• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN HEALTH BELIEF MODEL PADA PENDERITA KANKER YANG MEMILIH DAN MENJALANI PENGOBATAN ALTERNATIF.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN HEALTH BELIEF MODEL PADA PENDERITA KANKER YANG MEMILIH DAN MENJALANI PENGOBATAN ALTERNATIF."

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Progam Strata Satu (S1) Psikologi (S.Psi)

Devi Putri Suryaning Jannah

B07212006

PROGAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk memahami gambaran health belief model pada penderita kanker yang memilih dan menjalani pengobatan alternatif. Health Belief Model adalah model yang menggambarkan kepercayaan individu terhadap hidup sehat. Health Belief Model sendiri terdiri dari 5 dimensi, yaitu perceived suscepbility, perceived severity, perceived benefits, perceivd berriers, and cues to actions. Penelitian ini menggunkan3 subjek yang memilih daan menjalani pengobatan alternative di Sidoarjo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi. Penelitian ini menggunakan metode wawancara untuk mengumpulkan data dan analisis tematik berdasarkan teori Driven untuk menganalisa data. Berdasarkan penelitian ini, dapat diketahi bahwa seluruh subjek merasa rentan mengalami keparahan ketka menderita kanker, mereka juga meraka juga merasa rentan terhdap suatu ancaman ketika kanker tidak segera ditangani, namun seluruh subj tidak merasa rentan mengalami kesalahan metode penanganan ketika memilih dan menjalani pengobatan alternatif. Seluruh subjek lebih mempertimbangkan manfaat disbanding dengan rintangan ketika memilih dan menjalani pengobatan alternatif. Lingkungan, ketakutan terhadap pengobatan secara medis, biaya, dan dukungan keluarga menjadi stimulus seluruh subjek.

(7)

ABSTRACT

This riseach examined a described the Health Belief Model, on individuals who chose and underwent alternative medicine. Health belief model was a model to describe individual’s health belief. Health belif mdel consists of 5 dimentions, perceived suscepbility, perceived severity, perceived benefits, perceivd berriers, and cues to actions. This research involved 3 subject who chose and underwent alternative medicine in Sidoarjo. This risearch used qualitative approach withinstrumental case fenomenologi. This research usd interview to collected data and used thematic data analysis based on theory driven to analized data. From this research we can understand that all subject felt vulnerable to threat when the cancer occurred, they also felt vulnerable to threat when the cancer not threat immediately, bt all of them didn’t felt vulnerable if an incorrect procedure happen when they underwent alternative medicine. All of the subject considered he benefits than berriers when they chose and underwent alternative medicine. The envirotment, fear to medical procedure, costs, therapist, and the result of alternative medicine also be a stimulus for them to chose and underwent alternative medicine, they still used it because they felt benefits and profits.

(8)

D. Manfaaat Penelitian ... 7

E. Keaslian Penelitian ………. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Health belief model ... 11

1. Pengertian Health Belief Model ... 11

2. Pengetian Pengobatan Alternatif ... 20

3. Proses psikologi pemilihan pengobatan alternative ... 22

4. Kriteria pemilihan alternatif menurut teori Health Belief model ... 25

5. Penyebab individu memilih dan menjalani pengobatan alternative ... 26

B. Presepsi Teoritik... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

B. Lokasi Penelitian ... 34

C. Sumber Data ... 35

D. Cara Pengumpulan Data ... 44

E. Prosedur Analisis dan interpretasi Data ... 47

1. Analisis Sebelum di Lapangan ... 47

2. Analisis Selama di Lapangan ... 48

3. Interpretasi Data ... 51

F. Keabsahan Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek ... 55

(9)

3. Subjek 3 ... 60

B. Temuan Penelitian ... 61

1. Diskripsi temuan penelitian... 61

a. Subjek 1 ... 61

b. Subjek 2 ... 63

c. Subjek 3 ... 65

2. Analisis Temuan penelitian ... 66

C. Pembahasan ... 80

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 88

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(10)

DAFTAR TABEL

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti dan dipandang

sebagai penyebab utama kematian di seluruh dunia. Penyakit ini masih merupakan

ancaman bagi kesejahteraan dan kesehatan manusia pada umumnya. World Health

Organization (WHO) mengungkapkan terjadi peningkatan jumlah penderita

kanker setiap tahunnya hingga mencapai 6,25 juta orang dan dua pertiganya

berasal dari negara berkembang termasuk Indonesia.

National Cancer Institute mengungkapkan dari 7,6 juta kematian di dunia

yang terjadi akibat penyakit, 13,0% kematian tersebut disebabkan oleh penyakit

kanker dan 458 ribu adalah kasus kanker payudara.2 Kanker payudara merupakan

salah satu jenis kanker yang kejadiannya bermula dari sel-sel di payudara yang

tidak normal dan terus tumbuh berlipat ganda dan pada akhirnya membentuk

benjolan pada payudara. Pertumbuhan sel yang terus menerus akan menyebabkan

tingkat keparahan yang terus berlanjut pada payudara karena sel-sel akan

menyebar (metastasis) pada bagian tubuh lainnya sehingga berpeluang

menyebabkan kematian. Meskipun kanker payudara dianggap sebagai penyakit di

negara maju, namun mayoritas (69,0%) dari semua kematian kanker payudara

terjadi di negara berkembang.

Pada tahun 2006 (Leyva et all) melakukan penelitian pada 150 wanita di

Meksiko mengenai kepercayaan mereka terhadap kanker serviks dan Pap smear.

(12)

2

Pap smear. Para responden yang tidak melakukan Pap smear disebabkan karena

responden yakin bahwa kanker serviks tidak mudah terjadi pada dirinya dan

adanya penghalang untuk melakukan Pap smear.

Penelitian Abotchie PN pada tahun 2009 tentang skrining kanker serviks

menurut Health Belief Modelmasih rendahnya skrining kanker serviks disebabkan

oleh tiga faktor yaitu kurangnya kepercayaan bahwa skrining dapat mendeteksi

kanker serviks, dan kepercayaan bahwa Pap smear bersifat nyeri, serta dapat

merusak keperawanan.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Abdullah di Malaysia pada tahun 2011,

didapatkan hasilkurangnya tindakan skrining terhadap kanker serviks, akibat

adanya penghalang yang dirasakan bahkan hal ini juga dialami pada wanita

beredukasi tinggi. Diperlukan adanya promosi kesehatan dan edukasi pada segala

tingkat pendidikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sirait, et al (2003) di rumah sakit Dharmais

Jakarta menunjukkan bahwa penderita baru memeriksakan diri ke rumah sakit

pada stadium lanjut.Sebanyak 40.8 % penderita pada Stadium III dan 36.4%

stadium II, sedangkan stadium I hanya 8.4%.Keadaan ini memperlihatkan bahwa

kesadaran penderita untuk berobat masih rendah karena penyakit kanker serviks

jarang menunjukkan gejala-gejala yang mengganggu pada stadium awal, sehingga

penderita kurang memperhatikannya.

Usaha yang dilakukan pasien untuk menyembuhkan penyakitnya misalnya

dengan melaksanakan pengobatan. Jenis pengobatan kanker payudara terdiri atas

(13)

3

melalui infus, radioterapi yang berupa proses penyinaran sel kanker dengan

menggunakan sinar X dan sinar gamma, mastektomi yakni berupa pembedahan

atau pengangkatan sel-sel kanker payudara dengan cara operasi.5 Pelaksanaan

pengobatan dapat menimbulkan dampak yang telah ditemukan menjadi respon

psikologis yang dapat menekan kondisi pengidap kanker payudara seperti adanya

perubahan citra tubuh akibat perubahan fisik.

Pengobatan alternatif menjadi sebuah topik yang sedang marak-maraknya

beberapa tahun ini. Pengobatan ini menjadi salah satu usaha yang dilakukan oleh

masyarakat untuk menyelesaikan permasalah kesehatan yang sedang mereka

alami. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eisenberg dkk (1996)

diperkirakan bahwa sebanyak 425 juta orang di Amerika melakukan kunjungan ke

pengobatan alternatif, jumlah tersebut melebihi angka dari kunjungan masyarakat

Amerika ke dokter (Weiss dan Lynne, 1996 dalam Novitasari , 2010). Sementara

di Indonesia dari data yang diperoleh BPS tahun 2003 menunjukkan bahwa

sebanyak 30,67% dari penduduk Indonesia menggunakan pengobatan alternatif

untuk mengatasi permasalahan terkait kesehatan mereka. Persentase tersebut

meningkat dua kali lipat dari tahun 1999 (Jauhari, Utami, & Padmawati, 2008).

Penelitian Jauhari dkk tahun 2008 menunjukkan bahwa banyak faktor yang

mempengaruhi masyarakat dalam pemanfaatan pengobatan alternatif. Beberapa

faktor-faktor itu antara lain faktor pengalaman, ekonomi, kebudayaan. Fenomena

pengobatan alternatif tersebut disebut etnomedisin. Etnomedisin adalah sebuah

(14)

4

merupakan hasil dari perkembangan kebudayaan asli, eksplisit dan tidak berasal

dari kerangka kedokteran modern (Anderson dan Foster, 1986).

Pemilihan sumber pengobatan yang dilakukan oleh penduduk Indonesia

yang mengeluhkan sakit, persentase terbesar 66,82% penduduk yang mengobati

sendiri dan berobat jalan 45,80%. Serta persentase penduduk Indonesia yang

menggunakan obat tradisional adalah 23,63% (BPS, 2011). Hal tersebut cukup

menarik, dikarenakan masih banyak masyarakat yang kurang memanfaatkan

pelayanan kesehatan dengan banyaknya masyarakat yang lebih memilih untuk

mengobati penyakitnya sendiri (Depkes).

Di Indonesia, pengobatan alternatif masih dijadikan salah satu pilihan oleh

penduduknya. Fakta yang diperoleh dari survey ekonomi nasional pada tahun

2001 menghadirkan fakta, bahwa 9,8% penduduk Indonesia masih menggunakan

pengobatan tradisional (Depkes, 2012). Sebagian masyarakat masih menggunakan

pelayanan kesehatan dari pengobatan tradisional. Pada tahun 2003, sebanyak

30,67% penduduk Indonesia menggunakan pengobatan alternatif. Selain itu, pada

tahun 2014 pemanfaatan obat tradisional yang merupakan bagian dari pengobatan

alternatif mempunyai angka yang lebih dari 2 kali lipat dari tahun 1999 yaitu

32,87% dibandingkan dengan 15,04% (Badan Pusat Statistik, 2014). Data tersebut

menunjukkan adanya kecenderungan semakin meningkatnya penggunaan

pengobatan alternatif di masyarakat. Peningkatan penggunaan pengobatan

alternatif ini didukung oleh maraknya iklan-iklan pengobatan alternatif di media

cetak dan acara-acara konsultasi pengobatan alternatif di media elektronik seperti

(15)

5

Pemilihan sumber pengobatan yang dilakukan oleh penduduk Indonesia

yang mengeluhkan sakit, persentase terbesar 66,82% penduduk yang mengobati

sendiri dan berobat jalan 45,80%. Serta persentase penduduk Indonesia yang

menggunakan obat tradisionaltermasukpengobatanalternatif adalah 23,63% (BPS,

2011). Hal tersebut cukup menarik, dikarenakan masih banyak masyarakat yang

kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan banyaknya masyarakat yang

lebih memilih untuk mengobati penyakitnya sendiri.

Alasan lain yang melatar belakangi peneliti menggunakan Health Belief

Model untuk menjelaskan bagaimana individu memilih dan menjalani pengobatan

alternatif untuk menyembuhkan penyakit kaker yang diderita pasien adalah

adanya asumsi berdasarkan berbagai penelitian sebelumnya bahwa kondisi

psikologis yang mencakup kecemasan akan resiko dan hasil yang tidak diinginkan

jika memilih pengobatan secara konvensional atau medis. Factor demografis juga

dapat mempengaruhi Health Belief Model individu (Resenstock, 1974), selain itu

factor psikologis juga mempengaruhi Health Belief Model individu (Conner &

Norman, 2003), sehingga individu melakukan perilaku hidup sehat, yang dalam

penelitian sebelumnya adalah perilaku memilih dan menjalani pengobatan secara

alternatif.

Penelitian ini menggunakan teori Health Belief Model karena model ini

dapat mengatasi permasalahan pada perilaku sehat dan dapat meningkatkan

perhatian individu pada kesehatan (Renuka & Pushpanjali, 2014). Penelitian

(16)

6

antara keyakinan akan kesehatan yang dimiliki oleh individu sehingga

memunculkan suatu perilaku sehat (Renuaka & Pushpanjali, 2014).

Health Belief Model berfokus pada presepsi ancaman dan evaluasi perilaku

terkait kesehatan sebagai aspek utama untuk memahami bagaimana seseoang

mempresentasikan tindakan sehat (Strecher dan oenstock, 1997).Presepsi ancaman

terdiri atas dua jenis keyakinan utama.Kerentanan terhadap sakit yang dirasakn

(perceived susceptibility) bagi masalah kesehatan mencerminkan kalau setiap

individu percaya bahwa mereka menderita sakit atau bahkan sembuh.

Seperti model kognisi sosial lainnya mengenai perilaku sehat, Health

Belief Model memiliki kegunaan potensial karena telah mengidentifikasi sejumlah

factor kunci yang penting un tuk memprediksi apakah seseorang akan menjalani

perilaku proteksi kesehatan atau tidak. Karena konstruk teori ini adalah prediksi

tentang perilaku sehat, mengubah keyakinan ini akan mengarah kepada perubahan

perilaku.

Penelitian ini dilakukan karena semakin banyak individu yang lebih

memilih alternatif sebagai cara untuk menyembuhkan segala penyakit. Bahkan

meyakini pengobatan alternatif yang ampuh dan tanpa efek samping yang

menakutkan sehingga menimbulkan kekhawatiran. Dalam penelitian ini Health

Belief Model sangat penting bagi psikologi kesehatan karena menyediakan

deskripsi tentang sejumlah factor berbasis kognitif yang dianggap signifikan

dalam memahami proses pengambilan keputusan di dalam perilaku sehat dan

(17)

7

Pembentukan keputusan untuk menjalani perilaku sehat, individu

memadukan suatu bentuk berfikir rasional dan memfokuskan sejulah factor yang

berbasis kognitif secara serentak.Bentuk pengambilan keputusan-keputusan

rasional meliputi analisa biaya dan keuntungan mengenai presepsi terkait ancaman

sakit dan juga analisis tentang seberapa menguntungkan atau tidaknya arah suatu

tindakan keehatan yang dialami individu. Dengan pengetahuan konseptual

semacam itu, mestinya memungkinkan secara hipotesis untuk mengubah

jenis-jenis proses berfikir ini untuk bisa mengubah perilaku melalui intervensi yang

bertujuan untuk meningkatkan kesehatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dipaparkan di atas,

menjelaskan tentang rumusan masalah yaitu bagaimana “ Gambaran Health Belief

Model pada pasien kanker yang memilih atau menjalani pengobatan alternatif”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar peneliti maupun

pembacamengetahui latar belakang “Gambaran Health Belief Model pada

Penderita Kanker yang Memilih dan Menjalani Pengobatan Alternatif.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfat Teoritis

a. Untuk mengembangkan keilmuan dibidang psikologi, terutama

psikologi kesehatan.

b. Untuk menambah khasanah kajian ilmiah dalam pembelajaran

(18)

8

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti: Memberikan pengalaman kepada peneliti untuk

menerapkan dan menambah wawasan dalam penerapan teori dan

pengetahuan yang diterima di dalam perkuliahan pada kegiatan nyata.

Terutama bagi psikologi klinis dalam menganalisa bagaimana system

Health Belief Model dapat terjadi pada penentuan pelayanan kesehatan

atau pemilihan pengobatan alternatif untuk menyembuhkan atau

mencegah penyakit.

b. Dapat menambah pengetahuan beberapa gambaran individu tentang

bagaimana Health Belief Model yang diyakini sehingga menghasilkan

perilaku sehat sebagaimana memilih dan menjalani pengobatan

alternatif sebagai penanganan penyakit individu yang mengalami sakit

kanker.

E. Keaslian Penelitian

Sejauh pengetahuan peneliti terdapat beberapa penelitian yang

berhubungan dengan peneliti, yaitu : Aditya dan Afif (2015) Gambaran Health

Belief Model pada individu yang memlih dan menjalani pengobatan

alternatif(Tradisional Sangkal Putung). Penelitian ini memiliki 2, responden

responden satu masih ragu untuk menjalan pengobatan tradisional fraktur dan

respoden yang lain tidak rentan mengalami kesalahan penanganan. Lokasi

penelitian yang berbeda karena subjek penelitian yang berbeda.untuk hasil

penelitian terdahulu responden merasa rentan terhadap suatu penyakit dan saat

(19)

9

kesalahan dalam penanganan. Kedua responden lebih mempertimbangkan

manfaat yang diperoleh pada saat berobat di sangkal putung.Responden juga

memilih lokasi tersebut dengan tidak mempertimbangkan kendala pada saat

penanganan.Lingkungan sekitar responden karakteristik psikologis, dan kondisi

demografis menjadi stimulus bagi responden untuk memilih pengobatan sangkal

putung.

Penelitian ke dua yaitu Motivasi dan Kepercayaan Pasien untuk Berobat

ke Sinse, didalam penelitan tersebut dijelaskan bahwa Sebagian masyarakat masih

menggunakanpelayanan kesehatan dari pengobatan tradisional menurut penelitian

tersebut dijelaskan bahwa pengobatan alternatif adalah jenis pengobatan yang

sudah ada sejak turun temurun dan dipengaruhi adat dan budaya suatu

daerah.Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasipasien berobat ke sinse

timbul karena pasienmempunyai kepercayaan yang salah tentangpengobatan

konvensional. Kepercayaan tersebutadalah adanya kegagalan atau

ketidakpastianpengobatan konvensional, ketakutan akanpenggunaan obat kimia

yang berlebihan serta adanyatindakan operasi pada penyakit tertentu.

Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang “GAMBARAN HEALTH

BELIEF MODEL PADA PENDERITA KANKER YANG MEMILIH DAN

MENJALANI PENGOBATAN ALTERATIF” peneliti menggambarkan tentang

penelitian bagaimana gambaran keyakinan sehat yang menjadi fenomena

masyarakat yang lebih memilih dan menjalani pengobatan alternatif, dengan

alasan karena rentan biaya pengobatan medis dan alternatif terlampau jauh.

(20)

10

alasan tersebut sudah terlalu umum bahkan sangat sering digunakan sebagai

alasan untuk tidak melakukan pengobatan medis. Peneliti juga menggambarkan

tentang subjek penelitian yang berjumlah 3 subjek yaitu laki-laki maupun

perempuan, memiliki usia berkisar 25 hingga 60 tahun yang memiliki profesi

maupun pengetahuan tentang pengobatan medis maupun alternatif. Menggunakan

metode wawancara sistematik yaitu peneliti menyiapkan guide

(pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara) secara tertulis. Dalam penelitian nantinya akan

diperdalam lagi bagaimana subjek meyakini bahwa tindakan yang dilakukan

setiap pengobatan mampu erubah keadaannya semakin membaik atau berangsur

pulih.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah adanya subjek

yang lebih banyak, melibatkan significant other, tempat penelitian yang tidak

dibatasi oleh satu tempat, wawancara yang mendalam dengan subjek dan

significant other yang didukung data-data penelitian terdahulu, subjek yang

digunakan adalah penderita kanker yaitu penyakit yang mematikan yang

diakibatkan oleh perkembangan sel penyakit yang bisa menyebar ke seluruh

bagian tubuh individu penderitanya, penelitian ini juga tidak terpaut dengan satu

jenis penanganan pengobatan alternatif. Dalam penelitian ini meneliti tentang

Health Belief Model pada penderita kanker. Sedangkan persamaan penelitian ini

dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama menggunakan metode penelitian

kualitatif dan wawancara, serta subjek yang mengalami kerentanan terhadap sakit

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Health belief model

1. Pengertian health belief model

Health belief model dikemukakan pertama kali oleh Resenstock 1966,

kemudian disempurnakan oleh Becker, dkk 1970 dan 1980.Sejak tahun 1974,

teori Health belief model telah menjadi perhatian para peneliti.Model teori ini

merupakan formulasi konseptual untuk mengetahui persepsi individu apakah

mereka menerima atau tidak tentang kesehatan mereka. Variabel yang dinilai

meliputi keinginan individu untuk menghindari kesakitan, kepercayaan mereka

bahwa terdapat usaha agar menghindari penyakit tersebut.

Menurut World Health Organization (WHO) yang dimaksud dengan sehat

atau health adalah suatu kondisi tubuh yang lengkap secara jasmani, mental, dan

sosial, dan tidak hanya sekedar terbebas dari suatu penyakit dan ketidakmampuan

atau kecacatan, sedangkan menurut UU No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan,

kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial

yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomi.

Belief dalam bahasa inggris artinya percaya atau keyakinan. Menurut

peneliti belief adalah keyakinan terhadap sesuatu yang menimbulkan perilaku

(22)

12

berpengaruh terhadap nilai ujian. Jenis kepercayaan tersebut terkadang tanpa

didukung teori teori lain yang dapat dijelaskan secara logika.

Model adalah seseorang yang bisa dijadikan panutan atau contoh dalam

perilaku, cita-cita dan tujuan hidup yang akan dicapai individu. Biasanya teori

modeling ini sangat efektif pada perkembangan anak di usia dini, namun dalam

materi peneliti kali ini teori modeling di umpakan sebuah issue atau pengalaman

pengobatan dari seseorang yang memiliki riwayat sakit yang sama dan memilih

serta menjalani pengobatan alternative yang mendapatkan hasil yang positif.

Health belief model merupakan suatu konsep yang mengungkapkan alasan

dari individu untuk mau atau tidak mau melakukan perilaku sehat (Janz & Becker,

1984).Health belief model juga dapat diartikan sebagai sebuah konstruk teoretis

mengenai kepercayaan individu dalam berperilaku sehat (Conner, 2005).

Health belief model adalah suatu model yang digunakan untuk

menggambarkan kepercayaan individu terhadap perilaku hidup sehat, sehingga

individu akan melakukan perilaku sehat, perilaku sehat tersebut dapat berupa

perilaku pencegahan maupun penggunaan fasilitas kesehatan.Health belief model

ini sering digunakan untuk memprediksi perilaku kesehatan preventif dan juga

respon perilaku untuk pengobatan pasien dengan penyakit akut dan kronis.Namun

akhir-akhir ini teori Health belief model digunakan sebagai prediksi berbagai

perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.

Konsep utama dari health belief model adalah perilaku sehat ditentukan

oleh kepercaaan individu atau presepsi tentang penyakit dan sarana yang tersedia

(23)

13

awalnya dikembangkan pada tahun 1950an Oleh sekelompok psikolog sosial di

Pelayanan Kesehatan Masyarakat Amerika Serikat, dalam usaha untuk

menjelaskan kegagalan secara luas partisipasi masyarakat dalam program

pencegahan atau deteksi penyakit. Kemudian, model diperluas untuk melihat

respon masyarakat terhadap gejala-gejala penyakit dan bagaimana perilaku

mereka terhadap penyakit yang didiagnosa, terutama berhubungan dengan

pemenuhan penanganan medis.Oleh karena itu, lebih dari tiga dekade, model ini

telah menjadi salah satu model yang paling berpengaruh dan secara luas

menggunakan pendekatan psikososial untuk menjelaskan hubungan antara

perilaku dengan kesehatan.

Dari pengertian-pengertian mengenai health belief model yang sudah

dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa health belief model adalah model yang

menspesifikasikan bagaimana individu secara kognitif menunjukkan perilaku

sehat maupun usaha untuk menuju sehat atau penyembuhan suatu penyakit.

Health belief model ini didasari oleh keyakinan atau kepercayaan individu tentang

perilaku sehat maupun pengobatan tertentu yang bisa membuat diri individu

tersebut sehat ataupun sembuh.

Health belief model ini awalnya dikonsep oleh Rosenstock (1974)

kemudian dikaji lebih lanjut oleh Becker dkk (1974) health belief model

dikembangkan untuk memahami sejumlah factor psikologis berbasis keyakinan

didalam pengambilan keputusan terkait kesehatan dan perilaku sehat. Seperti

model lain (teori perilaku terencana dan teori tindakan rasional), health belief

(24)

14

lanjutan perilaku berdasarkan keyakinan individu yang dapat diprediksi dan

menghasilkan sebuah perilaku, sehingga dapat meneliti nilai yang melekat pada

hasil perilaku.

Dipertengahan 20a-an para peneliti kesehatan di AS mulai menyoroti

bagaimana cara paling efektif melakukan intervensi pendidikan kesehatan. Para

peneliti ini tertarik untuk mengidentifikasi factor-faktor yang dapat memprediksi

kepuusan untuk melakukan perilaku sehat. Health belef model ini berfokus pada

presepsi ancamandan evaluasi perilaku terkait kesehatan sebagai aspek primer

untuk memahamii bagaimana seseoran mempresentasikan tindakan sehat

(Strecher dan Rosenstock, 1997)

Perkembangan dari HBM tumbuh pesat dengan sukses yang terbatas pada

berbagai program Pelayanan Kesehatan Masyarakat di tahun 1950-an. Apabila

individu bertindak untuk melawan atau mengobati penyakitnya, ada empat

variabel kunci dua tambahan yang baru-baru ini diungkapkan para ahli yang

terlibat didalam tindakan tersebut, yakni kerentanan yang dirasakan terhadap

suatu penyakit, keseriusan yang dirasakan, manfaat yang diterima dan rintangan

yang dialami dalam tindakan melawan penyakitnya, dan hal-hal yang memotivasi

tindakan tersebut. Di mana komponen-komponennya disebutkan di bawah ini.

Gambaraa Health belief model terdiri dari 6 dimensi, diantaranya:

a. Perceived susceptibility atau kerentanan yang dirasakankonstruk tentang

resiko atau kerentanan (susceptibility) personal, Hal ini mengacu pada

persepsi subyektif seseorang menyangkut risiko dari kondisi kesehatannya. Di

(25)

15

terhadap hasil diagnosa, perkiraan pribadi terhadap adanya resusceptibilily

(timbul kepekaan kembali), dan susceptibilily (kepekaan) terhadap penyakit

secara umum.

b. Perceived severity atau kesriuasan yang dirasa.Perasaan mengenai keseriusan

terhadap suatu penyakit, meliputikegiatan evaluasi terhadap konsekuensi

klinis dan medis (sebagai contoh, kematian, cacat, dan sakit) dan konsekuensi

sosial yang mungkin terjadi (seperti efek pada pekerjaan, kehidupan keluarga,

dan hubungan sosial). Banyak ahli yang menggabungkan kedua komponen

diatas sebagai ancaman yangdirasakan (perceived threat).

c. Perceived benefitsm, manfaat yang dirasakan.Penerimaan susceptibility

sesorang terhadap suatu kondisi yang dipercaya dapat menimbulkan

keseriusan (perceived threat) adalah mendorong untuk menghasilkan suatu

kekuatan yang mendukung kearah perubahan perilaku. Ini tergantung pada

kepercayaan seseorang terhadap efektivitas dari berbagai upaya yang tersedia

dalammengurangi ancaman penyakit, atau keuntungan-keuntungan

yangdirasakan (perceived benefit) dalam mengambil upaya-upaya kesehatan

tersebut. Ketika seorang memperlihatkan suatu kepercayaan terhadap adanya

kepekaan (susceptibility) dan keseriusan (seriousness), sering tidak diharapkan

untuk menerima apapun upaya kesehatan yang direkomendasikan kecuali jika

upaya tersebut dirasa manjur dan cocok.

d. Perceived barriers atau hambatan yang dirasakan untuk berubah, atau apabila

individu menghadapi rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan

(26)

16

Aspek-aspek negatif yang potensial dalam suatu upaya kesehatan (seperti:

ketidakpastian, efek samping), atau penghalang yang dirasakan (seperti:

khawatir tidak cocok, tidak senang, gugup), yang mungkin berperan sebagai

halangan untuk merekomendasikan suatu perilaku.

e. Health motivation dimana konstruk ini terkait dengan motivasi individu untuk

selalu hidup sehat. Terdiri atas kontrol terhadap kondisi kesehatannya serta

health value (Conner, 2005).

f. Cues to action suatu perilaku dipengaruhi oleh suatu hal yang menjadi isyarat

bagi seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku. (Becker dkk,

1997 dalam Conner & Norman, 2003). Isyarat-isyarat yang berupa

faktor-faktor eksternal maupun internal, misalnya pesan-pesan pada media massa,

nasihat atau anjuran kawan atau anggota keluarga lain, aspek sosiodemografis

misalnya tingkat pendidikan, lingkungan tempat tinggal, pengasuhan dan

pengawasan orang tua, pergaulan dengan teman, agama, suku, keadaan

ekonomi, sosial, dan budaya, self-efficacy yaitu keyakinan seseorang bahwa

dia mempunyai kemampuan untuk melakukan atau menampilkan suatu

perilaku tertentu.

Health belief model dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor

demografis (Rosenstock, 1974 dalam Conner & Norman, 2003), karakteristik

psikologis (Conner & Norman, 2003), dan juga dipengaruhi oleh structural

variable, contohnya adalah ilmu pengetahuan (Sarafino, 1994).

Faktor demografis yang mempengaruhi health belief model individu

(27)

17

menengah kebawah memiliki pengetahuan yang kurang tentang faktor yang

menjadi penyebab suatu penyakit (Hossack & Leff, 1987 dalam Sarafino, 1994).

Faktor demografis (Rosenstock, 1974 dalam Conner & Norman, 2003),

karakteristik psikologis (Conner & Norman, 2003), dan structural variable

(Sarafino, 1994), pada akhirnya mempengaruhi health belief model pada individu

yang mengalami fraktur.

Edukasi merupakan faktor yang penting sehingga mempengaruhi health

belief model individu (Bayat dkk, 2013). Kurangnya pengetahuan akan

menyebabkan individu merasa tidak rentan terhadap gangguan, yang dalam suatu

penelitian yang dilakukan oleh Edmonds dan kawan – kawan adalah osteoporosis

(Edmonds dkk, 2012). Karakteristik psikololgis merupakan faktor yang

mempengaruhi health belief model individu (Conner & Norman, 2003). Dalam

penelitian ini, karakteristik psikologis yang mempengaruhi health belief model

kedua responden adalah ketakutan kedua responden menjalani pengobatan secara

medis.

Beberapa factor Health belief model berbasis kognitif (seperti keyakinan

dan sikap) dan berkaitan dengan proses berfikir yang terlibat dalam pengambilan

keputusan individu dalam menentukan cara sehat individu. Dalam kajian

psikologi kesehatan, persepsi individu dalam melakukan atau memilih perilaku

sehat dikaji dalam teori Health belief model (HBM). HBM adalah model

kepercayaan kesehatan individu dalam menentukan sikap melakukan atau tidak

(28)

18

Teori Health belief model menghipotesiskan terdapat hubungan aksi

dengan faktor berikut:

1) Motivasi yang cukup kuat untuk mencapai kondisi yang sehat.

2) Kepercayaan bahwa seseorang dapat menderita penyakit serius dan dapat

menimbulkan sekuele.

3) Kepercayaan bahwa terdapat usaha untuk menghindari penyakit tersebut

walaupun hal tersebut berhubungan dengan finansial.

Health belief model juga dapat menjelaskan tentang perilaku pencegahan

pada individu.Hal ini menjelaskan mengapa terdapat individu yang mau

mengambil tindakan pencegahan, mengikuti skrining, dan mengontrol penyakit

yang ada.

Perilaku responden juga dapat ditinjau dari pendekatan modelling dan

operant conditioning, sehingga perilaku berubah karena konsekuensinya

(Sarafino, 1994). Modelling dilakukan dengan cara memperhatikan perilaku orang

lain (Bandura, 1969), melakukan observasi dan melakukan modelling terhadap

urutan perilaku dapat merubah perilaku hidup sehat secara efektif (Sarson dkk,

1991).

Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Rosenstock adalah

sebagai berikut:

a) Ancaman

1. Presepsi tentang kerentanan diri terhadap bahaya penyakit (atau

kesedian menerima diagnosa sakit)

(29)

19

b) Harapan

1. Presepsi tentang keuntungan suatu tindakan

2. Presepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan suatu

tindakan.

c) Pencetus tindakan : media, pengaruh orang lain dan hal-hal yang

mengingatkan (reminder)

d) Faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin atau

gender, suku bangsa).

e) Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan

tindakan itu) (Anonim, 2012)

Untuk mempermudah memahami gambaran Health Belief Model (lihat Bagan 1)

Bagan 1

(30)

20

2. Pengertian Pengobatan Alternatif

Menurut Kuntari (2008), paradigma pemahaman tentang pengobatan

alternatif sebenarnya merupakan ekspresi dari rasa frustrasi dan respon

masyarakat terhadap tingginya biaya pengobatan dan kesehatan secara medis.

Padahal, jika dikalkulasikan dengan cermat, upaya ikhtiar mencari kesembuhan

dengan berobat ke dukun, paranormal dan jasa penghusada lainnya, biayanya bisa

jadi lebih mahal, jika dibandingkan dengan pengobatan medis secara ilmiah dan

tidak sedikit juga yang berujung dengan hal-hal yang tidak diinginkan seperti

penyakitnya bertambah parah dan kematian. Seringkali pasien baru kembali

berobat medis ketika efek pengobatan tersebut menunjukkan gejala-gejala

semakin berbahaya atau memburuk. Banyak sekali dokter yang harus mau

menerima pasien setelah tubuh si pasien menjalani dan menerima berbagai jenis

terapi yang memberikan efek yang buruk bagi tubuh dan makin memperlambat

pemberian terapi ilmiah (Kuntari, 2012).

Pengobatan alternative sering ditukar istilah dengan pengobatan

tradisional. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (W.H.O) ada beberapa macam

pengobatan alternative yang dibeda-bedakan dengan cara pengobatannya.

Pengobatan alternative juga bisa diartikan sebagai jenis pengobatan yang

dilakukan diri sendiri dengan melakukan pola hidup sehat dan pola makan yang

sehat pula. Sedangkan pengobatan tradisional biasanya idntik dengan pengobatan

melalui jamu-jamuan dan cara pengobatan terdahulu yang sudah digunakan sejak

(31)

21

Menurut peneliti Pengobatan alternative adalah ketika pengobatan modern

tidak mampu menangani seluruh masalah kesehatan.Pengobatan alternative juga

disebut pengobatan pengganti yang dicari orang dibedakan dengan pengobatan

modern yang kita kenal sekarang ini sebagai hasil perkembangan ilmu

pengetahuan (bersifat ilmiah).Pada abad ke -19 sejak pengobatan modern

berkembang penemuan bakteri dan mikroskop sehingga para ahli menyimpulkan

bahwa setiap penyakit ada penyebab yang jelas sehingga dapat dicarikan obatnya.

Sebelum cara ini ditemukan ada metode pengobatan tradisional yang berdasarkan

pada anggapan bahwa penyakit disebabkan oleh roh-roh jahat yang mengganggu

seseorang atau bahwa penyakit disebabkan oleh ketidak seimbangan energi dalam

tubuh (misalnya yin-yang).

Manusia terdiri dari dua aspek yang saling berkaitan (holistik) dan bukan

dua aspek yang terpisah secara dikotomik (badan dan jiwa).Berdasarkan hal itu,

realita dan pengobatan penyakit harus mencakup keduanya, jadi lebih tepat

disebut sebagai pengobatan komplimenter (dengan pengertian saling melengkapi)

dari pada “alternative” yang dimaknakan sebagai pengganti.

Menurut kamus kesehatan istilah alternatif mengacu pada berbagai

perawatan yang biasanya tidak diklasifikasikan sebagai tradisi “pengobatan

Barat”. Biasanya pengobatan alternatif ini juga mencakup perawatan jamu,

biofeedback, bekam, gurah, homeopati dan akupuntur yang semua itu tidak

termasuk sebagai praktik standart dalam system pengobatan kedokteran.

Filosofi pengobatan alternative sendiri biasanya menekankan promosi

(32)

22

tubuh, serta olahraga, gizi dan bentuk lain dari perawatan diri sendiri. Biasanya

pengobatan alternative menggunakan bahasa yang komunikatif dan gampang

dimengerti pasiennya (bukan bahasa yang menggunakan istilah medis).Tak jarang

penggunaan bahasa komunikasi yang digunakan menggunakan unsure motivasi

kesehatan yang menuntun pasiennya agar lebih menjaga kesehatan dan berfikir

positif untuk mencapai kesembuhan.

3. Proses psikologi dalam pemilihan pengobatan alternative sebagai penanganan

kesehatan menurut teori health belief model

Perilaku kesehatan individu untuk menentukan pilihan individu terhadap

berbagai fasilitas kesehatan mana yang akan digunakan untuk mendapakan

penanganan sakit yang dialami individu tersebut. Perilaku tersebut dipengaruhi

oleh kepercayaan individu terhadap kesehatan. Health belief model menjadi dasar

dalam perilaku individu ini. Variable-variabel pada kerangka teorinya adalah

presepsi terhadap kerentanan (perceived susceptibility), presepsi terhadap

keseriusan sakit (perceived severity), yang merupakan presepsi terhadap ancaman

sakit (perceived treat), presepsi terhadap manfaat dan rintangan-rintangan

(perceived benefit and barriers), serta isyarat atau tanda-tanda pendorong (cues to

action) (Lewin, 1954; Becker, 1974 dalam Glanz, 2012).Selain teori health belief

model tersebut memperlihatkan bahwa perilaku kesehatan bergantung pada tiga

jenis factor yaitu:

a. Faktor motivasi untuk mengobati sakitnya.

(33)

23

c. Faktor kepercayaan akan mendapatkan manfaat maupun rintangan yang

dilakukan (Kitko, Lisa., et al, 2008).

Factor-faktor ini memperlihatkan variable yang menentukan seseorang

dalam memilih tindakan yang akan didapatkan untuk mengobati sakitnya. Factor

pelayanan kesehatan dan kepercayaan terhadap penyediaan layanan

mempengaruhi perilaku individu dalam health seeking. Selain itu factor isyarat

dan tanda-tanda pendorong juga turut mempengaruhi health seeking behavior

pasien (Notoatmodjo, 2010).

Pencarian pengobatan dilakukan ketika salah satu anggota keluarga yang

benar-benar sakit dan membutuhkan pertolongan kemudian barulah orang sakit

dan keluarganya mencari informasi atau mengunjungi fasilitas kesehatan untuk

mengobati sakitnya. Masyarakat yang mendapat penyakit dan tidak merasakan

sakit tidak akanbertindak terhadap penyakitnya. Mereka baru akan bertindak

ketika penyakit yang diserang menimbulkan rasa sakit, maka barulah timbul

berbagai macam perilaku dan usaha (Notoatmodjo, 2007) antara lain:

a. Tidak bertindak apa-apa (no action)

Masyarakat yang mengalami situasi ini, kondisi yang dialami tidak

akan mengganggu kegiatan mereka dan menganggap bahwa gejala

yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya dan lebih

(34)

24

b. Pengobatan sendiri (self treatment)

Masyarakat pada situasi ini beranggapan bahwa pengobatan dengan

usaha sendiri dapat mendatangkan kesembuhan.Hal ini mengakibatkan

pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan.

c. Pengobatan Alternative (tradisional remedy)

Pada umumnya, masyarakat pada situasi ini masyarakat pedesaan yang

menganggap bahwa sehat-sakit bagian dari kebudayaan yang hanya

bisa diobati dengan menggunakan pengobatan alternative yang

ditangani langsung oleh dukun atau pakar pengobatan tersebut.

d. Mencari Pengobatan modern baik yang disediakan oleh pemerintah

maupun swasta seperti puskesmas dan rumah sakit.

Masalah kesehatan masyarakat, terutama diIndonesia, terdapat dua aspek

yaitu aspek fisik seperti ketersediaan sarana kesehatan dan pengobatan penyakit,

sedangkan aspek non–fisik yang berkaitan dengan perilaku kesehatan masyarakat.

Kedua aspek tersebut saling berkaitan yaitu aspek perilaku dalam menentukan

sarana kesehatan yang dipilih dan pengobatan penyakit yang merupakan aspek

non–fisik perilaku individu atau kelompok dengan kemungkinan besar yang

mengalami keluhan kesehatan tetapi masyarakat lebih memilih untuk pergi

ketempat pelayanan kesehatan medis ataupun memilih alternatif pengobatan yang

lain. Penentuan individu dalam memilih pengobatan oleh pasien dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang mempengaruhi individu untuk memenuhi keinginannya

(35)

25

4. Kriteria pemilihan pengobatan alternative menurut teori Health belief model

Kriteria yang dimaksud adalah bagaimana seseorang memutuskan untuk

menggunakan pengobatan alternative dengan berbagai alasan yang menurutnya

logis untuk dilakukan. Salah satu alasan seseorang memilih pengobatan

alternative salah satunya adalah keterbatasan biaya untuk menjalani serangkaian

pelayanan kesehatan medis, mengalami ketakutan, kecemasan akan hasil operasi

yang tidak sesuai, ketakutan akan dampak negative pasca operasi ketergantungan

obat dan beban psikologis lain yang harus di tanggung pasien maupun pihak

keluarga.

Pemilihan pengobatan alternative ini terkadang menjadi opsi terakhir atau

bahkan menjadi tujuan utama yang dilakukan individu untuk mencapai

kesembuhan, dalam riwayat kanker yang selalu merujukkan pasien untuk operasi

jika obat jalan dan terapi sudah tidak mampu mengatasi penyakit kanker, bahkan

membuat individu yang sudah didiagnosa oleh dokter tidak mengindahkan hal

tersebut. Individu akan mencari cara lain agar dirinya tidak menjalani operasi.

Individu merasakan lebih nyaman saat menjalani pengobatan alternatif,

serta meyakini pengobatan tersebut membawa dampak positif bagi peningkatan

kesehatan.Rasa nyaman dan damai inilah yang membuat sel kanker tumbuh secara

lambat. Meski belum bisa dipastikan secara jelas ketenangan batin bisa

menghilangkan sel-sel kanker yang ada di dalam tubuh pasien.

5. Penyebab individu memilih dan menjalani pengobatan alternative

Penentuan individu dalam memilih pengobatan oleh pasien dipengaruhi

(36)

26

untuk sembuh dan sehat. Penentuan pemilihan pengobatan yang dilakukan

masyarakat, dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sepertipengetahuan,

masalahbiaya pengobatan, ketidakpuasan terhadap hasil pengobatan, ketidak

puasan dengan pelayanan yang diterima dalam menjalani pengobatan, beberapa

kasus malpraktek, dan letak tempat pelayanan kesehatan.

Individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi,

pemahaman dan penafsiran atas suatu obyek stimulus atau situasi tertentu.

Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai

tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat (Batubara, 2009).

Tingkat sosial ekonomi merupakan menggambarkan kedudukan seseorang

dalam bermasyarakat yang biasanya ditentukan oleh unsur pendidikan, pekerjaan,

dan pendapatan yaitu kelompok tinggi, kelompok menengah, dan kelompok

rendah. Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi seseorangdapat menentukan

suatu pilihan pengobatan yang ada sesuai dengan kemampuannya.

Individu yang berbeda suku bangsa, pekerjaan, atau tingkat pendidikan

mempunyai kecenderungan yang tidak sama dalam mengerti dan bereaksi

terhadap kesehatan mereka. Didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dengan

latar belakang struktur sosial yang bertentangan akan menggunakan pelayanan

kesehatan dengan cara yang tertentu pula (Notoatmodjo, 2012). Pendapatan dapat

digunakan sebagai ukuran kesanggupan seseorang untuk memperoleh pelayanan

(37)

27

Proses Health belief model dalam pemilihan pengobatan alternative

Presepsi Individu Faktor Perubahan

Kemungkinan Melakukan penyembuhan

Tindakan pencegahan atau

penyembuhan

Iklan, saran dari orang lain, pengalaman keluarga, artikel

dan koran MEDIS

Presepsi tentang ancaman penyakit Presepsi tentang resiko operasi dan efek samping obat

Presepsi tentang pengobatan alternative

Pemilihan pengobatan alternative sebagai penanganan

(38)

28

B. PERSPEKTIF TEORITIK

Prespektif mengenai pengobatan alternatif yaitu Pengobatan alternatif

menjadi sebuah topik yang sedang marak-maraknya beberapa tahun ini.

Pengobatan ini menjadi salah satu usaha yang dilakukan oleh masyarakat

untuk menyelesaikan permasalah kesehatan yang sedang mereka alami.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eisenberg dkk (1996)

diperkirakan bahwa sebanyak 425 juta orang di Amerika melakukan

kunjungan ke pengobatan alternatif, jumlah tersebut melebihi angka dari

kunjungan masyarakat Amerika ke dokter (Weiss dan Lynne, 1996 dalam

Novitasari , 2010). Sementara di Indonesia dari data yang diperoleh BPS

tahun 2003 menunjukkan bahwa sebanyak 30,67% dari penduduk Indonesia

menggunakan pengobatan alternatif untuk mengatasi permasalahan terkait

kesehatan mereka. Persentase tersebut meningkat dua kali lipat dari tahun

1999 (Jauhari, Utami, & Padmawati, 2008).

Pemilihan sumber pengobatan yang dilakukan oleh penduduk

Indonesia yang mengeluhkan sakit, persentase terbesar 66,82% penduduk

yang mengobati sendiri dan berobat jalan 45,80%. Serta persentase penduduk

Indonesia yang menggunakan obat tradisional adalah 23,63% (BPS, 2011).

Hal tersebut cukup menarik, dikarenakan masih banyak masyarakat yang

kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan banyaknya masyarakat

yang lebih memilih untuk mengobati penyakitnya sendiri (Depkes).

Beberapa review dari beberapa penelitian tentang pengobatan

(39)

29

pengobatan alternatif karena adanya anggapan bahwa pengobatan alternatif

dapat memberikan kesembuhan dengan cepat dan biaya yang dibutuhkan juga

relative murah, jarak yang dekat disbanding rumh sakit besar, metode

pengobatannya tidak menakutkn seperti di rumah sakit, sebab beberapa

individu memiliki pengalaman buruk dengan perawatan rumah sakit.

Adanya kepercayaan supranatural dalam pengobatan alternatif juga

turut membuat individu meyakini akan kesembuhan yang akan didapatkan

(Notosiwoyo dkk, 2001). Mayarakat yang berobat dipengobatan alternatif

karena adanya kecemasan untuk menalani pengobatan di rumah sakit,

pengobatan alternatif juga membutuhkan biaya yang murah, serta kurangnya

pengetahuan individu tentang resiko menjalani pengobatan alternatif.

Berdasarkan beberapa penelitian tersebut peneliti beasumsi bahwa

individu berobat ke alternatif dilatar belakangi adanya anggapan bahwa

pengobatan alternatifdapat memberikan kesembuhan dengan cepat, adanya

kecemasan individu untuk menjalani pengobatan secara medis, yang

diasumsikan merupakan factor karakteristik psikologis.

Dalam penelitian ini adapun teori rasa sakit yaitu pengalaman indrawi

dan emosi tidak menyenangkan yang terkait dengan kerusakan jaringan actual

atau potensial, atau dapat digambarkan berdasarkan kerusakannya.Umumnya

para petugas kesehatan professional menganggap rasa sakit akut sebagai

simtom yang tepat untuk berbagai kondisi penyakit dan prosedur

(40)

30

Dari pengertian-pengertian mengenai health belief model adalah

model yang menspesifikasikan bagaimana individu secara kognitif

menunjukkan perilaku sehat maupun usaha untuk menuju sehat atau

penyembuhan suatu penyakit. Health belief model ini didasari oleh keyakinan

atau kepercayaan individu tentang perilaku sehat maupun pengobatan tertentu

yang bisa membuat diri individu tersebut sehat ataupun sembuh dari sakit

yang dialaminya.

Penelitian ini menggunakan teori health belief model sebagai factor

yang mendasari individu memilih pelayanan ataupun tindakan periaku demi

terwujudnya sehat. Teori ini berbasis kognitif yang dinggap signifikan dalam

memahami suatu proses pengambilan sutu keputusan didalam perilaku sehat

dan perilaku sakit. Bentuk pemikran rasional tersebut meliputi analisa biaya

dan keuntungan mengenai ancaman penyakit yang dialami.Dengan

pengetahun konseptual seperti itu mestinya memungkinkan secara hipotesis

untuk mengubah jenis-jenis proses berfikir untuk bisa mengubah perilaku

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Kualitatif yaitu

sesuatu yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat berpisah-pisah menurut

kategori untuk memperoleh kesimpulan (Suharsimi Arikunto, 1998). Menurut

Creswell (2013), penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk

mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau

sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses

penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting., seperti mengajukan

pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik

dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang

khusus ke tema-tema yang umum, dan menafsirkan makna data.

Fokus dalam penelitian ini adalah Gambaran Health Belief Model Pada

Pasien yang Memilih dan Menjalani Pengobatan Alternatif. Guna mendalami

fokus tersebut penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif. Laporan akhir

untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel. Siapapun

yang terlibat dalam penelitian ini harus menerapkan cara pandang penelitian yang

bergaya induktif, berfokus terhadap makna individual, dan menerjemahkan

kompleksitas suatu persoalan.

Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh

seperti hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan,

(42)

32

analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan

dalam bentuk uraian naratif.

Menurut Creswell (2013), peneliti kualitatif membangun makna tentang

suatu fenomena berdasarkan pandangan-pandangan dari para partisipan. Untuk

penelitian yang satu ini, peneliti berusaha menyelidiki suatu isu yang

berhubungan dengan marginalisasi individu-individu tertentu. Untuk meneliti isu

ini, cerita-cerita dari individu tersebut dengan menggunakan pendekatan naratif.

Individu-individu ini kemudian diwawancarai untuk mengetahui bagaimana

mereka secara pribadi mengalami penindasan dan marginalisasi.

Penelitian kualitatif dipilih karena fenomena yang diamati perlu

pengamatan terbuka, lebih mudah berhadapan dengan realitas, kedekatan

emosional antar peneliti dan responden sehingga didapatkan data yang mendalam,

dan bukan pengangkaan.

Secara harfiah fenomena diartikan sebagai gejala atau sesuatu yang

menampakkan. Fenomena dapat dipandang dari dua sudut. Pertama, fenomena

selalu “menunjuk ke luar” atau berhubungan dengan realitas di luar pikiran.

Kedua, fenomena dari sudut kesadaran kita, karena fenomenologi selalu berada

dalam kesadaran kita. Oleh karena itu dalam memandang fenomena harus terlebih

dahulu melihat “penyaringan” (ratio), sehingga mendapatkan kesadaran yang

murni (Denny Moeryadi, 2009).

Donny (2005: 150) menuliskan fenomenologi adalah ilmu tentang

esensi-esensi kesadaran dan esensi-esensi ideal dari obyek-obyek sebagai korelasi dengan

(43)

33

menyelidiki pengalaman manusia. Fenomenologi bermakna metode pemikiran

untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan

yang ada dengan langkah-langkah logis, sistematis kritis, tidak berdasarkan

apriori/prasangka, dan tidak dogmatis. Fenomenologi sebagai metode tidak hanya

digunakan dalam filsafat tetapi juga dalam ilmu-ilmu sosial dan pendidikan.

Prinsip-prinsip penelitian fenomenologis ini pertama kali diperkenalkan

oleh Husserl. Husserl mengenalkan cara mengekspos makna dengan

mengeksplisitkan struktur pengalaman yang masih implisit. Konsep lain

fenomenologis yaitu Intensionalitas dan Intersubyektifitas, dan juga mengenal

istilah phenomenologik Herme-neutik yang diperkenalkan oleh Heidegger.

Teknik wawancara yang dipilih peneliti adalah teknik wawancara

mendalam, karena di dalamnya peneliti menyelidiki peristiwa, aktivitas, program

dan proses individu di masa lalu. Dalam konteks penelitian yang akan dikaji dan

yang menjadi fokus utama dari penelitian ini adalah bagaimana gambaran health

belief model yang ada pada pasien yang memilih dan menjalani pengobatan

alternatif.

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah gambaran health

belief model pada individu yang memilih dan menjalani pengobatan di alternatif.

Health belief model adalah suatu model yang digunakan untuk menggambarkan

keyakinan individu terhadap perilaku hidup sehat, yang dapat berupa perilaku

pencegahan maupun pemilihan pemilihan fasilitas kesehatan (Becker dkk, 1977

(44)

34

yaitu perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, dan

perceived barriers.

Responden dalam penelitian ini ditentukan dengan cara purposif sampling

atau responden dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria yang sesuai

dengan tujuan penelitian (Poerwandari, 2007). Kriteria responden dalam

penelitian ini antara lain adalah pria atau wanita, berusia 25 sampai 60 tahun,

mengalami kanker ringan atau sedang, sedang melakukan pengobatan tradisional,

bersedia terlibat dalam penelitian, yang dibuktikan dengan pengisian informed

consent.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi disalah satu Pengobatan Alternatif yang berlokasi

di desa Candi dan Kalanganyar, Sidoarjo, Jawa Timur. Peneliti memilih lokasi

tersebut karena terdapat fakta bahwa pasien kanker banyak yang memutuskan

untuk berobat di daerah Kalanganyar menurut pernyataan pemilik tempat

pengobatan alternatif tersebut, salah satu subjek penelitian (subjek 3) adalah salah

satu dari sekian banyak pasien kanker yang masih dalam tahap pengobatan.

Lokasi penelitian unntuk subjek 1 di Lokasi Kediaman subjek dengan alasan

subjek hanya beberapa kali saja menjalani pengobatan alternatif di satu tempat

dilanjutkan ditempat alternatif lainnya. Sedangkan subjek ke 2 lokasi penelitian

dilakukan di Tempat tinggal Subjek yang berada di Porong Sidoarjo, subjek 2

mengaku bahwa pengobatan alternatif yang dijalaninya selalu dilakukan di rumah.

Peneliti mengambil sample dari tempat alternatif lainnya agar mendapat data yang

(45)

35

Peneliti menemukan subjek sesuai purposive, maka penelitian juga akan

dilakukan di daerah Kalanganyar Sedati Sidoarjo. Ditempat tersebut ada beberapa

pasien kanker yang juga rawat inap di tempat pengobatan alternatif tersebut.

Signifikan other adalah sumber data yang diperoleh pada orang terdekat

pasien, dengan ciri mengetahui bagaimana perjalanan subjek memilih menjalani

pengobatan hingga sampai menemani pengobatan.Untuk mendapatkan data dari

orang terdekat subjek peneliti menggunkan anak subjek untuk subjek pertama.

C. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland (1984, dalam Moleong, 2008) Sumber data

utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan yang dilakukan

oleh subjek penelitian, selebihnya adalah data tambahan. Seperti dokumen dan

lain sebagainya. Terdapat dua jenis sumber data yaitu sumber data primer (subjek

penelitian) dan sumber data sekunder (significan others) (Bungin, 2001).

Sumber data primer adalah data yang diambil dari subjek yang memiliki

kualifikasi yang sudah ditentukan dan bersedia untuk membantu penelitian.

Sedangkan sumber data sekunder adalah signifikan other yang memiliki

kedekatan dan mengetahui keseharian subjek penelitian misalnya istri, suami anak

atau teman subjek.

1. Sumber Data Primer.

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama adalah

subjek penelitian :

a. Subjek pertama adalah S, subjek bekerja di sebuah

(46)

36

Subjek dipilih peneliti karena memiliki beberapa

kualifikasi sebagai subjek penelitiaan yaitu subjek

menderita kanker dibuktikan dengan diagnose dokter.

Subjek sebelumnya menjalani pengobatan medis namun

sekarang memutuskan untuk memilih menjalani

pengobatan alternatif, factor biaya dan ketakutan efek

samping dari operasi membuat subjek enggan

meneruskan pengobatan medis. Subjek pada awalnya

mendapat diagnose dari dokter ambaian dan sempat

mendapat operasi kecil untuk penyakitnya tersebut.

Beberapa waktu kemudian sakit yang dialami subjek

tidak kunjung membaik, kemudian melanjutkan

pengobatan medis yang pada akhirnya mendapat

diagnose menderita kanker yang harus dioperasi untuk

mengangkat kanker tersebut. Subjek mengurungkan

niatnya melanjutkan pengobatan meis karena operasi

membuat subjek mengalami stress dan ketakutan akan

akibat negative pasca operasi. Setelah mendapat

beberapa saran dari orang terdekat dan keluarga, subjek

memutuskan untuk memilih pengobatan alternatif

sebagai jalan lain. Untuk mendukung data agar

menemukan kejelasan materi penelitiaan, peneliti

(47)

37

terdekat subjek yang mengetahui bagaimana perilaku

yang tampak atau perilaku hasil presepsi subjek tentang

kerentana yang dialami sehingga mengambil keputusan

memilih dan menjalani pengobatan alternatif.

Significant other tersebut adalah V, V sudah menikah

tapi masih bertempat tinggal dengan subjek. V anak

dari S yang selalu menemani pengobatan atau anak

yang paling mengerti perubahan perilaku bapaknya

tersebut. V yang selalu mengamati perkembangan

bapaknya mulai dari awal hingga masa perawata

sekarang. V dipilih peneliti karena V terbuka terhadap

pertanyaan peneliti dan tidak menutup-nutupi data yang

sebenarnya. Alasan peneliti tidak menggunakan

keterangan dari istri subjek karena ada masalah teknis

yang diraa akan dialami peneliti jika menggunakan

significant other dari pihak istri subjek.

b. Subjek ke dua L adalah Subjek adalah ibu rumah

tangga, yang tinggal di Buduran Sidoarjo ini memiliki 2

anak dan salah satu anaknya berusia 22 yang menjadi

significant other (N) tahun yang berkuliah di UIN

Sunan Ampel Surabaya semester VIII. Subjek hidup di

dalam kondisi ekonomi yang juga menengah ke bawah.

(48)

38

tentang tanda-tanda sakit yang dideritanya saat itu.

Subjek juga masih meyakini bahwa segala penyakit itu

selalu ada obatnnya, tidak dibatasi harus melalui medis

saja atau terapi saja, melainkan bisa melalui salah

satunya ataupun dua-duanya. Pada awalnya subjek

didiagnosa kanker payudara, subjek sangat terkejut dan

bingung harus bagaimana. Keyakinan untuk sembuh

pun memudar karena sudah mendapat kabar yang

menyatakan bahwa penyakit kanker itu selalu berujung

kematian di waktu dekat jika ada kesalahan penanganan

atau kondisi kesehatan yang menurun drastis. Setelah

mengetahui diagnose dokter menyatakan kanker

payudara, tetangga, saudara dan keluarga terdekat

saling bersautan member saran pengobatan alternatif

ada pula yang menyarankan menggunakan medis saja

karena dapat dipantau dengan pasti. Namun subjek

memilih pengobatan alternatif, dalam pengobatan

tersebut subjek hanya memiliki kista kecil atau kista

payudara subjek juga rutin menjalan terapi tersebut,

karena setiap terapi selesai subjek merasa sehat dan

seperti sedia kala. Meskipun terapinya masih berlanjut

(49)

39

c. Subjek R Subjek yang berinisial R ini berstatus sudah

menikah dengan 2 anak yang bertempat tinggal di

daerah Surabaya. Subjek adalah istri dari anggota

kesatuan TNI, subjek hidup d keluarga yang menengah

ke atas. Sudah setahunan lebih keluarga subjek pindah

di perumahan daerah Blitar. Kondisi keluarganya yang

sebelumnya bertempat tinggal dengan saudara yang lain

membuat subjek sedikit memendam hak keputusan

dalam memilih jenis pengobatan yang akan dijalani.

Berdasarkan wawancara subjek, peneliti menemukan

beberapa ekspresi suram ketika membahas keluarga

yang lain, dan kemudian kembali ke topik pengobatan

yang subjek jalani. Peneliti pun menghargai privasi

tersbut dan berhenti mencari informasi tentang

keluarganya. Subjek menderita kanker sejak tahun 2014

pada pemeriksaan itu subjek menjalani beberapa tes

untuk mengetahui jenis kanker dan tingkat stadium

yang di deritanya. Serangkaan tes kesehatan sudah

subjek jalani termasuk Biopsi, Xray atau CT Scan.

Setelah mengetahui jenis kankernya subjek dianjurkan

untuk menjalani kemoterapi. Significant other yang

(50)

40

mendampingi subjek pada saat pengobatan alternatif

maupun medis pada saat itu.

Menurut Sarantakos (dalam Poerwandi, 1998), prosedur pangambilan

subjek dalam penelitian kualitatif adalah umumnya menampilkan karakteristik

yaitu:

1) Diarahkan tidak pada jumlah subjek yang besar,

melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan

masalah penelitian.

2) Tidak ditentukan secara kaku sejak awal tetapi dapat

berubah baik dalam jumlah maupun karakteristik

sampelnya, sesuai dengan pemahaman konseptual

yang berkembang dalam penelitian.

3) Tidak diarahkan pada keterwakilan (dalam arti jumlah

atau peristiwa acak) melainkan kecocokan konteks.

Dalam konteks ini peneliti mengambil ketiga subjek dengan alasan ketiga

subjek mengalami beberapa kasus serupa tentang penyakit yang dialaminya

namun memiliki perjalanan pengobatan alternatif yang berbeda, seperti halnya

subjek ke dua yang sudah tidak meyakini lagi pengobatan alternatif karena sudah

merasakan bagaimana kerentanan keparahan dan akibat kesalahan penanganan

alternatif tertentu.

Subjek dipilih dengan alasan dan pertimbangan seperti yang sudaah

ditentukan purposive sampling yang harus memenuhi karakter yang diinginkan

(51)

41

sebenarnya, memilih subjek yang tidak menjadikan penelitian ini buruk di

pandangan hal layak.

Alasan dalam memilih significant other:

Pengambilan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memilih

subjek dan informan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh

peneliti. Dengan pengambilan subjek secara purposif (berdasarkan kriteria

tertentu), maka penelitian ini menemukan subjek yang sesuai dengan tema

penelitian.

Significant other dipilih karena satu dari sekian orang yang lebih dekat

dengan subjek, yang lebih tau tentang kehidupan subjek, dan paling mengerti

dengan keadaan subjek dalam kondisi apapun dengan kata lain keluarga.

Significant ther juga bisa diambil dari orang terdekat namun bukan keluarga,

misalkan tetangga, saudara dekat yang juga mengetahui bagaimana yang dialami

subjek serta dipandang dari sisi luar atau dari sisi lain selain pandangan dari

anggota keluarga sbjek. Data ini diamil hanya untuk mngetahui seberapa akurat

data yang sudah didapat dari keluarga atau significant other yang di maksud

dalam penelitian dan di identifikasi serta diinterpretasi dalam hasil penelitian.

Adapun kriteria utama dari subjek penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Dewasa akhir- manula dengan rentan usia 26 – 60 tahun peneliti

mengambil usia ini karena kanker biasanya baru terdeteksi di usia dewasa.

b) Seorang yang mendapat diagnose kanker (dibuktikan dengan surat

keterangan diagnosa)

Gambar

Tabel 1 : Gambaran Umum Subjek Penelitian ...................................... 56 Tabel 2 : Gambaran Umum Significant Other .....................................
Tabel 2.  Gambaran Umum Significant Other

Referensi

Dokumen terkait

Kata Derawan, Maratua, Kakaban, dan Sangalaki merupakan kata yang berasal dari bahasa Bajau, yang memiliki kemiripan dari segi makna dalam bahasa Indonesia dengan proses

Banyaknya Penelitian mengenai perbandingan kecepatan antara algoritma Quicksort dan Bucket sort, seperti yang dilakukan oleh Audy dalam jurnalnya

Hasil analisis menggunakan uji t didapatkan bahwa hasil penelitian pembuatan pulp serabut sawit skala laboratorium dengan skala ganda menunjukkan hasil yang tidak

1. Berdasarkan perhitungan Offered Bit Quantity dan kapasitas informasi per sel, untuk bisa melayani kebutuhan layanan UMTS diwilayah pelayanan Bandung untuk daerah urban pada

Dari hasil penelitian yang dilakukan informan mengungkapkan bahwa dengan adanya bukti fisik oleh tenaga kesehatan dapat menjamin tenaga kesehatan dalam

Di dalam siaran pers Biro Humas Departemen Keuangan No 07/hms/2008 tanggal 22 Januari 2008 tentang Peraturan Menteri Keuangan No 201/pmk/03-2007 tentang tata cara

Tesis yang berjudul: ““Analisis jalur dengan Health Belief Model tentang Penggunaan Skrining Inspeksi Visual Asam Asetat Untuk Deteksi Dini Kanker Serviks pada Wanita Usia