• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 JURIDIKTI SOYA JOURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "3 JURIDIKTI SOYA JOURNAL"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

JURIDIKTI ISSN: 1979

9640

VOLUME 4 NOMOR 1 April 2011, Halaman: 107-120

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN APLIKASI PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH DAN

HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L) Varietas Willis PADA TANAH ULTISOL SIMALINGKAR.

The Soil Tillage and Manure of Cattle Application Effect on Some Soil Physical Properties and Yield of Soybeans (Glycine max. L) Var. Willis on

Ultisol Simalingkar.

Parlindungan Lumbanraja

Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HKBP Nommensen, Jalan Sutomo 4-A, Telp. 4545411, 4522922, Fax. 061-4571426, Medan 20234, Indonesia.

Email : [email protected]

Abstrak

Parlindungan Lumbanraja. Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Beberapa Sifat Fisika Tanah Ultisol Simalingkar dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L) Varietas Willis. Penelitian ini dilaksanakan di Porlak Percobaan Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan, di Desa Simalingkar B. Ketinggian ± 33 m dpl, jenis tanah Ultisol, pH tanah 5,5 dan tekstur tanah pasir berlempung (Lumbanraja, 2000).

Diduga bahwa: 1. Pengolahan tanah maupun pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh terhadap sifat fisik tanah dan hasil tanaman kedelai. 2.Diduga ada interaksi pengolahan tanah dan pemberian pupuk kandang sapi terhadap sifat fisika tanah dan hasil tanaman kedelai. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan tiga kali ulangan. Dilakukan Uji Analisis Variance (ANOVA) dan apabila menunjukkan bedanyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.

Sifat fisika tanah yang diamati meliputi: berat jenis tanah (bd); porositas tanah dan kadar air tanah. Bagian tanaman yang diamati meliputi: berat 100 biji kering kedelai (g) dan hasil biji kedelai (g/petak).

(2)

parameter yang diamati, tetapi menunjukkan adanya kecenderungan pengaruh yang positip bagi setiap parameter tersebut.

Abstract

The Soil Tillage and Manure of Cattle Application Effect on Some Soil Physical Properties and Yield of Soybeans (Glycine max. L) Var. Willis on Ultisol Simalingkar by Parlindungan Lumbanraja. Research took place in Simalingkar-B, Medan, North Sumatera , Indonesia. According to USDA soil classification this soil is Ultisol with loamy sand texture and pH of soil is 5,5 the area is abouth 33 meters above sea level.

Hypothesize that ploughing methods such as canventional tillage, minimum tillage and zero/no tillage (which both the last are familiar recognize as conservation tillages) or manure application, and their combination will effecs some soil physical properties and yield of soybeans (Glycine max L). Research design with Randomize Complete Block Design, every parameter effect significantly will be continued analized with Duncan’s Multiple Range Test.

Soil physical properties that analized are soil bulk density, porosity and water holding capacity. For crop observation had made by scaled of fresh and dry weight of 100 seeds and yield of soybeans grain (g/plot)

The concluding of the research can be explain that soil ploughing methods take effects highly significant to soil bulkdensity and soil porosity. The manure application had highly significant take effect to soil bulkdensity, soil porosity, soil moisture, and the yield of soybeans. The combination of soil ploughing and manure interacted did not significantly effected all parameters had been observed.

Kata kunci: Conventional tillage, conservation tillage, minimum tillage, no/zero tillage

PENDAHULUAN

Latarbelakang.

Sebagai media tumbuh bagi tanaman tanah merupakan sumberdaya alam yang

utama bagi menunjang usaha pertanian yang menjadi andalan dalam mempertahankan

kelanjutan kehidupan manusia di biosfer ini. Kerusakan tanah yang sering kita kenal

(3)

mencegah pengrusakan dimaksut (Lumbanraja, 2007). Hal ini merupakan hal yang

sangat urgen untuk dapat mempertahankan sumberdaya tersebut, karena tanpa sumber

daya ini adalah tidak mungkin memprodulsi hasil pertanian dalam volume sebagaimana

adanya delam pertanian dengan media tanah tersebut. Karena pertumbuhan dan

perkembangan tanaman sangat tergantung kemampuan sumber daya ini menyediakan

unsur hara, air dan udara bagi tanaman (Arsyad, 1989).

Sebagai benda alam yang rumit, tanah yang mempunyai berbagai macam ragam

tentunya memerlukan pola oengolahan yang beragam juga. Ultisol sebagai salah satu

jenis tanah paling luas setelah Inceptisol di Indonesia yang banyak digunakan dalam

pengembangan pertanian. Subagyo, (2004) mengutarakan bahwa Tanah ini tersebar

luas dibeberapa pulau besar di Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan,

Sulawesi dan Papua. Di pulau Sumatera saja tanah ini menempati 77% dari luas wilayah

daratannya.

Ultisol merupakan tanah yang kurang baik secara fisik maupun secara kimia,

sebab itu tanah ini dalam pemanfaatannya memerlukan penanganan yang sangat

hati-hati dan akurat. Untuk meningkatkan kemampuan produksi lahan ini dapat ditempouh

dengan berbagai cara seperti pengolahan tanah yang seminimum mungkin, pemberian

bahan organik, pemupukan, penambahan kapur, dan pertanaman yang adaptif (Munir,

1996).

Perlunya meminimumkan pengolahan tanah pada tanah ini terutama karena pada

tanah ini terdapat horizon argillik, yang apa bila dalam proses persiapan tanamnya

karena suatu hal terjadi pembalikan yang mengakibatkan horizon argillik terangkat

maka yang timbul adalah masalah. Sehingga perlu dipertimbangkan bagaimana pola

pengolahan tanah yang pas, satu diantaranya adalah pola pengolahan konservasi seperti

pengolahan tanah minimum dan tanpa olah tanah (Lumbanraja, 1997). Sebagaimana

kita ketahui bahwa tujuan pengolahan tanah adalah untuk menciptakan kondisi tanah

yang opbimal bagi pertumbuhan tanaman usaha. Hal ini bisa juga disertai dengan

(4)

Tanah ini umumnya mempunyai kandungan bahanorganik yang rendah, kondisi

ini memungkinkan tanah akan padat sehingga membatasi penetrasi akar dalam

mendapatkan hara dan air ataupun udara untuk pertumbuhannya. Atas kenyataan

rentetan keadaan di atas sehingga tanah sangat rentan terhadap pemadatan, sehingga

pemberian pupuk kandang sebagai upaya meningkatkan kandungan bahan organik

untuk memperbaiki struktur tanah adalah sangat berarti.

Sejak beberapa tahun lalu pemerintah sudah berusaha agar indonesia dapat

berswasembadea palawija, khususnya kedelai dan jagung. Namun cita-cita ini belum

dapat terpenuhi sebagaimana pada kenyataan masih harus mengimport guna memenuhi

permintaan dalam negeri (Depatan, 1977). Banyak para pakar mencoba mengusulkan

peningkatan produksi maupun kwlitas melalui berbagai cara mulai dari perbaikan cara

produksi (Rusdi, 1986; Omar, 1985, dan Prawinata dkk., 1981) dan bahkan Sinto,

(1995) mengutarakan peningkatan kwalitas produksi tanaman kedelai dapat

ditingkatkan dengan memperbaiki cara penyimpanan yang benar. Sumarno dan

Hartono, (1983) dan Ibrahim (1990), masih menegaskan bahwa sebenarnya produksi

kedelai kita masih dapat ditingkatkan produksinya dengan cara pengoptimalan

penanaman yang lebih baik. Tentunya hal ini dapat dilakukan dengan cara prbaikan pola

persiapan tanam dan peningkatan bahan organik dalam tanah, yang mana kedua

perlakuan tersebut di atas dapat memberikan pengaruh yang sangat mendasar bagi

pertumbuhan tanaman.

Tujuan Penelitian.

Penelitian ini bertujuan uantuk mengetahui sejauh mana pola pengolahan tanah

dan pemberian pupuk kandang sapi mempengaruhi beberapa sifat fisik tanah Ultisol

Simalingkar dan hasil biji kedelai.

Hipotesis Penelitian.

Dalam penelitian ini diduga bahwa:

1. Pengolahan tanah maupun pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh

(5)

2. Diduga ada interaksi pengolahan tanah dan pemberian pupuk kandang sapi

terhadap sifat fisik tanah dan dan hasil biji tanama kedelai (Glycine max L)

Kegunaan Penelitian.

1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:Sebagai bahan informasi bagi

berbagai pihak yang memerlukannya dalam hal pengaruh pengolahan tanah,

pemakaian pupuk kandang sapi dan pertumbuhan tanaman kedelai.

2. Memenuhi tugas Tridharma Perguruan Tinggi di Fakultas Pertanian Universitas

HKBP Nommensen-Medean

BAHAN DAN METODA

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Porlak Percobaan Fakultas Pertanian

Universitas HKBP Nommensen Medan yang berada di Desa Simalingkar B.

Ketinggian Daerah ini lebih kurang 33 m dpl, jenis tanah Ultisol, pH tanah 5,5

dan tekstur tanah adalah pasir berlempung (Lumbanraja, 2000), data tanah dan

pupuk kandang sapi disajikan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Penelitian

berlangsung dari bulan September 1999 sampai Januari 2000.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas

genjah, pupuk kandang sapi, fingisida, insektisida, dll.

Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi, alat olah tanah dalam hal

(6)

corong, tali plastik, ember, semprot punggung, bambu, oven, ringsampler dan

alat-alat laboratorium lainnya serta alat tulis.

Metode Penelitian

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

dua faktor dengan tiga Ulangan.

Faktor pertama adalah pengolahan tanah (P) yang terdiri dari tiga taraf yaitu:

P0 : Tanpa Olah Tanah

P1 : Pengolahan Tanah Minimum

P2 : Pengolahan Tanah Biasa

Faktor kedua adalah pemberian pupuk kandang sapi (K) yang terdiri dari empat

taraf yaitu:

K0 : Dosis 0 ton/Ha

K1 : Dosis Setara Dengan 2,5 ton/Ha

K2 : Dosis Setara Dengan 5 ton /Ha

K3 : Dosis Setara Dengan 7,5 ton/Ha

Kombinasi perlakuan dalam penelitian ini adalah 3 x 4 sehingga ada 12

kombinasi perlakuan yaitu:

P0K0; P0K1; P0K2; P0K3; P1K0; P1K1; P1K2; P1K3; P2K0; P2K1; P2K2;

(7)

Ulangan dilakukan tiga kali, dan penentuan letak masing-masing kombinasi

dalam basisan ulangan dilakukan dengan acak dan diperoleh dari hasil

pengacakan.

Metode Analisis

Untuk mengetahui respon yang diamati terhadap perlakuan yang diberikan

dilakukan Uji Analisis Variance (ANOVA) dan apabila menunjukkan bedanyata

dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.

Model persamaan percobaan adalah sebagai berikiut:

Ykij= µ +kk + ρi+βj + (ρ β)ij+Єkij

Ykij: Pengamatan pada krelompok ke-k yang mendapat perlakuan pengolahan tanah pada taraf ke-i dan pemberian pupuk kandang sapi pada taraf ke-j

µ: Nilai tengah

Kk: Pengaruh kelompok ke –K

ρi: Pengaruh pengolahan tanah taraf ke-i

βj: Pengaruh pemberian pupuk kandang taraf ke –j

(ρβ)ij: Pengaruh interaksi pengolahan tanah taraf ke-i degan pupuk kandang sapi taraf ke-j

Єkij: Pengaruh galat pada ulangan kelompok ke-k dengan pengolahan tanah taraf ke-i dan pemberian pupuk kandang sapi taraf ke-j, (Malau, 2002)

Pelaksanaan Penelitian

Pengolahan Tanah

Tanah yang menjadi areal penelitian dibersihkan terlebih dahulu dari segala

(8)

dengan ukuran 2 m x 2 m sebanyak 36 petak dengan jarak tanam 20 cm x 30 cm,

jarak antar petak percobaan 50 cm dan jarak antar barisan ulangan 100 cm.

Untuk melakukan pengolahan tahan tanpa olah tanah petak percobaan hanya

dibersihkan dari gulma dengan membabat, sedangkan untuk olah tanah minimum

pengolahan tanah hanya membalik tanah satu kali tanpa menghancurkan

bongkahan tanah yang terbentuk, sedangkan untuk olah tanah biasa dilakukan

pembalikan, penghancuran bongkah tanah dan membersihkan seluruh sisa

tanaman yang ada. Setelah pola pengolahan tanah sudah selaesai baru dilakukan

penambahan perlakuan aplikasi pupuk kandang ke tanah sesuai dosis yang diuji.

Penanaman

Setelah persiapan petak percobaan dan perlakuannya selesai, selanjutnya

dilakukan penanaman. Setiap lobang tanam yang dibuat dengan cara menugal

diberiu 2 biji benih kedelai kemudian ditutup dengan tanah. Bersamaan dengan

penanaman dilakukan pemberian pupuk dasar berupa Urea setara 100 kg/ha; TSP

setara 200 kg/ha dan KCl setara 100 kg/ha.

Pemeliharaan Tanaman

Adapun permerliharaan tanaman yang dilakukan adalah antara lain:

penyiraman, penyulaman, penyiangan, pembumbunan dan pengendalian hama dan

penyakit sesuai dengan kebutuhannya.

Pengamatan Parameter

Pengambilan para meter pengamatan dilakukan kurang lebih 90 hari setelah

tanam, saat polong sudah mulai kelihatan tua (kering).

Parameter Yang Diamati

(9)

Sifat fisika tanah yang diamati meliputi:

1. Berat 100 biji kering kedelai (g)

2. Hsil biji kedelai (g/petak), yang dilaksanakan pada saat polong tanaman mulai

kering, kurang lebih 90 hari setelah tanam.

HASIL

Pengaruh Perlakuan Pengolahan Tanah Terhadap Beberapa Sifat Fisika Tanah dan Produksi Kedelai

Dari data pengamatan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel. 1, di bawah ini

terlihat bahwa pengaruh pengolahan tanah terhadap beberapa sifat fisika tanah

memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kepadatan tanah (BD), dan porositas

tanah, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air tanah maupun hasil kedelai.

(10)

Hasil biji kedelai (g/petak) 472,500a 602,500a 552,500a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05% (huruf kecil) dan 0,01 % (huruf besar) pada Uji Jarak Berganda Duncan.

Pengaruh Perlakuan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Beberapa Sifat Fisika Tanah dan Produksi Kedelai.

Data hasil penelitian yang tertera pada Tabel. 2 memperlihatkan bahwa perlakuan pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap BD tanah, porositas total tanah, kadar air tanah, dan hasil tanaman kedelai perpetak percobaan tetapi terhadap berat biji tidak terjadi pengaruh nyata.

Tabel. 2. Pengaruh Perlakuan Pupuk Kandang Terhadap Parameter Yang Diamati.

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05%

(huruf kecil) dan 0,01 % (huruf besar). pada Uji Jarak Berganda Duncan.

Pengaruh Interaksi Perlakuan Pola Pengolahan Tanah dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Beberapa Sifat Fisika Tanah dan Produksi Kedelai

Interaksi pengolahan tanah degan pemberian pupuk kandang pada tanah Ultisol

simalingkar yang tekstur tanahnya pasir berlempung ini belum memberikan hasil yang

berbeda secara nyata terhadap seluruh parameter yang diamati, baik parameter fisika

tanah maupun terhadap parameter tanaman.

Tabel. 3. Pengaruh Interaksi Perlakuan Pola Pengolahan Tanah dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Parameter Yang Diamati.

________________________________________________________

Porositas Tanah (%) 56,268cC 57,903cC 58,197bB 59,077aA

Kadar Air Tanah (% g/g) 43,119dD 37,537cBC 38,932bB 42,367aA

Berat 100 biji Kedelai (g) 9,733a 9,629a 9,684a 9,931a

Hasil biji Kedelai (g/petak)

(11)

P0 1,237 1,117 1,103 1,140 P1 1,093 1,113 1,137 1,090

P2 1,097 1,123 1,053 1,077

Porositas Tanah (%)

P0 53,334 57,861 57,610 56,981 P1 58,724 57,987 57,106 58,868 P2 58,616 57,610 60,251 59,371

Kadar Air Tanah (%)

P0 33,616 32,563 36,177 36,035

P1 38,473 38,174 36,629 40,223

P2 39,919 38,646 47,062 41,387

Berat 100 biji kedelai (g)

P0 9,370 9,920 9,910 9,667

P1 10,107 9,113 9,700 9,890 P2 9,463 9,787 10,450 9,557

Hasil kedelai (g/petak)

P0 350,00 510,00 450,00 433,33

P1 533,33 523,33 473,33 600,00

P2 573,33 633,33 766,66 663,33

_______________________________________________________________________________

PEMBAHASAN

Terlihat bahwa pola pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap kadar air

tanah dan bahkan berpengaruh sangat nyata terhadap penurunan BD tanah dan

kenaikan porositas tanah. Pengaruh sangat nyata pengolahan tanah terhadap BD

tanah adalah sebagai akibat adanya penggemburan tanah yang dilakukan melalui

pengolahan tanah minimum yang merupakan cara pengolahan tanah yang

(12)

pengolahan tanah maksimum. Sebagaimana diketahui bahwa dari beberapa fungsi

pengolahan tanah satu diantaranya adalah untuk menggemburkan tanah (Lumbanraja,

2000; Maurya, 1997; dan Hillel, 1980). Dari data di atas terlihat bahwa ada penurunan

BD tanah sebesar 0,071 g/cm3, yang terjadi pada pola ngolahan tanah minimum (P1).

Disini terlihat ada ketidak konsistenan dari pengaruh pengolahan tanah yang diberikan

terhadap BD tanah yang diamati. Misalnya dari data terlihat bahwa BD tanah paling

kecil dihasilkan dengan pola pengolahan tanah minimum, yang secara logika

pengolahan tanah biasalah yang seharusnya demikian karena pola pengolahannya

yang paling maksimum, namun tidak demikian yang terjadi dalam penelitian ini. Besar

kemungkinan bahwa hal ini terjadi sebagai dampak dari sifat tanah ini yang secara

teori dengan teksturnya yang merupakan pasir berlempung memang cenderung ber

BD tinggi. Karena kenyataan inilah tidak baik menyamaratakan semua sistem atau pola

pengolahan tanah terhadap tanah-tanah yang berbeda. Atas dasar hasil percobaan ini

sebenarnya masih terbuka penghematan dalam usaha pertanian dengan pengurangan

pengeluaran dalam hal persiapan tanam, yang dapat mengurangi waktu kerja maupun

biaya, baik untuk lahan yang persiapannya dilakukan secara mekanis maupun dengan

cara tradisionil.

Untuk hal kenaikan porositas tanah terliha bahwa sejalan dengan pengaruh yang

terjadi pada BD tanah, disini juga terbukti bahwa pengaruh yang sangat nyata terjadi

juga pada peningkatan porositas tanah ini. Peningkatan porositas tanah terbesar juga

tidak terjadi pada pola pengolahan tanah biasa (P2) melainkan terjadi pada pola

pengolahan tanah minimum (P1) dengan porositas sebesar 58,931% ( kenaikan sebesar

4,7% dari perlakuan dengan tanpa olah tanah). Penjelasannya tentu sesuai dengan

apa yang telah diutarakan pada alinea ebelumnya. Karena seperti diketahui bahwa

memang pada dasarnya porositas ini tidak bisa dipisahkan dari BD tanah seperti

diketahui bahwa porositas memang saling mempengaruhi satu sama lain. Jadi yang

merupakan hal yang perlu mendapat perhatian disini adalah bahwa penurunan BD

(13)

peningkatan porositas tanah (dalam hal ini porositas meningkat sebesar 4,7%) dari

pengolahan tanpa olah tanah. Pada pola pengolahan tanah biasa meski terjadi

peningkatan porositas tanah, namun peningkatan tersbut meski berbeda sangat nyata

dari perlakuan tanpa pengolahan tanah tetapi kenaikan porositas sebesar 3,8% dari

porositas tanah tanpa olah tidak berbeda nyata terhadap porositas tanah pada pola

pengolahan minimum (P1).

Dalam hal kadar air tanah yang mana hal ini sangat dipengaruhi oleh besarnya

persentase pori-pori sedang dan mikro dari tanah itu sendiri. Terlihat dari hasil

percobaan bahwa tanah dengan pengolahan tanah minimum juga memberikan hasil

yang sangat nyata. Pada perlakuan pengolahan tanah minimum (P1) ada kenaikan

kadar air tanah sebesar 9,19% dari kadar air tanah pada perlakuan tanpa olah tanah,

sedangkan kenaikan air yang terjadi pada pola pengolahan tanah biasa, meski berbeda

nyata dari kadar air tanah dengan tanpa olah, namun kenaikan sebesar 7,41% pada

perlakuan (P2) ini lebih kecil dari peningkatan yang diperolah dengan perlakuan

pengolahan tanah pola olah tanah minimum (P1).

Sesuai dengan kondisi yang diduga sebelumnya dalam kejadian pengaruh

pengolahan tanah terhadap BD dan porositas tanah pada alinea sebelumnya, terbukti

disini bahwa memang tanah ini pada dasarnya mempunyai porositas yang tinggi.

Namun seperti telah ditegaskan sebelumnya bahwa sebagian pori ini hanyalah

merupakan pori-pori makro yang berfungsi sebagai pori drainase dan pori aerasi. Hal

ini adalah merupakan keadaan yang tidak dapat dielakkan lagi dari tanah-tanah

berpasir, jadi perlu ada perlakuan khusus dalam upaya memperbaiki kondisi tanah

untuk keperluan ini sebagaimana diutarakan oleh Lumbanraja (1997) satu dari

beberapa cara yang dapat ditempuh adalah penambahan bahan organik ke dalam

tanah.

Namun demikian perbaikan kondisi fisik tsanah yang diberikan sebagaimana

(14)

sebagai media tumbuh tanaman belum sampai kepada pengaruh yang nyata terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Seperti terlihat pada hasil tersebut baik

besarnya produksi kedelai maupun ukuran biji kedelai belum terpengaruh

peningkatannya dengan perlakuan pengolahan tanah ini. Tapi satu hal yang perlu

diperhatikan pada parameter inipun ternyata hasil terbaik dari ketiga perlakuan

pengolahan tanah terhadap berat biji maupun terhadap besarnya produksi atau hasil

tanaman per petak percobaan tetap dihasilkan dari pola pengolahan tanah minimum

(P1) yaitu terjadi pengingkatan sebesar 27,51% dari perlakuan tanpa olah tanah, dan

bukan juga pada pengolahan biasa (P2) dengan peningkatas hasil hanya sebesar

10,58% dari pola tanpa olah tanah. Kedua pola perlakuan pola pengolahan tanah

konservasi tersebut memberikan hasil yang lebih tinggi dari pola hasil tanam kedelai

dengan tanpa pengolahan tanah.

Pengaruh Perlakuan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Beberapa Sifat Fisika Tanah dan Produksi Kedelai.

Dari Tabel. 2 ini terlihat bahwa pengaruh pupuk kandang sapi berpengaruh sangat

nyata terhadap BD tanah, porositas total tanah, kadar air tanah, dan hasil tanaman

kedelai perpetak percobaan, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap berat biji kedelai.

Terlihat dari hasil penelitian ini ternyata bahwa pupuk kandang yang ditambahkan ke

dalam tanah lebih besar pengaruhnya dalam menurunkan BD tanah dibandingkan

terhadap pola pengolahan tanah. Sebagi mana terlihat pada data pengamatan bahwa BD

tanah pada perlakuan tanpa aplikasi pupuk kandang tanah ini mempunyai kepadatan

tanah yang lebih tinggi dengan BD tanah sebesar 1,125g/cm3, dan pada pemberian pupuk kandang sapi setara dengan 2,5 ton/ha menurunkan BD tanah sebebesar 0,009

g/cm3, dan pemberian setara dengan 5 ton/ha mampu menurunkan BD tanah sampai dengan 0,013 g/cm3, sedangkan aplikasi pupuk kandang sebesar setara dengan 7,5 ton/ha menurunkan BD tanah sampai 0,41g/cm3. Dalam hal ini telihat bahwa peningkatan penambahan bahan organik dengan taraf dosis yang meningkat

(15)

dengan pertambahan aplikasi pupuk kandang tersebut. Hasil ini membuat bahwa tanah

dengan aplikasi pupuk kandang pada taraf K3 memberi hasil yang paling baik dalam

percobaan ini dengan perbedaan yang sangat nyata dari perlakuan tanpa pupuk kandang,

dan perlakuan pada taraf K3 tersebut juga memberikan BD tanah yang berbeda sangat

nyata terhadap perlakuan pupuk kandang dengan perlakuan pada taraf K2.

Untuk porositas tanah terlihat bahwa penigkatan yang terjadi juga berhubungan

dengan adanya peningkatan dosis pupuk kandang, seperti terlihat ada peningkatan

porositas sebesar 2,9%, 3,4%; 4,8% masing-masing untuk perlakuan pemberian pupuk

kandang setara 2,5ton/ha; 5,0 ton/ha dan 7,5 ton/ha berturut-turut dari tanah tanpa

pemberian pupuk kandang dengan porositas sebesar 56,268%. Hasil ini ada

kesesuaiannya dengan apa yang diutarakan beberapa peneliti sebelumnya bahwa bahan

organik yang diaplikasikan dengan baik akan dapat memperbaiki keadaan beberapa sifat

fisik tanah (Morachan, et al., 1990; Lumbanraja, 1989; dan Unger, 1972). Meski

demikian terbukti bahwa hanya aplikasi pupuk kandang sebesar setara dengan 5 dan 7,5

ton/ha-lah yang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap porositas ini.

Terlihat bahwa porositas tertinggi dihasilkan pada saat perlakuan K3, jadi dalam hal ini

terlihat bahwa pemberian pupuk kandang setara dengan 7,5 ton/ha masih mendapat

respon yang baik dari tanah ini, hal ini bisa dipahami bahwa kondisi ini masih jauh dari

taraf kadar bahan organik yang optimal dalam tanah, yang mana secara umum telah

diketahui bahwa kadar bahan organik dalam tanah paling tidak mencapai kurang-lebih

5%.

Terhadap kadar air tanah terlihat bahwa dalam hal ini terjadi pengaruh yang

kurang baik, dan hal ini sekilas kita merasa bahwa pengaruh ini seolah-olah

bertentangan dari logika berpikir maupun dari teori yang ada. Karena terlihat bahwa

justru kadar air tanah malah menurun bahkan dibandingkan dengan tanah tanpa

perlakuan pemberian bahan organik. Dan perlu ditegaskan juga dari hasil penelitian ini

terlihat gambaran bahwa pengaruh ini memberi pengaruh dengan kecenderungan yang

sangat konsisten, bahwa kadar air tersedia bagi tanaman ternyata tetap berada dibawah

kadar kandungan air tanah dengan perlakuan tanpa pupuk kandang meskipun dengan

(16)

Hal ini dapat dijelaskan sebagai pengaruh dari pertambahan pengguna air didalam

zona perakaran tanaman dengan introduksi organisma baru yang terkandung dalam

bahan pupuk kandang sapi yang diaplikasikan kedalam tanah percobaan tersebut,

(Lumbanraja, 1998). Jadi dengan dasar pemikiran tersebut timbullah peningkatan

kebutuhan air bagi organisma tanah tersebut beserta tanaman dan juga kebutuhan hara

maupun kebutuhan lainnya dari dalam tanah. Memang sebagaimana diketahui bahwa

dengan adanya penambahan pupuk kandang sapi tersebut kedalam tanah maka akan

terjadi perbaikan beberapa kondisi tanah yang akan memperbaiki kondisi bagi tanam

usaha maupun organisma lainnya didalam zona perakaran tanaman baik organisma

mikro maupun makrobia tanah.

Tetapi hal lain yang harus disadari sebagaimana telah diuraikan di atas

sebelumnya, diketahui secara teori bahwa bahan pupuk kandang itu sendiri mengandung

berjuta bahkan bermilliard mikrobia yang terkandung di dalamnya (Lumbanraja, 1998).

Dengan demikian pertambahan populasi mikrobia tersebut dalam kondisi keadaan air

tanah pada waktu penelitian menjadi sangat menentukan, diduga bahwa dalam hal ini

terjadi keterbatasan suplai air dari curah hujan yang ada sebagai satu-satunya sumber

air ke dalam tanah. Sehingga dengan kenyataan ini berarti bahwa meskipun tersedia

kantong-kantong air di dalam tanah, dalam hal ini yang dibangun atau dibentuk dalam

tanah melalui penambahan pupuk kandang sapi tersebut, tetapi karena kantong-kantong

air yang tersedia tersebut tidak pernah berisi dengan penuh sebagai akibat dari

kurangnya pasokan dari presipitasi yang ada. Inilah yang mengakibatkan kenapa kadar

air tanah pada perlakuan tersebut tidak pernah berada diatas kadar air tanah yang tanpa

pemberian pupuk kandang, bahkan hingga dengan aplikasi tertinggipun tetap berada di

bawah kandungan air tanpa perlakuan pupuk kandang sapi tersebut.

Atas dasar kedua hal yang diutarakan di atas (penambahan atau introduksi

populasi microbia dari pupuk kandang dan kondisi kantong air yang tidak dapat terisi

penuh sebagai akibat kurangnya pasokan air presipitasi untuk mengisi kantong-kantong

air yang terbentuk dengan kehadiran pupuk kandang) sangat perlu dipertimbangkan

bahwa pemberian bahan organik kedalam tanah harus memperhatikan bahkan harus

(17)

adalah untuk menghindari terjadinya dugaan di atas, yaitu supaya tidak tercipta

persaingan antara tanaman dan organisma tanah (Lumbanraja, 1998). Yang mungkin

dalam taraf atau tingkat tertentu, keadaan dimana bahwa air tanah yang menjadi sangat

terbatas akan menjadi pemicu munculnya persaingan atau kompetisi penggunaan air

tersebut antara tanaman dan mikrobia atau organisma tanah lainnya, yang jika hal ini

tidak dirancang atau ditangani dengan benar akan berakhir pada kondisi yang akan

sangat merugikan, sebagai akibat dari terjadinya pengaruh yang terbalik dari rancangan

yang bertujuan baik.

Pengaruh pemberian pupuk kandang terhadap tanah sampai dengan dosis setara

7,5 ton/ha belum berpengaruh nyata terhadap berat biji kedelai. Namun demikian

terlihat bahwa berat biji tertinggi dihasilkan pada saat pemberian pupuk kandang setara

dengan 7,5 ton/ha. Hal ini sangat mudah dimengerti, walau belum optimal seperti yang

diharapkan bahwa peningkatan tersebut untuk mampu menaikkan ukuran biji kedelai

tersebut belumlah tercapai. Seperti terbukti di sini bahwa biji kedelai terbesar yang

dihasilkan dalam penelitian ini masih tergolong kepada ukuran biji kedelai yang kecil

(Hidayat, 1988dalam Lumbanraja, 1989).

Pemberian pupuk kandang pada tanah Ultisol Simalingkar dengan dosis setara 2,5

ton/ha; 5,0 ton/ha; dan 7,5 ton/ha ketiganya memberikan pengaruh yang sangat nyata

terhadap hasil kedelai dibandingkan terhadap perlakuan tanpa pemberian pupuk

kandang sapi. Dan perlu ditegaskan bahwa hasil peningkatan hasil kedelai pada

masing-masing taraf aplikasi pupuk kandang tersebut masing-masing-masing-masing berbeda dengan sangat

nyata satu dengan lainnya antar taraf aplikasi pupuk kandang tersebut. Terlihat bahwa

tanah Ultisol Simalingkar dengan tekstur tanah pasir berlempung ini sangat respon

terhadap pemberian pupuk kandang. Sebagai mana diketahui penambahan pupuk

kandang ini ke dalam tanah membawa juga beberapa unsur hara yang terkandung

didalamnya yang memang sangat dibutuhkan tanaman seperti: K,Ca, Mg dan P

(Lumbanraja, 2000) sebagai mana tertera pada Lampiran. 1.

Pemberian pupuk kandang setara dengan 7,5 ton/ha memberikan hasil yang paling

(18)

perlakuan tersebut mampu menaikkan hasil kedelai sebesar 57,5%, 33,94% dan 16,74%

berturut-turut yang dibandingkan kenaikannya dari hasil tanaman tanpa perlakuan

pupuk kandang dengan hasil 436,667 g/petak Tabel. 2.

Terlihat bahwa kondisi terbaik pada perlakuan K3 terhadap hasil kedelai ini,

terjadi saat BD tanah 1,084 g/cm3 dan 77,70% dari pori total tanah ditempati oleh air. Hal ini merupakan bukti bahwa derajat kebasahan pori tanah yang mencapai hingga

77,70% belumlah merupakan penghalang bagi pertumbuhan tanaman kedelai pada tanah

bertekstur pasir berlempung, yang pada dasarnya secara teori kondisi ini tidak lagi

optimal bagi pertumbuhan tanaman secara umum.

Pengaruh Interaksi Perlakuan Pola Pengolahan Tanah dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Beberapa Sifat Fisika Tanah dan Produksi Kedelai

Interaksi pengolahan tanah degan pemberian pupuk kandang pada tanah Ultisol

simalingkar dengan tekstur tanah pasir berlempung belumlah memberikan hasil yang

berbeda secara nyata terhadap seluruh parameter yang diamati, baik parameter fisika

tanah maupun terhadap parameter tanaman.

Dalam interaksi ini terlihat ada kecenderungan bahwa BD tanah terendah

dihasilkan pada kombinasi perlakuan pola pengolahan tanah biasa dengan aplikasi

pupuk 5,0 ton/ha yaitu sebesar 1,053 g/cm3. Nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan BD tanah dengan perlakuan pengolahan tanah saja secara tunggal. Misalnya

yang terkecil terjadi pada pola pengolahan tanah dengan olah tanah minimum yaitu

sebesar 1,088 g/cm3, sedangkan pada pemberian pupuk kandang diperoleh saat aplikasi pupuk kandang sebesar setara dengan 7,5 ton/ha yaitu sebesar 1,084 g/cm3. Dari data ini terlihat bahwa memang ada pengaruh interaksi perlakuan ini terhadap BD tanah yang

walaupun belum berbeda nyata secara statistik. Sebagaimana terlihat bahwa aplikasi

kombinasi perlakuan tersebut untuk mendapatkan BD tanah paling otimal bagi tanaman

sebagaimana dalam hal ini nilai terkecil terjadi pada kombinasi P2K2. Atas kenyataan

ini dengan penerapan kombinasi perlakuan tersebut akan dapat dilakukan pengurangan

biaya pengeluaran seperti untuk pembelian pupuk kandang yang setara dengan biaya 2,5

(19)

Terhadap porositas tanah interaksi kombinasi perlakuan ini berpengaruh yang

positip karena dengan pengaruh tersebut peran pengolahan tanah minimum dengan

bahan organik 5 ton/ha sudah cukup. Jika hal ini dijadikan sebagai patokan berarti

terjadi penghematan dalam beberapa hal. Setidaknya ada hal penting yang dapat

diambil dari hal tersebut, bahwa kombinasi ini dapat menghemat pemakaian bahan

pupuk kandang dan juga tenaga atau bahan bakar minyak untuk traktor pengolah tanah

maupun kegiatan lain yang berhubungan, dengan manfaat yang tidak berkurang malah

lebih baik sebagaimana telah diutarakan juga sebelumnya.

Penurunan BD tanah di atas tentunya akan berhubungan dengan semakin

gemburnya tanah, demikian juga pada penelitian ini dapat memberikan keadaan

porositas tanah yang bertambah besar sampai pada kondisi tertentu. Misalnya dalam

penelitian ini didapati bahwa kombinasi perlakuan P2K2 yaitu pengolahan tanah biasa

dengan penambahan pupuk kandang setara dengan 5 ton/ha memberikan hasil yang

lebih baik dari kombinasi lainnya meskipun perbedaan ini tidak nyata secara statistik.

Seperti terlihat pada Tabel. 3, bahwa terjadi peningkatan porositas tanah sebesar 6,917%

dari perlakuan P0K0.

Untuk kadar air tanah juga dijumpai bahwa kombinasi P2K2 merupakan

kombinasi terbaik dengan kadar air terbesar dari seluruh kombinasi, yaitu 47,062%

terjadi peningkatan kadar air sebesar 13,446% dari kadar air tanah dengan perlakuan

P0K0. Hal ini membuktikan bahwa ada pengaruh kombinasi pengolahan dengan

pemberian pupuk kandang terhadap kadar air tanah meskipun belum sampai kepada

taraf beda nyata.

Untuk berat biji kedelai kombinasi perlakuan yang sama memberikan hasil yang

terbaik, walaupun belum merubah kelompok ukuran biji kedelai tersebut dari biji kecil

menjadi ukuran biji lainnya yang lebih baik. Hal yang sama juga terjadi pada berat biji

kedelai bahwa pengaruh kombinasi pupuk kandang dengan pengolahan tanah

penaruhnya memang muncul namun tidak mencapai perbedaan yang beda nyata secara

(20)

Untuk produksi perpetak tanam terjadi bahwa hasil terbesar diperoleh dari

kombinasi perlakuan P2K2 tersebut. Jika dibandingkan dari kombinasi tanpa olah dan

tanpa pupuk kandang, terlihat sangat jauh perbedaan hasilnya yaitu terjadi kenaikan

hasil 119%, yaitu dari 350,00 g/petak untuk K0P0 dan 766,66 g/petak untuk kombinasi

P2K2. Pertumbuhan tanaman dengan hasil yang lebih besar pada kombinasi ini

menunjukkan bahwa pada tanah dengan tekstur pasir berlempung dengan kondisi pori

terisi air sebesar 82,23% dari total porositas tanah belum mengganggu terhadap. Malah

disini terjadi penurunan hasil kedelai pada saat persen derajat kebasahan pori-pori tanah

dibawah 82,23% untuk tanaman kedelai pada penelitian ini yang dilakukan pada tanah

dengan tekstur pasir berlempung tersebut. Sebagai contoh penulis mengambil sampel

yang penarikannya didasarkan kepada rata-rata hasil kedelai terrendah, sedang dan

tertinggi dalam penelitian ini berturut-turut: 350,00 g/petak pada kombinasi perlakuan

P0K0; 573,33 g/petak untuk kombinasi perlakuan P2K0 (pengambilan kombiunasi

P2K0 menjadi pewakil kombinasi diantara yang terrendah dan tertinggi adalah karena

hasil ini merupakan yang terdekat dengan rata-rata dari hasil tertinggi dan terrendah

yaitu 558g); dan 766,66 g/petak untuk kombinasi perlakuan P2K2, yang mana

masing-masing persen poti total yang ditempati air tanah pada kombinasi tersebut adalah

77,96%; 74,00%; dan 82,23% (untuk tidak menimbulkan kerancuan dirasa perlu untuk

memberitahukan bahwa dalam penentuan persen derajat kebasahan pori dimaksud

dalam contoh di atas data kadar air gravimetrik pada kombinasi terpilih tersebut telah

dikonversi ke data volumetrik).

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pola pengolahan tanah hanya berpengaruh sangat nyata terhadap BD tanah, porositas tanah tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air tanah, berat biji dan hasil tanaman kedelai pada tanah Ultisol Simalingkar.

(21)

3. Kombinasi perlakuan pola pengolahan tanah dengan pemberian pupuk kandang sapi tidak memberikan pengaruh nyata baik terhadap BD tanah, porositas total tanah, kadar air tanah, maupun terhadap hasil dan berat biji kedelai pada

Ultisol Simalingkar dengan tekstur tanah pasir berlempung

.

5.2. Saran

Dirasa perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada tanah yang berbeda teksturnya dan juga tanaman yang lain untuk mendapatkan informasi yang masih dianggap perlu tentang pola pengolahan tanah dan tingkat aplikasi pupuk kandang

sapi yang optimal bagi tanaman

.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2009. Pengaruh Sistem Pengolahan Tanah.

http://unisri.ac.id/faperta/wp-content/upload.

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air.IPB.Bogor. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Baver, L.D., Walter, H.G and Wilford, R.G. 1978. Soil Physics. Wiley Eastern Limited. New Delhi. Bengalore. Bombay.

Buckman, O.H. and Nyle C.B. 1969. The Nature and Properties of Soils. The Macmillan Company. New York.

Departemen Pertanian. 1977. Pedoman bercocok tanam padi, palawija dan sayur-sayuran. Departemen Pertanian. Jakarta.

Hillel, D. 1980. Fundamentals of Soil Physics. Academic Press. New York.

Ibrahim, M., Sumarno, A.S. Karama dan A.M. Fagi. 1990. Teknologi peningkatan produksi kedelai di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Kramer, P.J. 1980. Plant and Soil Relationships; a modern synthesis. Tata McGraw Hill Publishing Company LTD. New Delhi.

(22)

Lumbanraja, P. 1998. Diversitas Mikroba Tanah pada Empat Pola Pengolahan Tanah.PPS-IPB-Bogor. VISI- Universitas HKBP Nommensen.Medan.

Lumbanraja, P. 1997. Aplikasi Beberapa Pola Pengolahan Tanah Konservasi , Manfaat dan Dampak yang Ditimbulkannya. Fakultas Pertanian Universitas HKBP

Nommensen-Medan.

Lumbanraja, P. 1997. Efek Aplikasi Terracottem, Pupuk Kandang dan Mulsa Jerami Pada Alfisol Jonggol Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L) Varietas Tampomas. Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor

Lumbanraja, P. 1989. Pengaruh Pemakaian Pasir dan Jerami Sebagai Mulsa Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Latosol dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L) var. Lokon. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (UNPAD). Bandung.

Malau, S. 2002. Rancangan Percobaan. Universitas HKBP Nommensen. Medan.

Maurya, P.R. and R. Lal. 1979. Effect of Bulk Density anb Soil Moisture on Radicle Elongation of Some Tropical Crops . John Wiley. New York.

Morachan, Y.B., Moldenhauer, W.C, anda Larson, W.W. 1972. Effect of Increasing Amounts of Organic Residues on Continuous Corn. I. Yield and Soil Physical Properties. Agron. J. 64: 199-203.

Munir, M.S. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia, Karakteristik, Klasifikasi dan Pemanfaatannya. Pustaka Jaya.

Omar, O. H. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi.

Prawinata, W., S. Harran dan P. Tjondronegoro. 1981. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan 1. Departemen Botani. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Radke, J. K. ; A.R. Dester and O.J. Devin. (1985). Tillage Effect on Soil Temperature, Soil Water and Wheat Growth ini South Australia. Soil Sci. Soc. Am. J. 44: 1542-1547.

Rusdi. 1986. Bercocok tanam kedelai. Karya Bani. Jakarta

Sarief, S. 1989. Fisika-Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.

Sarief, S. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana.Bandung.

Sarief, S. 1980. Fisika Tanah Dasar. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNPAD. Bandung.

(23)

Subagyo, H., N. Suharta dan A.B. Siswanto. 2004. Tanah-Tanah Pertanian di Indonesia. Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Sumarno, dan Hartono. 1983. Kedelai dan cara bercocok tanamnya. Puslitbang Tanaman Pangan .Bogor.

Tester,C.F. 1990. Orgnik Amandement Effect on Physical and Chemical Properties of Sandy Soil. Soil Sci. Soc. Am. J. 54: 827-831

Trouse, A.C.Jr. 1979. Soil Physical Characteristics and Roots Groeth. John Wiley & Sons. New York.

Unger, P.W. and Parker. (1970) . Water Relation of Profile Modified Slowly Permeable Soil. Soil Sci. Soc. Am. J. 34: 492-495

Witsell, L.E and Hobbs, J.A. 1965. Soil Compaction Effects on Field Plant Growth. Agron. J. 57: 534-537.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Kimia Tanah dan Pupuk Kandang Sapi

Sumber: Lumbanraja. 1999. Pengaruh Pemakaian Mulsa Plastik Hitam Perak danPupuk Kandang Terhadap Sifat Fisik Tanah, Pertumbuhan dan Produksi Cabai Merah (Capsicum annum) Pada Ultisol Simalingkar. Tanah di analisa di Laboratorium Tanah Balai Penelitian Perkebunan Kelapa Sawit RISPA, Medan.

Komposisi Tanah Pupuk Kandang

pH H2O 5,50 -

C (%) - 1,63

N(%) 0,20 0,79

C/N - 2,10

P-Bray-2 (ppm) 30,00 401,00

K (m.eq/100 g) 0,51 1,33

Ca (m.eq/100 g) - 7,86

Mg (m.eq/100 g) - 19,92

Fe(ppm) trace -

(24)

Lampiran 2. Analisis Textur Tanah Ultisol Simalingkar (tiga fraksi)

Pasir Debu Liat

73% 10% 17%

Gambar

Tabel. 2.  Pengaruh Perlakuan Pupuk Kandang Terhadap Parameter Yang Diamati.

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 30 hst,perlakuan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata pada parameter tinggi

Interaksi antara aplikasi pupuk SP-36 dan pupuk kandang sapi nyata meningkatkan serapan P tanaman pada tanah Inceptisol Kwala Bekala. Pengolahan Kesuburan Tanah

Perlakuan kompos, pupuk kandang sapi, dan pupuk kandang ayam memberikan pengaruh secara nyata lebih tinggi dan berbeda dengan perlakuan tanpa pupuk terhadap bobot

1) Pengaruh pupuk anorganik, pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam, dan pupuk kombinasi tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, dan jumlah daun namun berpengaruh

Ditinjau dari parameter tinggi tanaman antara perlakuan tanpa pupuk dengan perlakuan pada pupuk organik kascing, pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, pupuk

1) Pengaruh pupuk anorganik, pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam, dan pupuk kombinasi tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, dan jumlah daun namun berpengaruh

Perlakuan kombinasi biochar arang dan pupuk kandang kotoran sapi memberikan respon secara nyata dan sangat nyata pada variabel pertumbuhan berupa tinggi tanaman dan jumlah

Kesimpulan Perlakuan pemupukan P1 dengan kombinasi kontrol/pupuk dasar Urea, SP-36, KCl dan pupuk kandang sapi merupakan perlakuan terbaik yang dapat diberikan pada tanah gambut pada