• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802007026 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802007026 Full text"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani & Koentjoro, 2004). Namun, kehamilan juga menimbulkan perasaan cemas dan takut karena seorang ibu yang hamil harus menjalani masa yang panjang menanti waktu kelahiran yang penuh dengan ketidakpastian, hal ini disebabkan karena kehamilan merupakan salah satu periode krisis dalam kehidupan seorang wanita (Dariyo, 1997).

Selama masa kehamilan, seorang ibu rentan terkena penyakit atau komplikasi. Hal ini dapat terjadi karena adanya ketidakmatangan dalam perkembangan emosional, psikososial dan termasuk di dalamnya adalah kecemasan. Sebenarnya kecemasan yang dialaminya wanita hamil adalah normal, akan tetapi setiap wanita memiliki kecemasan yang berbeda satu dengan yang lain tergantung pada kesiapan mentalnya (Atkinson, Atkinson & Hillgard, 2003).

(2)

membangun pertahanan dirinya agar rasa cemas yang dirasakan dapat berkurang sedikit demi sedikit, sedangkan dampak negatif terjadi jika kecemasan muncul pada tingkat tinggi dan menimbulkan simtom-simtom fisik yang dapat menghalangi individu untuk berfungsi efektif dalam kehidupan sehari-hari.

Kondisi psikis ibu yang sedang hamil dapat mempengaruhi bayi yang sedang dikandungnya. Berbagai penelitian mengenai masalah ini telah dilakukan dan diketahui bahwa ternyata kekhawatiran dan kecemasan pada ibu hamil dapat ditularkan pada janin, sehingga dapat membawa dampak atau pengaruh negatif terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu hamil maupun pada janin yang dikandungnya (Santrock, 2002; Heterington, Parke & Locke, 1999; Kartono, 1997).

(3)

yang mengalami keguguran berkisar antara 10 sampai 33% dan gangguan kecemasan berkisar antara 21 sampai 43% (Bergner, 2008). Akan tetapi, berbagai penelitian yang lain juga mengungkapkan bahwa faktor psikologis tidak menyebabkan keguguran (Bergner, 2008).

Kehamilan yang baru pada wanita yang sebelumnya mengalami keguguran secara emosional dipenuhi oleh kecemasan dan harapan-harapan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bergner, Beyer, Klapp, & Rauchfuss (2008), yaitu wanita yang pernah mengalami keguguran menderita dan mengeluhkan tentang kecemasannya terhadap kehamilannya dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah mengalami keguguran dan memiliki simtom kecemasan yang lebih jelas terlihat.

(4)

yaitu 19,55% wanita mengalami depresi dan 18,62% mengalami kecemasan setelah mengalami keguguran pada kehamilan pertamanya.

Ketidakstabilan dari kondisi psikologis wanita yang mengalami keguguran dapat menimbulkan efek pada perilaku yang berkaitan dengan kecemasan. Sementara itu, perhatian dari instansi kesehatan terhadap kondisi psikologis wanita yang mengalami keguguran masih sangat kurang. Upaya pendeteksian dan penanganan terhadap kecemasan pada kehamilan sampai saat ini juga masih sangat kurang (Bowen, Bowen, Maslany & Muhajarine, 2008).

Dalam hal ini, kecemasan pada wanita hamil yang enam bulan sebelumnya mengalami keguguran merupakan keadaan aprehensi atau keadaan khawatir pada wanita hamil yang enam bulan sebelumnya mengalami keguguran yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi pada kehamilannya.

(5)

Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006) metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. Penelitian ini terfokus pada pengalaman kecemasan pada wanita hamil yang enam bulan sebelumnya mengalami keguguran.

Dalam penelitian ini, wawancara dan observasi dipilih sebagai metode pengambilan data. Partisipan terdiri dari tiga orang (NA, OH dan SWP – inisial nama) yang merupakan wanita hamil yang enam bulan sebelumnya pernah mengalami keguguran. Ketiga partisipan adalah wanita dewasa awal usia produktif (21-30 tahun) yang berdomisili di daerah Magelang serta merupakan pasien dari Panti Bahagia Magelang.

Analisa data dilakukan dengan cara: organisasi data, koding dan analisis, pengujian terhadap dugaan, analisis, tahapan interpretasi dan penulisan laporan akhir. Sebagai usaha untuk menentukan keabsahan data dilakukan teknik pemeriksaan yang didasarkan atas empat kriteria, yaitu credibility, transferability, dependability dan confirmability (Moleong, 2007; Dharma, 2008).

(6)

kecemasan pada wanita hamil yang enam bulan sebelumnya mengalami keguguran. Setelah itu dilanjutkan dengan paparan hasil penelitian terhadap ketiga partisipan serta analisis tentang kecemasan yang dialami ketiga partisipan selama mengandung. Bagian terakhir dari jurnal ini memberikan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini dan saran untuk penelitian selanjutnya.

KECEMASAN

Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi (Nevid, Rathus dan Greene, 2003). Menurut Freud, usaha ego untuk mempertahankan dirinya sendiri melawan kecemasan mencerminkan adanya gangguan kecemasan (Nevid, Rathus, Greene, 2003). Gangguan kecemasan sendiri dapat didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai dengan kecemasan patologis yang tidak disebabkan oleh penyakit fisik, tidak terkait dengan penggunaan obat-obatan terlarang, dan tidak termasuk dalam penyakit psikotik (Starcevic, 2005).

(7)

KEHAMILAN

Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa embrio atau fetus didalam tubuhnya, dan kehamilan dapat terjadi jika ada pertemuan antara sel telur dan sel sperma (Trad, 2006). Sastrawinata (1983) mengatakan bahwa pada kehamilan terjadi perubahan pada seluruh tubuh wanita, seperti cepat merasa letih, amenore (tidak mendapat menstruasi), perubahan emosi, perubahan kerja jantung dan paru serta perubahan payudara.

Kehamilan merupakan episode dasar dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi (Sastrawinata, 1983).

(8)

KEGUGURAN

Keguguran adalah keluarnya hasil konsepsi sebagian atau seluruhnya, yang terjadi secara spontan sebelum kehamilan 20 minggu atau terhentinya kehamilan sebelum 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram; yang tidak mempunyai kemungkinan hidup (Phil &Satria, 2007).

Keguguran dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya sebagai berikut: adanya kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia delapan minggu, kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun, adanya faktor maternal

seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis, adanya kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

KECEMASAN PADA WANITA HAMIL YANG ENAM BULAN SEBELUMNYA MENGALAMI KEGUGURAN

(9)

Keguguran meninggalkan perasaan ketidakpastian tentang kemampuan reproduksi wanita yang mengalaminya. Sejalan dengan itu, kehamilan baru secara emosional sangat dituntut dengan kecemasan dan harapan. Ini terlihat dalam hasil survei yang dilakukan oleh Bergner, Beyer, Klapp & Rauchfuss (2007): wanita hamil yang telah mengalami keguguran lebih mengeluhkan tentang kecemasan spesifik terhadap kehamilannya jika dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki riwayat keguguran sebelumnya.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bergner, Beyer, Klapp & Rauchfuss (2007) ditemukan bahwa dalam diri wanita yang telah mengalami keguguran, rata-rata kecemasannya lebih tinggi jika dibandingkan dengan wanita tanpa riwayat keguguran. Kecemasan yang paling tinggi ditemukan pada wanita yang telah mengalami keguguran berulang.

PENGALAMAN KECEMASAN KETIGA PARTISIPAN PENELITIAN

Berikut ini akan dipaparkan pembahasan mengenai latar belakang serta kecemasan yang dialami ketiga partisipan penelitian pada kehamilan keduanya dimana enam bulan sebelumnya ketiga partisipan mengalami keguguran.

(10)

bulan sebelumnya mengalami keguguran serta terdaftar sebagai pasien di panti bersalin Bahagia Magelang. Menurut Hurlock (1980) wanita dewasa awal mempunyai tugas perkembangan untuk melahirkan serta meneruskan keturunan. Namun ketiga partisipan belum bisa mewujudkan tugas perkembangannya untuk melahirkan karena mengalami keguguran pada awal kehamilan pertamanya. Akibatnya, ketiga partisipan mengalami kecemasan. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Bowen, Bowen, Maslany & Muhajarine (2008) bahwa jika terjadi ketidakseimbangan antara tuntutan tugas dewasa awal untuk meneruskan keturunan dengan penyesuaian diri dalam menghadapi keguguran, maka hal ini akan mengantarkan wanita tersebut pada kondisi kecemasan. Ketiga partisipan dinyatakan hamil kembali enam bulan setelah keguguran. Hal ini sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) dimana ibu disarankan untuk hamil

kembali dalam waktu minimal enam bulan setelah keguguran karena wanita yang hamil kembali enam bulan setelah keguguran memiliki angka keberhasilan hamil dan melahirkan tanpa komplikasi lebih tinggi dibandingkan dengan yang menunggu kehamilan lebih lama (Mann, 2010).

(11)

Respon Serta Perubahan Tubuh pada Kehamilan Pertama Terdapat persamaan respon yang dilakukan oleh partisipan pertama dan kedua ketika menjalani kehamilan pertamanya. Kehamilan pertama pada partisipan pertama dan kedua tidak menimbulkan kecemasan yang normal dan adaptif sehingga mereka tidak mempunyai dorongan maupun motivasi untuk memperhatikan kehamilannya dengan baik. Sedangkan partisipan ketiga menjaga kehamilan pertamanya dengan baik karena senang dan sudah mengharapkan untuk segera memiliki anak. Kehamilan pertama pada partisipan ketiga menimbulkan kecemasan normal dan adaptif karena kecemasan mendorong partisipan ketiga untuk menjaga kehamilan pertamanya dengan baik. Hal ini sejalan dengan pernyataan Nevid, Rathus dan Greene (2003) bahwa kecemasan bermanfaat bila memotivasi seorang wanita untuk menjaga kandungannya saat hamil.

(12)

dan mudah lelah saat beraktivitas. Sedangkan partisipan kedua menyatakan bahwa ia tidak merasakan gejala fisik apapun pada kehamilan pertamanya.

Perubahan Psikologis dan Adaptasi pada Kehamilan Pertama Perubahan psikologis yang berbeda-beda pada ketiga partisipan menyebabkan terjadinya perbedaan respon dalam menghadapi kehamilan pertamanya termasuk dalam hal pemikiran. Pada kehamilan pertamanya, partisipan pertama bertanya-tanya apakah ia siap akan tanggung jawabnya sebagai orang tua dan apakah ia dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya kelak karena ia merasa keadaan ekonominya sekarang masih kurang kuat. Hal ini menunjukkan fase pertama kecemasan pada wanita hamil, yaitu fase dimana seorang wanita merenungkan kehamilan yang dialaminya (Attwell, 2006).

(13)

Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi (Sastrawinata, 1983). Partisipan pertama dan kedua kurang melakukan adaptasi saat menjalani kehamilan pertamanya. Hal ini terlihat dari perilaku kedua partisipan yang meremehkan kehamilannya. Kedua partisipan tidak mengistirahatkan tubuhnya saat mengalami kelelahan karena sibuk bekerja serta tidak memperhatikan pola makannya dengan baik. Sedangkan partisipan ketiga melakukan adaptasi dengan memperhatikan pola makan serta menambah waktu istirahat selama menjalani kehamilan pertamanya.

Kondisi Sebelum Keguguran serta Respon terhadap Keguguran

(14)

pertama semakin tidak memperhatikan kehamilannya dengan baik. Sebelum keguguran, partisipan kedua mengalami kelelahan fisik seusai beraktivitas sepanjang hari. Sedangkan partisipan ketiga sedang berkunjung di rumah orang tuanya dan dalam keadaan yang santai.

Scher dan Dix (2005) menyatakan bahwa keguguran hampir tidak disadari oleh sebagian besar perempuan. Hal tersebut juga dialami oleh partisipan pertama. Partisipan pertama tidak sadar dirinya mengalami keguguran karena mengira keluarnya darah hanya merupakan menstruasi biasa. Namun pada akhirnya, partisipan pertama berpikir negatif dan berprasangka buruk terhadap kehamilannya saat melihat darah keluar dari vaginanya. Berpikir negatif serta berfirasat buruk saat keguguran juga dialami oleh partisipan kedua dan ketiga.

(15)

Kecemasan Saat Mengalami Keguguran dan Respon Keluarga terhadap Keguguran

Ketiga partisipan mengalami kecemasan yang disertai dengan sensasi fisik saat mengalami keguguran. Terdapat persamaan sensasi fisik yang dialami oleh partisipan pertama dan kedua pada waktu keguguran. Partisipan pertama dan kedua merasa jantungnya berdetak keras saat melihat darah. Terdapat juga persamaan sensasi fisik antara partisipan kedua dan ketiga pada waktu keguguran, yaitu sama-sama merasa pusing. Sedangkan persamaan sensasi fisik antara partisipan pertama dan ketiga adalah mengalami rasa nyeri seperti pada waktu menstruasi saat keguguran terjadi. Keguguran yang disertai pendarahan hebat dialami oleh partisipan ketiga.

Saat dinyatakan keguguran oleh dokter, ketiga partisipan menangis karena keguguran merupakan pengalaman menyakitkan dan merupakan pengalaman yang meninggalkan kesan mendalam bagi ketiga partisipan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Scher dan Dix (2005) bahwa bagi beberapa wanita, keguguran dapat bersifat traumatik, menyakitkan dan merupakan pengalaman yang meninggalkan kesan mendalam.

(16)

Suami partisipan kedua juga terkejut, namun mencoba menenangkan istrinya dengan memberi dukungan. Sedangkan suami partisipan ketiga berteriak karena terkejut, selain itu wajahnya menjadi pucat saat melihat istrinya keguguran.

Terdapat persamaan reaksi keluarga atas keguguran yang dialami oleh ketiga partisipan. Keluarga terkejut dengan keguguran yang terjadi pada partisipan.

Kondisi serta Respon Sebelum dan Sesudah Kuret

Ketiga partisipan memiliki kesamaan saat menghadapi kuret, mereka mengalami ketakutan sebelum menjalani proses kuret. Partisipan pertama dan kedua dibayangi ketakutan akan rasa sakit saat kuret. Sedangkan partisipan ketiga mengalami ketakutan karena melihat alat-alat operasi saat berada di ruang operasi.

Terdapat perbedaan gejala fisik yang dirasakan oleh ketiga partisipan menjelang kuret. Partisipan pertama tidak merasakan gejala fisik apapun menjelang kuret karena partisipan berusaha untuk selalu berpikir positif atas kuret. Partisipan kedua merasa jantungnya berdetak keras, tangan menjadi basah dan dingin karena cemas dalam menghadapi kuret. Sedangkan partisipan ketiga merasakan sensasi dingin, bulu kuduk berdiri karena ketakutan melihat peralatan operasi menjelang kuret.

(17)

Hal ini membuat suami mencemaskan konsdisi isitrinya. Sedangkan partisipan ketiga merasa mengantuk, pusing serta merasa tidak memiliki tenaga untuk menggerakkan tubuhnya setelah kuret.

Terdapat persamaan tanggapan antara ketiga pasien seusai menjalani kuret. Ketiga partisipan menyesali keguguran yang dialaminya. Selain menyesal, partisipan pertama dan kedua juga merasa lega karena terhindar dari penyakit berbahaya. Sedangkan partisipan ketiga menyesal karena masih belum bisa menerima kegugurannya dan merasa bersalah pada diri sendiri serta pada keluarganya.

Dampak Keguguran

Keguguran sering menimbulkan rasa putus asa, depresi dan shock pada wanita (Chye, Teng, Hao & Seng, 2008). Setelah

(18)

menimbulkan kecemasan tidak menimbulkan kesedihan yang mendalam.

Partisipan kedua dan ketiga juga mengalami kecemasan setelah keguguran. Keguguran menimbulkan dampak negatif bagi partisipan kedua dan ketiga. Partisipan kedua akan mengingat keguguran, meragukan kemampuan reproduksi serta sedih atas kegugurannya saat sendiri. Keguguran juga membuat partisipan kedua menjadi orang yang tertutup dan kerap berpikir negatif tentang orang lain. Selain itu, saat melihat sesuatu yang berhubungan dengan kehamilan, ia akan bertanya-tanya mengapa keguguran bisa terjadi padanya. Perubahan perilaku, kognitif, afektif serta emosional juga terjadi pada diri partisipan kedua. Perubahan-perubahan tersebut merupakan akibat dari munculnya kecemasan patologis setelah keguguran.

(19)

yang berhubungan dengan bayi, partisipan ketiga akan mengingat kegugurannya. Hal ini terjadi karena partisipan ketiga terlalu memusatkan perhatiannya pada kecemasan setelah keguguran. Kecemasan pada partisipan ketiga juga menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku, seperti berkurangnya selera makan serta berkurangnya kemampuan komunikasi dengan orang lain. Perubahan perilaku serta berkurangnya kemampuan komunikasi pada partisipan ketiga sesuai dengan pernyataan Starcevic (2005) mengenai kecemasan patologis, bahwa kecemasan patologis menyebabkan perubahan perilaku dan merusak fungsi seseorang. Upaya dalam Mengatasi Kecemasan Setelah Keguguran

(20)

Reaksi saat Membicarakan Keguguran

Ketiga partisipan juga mengalami perbedaan gejala fisik yang dialami saat membicarakan keguguran dengan orang lain. Partisipan pertama tidak merasakan perubahan fisik apapun, sedangkan partisipan kedua dan ketiga merasa jantungnya berdebar keras saat membicarakan keguguran. Partisipan kedua juga merasa gugup, pusing serta tangannya terasa dingin saat membicarakan keguguran. Rasa gugup pada partisipan kedua menunjukkan adanya kecemasan nerurotik. Kecemasan neurotik merupakan kekhawatiran mengenai bahaya yang tidak diketahui (Muis, 2009). Sedangkan partisipan ketiga akan berkeringat dan tangannya basah saat membicarakan keguguran.

Ketiga partisipan mengalami kecemasan moralistik karena merepresentasikan kecemasannya dalam bentuk rasa bersalah saat ada orang yang membicarakan kegugurannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Muis (2009) mengenai representasi dari kecemasan moralistik yaitu berupa rasa bersalah.

Kecemasan dalam Menanti Kehamilan yang Baru

(21)

karena mendapat dukungan dan motivasi dari orang lain dalam menjalani kehidupannya setelah keguguran. Selain itu, partisipan ketiga sudah mampu menerima kegugurannya. Partisipan kedua mengalami kecemasan saat menanti kehamilan keduanya karena ia dan suaminya ingin segera memiliki anak.

Reaksi saat Mengetahui Kehamilan yang Baru

Terdapat kesamaan perasaan dan tindakan yang dilakukan oleh ketiga partisipan saat mengetahui kehamilan keduanya. Ketiga partisipan mengalami kebahagiaan dan sukacita atas kehamilannya yang baru, selain itu mereka mungkin juga berjuang melawan ketakutannya sendiri untuk benar-benar menjadi seorang ibu. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan Attwell (2006) yang menyatakan bahwa wanita yang hamil mengalami kebahagiaan dan sukacita atas kehamilannya, selain itu ia mungkin juga berjuang melawan ketakutannya sendiri untuk benar-benar menjadi seorang ibu.

(22)

Reaksi Suami dan Keluarga saat Mengetahui Kehamilan yang Baru

Setelah mengetahui kehamilan istri yang baru, suami para partisipan merasa senang. Suami partisipan pertama menjadi bersikap lebih melindungi istrinya serta rela menemani istrinya saat bekerja. Suami partisipan kedua dan ketiga senang namun masih belum percaya bahwa istrinya dapat hamil kembali dalam waktu singkat. Namun setelah mendapat kepastian dari dokter, mereka menjadi percaya serta meminta istrinya untuk berhati-hati dalam menjaga kehamilannya yang baru.

Terdapat kesamaan respon yang diberikan oleh pihak keluarga serta teman-teman dari ketiga partisipan atas kehamilan yang baru. Keluarga serta teman-teman merasa senang dan memberi dukungan berupa nasihat agar lebih berhati-hati dalam menjaga kehamilannya yang kedua.

(23)

partisipan ketiga, suami selalu berusaha untuk menenangkan dan membawa partisipan ketiga ke dokter saat mengalami kecemasan akan kehamilannya.

Reaksi Fisik, Reaksi Psikologis, Kecemasan serta Upaya untuk Menangani Kecemasan saat Menjalani Kehamilan Kedua

Ketiga partisipan kerap merasa capek dan lemas saat menjalani kehamilan keduanya. Ketiga partisipan juga memiliki perbedaan gejala fisik pada kehamilan keduanya. Partisipan pertama kerap mengalami sendawa, kembung, mual serta pegal terutama pada bagian kaki dan pungggungnya, sedangkan partisipan kedua kerap merasa pusing dan mengantuk saat menjalani kehamilan keduanya. Partisipan ketiga jarang mengalami mual dan muntah, namun kerap mengalami kram kaki pada kehamilan keduanya.

Terdapat persamaan reaksi psikologis antara ketiga partisipan saat menanti kelahiran anaknya. Partisipan pertama dan kedua senang menerka-nerka jenis kelamin anak yang ada dalam kandungannya. Partisipan ketiga tidak terlalu memikirkan jenis kelamin anaknya karena ia lebih memikirkan harapannya agar bisa membesarkan anaknya dengan baik. Selain itu, pikiran partisipan ketiga terfokus pada persiapan-persiapan dalam menyambut kehadiran anaknya.

(24)

keduanya dengan baik. Hal ini juga dialami oleh ketiga partisipan. Ketiga partisipan mengalami kecemasan normal dan adaptif pada kehamilan keduanya karena ketiga partisipan termotivasi untuk menjaga kehamilan keduanya dengan baik dengan melakukan upaya-upaya tertentu. Terdapat persamaan upaya dalam menjaga kehamilan kedua yang ditunjukkan oleh ketiga partisipan. Ketiga partisipan banyak beristirahat, mentaati rekomendasi dokter untuk memeriksakan diri secara rutin, menjaga pola makan serta tidak memaksakan diri dalam bekerja. Tindakan ketiga partisipan dalam menjaga kehamilan keduanya berkaitan dengan bayangan risiko kehamilan dan proses persalinan sehingga ketiga partisipan menjadi sangat emosional dalam mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu yang mungkin dihadapi selama mengandung. Tindakan ketiga partisipan dalam menjaga kehamilan keduanya menunjukkan adanya kesesuaian teori yang diungkapkan oleh Sastrawinata (1983) yaitu berkaitan dengan bayangan risiko kehamilan dan proses persalinan, wanita hamil menjadi sangat emosional dalam melakukan upaya untuk mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu yang mungkin akan dihadapi saat menjalani kehamilannya.

(25)

kehamilan keduanya. Terjadi peningkatan ketakutan akan keguguran pada ketiga partisipan karena mereka pernah mengalami keguguran pada kehamilan sebelumnya.

Partisipan pertama mengalami kecemasan terutama saat sakit dan saat minum obat. Partisipan pertama optimis dengan kehamilan keduanya namun juga dibayangi ketakutan anaknya akan terlahir tidak sempurna. Partisipan pertama bahkan pernah terjatuh saat menjalani kehamilan keduanya. Peristiwa ini membuat suami dan ayah partisipan menjadi cemas akan kondisi serta kandungan partisipan pertama.

Kecemasan partisipan kedua muncul terutama saat merasa lelah beraktivitas, selain itu ia juga mengalami kebingungan dalam mempersiapkan mental serta material dalam menyambut kehadiran anaknya.

(26)

dihadapinya serta menyebabkan penurunan fungsinya sebagai individu dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Menurut Attwell (2006) kecemasan yang dialami wanita hamil akan perubahan tubuh yang sangat dramatis dan yang membuat kehilangan kontrol (berat badan, pengeluaran urin, fungsi usus) dapat memicu pertanyaan-pertanyaan akan keamanan dalam kehamilan. Pernyataan tersebut sejalan dengan yang dialami ketiga partisipan saat menjalani kehamilan keduanya. Ketiga partisipan selalu bertanya-tanya apakah bayi yang mereka kandung akan sehat dan bagaimana mereka dapat menghadapi tanggung jawabnya yang baru sebagai orang tua.

KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan peneliti tentang kecemasan pada wanita hamil yang enam bulan sebelumnya mengalami keguguran, diperoleh kesimpulan bahwa:

(27)

b. Terdapat persamaan gejala fisik kecemasan yang dialami oleh ketiga partisipan. Persamaan gejala fisik kecemasan yang muncul pada ketiga partisipan adalah jantung yang berdetak keras, munculnya rasa nyeri, pusing, berkeringat dingin, tangan menjadi basah dan dingin serta merasa lemas saat keguguran.

c. Ketiga partisipan mendapat dukungan dari suami serta keluarganya setelah mengalami keguguran.

d. Pengalaman kuret yang berbeda-beda menimbulkan dampak yang berbeda pada masing-masing partisipan. Partisipan pertama dan kedua merasa lega setelah kuret. Sedangkan partisipan ketiga tidak merasa lega setelah kuret karena masih belum bisa menerima kegugurannya dan merasa bersalah pada diri sendiri serta pada keluarganya.

e. Keguguran menimbulkan kecemasan pada ketiga partisipan. Namun, intensitas terjadinya kecemasan pada masing-masing partisipan berbeda-beda. Partisipan pertama mengalami kecemasan normal setelah keguguran karena intensitas terjadinya kecemasan relatif rendah dan proposional dengan keadaan yang dialaminya sehari-hari. Sedangkan partisipan kedua dan ketiga mengalami kecemasan patologis karena kedua partisipan tersebut mengalami kecemasan yang berlebihan.

(28)

kehamilan yang baru. Sedangkan partisipan kedua tidak sabar dalam menanti kehamilannya yang baru karena ia ingin segera memiliki anak.

g. Ketiga partisipan merasa bahagia saat mengetahui kehamilannya yang baru. Namun, perasaan bahagia tersebut disertai dengan reaksi yang berbeda-beda pada masing-masing partisipan. Perbedaan reaksi pada masing-masing partisipan saat mengetahui kehamilannya yang baru menimbulkan kecemasan yang berbeda-beda pula. Saat menjalani kehamilan keduanya, ketiga partisipan mengalami kecemasan normal dan adaptif karena ketiga partisipan mampu beradaptasi dengan kehamilan keduanya. Kecemasan normal dan adaptif mendorong ketiga partisipan untuk menjaga kehamilan keduanya dengan baik. Namun, kecemasan ketiga partisipan yang semula normal dapat meningkat ketingkat moderat bahkan ketingkat patologis sewaktu-waktu karena terjadi perubahan kondisi saat menjalani kehamilannya.

(29)

sebelumnya mengalami keguguran. Dari penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi pada tenaga medis khususnya obstetri dan ginekologi serta pada orang-orang yang melayani dibidang kesehatan mengenai pentingnya penanganan psikis pada wanita yang mengalami keguguran karena mempunyai pengaruh yang meluas terhadap semua harapan dan rencana wanita tersebut beserta keluarganya untuk selanjutnya. Misalnya dengan memberikan tempat, terapi serta pelayanan khusus untuk wanita hamil yang sebelumnya mengalami keguguran.

Penelitian ini juga menyarankan agar masyarakat dapat memberi dukungan moral, sosial dan spiritual pada wanita hamil yang sebelumnya pernah mengalami keguguran contohnya dengan memberi saran untuk melakukan konsultasi fisik maupun psikologis pada tenaga ahli selama menjalani kehamilannya yang baru.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, R., Atkinson R., & Hilgard, E. (2003). Pengantar psikologi. Jakarta: Erlangga.

Andayani, B., & Koentjoro. (2004). Psikologi keluarga peran ayah menuju coparenting. Semarang: Citramedia.

Arndt, W. Jr. (1974). Theories of personality. New York: MacMillan Publishing Co., Inc.

Asrininghardiniah. (2002). Perbedaan kecemasan dalam menghadapi menopause antara wanita bekerja dan wanita tidak bekerja

Ditinjau dari Tingkat Pendidikan. Skripsi yang tidak

dipublikasikan, Universitas Khatolik Soegijapranata, Semarang.

Attwell, K.C. (2006). 100 Questions & answers about anxiety. Massachusetts: Jones and Bartlett Publisher.

Baso, ZA., & Rahardjo, J. (1999). Kesehatan Reproduksi Panduan Bagi Perempuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(31)

Bergner, A., Beyer, R., Klapp, B.F., & Rauchfuss, M. (2008). Pregnancy after pregnancy loss: A prospective study of anxiety, depressive symptomatology and coping. Journal of Psychosomatic Obstetric & Gynecology, 29, 105-113.

Bowen, A., Bowen, R., Maslany, G., & Muhajarine, N. (2008). Anxiety in a socially high-risk sample of pregnant women in canada. Journal of Psychiatry, 53, 435–440.

Boyles. S., Ness R., Grisso J., Markovic, N., Bromberger, J. & CiFelli D., (TA). Live event stress and the association with spontaneous abortion in gravid woman at an urban emergency departmen. Journal of Health Psychology, 19, 6.

Bucklew, J. (1980). Paradigma for psychopatology a contribution to case history analysis. New York: J.B. Lippenscott Company.

Campos, B.C., & Brown, J.C. (2004). Protect your pregnancy. USA: McGraw-Hill Companies.

Cohen, L. S., & Nonacs, R. M. (2005). Mood and anxiety disorder during pregnancy and postpartum. Washington, DC:

American Psychiatric Publishing, Inc.

Chye, T. T., Teng, T. K., Hao, T. H. & Seng, J. T. C. (2008) The new art and science of pregnancy and childbirth what you want to

know from your obstetrician. Singapore: World Scientific Co.

(32)

Dariyo, A. (1997). Hubungan antara percaya diri dengan kecemasan menghadapi kelahiran bayi pada wanita hamil pertama.

Skripsi yang tidak dipublikasikan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Dawson, C. (2002). A practical guide to research method. United Kingdom: How to content.

Dharma, S. (2008). Pengolahan dan analisis data penelitian. Dari

www.lpmpjogja.diknas.go.id/mat-Pembekalan Pengawas.pdf.

Diakses tanggal 3 Maret 2011 jam 10.18 WIB.

Fausiah, F. (2003). Psikologi abnormal (klinis dewasa). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Ganley, J. (2004). Becoming a parent the emotional journey trough pregnancy and childbirth. England: British Library.

Hall, C. S., & Lindzey, G. (1995). Teori-teori psikodinamik (klinis). Yogyakarta: Kanisius.

Jersild, A. T. (1965). The psychology of adolesence. New York: The MacMillan Company.

Kaplan, H. I., Sadock, B. J., & Grebb, J. A. (1997). Sinopsis psikiatri (2 ed.). Jakarta: Binarupa Aksara.

Kartikasari, B. D. (1995). Hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan dalam komunikasi interpersonal. Skripsi yang

tidak dipublikasikan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kartono, K. (1981). Gangguan-gangguan psikis. Bandung: Sinar

(33)

Kartono, K. (1997). Psikologi wanita wanita sebagai ibu dan nenek (2 ed.). Bandung: Alumni.

Kerlinger. F. N. (1986). Asas-asas penelitian behavioral (3 ed.). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Klock, S.C., Chang, G., Hiley, A., & Hill, J. (1997). Psychological distress among women with recurrent spontaneous abortion. Psychosomatics, 38, 503–507.

Kushartanti, W., Soekamti, E. R., & Sriwahyuniati, C. F. (2004). Senam hamil: Menyamankan kehamilan, mempermudah

persalinan. Yogyakarta: Lintang Pustaka.

Maccoby, E. M., & Jacklin, C. N. (1974). The psychology of sex differences. California: Standford University Press.

Magilvy, J.K., & Thomas, E. (2009). A first qualitative project: Qualitative descriptive design for novice research. Journal for Specialist in Pediatric Nursing, 14, 298-300.

Mann, D. (2010). Study: no need to delay pregnancy after misscariage. Dari www.webmd.com

/study-no-need-delay-pregnancy-after-miscarriage Diakses tanggal 11 Agustus

2010 pukul 21.40 WIB.

Manuaba & Candranita, I. A. (2010). Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan KB. Jakarta: EGC.

(34)

Milad M.P., Klock, S.C., Moses, S., & Chatterton, R. (1998). Stress and anxiety do not result in pregnancy wastage. Human Reprodruction, 13, 2296–2300.

Moeloek, A. F. (1984). Masalah-masalah yang mempengaruhi kesehatan reproduksi. Jakarta: Consortium Medical Sciences,

DEPDIKBUD RI.

Moleong, L. J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Monk, F. J., Knoers, A. M. P & Haditono. (2002). Psikologi perkembangan. Yogyakarta: UGM.

Muis, S. (2009). Kenali kepribadian anda dan permasalahannya dari sudut pandang teori psikoanalisa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Murphy, S. (1993). Keguguran “apa yang perlu diketahui”. Jakarta: Arcana.

Myers, E. G. (1983). Social psychology. Tokyo: McGraw Hill.

Nasution, S. (1996). Metode penelitian naturalistik kualitatif. Bandung: Penerbit Tarsito.

Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2003). Psikologi abnormal. Jakarta: Erlangga.

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human Development (11 ed.). New York: McGraw-Hill.

(35)

Phil, M., & Satria, Y. (2007). Kamus istilah program keluarga berencana nasional. Jakarta: Direktorat Pelayanan Informasi

dan Dokumentasi.

Priantono, H. (2003). Lanny Kuswandi: Terapi hypnobirhing, melahirkan tanpa sakit. Kompas. 23 Januari 2003.

Saifuddin, A. B. (2002). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Salim, A. (2006). Teori dan paradigma penelitian sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sandelowski, M. (2000). Focus on research methods. Whatever happened to qualitative description? Research in Nursing & Health, 23, 334-340.

Santrock, J. W. (2002). Life-span development perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga.

Scher, J., & Dix, C. (2005). Preventing misscariage the good news. USA: HarperPerennial Publisher.

Sloane, P. D., Benedict, S., & Mintzer, M. (1997). Petunjuk lengkap kehamilan penuntun untuk calon ibu dan ayah. Jakarta: Mitra

Utama.

Soendari, T. (TA). Pengujian keabsahan data penelitian kualitatif. Dari file.upi.edu/Direktori.pdf Diakses tanggal 12 Maret 2011 jam 10.05 WIB

(36)

Stern, P. (1964). The abnormal person and his world. London: D van Nostrand Co.

Sugiura-Ogasawara, M., Furukawa T.A., Nakano, Y., Hori, S., Aoki, K., & Kitamura, T. (2002). Depression as a potential causal factor in subsequent miscarriage in recurrent spontangeous aborters. Human Reproduction, 17, 2580-2584.

Trad. (2006). Menghadapi kehamilan dan proses persalinan. Dari niningdwi.wordpress.com/category/kehamilanpersalinan. Diakses tanggal 14 Maret 2011 jam 16.30 WIB.

Utomo, B. (2010). Gugur kandungan. Dari id.wikipedia.org/wiki /Gugur_kandungan#Klasifikasi_Abortus. Diakses tanggal 26 September 2010 jam 15.07 WIB

Wignyosoebroto, S. (1981). Gejala sosial masyarakat kini yang tengah terus Berubah. Makalah. Surabaya: Simposium

Kecemasan.

Wilcox, A. J. (2010). Fertility and pregnancy an epidemiologyc perspective. New York: Oxford University Press.

Zinbarg, R. E., Craske, M. G., & Barlow, D. H. (1993). Therapist’s guide for the mastery of your anxiety and worry (MAW)

Program. United States of America: Graywind Publications

Referensi

Dokumen terkait

Kecerdasan adalah kemampuan memahami dunia, berpikir secara rasional dan menggunakan sumber-sumber secara efektif pada saat dihadapkan dengan tantangan (Feldam dalam

diverifikasi oleh LSP ... Asesmen Estimator Biaya lalan direncanakan dan disusun dengan cara yang menjamin bahwa verifikasi persyaratan skema sertifikasi telah.

Kartino Surodipo (2015) membuat penguat audio kelas D dengan cara Self Oscillating , dimana terdapat loop feadback dari rangkain R-C yang membuat sinyal gigi gergaji yang akan

Dengan 2 (dua) peranan ini maka lebih besar kemungkinan untuk mencari dan mengumpulkan bukti, baik alat bukti maupun barang bukti berupa dokumen elektronik, yang

Seluruh biaya pendidikan harus dilunasi dalam bentuk tunggakan melalui pembayaran otomatis. Hal ini wajib bagi semua program dan sesi individual. Penempatan hanya akan

Hasil penelitian menunjukan hasil tes akhir/pos tes dengan menggunakan model pembelajaran langsung berbasis proyek terhadap hasil belajar konsep perubahan wujud benda

Tabel 2 menunjukkan nilai validitas pada aspek kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafisan sebesar 1,00 yang berarti LKS berbasis inkuiri terbimbing sangat

Menurut Griffin (2003:11), loyalitas adalah pelanggan yang memiliki ciri-ciri antara lain melakukan pembelian secara berulang-ulang pada suatu perusahaan secara teratur, membeli