23
Bab ini menjelaskan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, satuan pengamatan dan satuan analisis, teknik analisis data, definisi operasional dan instrumentasi yang digunakan terkait dengan penelitian tentang peran Kepala Sekolah dalam meningkatkan kualitas guru IPS di SMA Kristen 1 Salatiga.
A. Metode Penelitian
Menurut Tejoyuwono dalam Mantra mengatakan bahwa “metodologi penelitian adalah suatu ilmu tentang kerangka kerja melaksanakan penelitian
yang bersistem, dalam artian penelitian dikerjakan secara kontekstual”25
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong, definisi metodologi penelitian kualitatif adalah “metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang
dapat diamati”.26
25
Mantra, Ida Bagoes, 2004, Filsafat Penelitian&Metode Penelitian Sosial, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Hal.5
26
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
SMA Kristen 1 Salatiga, berdiri pada tanggal 1 Juni 1951 oleh Perkumpulan Perguruan Kristen Jawa Tengah Utara (PPKJTU) yang kemudian mulai 30 September 1955 berubah nama menjadi Yayasan Perguruan Kristen (YPK). Awal berdirinya SMA Kristen 1 Salatiga berdomisili di Jalan. Dr. Sumardi no. 5 Salatiga, yang sekarang menjadi gedung Sinode. Tahun 1952 sampai dengan tahun 1970 pindah ke Jalan Kotamadya nomor 47, dengan bangunan semi permanen dan terdiri atas 8 ruang kelas. Sebelum pindah di Jalan Kotamadya, SMA Kristen 1 sempat pindah ke gedung SD latihan SGP negeri , yang terletak di sebelah selatan SMP Negeri 1. Sejak tahun 1970 sampai sekarang, SMA Kristen 1 menempati lokasi di Jalan Osamaliki 32 Salatiga, yang merupakan ruas jalan raya Solo - Semarang.
Sejak berdiri hingga sekarang, SMA Kristen 1 telah mengalami beberapa kali perubahan status yakni sejak tahun 1954 berstatus “bersubsidi”, tahun 1985 hingga tahun 1986 berubah status menjadi
Dalam pelayanannya di bidang pendidikan bagi masyarakat Salatiga dan sekitarnya SMA Kristen 1 telah berhasil meluluskan 8876 lulusan yang saat ini umumnya telah bekerja, bahkan menduduki jabatan strategis di berbagai lapangan pekerjaan baik di dalam maupun di luar negeri.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai dengan April 2012. Waktu penelitian ditentukan untuk memberi rentang waktu kepada peneliti untuk mengambil data guna keperluan penelitian.
C. Satuan Pengamatan dan Satuan Analisis
Satuan pengamatan adalah “kelompok/ besaran darimana data itu diperoleh (sumber dan informasi) guna mencari pemecahan masalah dari
persoalan penelitian, sedangkan satuan analisis adalah kelompok/ besaran
terhadap siapa berlakunya kesimpulan-kesimpulan yang ditarik lewat penelitian
yang diberlakukan”.27
Satuan pengamatan dalam penelitian ini adalah Kepala sekolah SMA Kristen 1 Salatiga dan semua guru, sedangkan yang menjadi satuan analisis adalah Kepala sekolah SMA Kristen 1 Salatiga dan empat guru SMA Kristen 1 Salatiga yang terdiri dari 2 Guru IPS dan 2 Guru non IPS.
27
D. Metode Pengumpulan Data
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, karena dalam penelitian ini berusaha mengungkap masalah yang dihadapi dengan menggambarkan setiap aspek sebagaimana adanya. “Penelitian deskriptif (descriptif research) adalah jenis penelitian yang memberikan
gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan
terhadap objek yang di teliti”.28
Dalam penelitian dikenal beberapa metode pengumpulan data, yaitu dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan juga triangulasi sumber, teknik dan waktu.
E. Tekhnik Analisis Data
Tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian tentang peran Kepala Sekolah dalam meningkatkan kualitas guru IPS di SMA Kristen 1 Salatiga ini dengan tekhnik analisis deskriptif kualitatif. “Analisis deskriptif bertujuan
untuk memberikan deskripsi mengenai obyek yang diteliti dan tidak dimaksudkan
untuk pengujian hipotesis”.29
Data-data yang diperoleh dari observasi partisipatif moderat, wawancara terstruktur dan dokumen-dokumen dapat saling dihubungkan untuk memperjelas apa saja yang sebenarnya terjadi pada objek penelitian. Dalam menjamin kepastian data yang yang diperoleh, dapat dilakukan trianggulasi. “Dalam teknik
pengumpulan data, trianggulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
28
Kountur, Ronny, 2004, Metodologi Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Penerbit PPM, Jakarta, Hal.105
29
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada.”30
Teknik trianggulasi tidak digunakan untuk mencari kebenaran tentang fenomena, akan tetapi trianggulasi digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman tentang berbagai hal atau data yang telah ditemukan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan penilaian terhadap masing-masing kemampuan hasil wawancara dengan menggunakan trianggulasi sumber, teknik dan waktu.
“Trianggulasi sumber adalah cara meningkatkan kepercayaan penelitian dengan
mencari data dari sumber yang beragam yang masih terkait satu sama lain,
melakukan eksplorasi untuk mengecek kebenaran data dari beragam sumber”. 31
Dalam penelitian ini trianggulasi sumber didapat melalui pengumpulan data dan pengujiannya dilakukan kepada 2 guru IPS dan 2 guru non IPS.
Trianggulasi teknik adalah penggunaan beragam teknik pengungkapan
data yang dilakukan kepada sumber data, yaitu mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik berbeda.32 Dalam penelitian ini trianggulasi teknik yang
dilakukan dengan wawancara lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi.
Trianggulasi waktu adalah mengecek konsistensi, kedalaman dan
ketepatan/ kebenaran suatu data. Trianggulasi waktu dilakukan dengan cara
mengumpulkan data pada waktu yang berbeda, misalnya peneliti yang melakukan
30
Sugiyono, 2010, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung. Hal. 83. 31
Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung. Hal 170.
32
wawancara di sore hari, bisa mengulang dipagi hari dan mengeceknya kembali di
siang hari atau sebaliknya.”33
F. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang memberikan penjelasan
atas suatu variabel dalam bentuk yang dapat diukur. Definisi operasional ini
memberikan informasi-informasi yang diperlukan untuk mengukur
variabel-variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu definisi operasional harus ada pada
setiap penelitian, agar variabel-variabel yang diteliti dapat diukur.34
Definisi operasional digunakan untuk menjelaskan permasalahan dalam penelitian tentang peran Kepala Sekolah dalam meningkatkan kualitas guru IPS di SMA Kristen 1 Salatiga. Fokus Permasalahan penelitian yaitu tentang peran Kepala Sekolah dalam meningkatkan kualitas guru IPS di SMA Kristen 1 Salatiga, adalah pedoman wawancara tujuh peran kepala sekolah.
G. Instrumen
Instrumen digunakan dalam upaya memperoleh informasi yang akurat dan terpercaya. Menurut Rony Kountour “yang dimaksud dengan instrument pada
suatu penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data,
sedangkan instrumentasi adalah proses pengumpulan data35
33
Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung. Hal 171.
34
Roni Kontur, Op. Cit. Hal. 65. 35
Berdasarkan definisi operasional yang telah dibuat maka instrument yang disusun sebagai pedoman wawancara berdasarkan peran Kepala sekolah dalam Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tanggal 17 april 2007 tentang standar kepala sekolah pada poin B
[image:7.595.99.505.216.742.2]Pedoman wawancara dan kuesioner peran kepala sekolah adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7 peran Kepala Sekolah dalam meningkatkan kualitas guru IPS di SMA Kristen 1 Salatiga.
NO. Dimensi
Kompetensi Kompetensi
Butir Pernyataan Apa yang dilakukan 1 Edukator
1. Fokus terhadap
pengembangan kurikulum dan kegiatan belajarmengajar di sekolah.
1
2. Memfasilitasi dan mendorong para guru sehinggakegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.
2
2 Manajerial
3. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
3
3 Administrator
4. Kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru
4
5. Kepala sekolah harus mampu melakukan pengelolaan pengajaran
5
4 Supervisor
6. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
6
7. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
8. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
8
5 leader
(pemimpin)
9. Kepemimpinan yang
berorientasi pada tugas
9
10. Kepala sekolah memiliki kepribadian yang teladan
10
6 Pencipta
Iklim Kerja
11. Kepala sekolah memotivasi guru bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan
11
12. Tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikankepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapatdilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut
12
13. Kepala sekolah memotivasi para guru dari setiap pekerjaannya
13
14. memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru sehingga memperoleh kepuasan
14
7 Kewirausahaan
15. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif.