usaha merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang cukup memadai untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Usaha;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 2. Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3208);

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

(2)

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH dan

BUPATI LOMBOK TENGAH

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Lombok Tengah;

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah; c. Bupati adalah Bupati Lombok Tengah;

d. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lombok Tengah;

e. Pejabat adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas tertentu dibidang Perpajakan Daerah sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yang ditunjuk oleh Bupati;

f. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khsusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

g. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan;

h. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan;

(3)

j. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan;

k. Surat Setoran Retribusi Daerah yang dapat disingkat SSRD adalah surat yang oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke kas daerah atau ketempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah;

l. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang dapat disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi;

m. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang dapat disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang;

n. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang dapat disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda;

o. Pemeriksanaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan daerah dan retribusi daerah.

p. Penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah dan retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang perpajakan daerah dan retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II

NAMA DAN JENIS JENIS RETRIBUSI JASA USAHA

Pasal 2

Jenis retribusi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini, meliputi: a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan; c. Retribusi Tempat Pelelangan;

d. Retribusi Terminal;

e. Retribusi Tempat Khusus Parkir;

f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa; g. Retribusi Rumah Potong Hewan

(4)

BAB III

RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH Bagian Kesatu

Nama, Obyek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 3

(1) Dengan nama Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pemakaian kekayaan daerah.

(2) Obyek Retribusi Kekayaan Daerah adalah Pemakaian Kekayaan Daerah;

(3) Dikecualikan dari obyek Retribusi pemakaian kekayaan daerah adalah penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah tersebut.

Pasal 4

(1) Subjek Retribusi pemakaian kekayaan daerah adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati kekayaan daerah;

(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/memakai Kekayaan Daerah.

Bagian Kedua

Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa

Pasal 5

Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.

Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jenis, jangka waktu dan luas pemakaian kekayaan daerah.

Bagian Ketiga

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 7

(5)

Bagian Keempat Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 8

(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis kekayan daerah;

(2) Struktur dan besarnya Tarif Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah ditetapkan dalam lampiran Peraturan Daerah ini.

BAB IV

RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN

Bagian Kesatu

Nama, Obyek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 9

(1) Dengan nama Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan pasar grosir dan/atau pertokoan oleh Pemerintah Daerah.

(2) Obyek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan adalah penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan, disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah;

(3) Dikecualikan dari obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah fasilitas pasar yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta.

Pasal 10

(1) Subjek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pasar grosir dan/atau pertokoan;

(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan Pasar Grosir dan/atau Pertokoan.

Bagian Kedua

Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa

Pasal 11

Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.

Pasal 12

(6)

Bagian Ketiga

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 13

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

Bagian Keempat Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 14

Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan ditetapkan sebagai berikut :

A. Untuk ruangan toko/kios tiap meter persegi (M2): 1. Untuk ruangan toko/kios tiap meter (m2):

a) Lantai I...Rp.10.000,-M2/bulan b) Lantai II...Rp.3.500,-M2/bulan 2. Pertokoan kecamatan...Rp.5.000,-M2/bulan

3. Pasar grosir Kabupaten (Pasar Renteng dan pasar Bulayak):

a) Type A...Rp.8.000,-M2/bulan

b) Type B...Rp.6.000,-M2/bulan

4. Pasar grosir Kecamatan...Rp.5.000,-M2/bulan

B. Pasar ternak :

1. Untuk karcis masuk per ekor :

a. Sapi, Kerbau, Kuda...Rp.1000,-b. Kambing, Domba...Rp.500,-2. Untuk jual beli per ekor :

a. Sapi, Kerbau, Kuda...Rp.3000,-b. Kambing, Domba...Rp.1000,-3. Untuk sewa timbangan per ekor :

(7)

Kuda...Rp.5000,-BAB V

RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN

Bagian Kesatu

Nama, Obyek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 15

(1) Dengan nama Retribusi Tempat Pelelangan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah.

(2) Obyek Retribusi Tempat Pelelangan adalah penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil bumi dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan ditempat pelelangan.

(3) Termasuk obyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah tempat yang dikontrak oleh Pemerintah Daerah dari pihak lain untuk dijadikan sebagai tempat pelelangan.

(4) Dikecualikan dari obyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah tempat pelelangan yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Pasal 16

(1) Subyek Retribusi Tempat Pelelangan adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh pelayanan tempat pelelangan dari Pemerintah Daerah.

(2) Wajib Retribusi adalah Orang Pribadi atau Badan yang memperoleh pelayanan tempat pelelangan dari Pemerintah Daerah.

Bagian Kedua

Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa

Pasal 17

Retribusi Tempat Pelelangan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha

Pasal 18

Tingkat penggunaan jasa tempat pelelangan dihitung berdasarkan luas dan jangka waktu penggunaan fasilitas tempat pelelangan.

Bagian Ketiga

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

(8)

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Tempat Pelelangan didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

Bagian Keempat Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 20

Struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat Pelelangan ditetapkan sebesar 2 % dari hasil penjualan.

BAB VI

RETRIBUSI TERMINAL

Bagian Kesatu

Nama, Obyek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 21

(1) Dengan nama Retribusi Terminal dipungut retribusi atas pelayanan penyediaan fasilitas terminal oleh Pemerintah Daerah.

(2) Obyek Retribusi Terminal adalah pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah;

(3) Dikecualikan dari obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah terminal yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Pasal 22

(1) Subjek Retribusi Terminal adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati fasilitas terminal;

(2) Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang memanfaatkan/menggunakan Terminal.

Bagian Kedua

Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa

Pasal 23

Retribusi Terminal digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.

(9)

Tingkat penggunaan jasa Retribusi Terminal diukur berdasarkan jenis pelayanan, jangka waktu pelayanan, jenis kendaraan, frekuensi, satuan luas dan fasilitas terminal.

Bagian Ketiga

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 25

(1) Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Terminal didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak

(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar

Bagian Keempat Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 26

(1) Tarif retribusi terminal digolongkan berdasarkan jenis fasilitas dan jenis kendaraaan;(dipending)

(2) Besarnya tarif retribusi adalah sebagai berikut :

b. Angkutan Perdesaan Rp. 10.000/bulan

c. Angkutan kota Rp. 10.000/bulan

d. AKDP (Angkutan Kota Dalam Provinsi) Rp. 15.000/bulan

(4) Besaran tarif retribusi untuk tempat kegiatan usaha dan/atau fasilitas lainnya dalam lingkungan terminal Rp. 2.500/m2/bulan

BAB VII

RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

Bagian Kesatu

Nama, Obyek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 27

(1) Dengan nama Retribusi Tempat Khusus Parkir dipungut retribusi atas pelayanan tempat khusus parkir oleh Pemerintah Daerah.

(2) Obyek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah pelayanan tempat khusus parkir yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah;

(10)

Pasal 28

(1) Subjek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati fasilitas tempat khusus parkir;

(2) Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang menggunakan tempat khusus parkir.

Bagian Kedua

Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa

Pasal 29

Retribusi Tempat Khusus Parkir digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.

Pasal 30

Tingkat penggunaan jasa Tempat Khusus Parkir dihitung berdasarkan frekuensi dan jenis kendaraan yang parkir.

Bagian Ketiga

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 31

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Tempat Khusus Parkir didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

Bagian Keempat Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 32

(1) Besarnya pengenaan retribusi adalah sekali parkir berdasarkan jenis kendaraan yang diparkir di tempat khusus parkir.

(2) Setiap penggunaan tempat parkir dipungut retribusi yang besarnya sebagai berikut :

(11)

(3) Untuk setiap penggunaan gedung parkir dipungut retribusi yang besarnya sebagai berikut :

a. Sepeda motor Rp. 1.500-/sekali parkir b. Oplet/Jeep/Pick Up/Mini Bus/Sedan Rp.3.000,-/sekali parkir

(roda empat) dan sejenisnya

c. Bus/Micro Bus/Truck dan sejenisnya Rp 4.000,-/sekali parkir

(4) Bagi kendaraan yang bermalam dikenakan retribusi yang besarnya di tempat khusus parkir dikenakan tarif retribusi 5 x tarif parkir

BAB VIII

RETRIBUSI TEMPAT PENGINAPAN/PESANGGRAHAN/VILLA

Bagian Kesatu

Nama, Obyek dan Subjek Retribusi

Pasal 33

(1) Dengan Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa dipungut retribusi atas pelayanan penyediaan fasilitas tempat penginapan/pesanggrahan/villa oleh Pemerintah Daerah.

(2) Obyek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa adalah pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah;

(2) Dikecualikan dari obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Pasal 34

(1) Subjek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati tempat penginapan/pesanggrahan/villa;

(2) Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang menggunakan/menikmati tempat penginapan/pesanggrahan/villa.

Bagian Kedua

Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa

Pasal 35

Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.

(12)

Tingkat penggunaan jasa Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa dihitung berdasarkan kapasitas dan jumlah pengunjung yang menggunakan jasa penginapan/pesanggrahan/villa.

Bagian Ketiga

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 37

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya Tarif Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusasha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

Bagian Keempat Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 38

Struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa ditetapkan sebagai berikut :

a. Bintang I / setara Bintang I Rp. 450.000,-/malam b. Melati / setara Melati Rp. 200.000,-/malam

BAB IX

RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

Bagian Kesatu

Nama, Obyek,Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 39

(1) Dengan nama Retribusi Rumah Potong Hewan dipungut retribusi atas pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan oleh Pemerintah Daerah.

(2) Obyek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah

(3) Dikecualikan dari obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah fasilitas rumah pemotongan hewan ternak yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD dan pihak swasta.

Pasal 40

(13)

(2) Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang menggunakan/menikmati rumah potong hewan.

Bagian Kedua

Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa

Pasal 41

Retribusi Rumah potong Hewan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha

Pasal 42

Tingkat penggunaan jasa Rumah Potong Hewan dihitung berdasarkan jenis pelayanan dan jenis serta jumlah ternak yang akan dipotong.

Bagian Ketiga

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 43

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Rumah potong Hewan didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

Bagian Keempat Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 44

Struktur dan besarnya tarif Retribusi Rumah Potong Hewan ditetapkan sebagai berikut :

A. Penggunaan kandang :

1. Sapi,kerbau dan kuda …………. Rp. 3.000,- / ekor 2. Kambing dan domba…………... Rp. 1.000,- / ekor

B. Pemeriksaan Hewan/ternak : 1. Sapi / kerbau dan kuda

a. Jantan ……… Rp. 10.000,- / ekor b. Betina………. Rp. 15.000,- / ekor 2. Kambing dan domba ……… Rp. 2.500,- / ekor

(14)

1. Sapi , kerbau dan kuda ………. Rp. 5.000,- / ekor 2. Kambing, domba ……….. Rp. 1.000,- / ekor

D. Pemeriksaan daging Rp. 5.000,-/sample

BAB XI

RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA

Bagian Kesatu

Nama, Obyek dan Subjek Retribusi

Pasal 45

(1) Dengan nama Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga dipungut retribusi atas pelayanan penyediaan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga oleh Pemerintah Daerah.

(2) Obyek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah ;

(3) Dikecualikan dari obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Pasal 46

(1) Subjek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan tempat rekreasi dan olahraga;

(2) Wajib Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah orang atau badan yang menggunakan/menikmati tempat rekreasi dan olahraga.

Bagian Kedua

Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa

Pasal 47

Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.

Pasal 48

(15)

Bagian Ketiga

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 49

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat Rekkreasi dan Olahraga didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

Bagian Keempat Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 50

Struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga ditetapkan sebagai berikut:

1. Taman Rekreasi ( Aikbukak ) Rp. 3.000,- / Orang 2. Gelanggang/Renang ( Matra ) Rp. 5.000,- / Orang 3. Pemandian Alam (Benang Setokel, Benang Kelambu)Rp.2.000,-/Orang 4. Kolam Memancing ( Aikbukak ) Rp. 10.000,- / Orang 5. Gelanggang Olah Raga (Koni Praya, Koni Puyung)Rp. 10.000,- / Orang

BAB XII

RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH

Bagian Kesatu

Nama, Obyek dan Subjek Retribusi

Pasal 51

(1) Dengan nama Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah dipungut retribusi atas penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah.

(2) Obyek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah penjualan hasil produksi usaha milik Pemerintah Daerah;

(3) Dikecualikan dari obyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah penjualan produksi oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Pasal 52

(16)

(2) Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang menikmati/menggunakan Produksi Usaha Daerah.

Bagian Kedua

Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa

Pasal 53

Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.

Pasal 54

Tingkat penggunaan retribusi penjualan produksi usaha daerah dihitung berdasarkan jenis dan volume hasil produksi yang dijual.

Bagian Ketiga

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 55

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

Bagian Keempat Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 56

(1) Retribusi penjualan produksi usaha daerah dipungut atas dasar jenis, volume dan nilai pasar yang berlaku.

(2) Besarnya Retribusi dan jenis Usaha Produksi Usaha Daerah sebagai berikut: A. PERIKANAN

NO IKAN KONSUMSI UKURAN BERAT

(KG )

HARGA PER /KG ( Rp )

1 KARPER 1 30.000

2 TAWES 1 22.000

3 NILA 1 22.000

4 GURAMI 1 25.000

5 LELE JUMBO 1 18.000

6 BAWAL 1 18.000

(17)

HARGA JUAL INDUK IKAN UKURAN BERAT

2 BAWAL 1 40.000

3 GURAMI 1 75.000

4 KO’I 1 35.000

5 LELE LOKAL 1 35.000

6 LELE SANGKURIANG 1 50.000

7 GRASS CARP 1 50.000

8 NILA 1 45.000

HARGA JUAL BIBIT IKAN UKURAN (CM) HARGA (RP)

1. MAS 1-3

B. PERTANIAN TANAMAN PANGAN

NO KOMODITI BENTUK/SATUAN KELAS HARGA

(18)

1 Padi sawah Gabah/kilogram BD Rp.8.000 BP Rp.6.500 BR Rp.3.500

2 Kedelai Biji/kilogram BD Rp.10.000

BP Rp.7.500 BR Rp.4.000 3 Jagung Kompusit Biji/kilogram BD Rp.9000

BP Rp.7000 BR Rp.4000 C. PERKEBUNAN

NO JENIS PENERIMAN/ KEGIATAN

SATUAN

/KELASIFIKASI

TARIF (Rp)

1 Kelapa Dalam

- Bibit Kelapa Dalam Tinggi < 50 cm Rp.6.000 - Bibit Kelapa Dalam 2-3 daun/±50 cm Rp.7.000

- Buah Kelapa Dalam Biji Rp.1500

2 Kopi Robusta

- Bibit Bibit dalam

polybag/batang Rp.5.600/pohon - Biji kopi robusta Kilogram Rp.20.200 3 Kopi Arabika

- Bibit dalam polybag 60 cm Rp.5.600 - Bibit tanpa polybag 60 cm Rp.4.700 - Biji kopi Arabika Kilogram Rp.19.600

D. PETERNAKAN

NO Komoditi Ukuran Tarif/Volume Harga Pasar (Rp/Ekor)

1 Sapi Berahman

- Betina 152 cm Rp.10.000.000/Ekor - Jantan 154 cm Rp.11.000.000/Ekor 2 Sapi Lokal/Sapi Bali

- Betina 110 cm Rp.6.000.000/Ekor - Jantan 117 cm Rp.7.000.000/Ekor 3 Kambing lokal

- Betina 50 cm Rp.700.000/Ekor

- Jantan 55 cm Rp.800.000/Ekor 4 Peranakan Kambing

(19)

- Betina 60 cm Rp. 1.500.000

- Jantan 70 cm Rp. 2.300.000

BAB XIII

WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 57

Retribusi daerah dipungut diwilayah Kabupaten Lombok Tengah.

BAB XIV

MASA RETRIBUSI, SAAT RETRIBUSI TERUTANG DAN SURAT PEMBERITAHUAN RETRIBUSI DAERAH

Pasal 58

Masa retribusi adalah jangka pada saat penggunaan/pemakaian

Pasal 59

Saat Retribusi Terutang adalah sejak diterbitkan SKRD.

Pasal 60 (1) Setiap wajib retribusi wajib mengisi SSRD;

(2) SSRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap;

(3) SSRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) harus disampaikan kepada Bupati selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa retribusi;

(4) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SSRD ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB XV

TATA CARA PUNGUTAN DAN PEMBAYARAN RETRIBUSI

Pasal 61 (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan;

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(20)

(1) Pembayaran retribusi harus dilakukan sekaligus atau lunas;

(2) Pembayaran retribusi dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk sesuai dengan SKRD.

(3) Dalam hal pembayaran dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan retribusi harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 (satu) kali 24 (dua puluh empat) jam.

(4) Tata cara pembayaran, penentuan tempat pembayaran angsuran dan penundaan pembayaran retribusi diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB XVI

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 63

(1) Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar dapat dikenakan sanksi administrasi;

(21)

BAB XVII

TATA CARA PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 64

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi;

(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB XVIII

TATA CARA PENAGIHAN RETRIBUSI

Pasal 65

(1) Surat teguran/peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo waktu pembayaran;

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah diterimanya surat teguran/peringatan dan/atau surat lain yang sejenis, wajib retribusi dapat melunasi retribusi terutang; (3) Surat teguran yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan

oleh Bupati.

(4) Tata cara penagihan dan penertiban surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XIX

KEDALUWARSA PENAGIHAN

Pasal 66

(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi.

(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika:

a. Diterbitkan surat teguran; atau

b. ada pengakuan utang Retribusi dan Wajib Retribusi, baik langsung maupun tidak langsung.

(22)

(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah. (1) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.

Pasal 67

(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditangih lagi karena hak utnuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XX PENYIDIKAN

Pasal 68

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah sebagimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum acara Pidana;

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan memilih keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;

d. Memeriksa buku, catatan dan dokumen lain yang berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;

e. Melakukan pemeriksaan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

(23)

g. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan Retribusi

i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. Menghentikan penyidikan; dan/atau

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan Daerah dan Retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

BAB XXI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 69

(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 3 kali jumlah retribusi terhutang.

(2) Tindak pidana sebagimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XXII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 70

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua ketentuan yang mengatur hal yang sama masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini.

BAB XXIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 71

(24)

Pasal 72

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Tengah.

Ditetapkan di Praya

pada tanggal 3 Oktober 2011 BUPATI LOMBOK TENGAH,

H. MOH. SUHAILI FT Diundangkan di Praya

pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN LOMBOK TENGAH,

H. LALU SUPARDAN

(25)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI JASA USAHA

I. UMUM.

Bahwa untuk menunjang pelaksanaan Pemerintahan serta pelayanan kepada masyarakat diperlukan dana yang memadai. Penerimaan Daerah dari Retribusi Jasa Umum adalah cukup potensial untuk menunjang pelaksanaan Otonomi Daerah yang dinamis, nyata dan bertanggung jawab, terutama di Kabupaten Lombok Tengah.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pada Pasal 126 disebutkan bahwa Retribusi Jasa Usaha dimaksudkan untuk memanfaatkan kekayaan daerah dengan menganut prinsip komersial dengan tetap mengedepankan kepentingan dan kemanfaatan umum serta pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas kekayaan daerah guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Sehubungan fungsi strategis dari jenis Retribusi Jasa Usaha ini, maka pembentukan Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Usaha menjadi mutlak adanya.

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1

Cukup jelas Pasal 2

Cukup jelas Pasal 3

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Ayat 3

Cukup jelas Pasal 4

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

(26)

Pasal 5

Cukup Jelas Pasal 6

Cukup Jelas

Pasal 7

Cukup jelas Pasal 8

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Pasal 9

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Ayat 3

Cukup jelas Pasal 10

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Pasal 11

Cukup jelas Pasal 12

Cukup jelas Pasal 13

Cukup jelas Pasal 14

Cukup jelas Pasal 15

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

(27)

Ayat 3

Cukup jelas Ayat 4

Cukup jelas Pasal 16

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Pasal 17

Cukup jelas Pasal 18

Cukup jelas Pasal 19

Cukup jelas Pasal 20

Cukup jelas Pasal 21

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Ayat 3

Cukup jelas Pasal 22

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Pasal 23

Cukup jelas Pasal 24

Cukup jelas Pasal 25

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

(28)

Pasal 26 Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Ayat 3

Cukup jelas Ayat 4

Cukup jelas Pasal 27

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Ayat 3

Cukup jelas Pasal 28

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Pasal 29

Cukup jelas Pasal 30

Cukup jelas Pasal 31

Cukup jelas Pasal 32

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Ayat 3

Cukup jelas Ayat 4

(29)

Pasal 33 Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Pasal 34

Ayat 2

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Pasal 35

Cukup jelas Pasal 36

Cukup jelas Pasal 37

Cukup jelas Pasal 38

Cukup jelas Pasal 39

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Ayat 3

Cukup jelas Pasal 40

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Pasal 41

Cukup jelas Pasal 42

Cukup jelas Pasal 43

(30)

Pasal 44

Cukup jelas Pasal 45

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Ayat 3

Cukup jelas Pasal 46

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Pasal 47

Cukup jelas Pasal 48

Cukup jelas Pasal 49

Cukup jelas Pasal 50

Cukup jelas Pasal 51

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Ayat 3

Cukup jelas Pasal 52

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Pasal 53

Cukup jelas Pasal 54

(31)

Pasal 55

Cukup jelas Pasal 56

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Pasal 57

Cukup jelas Pasal 58

Cukup jelas Pasal 59

Cukup jelas Pasal 60

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Ayat 3

Cukup jelas Ayat 4

Cukup jelas Pasal 61

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Pasal 62

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Ayat 3

Cukup jelas Ayat 4

(32)

Pasal 63 Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Pasal 64

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Pasal 65

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Ayat 3

Cukup jelas Ayat 4

Cukup jelas Pasal 66

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Ayat 3

Cukup jelas Ayat 4

Cukup jelas Pasal 67

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Ayat 3

(33)

Pasal 68 Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Ayat 3

Cukup jelas Pasal 69

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup jelas Pasal 70

Cukup jelas Pasal 71

Cukup jelas Pasal 72

Cukup jelas

(34)

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH Nomor : 6 Tahun 2011

Tentang : Retribusi Jasa Usaha

Lampiran Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

Struktur dan Besarnya tarif retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah ditetapkan sebagai berikut :

A. TANAH :

1. Sewa tanah milik Pemerintah Daerah untuk perdagangan dan jasa lainnya dikenakan sewa 10 % dari NJOP untuk penyewaan selama 1 tahun/m2. 2. Sewa tanah milik Pemerintah Daerah untuk keperluan pertanian tanaman

pangan dikenakan sewa 5 % dari NJOP untuk penyewaan selama 1 tahun / m2 sedangkan untuk kegiatan usaha komersial dikenakan sewa 10 % dari NJOP untuk penyewaan selama 1 tahun / m2.

3. Untuk penggunaan yang bersifat insidentil dan merupakan kegitan usaha/komersial dengan penghitungan waktu sekurang-kurangnya 1 x 24 jam dikenakan sewa dengan kriteria sebagai berikut :

3.1 1 (satu) m2 sampai dengan 3 (tiga) m2 dikenakan sewa Rp. 500/m2 3.2 3,01 (tiga koma nol satu) m2 sampai dengan 6 (enam) m2 dikenakan

sewa Rp. 300/m2.

3.3 6,01 (enam koma nol satu) m2 sampai dengan 9 (sembilan) m2 dikenakan sewa Rp. 250/m2.

3.4 9,01 (sembilan koma nol satu) m2 sampai dengan seterusnya dikenakan sewa Rp. 150/m2.

B. GEDUNG :

1. Gedung Serba Guna……... Rp. 250.000,-/hari 2. Gedung Koni……….. Rp. 250.000,-/hari 3. Gedung PKK………... Rp. 250.000,-/hari 4. Gedung Puspenmas………. Rp. 150.000,-/hari

5. Hotel Cantrika :

a. Ruang Rapat………... Rp100.000,-/hari b. Ruang Penginapan……….. Rp. 50.000,-/hari 6. Gedung Balai Karya :

a. Ruang Rapat………... Rp. 50.000,-/hari b. Ruang Penginapan……… Rp. 10.000.-/hari 7. Gedung Dikluspora :

(35)

Rumah Golongan III :

a. Di Ibu Kota Kabupaten……… Rp. 50.000,-/bulan b. Di Ibu Kota Kecamatan………... Rp. 25.000,-/bulan

D. ALAT BERAT :

NO JENIS ALAT TARIF (SEWA/HARI)

(Rp)

1 2 3

1 Wheel Loader 175.000

2 Conerete Mixer 20.000

3 Vibro baby Roller 50.000

4 Dump Truck 75.000

5 Fan Mixer 40.000

6 Vibrator Plate Tamper 20.000

7 Road Roller MGT6 450.000

8 Road Roller MG6 200.000

9 Road Roller MV6V 200.000

10 Road Roller M6BI 175.000

11 Motor Grader 1.200.000

12 Stone Crusher 80.000

E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM :

a. Pemeriksaan daging untk tiap ekor... Rp.

2.200,-F. ALAT-ALAT LABORATORIUM :

NO JENIS ALAT TARIF

RETRIBUSI (Rp) KET.

1 2 3 4

I. LABORATORIUM TANAH (GROTEK)

1 Kadar Air 4.500

2 Berat Jenis 6.000

3 Atterberg 7.500

4 Analisa Saringan 5.500

(36)

6 Pemadatan Modified 34.000

7 CBR Laboratorium 35.000

8 Hidrometer 6.000

9 Shrinkage Limit 5.500

10 Inco Ppinit Comp Stringht 13.500

11 Konsolidasi 23.000

12 Berat Isi 4.000

13 Kuat Geser Langsung 14.000

14 Permeabilitas (constan head) 10.500

15 Permeabilitas (filing head) 10.500

16 Drixial ( U.U ) 12.000

17 Drixial ( C.u ) 100.000

II. MEKANIKA BATUAN

1 Pengukuran sifat-sifat Ds. Batuan ( 1x Uji ) 2.500

2 Kuat Lentur ( 1 x Uji ) 5.500

3 Kuat Tekan ( 1 x Uji ) 13.500

4 Kuat Geser Tak Langsung ( 1 x Uji ) 12.500 5 Kuat Geser Langsung ( 1 x Uji ) 17.500 6 Pengukuran Cepat tambat gelombang ultra

sonik ( 1 x Uji )

15.500

7 Kuat Tekan Maksimal ( 1 x Uji ) 15.500 8 Stake durability Batuan ( 1 x Uji ) 4.500

9 Analisa Petrologi ( 1 x Uji ) 1.500

10 Analisa Petrografie ( 1 x Uji ) 2.000

11 Pauch teat ( 1 x Uji ) 10.000

12 Pelapukan 15.000

13 Poin Load Strength 6.500

14 Pemotongan contoh batuan per cm2 500 15 Pembentukan contoh bantuan per cm2 500

16 Kuat Tekanan batuan 13.000

III. PEKERJAAN LAPANGAN (GEOTEK)

1 Pemboran tangan (per meter) 20.000

2 Pengambilan contoh tanah asli 10.000

3 S P T 10.000

(37)

5 Pemboran mesin batu ( per meter ) 38.000

6 Sumur Uji ( per meter ) 5.500

7 Geolistrik Per titik 125.000

8 Penyondiran ringan per titik 80.000

9 Seis mic per meter rentangan 7.500

10 Venvest per titik 10.000

11 Penyondiran berat per titik 125.000

12 DPC (per titik DPC) 7.500

13 CBR Lapangan pertitik 35.000

14 Bengkel Man Beam 35.000

IV. HIDROKIMIA

1 Kualitas air lengkap / per contoh 36.000

2 Sedimen lengkap / per contoh 95.000

3 Pencemaran air / per contoh 36.500

4 Biologi / per contoh 19.500

V. GEOHIDROLOGI

1 Lapisan exiper / per uji 330.000

2 Pengaruh dan penyusupan air laut / uji 17.500 3 Kelembapan tanah permukaan per uji 5.500

4 Karakteristk sumur / per uji 45.000

VI. HIDROLIKA MUARA / PANTAI

1 Pengukuran gelombang / per bulan 30.000 2 Sunding kedalaman laut / per km 26.500

3 Pengukuran arus / per jam 2.500

4 Pengukuran kegaraman / per jam 1.500 5 Pengukuran pasang surut / jam 20.000

VII. DINAMIKA TANAH

1 Triaxil dinamik / per uji 37.500

2 Resonaut colomu 26.000

VIII. ASHPAL KERAS

1 Penetrasi 10.000

(38)

3 Daktilitas 8.500

4 Larutan dalam CHCL 3 5.500

5 Kehilangan berat 10.000

6 Penetrasi setelah kehilangan berat 10.250

7 Titik nyala 7.500

8 Berat jenis 5.500

IX. ASPAL CAIR

1 Viskositas 10.500

2 Penyulingan 13.500

3 Penetrasi 10.000

4 Dektilitas 8.500

5 Larutan dalam CHCL 3 5.500

6 Berat jenis 5.500

7 Titik nyala 4.500

8 Pelekatan 8.500

9 Kadar air 7.000

X. ASHPAL BUTON

1 Ekstrasi ( P.A ) 20.000

2 Kelarutan dalam CHCL 3 12.500

XI. ASHPAL EMULSI

1 VIkositas 10.500

2 Pengendapan / kestabilan 7.500

3 Kelekatan ashpal terhadap batuan kering 8.500 4 Kelekatan ashpal terhadap batuan basah 6.500

5 Campuran semen 6.500

6 Analisa saringan 6.500

7 Penyulingan 13.500

8 Penetrasi 10.000

9 Dektilitas 7.500

10 Kelarutan dalam CHCL 3 5.500

11 Klasifikasi 8.500

12 Muatan listrik 6.500

(39)

1 Dari tangki 23.500

2 Dari drum 25.500

3 Dari jalan 28.000

4 Ashpal cair 22.500

5 Ashpal buton 22.500

XIII. A I R

1 PH Air 3.500

2 Tersuspensi 3.500

3 Minyak dalam air 3.500

4 Ton sulfat dalam air 500

5 Bahan padat 3.500

XIV. S E M E N

1 Konsistensi semen 5.500

2 Pengikatan awal semen 10.500

3 Kuat tekan mortar 5.500

4 Berat jenis semen 10.000

5 Kehalusan semen 14.500

6 Kadar air 2.500

7 Ketetapan bentuk/buah 4.500

8 Bobot 3.000

XV. A G R E G A T

1 Abrasi 11.500

2 Gradasi 10.000

3 Berat jenis 10.000

4 Berat isi 5.000

5 Kadar Lumpur 5.000

6 Soundess 34.000

7 Organik 5.000

8 Mix design 85.000

9 Modifikasi mix ( satu set ) 25.500

XVI. BENDA UJI (KUBUS, CYLINDER, BETON DLL)

(40)

2 Kuat tarik 4.500

3 Kuat lentur 4.500

4 Kuat tekanan dengan hammer test 1.000

5 Gorong-gorong 18.500

6 Bantalan karet 23.000

XVII. B E S I

1 Kuat tarik 6.500

2 Kuat tekan 6.500

XVIII. PENGECORAN BETON

1 Pertitik 25.000

XIX. TANAH BAHAN JALAN

1 Kadar air 4.500

2 Berat jenis 6.000

3 Atterberg limit 7.500

4 Analisa saringan 5.500

5 Pemadatan Standart 25.500

6 Pemadatan Modified 34.000

7 CBR Standart 28.500

8 CBR Modified 30.000

XX. A G R E G A T

1 Analisa saringan / gradasi 10.500

2 Berat jenis dan penyerapan agregat kasar 10.500 3 Berat jenis dan penyerapan agregat halus 12.000

4 Berat isi 5.500

5 Kelekatan terhadap ashpal 8.000

6 Keausan dengan mesin lossangels/abrasi 11.500

7 Impec test 7.500

8 Soundness agregat kasar 33.500

9 Sundness aregat halus 26.500

10 Sand equivalent 7.500

XXI. CAMPURAN ASHPAL

(41)

2 Extrasi campuran 11.500

3 Berat isi campuran 5.500

XXII. UBIN SEMEN

1 Kadar air 2.500

2 Penyerapan 2.500

3 Berat isi 2.500

4 Kerat lentur 5.500

5 Keausan lentur 2.250

6 Ukuran 2.250

XXIII. BAK CETAK TRAS, KAPUR

1 Bahan air 2.250

2 Penyerapan 2.500

3 Bobot isi 2.500

4 Kuat tekan/10 buah 8.500

XXIV. JENDELA PVC

1 Ketahanan terhadap beban angin 2.000 2 Ketahanan terhadap kebocoran udara 2.000

3 Ketahanan kebocoran air 2.000

4 Kemudahan buka tutup 2.000

5 Kemudahan gerak 2.000

6 Beban lentur 2.500

7 Perubahan bentuk aluminium 2.500

XXV. A L U M I N I U M

1 Ketebalan anonizing luminium 2.000

XXVI. PIPA PVC

1. kadar PVC sebagai vini klorida 2.500

XXVII. CHLORIDA

1 Kasar Platisizer 2.000

2 Ketahanan terhadap acton 1.500

3 Pengaruh asam sulfat sifat fisik mekanik 1.500

(42)

5 Hidrostatis 1.000

6 Impact 500

7 Penyerapan air 2.000

8 Perubahan ukuran 2.000

9 Titik pelunakan 1.000

10 Kerapatan air 500

XXVIII. GENTENG KERAMIK

1 Ukuran berat 1.000

2 Ketahanan terhadap rembesan air 2.500

3 Beban lentur 8.500

4 Penyerapan air 1.000

5 Berat jenis 2.500

XXIX. BATA MERAH

1 Ukuran berat 2.500

2 Kadar garam 1.500

XXX. K A Y U

1 Kadar air 2.500

2 Berat jenis kering udara 2.500

3 Kekerasan 2.500

4 Kuat lentur / Buah 2.500

5 Kuat tarik / Buah 2.500

6 Kuat tekan / Buah 2.500

7 Kuat geser / Buah 2.500

8 Pengeringan 120 m3 / hari 33.000

9 Penetrasi 2.500

XXXI. PIPA KERAMIK

1 Muatan uji / buah 1.000

2 Ketahanan terhadap perembesan air 2.500

3 Hydrostatis / buah 1.000

XXXII. PIPA BETON

1 Ketahanan terhadap rembesan air / buah 2.500

(43)

3 Kuat tekan 1.000

XXXIII. TEST API

1 Sifat bakar (Konsustibility) 3.000

2 Sifat penjalaran permukaan 6.500

3 Ketahanan api tungu 2.500

4 Sifat hantar 2.500

5 Sifat kecepatan terbakar 1.000

XXXIV. ANALISA KIMIA

1 Bagian yang tak laut HCL 3.000

2 Si 02 3.000

3 FE2 03 3.000

4 H12 03 3.000

5 Ca 0 3.000

6 Hg 0 3.000

7 C04 3.000

8 Hilang pijar 3.000

XXXV. K A P U R

1 Kadar air 2.500

2 Kehalusan 2.500

3 Ketetapan bentuk 3.500

4 Keteguhan aduk 9.500

5 Bobot isi 2.500

XXXVI. T R A S S (SAMA DENGAN KAPUR)

1 Kadar air 2.500

2 Kehalusan 3.500

3 Pengikatan 4.000

4 Keteguhan aduk 9.500

5 Bobot isi 2.500

(44)

NO JENIS ALAT TARIF RETRIBUSI (Rp)

KET.

1 Mobil tangki air 50.000

2 Terop/unit/hari 15.000

3 Kursi lipat 250

BUPATI LOMBOK TENGAH

Referensi

Dokumen terkait

Oligosakarida yang lain adalah trisakarida, yaitu yang terdiri atas tiga molekul monosakarida dan tetrasakarida yang terbentuk dari empat molekul

Panitia/Pokja ULP masih bisa memberikan penjelasan selama 3 jam setelah masa Aanwijzing berakhir Untuk menjawab pertanyaan cukup dengan menyebutkan ID Peserta.

Dalam kegiatan Pengakuan Kompetensi Terkini bagi siswa SMKN 3 l(aten bertugas sebagai assessor terhitung 18 - 20 November 2008 dengan Tempat Uji Kompetensi di SMKN 3

Berdasarkan Surat Penetapan Nomor : 01.h/Setda/jasalainnya/Eproc/Pokja-I/V/2017/ULP , Tanggal 23 Mei 2017 Pekerjaan Belanja Premi Asuransi Milik Daerah pada Sekretariat

Pengembangan Tes untuk Uji Coba Tes Kompetensi Guru SD dan sejumlah Mata Pelajaran di SMP di Kota Yogyakarta, Kerjasama antara Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dengan FIS UNY.

kepala rumah tangga perempuan miskin di Desa Lajing Kec. Bangkalan adalah kemiskinan struktural. Yaitu adanya struktur sosial yang. menghambat kepala rumah tangga

Ambil pin dari sudut sebelah kanan dengan tangan kanan anda dan pada waktu yang bersamaan ambil pin dari sudut sebelah kiri dengan tangan kiri anda, kemudian letakkan

E = Technical Expertise, menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pada fungsi bisnis tersebut diperlukan keahlian teknis dari unit organisasi yang terkait. W = Actual