Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah, perkembangan perbankan dan sistem pembayaran, informasi tentang keuangan daerah serta prospek perekonomian daerah Sulawesi Tenggara.
Kajian ini disusun secara triwulanan oleh Kantor Bank Indonesia Kendari baik dengan menggunakan data internal maupun data yang diperoleh dari instansi terkait di luar Bank Indonesia. Untuk itu, tanggung jawab penulisan laporan ini sepenuhnya berada pada Kantor Bank Indonesia Kendari.
Kami berharap buku kajian ini dapat terus ditingkatkan mutu, isi dan cara penyajiannya sehingga dapat bermanfaat bagi para pihak yang membutuhkannya. Untuk itu, saran dan masukan guna perbaikan dan penyempurnaan buku kajian ini sungguh akan kami hargai.
Akhirnya, kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang memungkinkan tersusunnya buku kajian ini dan kiranya kerja sama, saling tukar menukar informasi dan data dapat terus berkelanjutan.
Kendari, Agustus 2008
BANK INDONESIA KENDARI
Lawang M. Siagian Pemimpin
iii
KANTOR BANK INDONESIA KENDARIKATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GRAFIK... v
DAFTAR TABEL... vii
RINGKASAN EKSEKUTIF... 1
PERKEMBANGAN EKONOMI... 1
INFLASI ... 2
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ... 3
KEUANGAN DAERAH ... 5
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN... 6
PROSPEK EKONOMI...7
BAB I. ASESMEN MAKROEKONOMI... 9
1. Kondisi Umum ... 9
2. PDRB Menurut Lapangan Usaha ... 9
3. PDRB Menurut Penggunaan ... 19
BOKS 1. Posisi Daya Saing Kabupaten/Kota Di Sulawesi Tenggara ... 23
BAB II. ASESMEN INFLASI ... 28
1. Kondisi Umum ... 28
2. Perkembangan Inflasi di Kota Kendari ... 29
3. Faktor-Faktor Penyumbang Inflasi... 29
BAB III. ASESMEN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN ... 35
1. Kondisi Umum ... 35
2. Perkembangan Bank Umum... 37
2.1. Perkembangan Aset... 37
2.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga ... 38
2.3. Perkembangan Kredit ... 40
2.4. Perkembangan Kredit UMKM... 43
2.5. Perkembangan Kredit Lokasi Proyek ... 44
2.6. Perkembangan NPLs Bank Umum ... 45
2.7. Profitabilitas Usaha ... 46
iv
KANTOR BANK INDONESIA KENDARI4. Perkembangan Perbankan per Wilayah... 50
4.1. Perkembangan Aset... 50
4.2. Perkembangan Penghimpunan DPK... 50
4.3. Perkembangan Penyaluran Kredit ... 51
4.4. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR)... 51
BAB IV. KEUANGAN DAERAH ... 53
1. Realisasi Pendapatan... 53
2. Realisasi Belanja ... 55
BAB V. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 59
1. Perkembangan Aliran Uang Masuk Dan Uang Keluar KBI Kendari... 60
2. Pemberian Tanda Tidak Berharga ... 60
3. Perkembangan Kliring ... 61
BAB VI. KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN ... 63
1. Ketenagakerjaan Daerah ... 63
2. Kesejahteraan ... 65
BOKS 2. Elastisitas Tenaga Kerja di Sulawesi Tenggara ... 69
BAB VII. PERKIRAAN EKONOMIN DAN INFLASI DAERAH ... 72
1. Prospek Ekonomi Makro ... 72
2. Perkiraan Inflasi... 73
3. Prospek Perbankan... 73
v
KANTOR BANK INDONESIA KENDARINama Grafik ... Nomor Halaman
Grafik. 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara ... 9
Grafik. 1.2. Kontribusi Setiap Sektor Terhadap Pembentukan PDRB ... 11
Grafik. 1.3. Pangsa Produksi Tanaman Bahan Makanan per Provinsi Di Sulawesi ... 12
Grafik. 1.4. Volume Produksi Biji Nikel ... 13
Grafik. 1.5. Volume Produksi Ferro Nikel Dan Toll Feni ... 14
Grafik. 1.6. Konsumsi BBM Industri ... 15
Grafik. 1.7. Arus Bongkar Muat di Kota Kendari... 16
Grafik. 1.8.Realisasi Pengadaan Semen di Sulawesi Tenggara... 16
Grafik. 1.9. Jumlah Penumpang Yang Naik Kapal Laut...17
Grafik. 1.10. Penggunaan Jasa Angkutan Udara ... 18
Grafik. 1.11. NTB Perbankan Di Sulawesi Tenggara ... 18
Grafik. 1.12. Realisasi Kredit Konsumsi ... 19
Grafik. 1.13. Realisasi Kredit Modal Kerja Dan Investasi... 20
Grafik. 1.14. Volume Ekspor Provinsi Sulawesi Tenggara ... 21
Grafik. 1.15 Ekspor-Impor Sulawesi Tenggara ... 22
Grafik. 2.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (m.t.m) Nasional & Kendari ... 29
Grafik. 2.2. Sumbangan per Komaditi Pada Kelompok Transportasi Thd Inflasi ... 32
Grafik. 3.1. Perkembangan Pangsa Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara Berdasarkan Kelompok Bank ... 38
Grafik. 3.2. Pangsa DPK Bank Umum Berdasarkan Jenis Simpanan Triwulan II-2008 ... 38
Grafik. 3.3. Pangsa DPK Bank Umum Berdasarkan Golongan Pemilik Posisi Triwulan II-2008... 39
Grafik. 3.4. Pangsa Aktiva Produktif... 40
Grafik. 3.5. Pertumbuhan Kredit (q-t-q) Berdasarkan Penggunaan... 40
Grafik. 3.6. Pangsa Penyaluran Kredit Berdasarkan Penggunaan ... 41
Grafik. 3.7. Pertumbuhan Kredit (q.t.q) Berdasarkan Kelompok Bank... 41
Grafik. 3.8. Pangsa Penyaluran Kredit Berdasarkan sektor Ekonomi ... 42
Grafik. 3.9. Perseujuan Realisasi Kredit Baru... 42
Grafik. 3.10. Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi... 44
Grafik. 3.11. Pangsa Kredit Penggunaan ... 49
Grafik. 3.12. Pangsa Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi... 49
vi
KANTOR BANK INDONESIA KENDARIGrafik. 4.3. Realisasi Belanja Pegawai Tahun 2001-2007 ... 56
Grafik. 4.4. Pangsa Realisasi Belanja Modal Prov. Sulawesi Tenggara Tahun 2007... 57
Grafik. 5.1. Perkembangan Aliran Uang Masuk/Keluar Ke/Dari KBI Kendari... 60
vii
KANTOR BANK INDONESIA KENDARI Nama Tabel ... Nomor HalamanTabel. 1.1. Pertumbuhan Tiap Sektor ... 10
Tabel. 1.2. Kontribusi Tiap Sektor Thd Pertumbuhan PDRB Lapangan Usaha ... 10
Tabel. 1.3. Produksi dan Produktivitas Tanaman Bahan Makanan Tahun 2008... 11
Tabel. 1.4. Produksi dan Produktivitas Tanaman Bahan Makanan Tahun 2007... 12
Tabel. 2.1. Perkembangan Inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara ... 28
Tabel. 2.2. Inflasi Juni 2008... 30
Tabel. 2.3. Perkembangan Harga Mingguan Beberapa Sayur-Sayuran Pada Bulan Juni 2008 ... 30
Tabel. 2.4. Perkembangan Harga Mingguan Beberapa Jenis Ikan Pada bulan Juni 2008 ... 31
Tabel. 2.5. Perkembangan Harga Mingguan Beberapa Bahan Bangunan Pada bulan Juni 2008 ... 32
Tabel. 2.6. Inflasi/Deflasi Terbesar per Sub Kelompok Secara Bulanan ... 33
Tabel. 3.1. Indikator Perbankan Sulawesi Tenggara ... 36
Tabel. 3.2. Perkembangan KUMKM Perbankan Sulawesi Tenggara... 43
Tabel. 3.3. Perkembangan KUKM Menurut Jumlah Rekening ... 44
Tabel. 3.4. Penyaluran Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek... 45
Tabel. 3.5. Perkembangan NPLs Gross (%) per Sektor Ekonomi ... 46
Tabel. 3.6. Perkembangan NPLs Gross (%) Berdasarkan Penggunaan ... 46
Tabel. 3.7. Perkembangan ROA dan NIM ... 47
Tabel. 3.8. Perkembangan Pendapatan Dan Beban Operasional... 47
Tabel. 3.9. Perkembangan Indikator BPR Sulawesi Tenggara... 48
Tabel. 3.10. Dana Pihak Ketiga BPR ... 48
Tabel. 3.11. Kredit BPR Berdasarkan Jenis Penggunaan ... 49
Tabel. 3.12. Perkembangan Perbankan Umum per Wilayah ... 50
Tabel. 3.13. Perkembangan DPK Perbankan per Wilayah ... 51
Tabel. 3.14. Perkembangan Kredit Perbankan per Wilayah ... 51
Tabel. 3.15. Perkembangan LDR per Wilayah ... 52
Tabel. 4.1. Realiasasi Pendapatan dan Belanja Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007 ... 53
Tabel. 4.2. Realiasasi APBD-P Sulawesi Tenggara 2007 ... 58
Tabel. 5.1. Perkembangan Transaksi Melalui SKNBI ... 61
Tabel. 5.2. Perkembangan Transaksi Melalui SKN Non BI di Bau-Bau ... 62
viii
KANTOR BANK INDONESIA KENDARITabel. 6.3. Penduduk Yang Bekerja Menurut Staatus Pekerjaan ... 65
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
TRIWULAN II-2008
PERKEMBANGAN EKONOMI
Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 6,84% (y.o.y),
Sektor pertanian masih tercatat sebagai
sektor yang memberikan kontribusi tertinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara
Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2008 masih mengalami
pertumbuhan yang cukup tinggi meskipun masih cenderung lebih rendah
dari triwulan I-2008. PDRB triwulan II-2008 yang tumbuh sebesar 6,841
%
(y.o.y) atau lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan I-2008 yang
tercatat sebesar 7,78% (y.o.y).
Laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2008 terutama didorong
oleh kinerja sektor pertanian dan sektor perdagangan yang
masing-masing memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan sebesar 2,46%
dan 1,18%. Pertumbuhan ini antara lain ditandai dengan meningkatnya
produktivitas tanaman bahan makanan. Sementara itu, pertumbuhan
Sektor PHR pada triwulan II-2008 antara lain dipengaruhi oleh adanya
berbagai kegiatan Pemerintah Daerah.
Disisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2008 dipicu oleh konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor.
Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2008
didorong oleh kenaikan konsumsi rumah tangga dan ekspor yang
masing-masing diperkirakan tumbuh sebesar 5,86% (y.o.y) dan 10,70%
(y.o.y). Sumbangan konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan
ekonomi sebesar 4,42% sedangkan ekspor sebesar 2,90%.
Meningkatnya konsumsi rumah tangga antara lain dipengaruhi oleh
adanya gaji ke 13 yang diterima oleh PNS pada bulan Juni 2008 dan
penerimaan Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Membaiknya kinerja ekspor pada triwulan II-2008 antara lain tercermin
dari peningkatan volume ekspor Provinsi Sulawesi Tenggara ke luar
negeri sebesar 989,17 ribu ton, sebesar 98,36% dari total volume
tersebut merupakan ekspor biji logam. Selain biji logam, ekspor utama
Sulawesi Tenggara berupa besi dan baja serta kelompok komoditi ikan,
2
kerang-kerangan, molusca, dan olahannya yang pada periode laporanvolume ekspor kedua kelompok komoditi tersebut tercatat sebesar 13,85
ribu ton dan 418 ton. Sementara itu, pada triwulan II-2008 impor dari
luar negeri oleh Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 134 kg berupa
produk-produk yang terkait mesin industri yang berasal dari Singapura
dan Jepang.
INFLASI
Inflasi Sulawesi Tenggara triwulan II
-2008 lebih tercatat sebesar 13,19% (y.o.y)
Kelompok Bahan Makanan tercatat sebagai kelompok yang mengalami inflasi tertinggi.
Kelompok perumahan dan transportasi juga tercatat mengalami inflasi cukup tinggi.
Perkembangan harga yang diukur dengan Indeks Harga Konsumen (IHK)
pada triwulan II-2008 mengalami inflasi sebesar 13,19% (y.o.y) lebih
tinggi dibandingkan triwulan II-2007 yang mengalami inflasi sebesar
9,74% (y.o.y). Laju inflasi di Sulawesi Tenggara tersebut juga tercatat
masih lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 11,03% (y.o.y).
Inflasi tahunan tertinggi di Sulawesi Tenggara terjadi pada kelompok
bahan makanan 29,15% (y.o.y) yang dipicu oleh kenaikan sayur-sayuran
dan ikan segar. Selain kelompok bahan makanan, sumbangan terbesar
inflasi pada bulan Juni 2008 bersumber dari kelompok perumahan, air,
listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa
keuangan yang masing masing memberikan sumbangan sebesar 1,15%
dan 1,86%.
Inflasi yang terjadi pada kelompok sayur-sayuran terutama didorong oleh
kenaikan harga bayam, cabe rawit, kangkung, tomat sayur, cabe merah
besar, kelapa, dan terong bulat sedangkan Inflasi pada sub kelompok
ikan segar terutama disebabkan oleh inflasi pada komoditi Ikan
Kembung, Ikan Cakalang, udang basah, Ikan Layang, Ikan Rambe, Ikan
Ekor Kuning.
Inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik dan gas terutama didorong
oleh inflasi pada sub kelompok biaya tempat. Sementara, Inflasi yang
terjadi pada kelompok transportasi terutama didorong oleh inflasi pada
sub kelompok transportasi dan sub kelompok sarana penunjang
3
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kenaikan suku bunga acuan (BI rate) belum berpengaruh pada kinerja perbankan (bank umum dan BPR) Sulawesi Tenggara .
Sebagai respon terhadap kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM
pada Mei 2008 yang telah memberikan tekanan peningkatan permintaan
domestik sehingga mendorong laju inflasi, Bank Indoesia selama triwulan
II-2007 telah menaikan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 50 basis poin,
hingga akhir Juni 2008 tercatat sebesar 8,50%. Namun demikian,
kenaikan suku bunga acuan tersebut belum terlalu berpengaruh pada
kinerja perbankan (bank umum dan BPR) Sulawesi Tenggara pada
triwulan ini, sebagaimana terlihat pada beberapa indikator kinerja
perbankan.
DPK meningkat sebesar
4,92% (q.t.q). DPK yang dihimpun perbankan Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2008 sebesar Rp4.335,08 miliar, meningkat 4,92% dibanding posisi triwulan
I-2008 yang sebesar Rp4.131,71 miliar (q-t-q). Peningkatan terjadi pada
semua jenis simpanan, dengan peningkatan tertinggi terjadi pada
tabungan yakni sebesar 8,15%, sementara deposito dan giro
masing-masing meningkat sebesar 3,57% dan 0,63% (q-t-q). Peningkatan
tabungan, terutama dipengaruhi oleh kenaikan tabungan milik
perorangan yang meningkat sebesar 6,84%, yang antara lain didorong
oleh adanya penerimaan gaji ke-13 yang dibayarkan pada Juni 2008 dan
pencairan dana BLT, serta tetap bergeraknya aktivitas roda
perekonomian.
Kredit yang disalurkan meningkat 13,00% (q.t.q).
Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat sebesar 78,50%.
Dengan meningkatnya DPK, memberikan peluang kepada perbankan
untuk terus meningkatkan pangsa kredit/pembiayaannya, jumlah
kredit/pembiayaan pada triwulan II-2008 tercatat sebesar Rp3.402,85
miliar, meningkat 13,00% dibandingkan posisi triwulan I-2008 yang
sebesar Rp3.011,48 miliar (q-t-q). Peningkatan kredit terjadi baik pada
kredit produktif (kredit investasi dan modal kerja), yang masing-masing
meningkat sebesar 22,73% dan 9,15%, maupun kredit konsumsi yang
meningkat sebesar 13,94%.
Peningkatan laju pertumbuhan kredit yang lebih besar dari laju
pertumbuhan dana pihak ketiga, telah meningkatkan Loan to Deposit
Ratio (LDR) perbankan Sulawesi Tenggara dari 72,89% menjadi 78,50%.
4
Kredit bermasalah/nonperforming loan (NPLs) gross sebesar 5,07%
pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan, menunjukkan peran
perbankan dalam mendorong perekonomian di Sulawesi Tenggara terus
semakin meningkat.
Dari sisi kualitas, kualitas kredit yang disalurkan perbankan Sulawesi
Tengara cukup baik. Hal ini tercermin pada rasio non performing loans
(NPL) gross yang sebesar 5,07%, sedikit mengalami kenaikan
dibandingkan dengan posisi triwulan I-2008 yang sebesar 4,44%. Untuk
memitigasi risiko kerugian yang muncul, perbankan telah membentuk
cadangan yang cukup berupa Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
(PPAP) sehingga NPL nett tercatat sebesar 2,78%.
Kredit/pembiayaan kepada UMKM meningkat 9,37% (q.t.q)
Berbagai permasalahan yang dihadapi UMKM terutama dari aspek
pembiayaan, dimana banyak UMKM yang feasible namun belum
bankable, lemahnya aspek produksi dan pemasaran. Berbagai upaya telah
dilakukan pemerintah dan bank Indonesia uantuk mendorong
pengembangan UMKM yang antara lain disiasati dengan pemberian
bantuan teknis, pelatihan, magang, pameran serta meningkatkan peran
Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), dan kebijakan skim kredit
pembiayaan yang diluncurkan pemerintah pusat berupa Kredit Usaha
Rakyat (KUR) nampaknya semakin membuahkan hasil, terutama dalam
hal meningkatkan akses pembiayaan UMKM ke sektor perbankan. Porsi
kredit/pembiayaan perbankan kepada UMKM2
pada triwulan II-2008
mencapai Rp3.162,93 miliar, meningkat 9,37% dibandingkan posisi
triwulan II-2007 yang sebesar Rp2.784,73 miliar (q-t-q). Jumlah kredit
UMKM tersebut mencapai 94,03% dari total kredit yang disalurkan oleh
bank umum di Sulawesi Tenggara yang tercatat sebesar Rp3.363,73
miliar. Pertumbuhan kredit untuk sektor UMKM tersebut tentunya akan
semakin mendorong peningkatan kegiatan perekonomian sektor riil di
Sulawesi Tenggara.
Posisi kredit berdasarkan lokasi proyek pada triwulan II-2008 tercatat sebesar Rp4.011,13 miliar
Posisi kredit berdasarkan lokasi proyek di Sulawesi Tenggara pada
triwulan II-2008 tercatat sebesar Rp4.011,13 miliar, yaitu sebesar
Rp3.197,85 miliar (79,92%) disalurkan oleh perbankan Sulawesi
Tenggara sendiri. Sementara dari perbankan DKI Jakarta sebesar
2
5
Rp691,82 miliar (17,29%), perbankan Sulawesi Selatan sebesar Rp93,80miliar (2,35%) dan 0,44% sisanya dari perbankan daerah lainnya. Kredit
yang disalurkan oleh perbankan di luar Sulawesi Tenggara sebagian besar
dipergunakan untuk investasi pada Sektor Pertambangan dan pertanian.
Aktivitas sistem pembayaran mengalami peningkatan
Seiring dengan bergeraknya roda perekonomian Sulawesi Tenggara pada
triwulan II-2008, adanya program Bantuan Langsung Tunai kepada
keluarga miskin dalam upaya mempertahankan daya beli pasca
diberlakukannya kenaikan harga BBM, serta pembayaran gaji ke 13 pada
Juni 2008 kepada pegawai negeri sipil, telah mendorong meningkatnya
aktivitas sistem pembayaran melalui Kantor Bank Indonesia Kendari, baik
melalui transaksi tunai maupun non tunai.
Peningkatan transaksi tunai tercermin pada lebih besarnya uang kartal
yang keluar dibandingkan dengan uang kartal yang masuk melalui
perbankan dari dan ke Kantor Bank Indonesia Kendari. Sementara
peningkatan transaksi non tunai terlihat pada volume dan nominal
transaksi yang dilakukan baik melalui mekanisme Sistem Kliring Nasional
Bank Indonesia (SKNBI) maupun melalui sistem Bank Indonesia Real Time
Gross Settlement (BI-RTGS).
Aliran uang kartal yang keluar pada triwulan II-2008 mencapai
Rp530.506 juta, sementara aliran uang kartal yang masuk sebesar
Rp55.259 miliar sehingga terjadi net ouflow sebesar Rp475.247 juta.
Aliran uang keluar tersebut meningkat 65,96% dibandingkan triwilan
II-2007 yang sebesar Rp319.650 juta.
KEUANGAN DAERAH
Realisasi APBD-P Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007 mengalami surplus sebesar Rp12,54 miliar.
Realisasi PAD tahun
Realisasi pendapatan APBD-P Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007
tercatat sebesar Rp679,90 miliar, sementara realisasi belanja tahun 2007
tercatat sebesar Rp667,36 miliar sehingga terjadi surplus sebesar Rp12,54
miliar.
Realisasi pendapatan asli daerah (PAD) Provinsi Sulawesi Tenggara tahun
2007 tercatat sebesar Rp140,37 miliar atau 80,27% dari anggaran PAD
tahun 2007 sebesar Rp174,86 miliar. Sumber PAD Provinsi Sulawesi
Tenggara masih di dominasi oleh pendapatan pajak dan pendapatan
6
2007 sebesar Rp140,37miliar.
Belanja operasional Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007 sebesar Rp437,36 miliar
sebesar 70,88% dan 11,87%. Sedangkan realisasi pendapatan transfer
Provinsi Sulawesi Tenggara tercatat sebesar sebesar Rp534,66 miliar atau
101,52% dari target sebesar Rp526,64 miliar. Sementara, realisasi
Pendapatan Daerah yang berasal dari Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
tahun 2007 tercatat sebesar Rp4,87 miliar atau hanya tercapai 62,45%
dari target sebesar Rp7,80 miliar.
Secara umum, Belanja Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007 masih
didominasi oleh Belanja Operasional yang tercatat sebesar 437,36 miliar
65,54% dari total belanja tahun 2007. Sementara, belanja modal dan
belanja tak terduga masing-masing sebesar Rp174,66 miliar dan Rp2,19
miliar dan transfer untuk kabupaten/kota tercatat sebesar Rp53,16 miliar.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Pada bulan Februari 2008, jumlah angkatan kerja meningkat 0,79%. Dari total angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja tercatat meningkat 1,17%
NTP Sulawesi Tenggara bulan Mei 2008 mengalami peningkatan sebesar 3,90% dibanding NTP bulan April 2008.
Secara umum kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada bulan
Februari 2008 menunjukkan kondisi yang lebih baik. Pada bulan Februari
2008, jumlah angkatan kerja tercatat sebesar 963.338 orang atau
meningkat 0,79% dibandingkan bulan Agustus 2007 tercatat sebanyak
955.763 orang. Dari total angkatan kerja tersebut, jumlah penduduk
yang bekerja tercatat sebanyak 905.085 orang atau meningkat 1,17%
dibandingkan data jumlah penduduk yang bekerja pada bulan Agustus
2007 yang tercatat sebanyak 894.601 orang. Peningkatan jumlah
penduduk yang bekerja tersebut berdampak terhadap penurunan tingkat
pengangguran terbuka dari 6,40% pada bulan Agustus 2007 menjadi
6,05% pada bulan Februari 2008.
Pada bulan Mei 2008, NTP Sulawesi Tenggara tercatat sebesar 108,16
atau mengalami kenaikan sebesar 3,80% dibandingkan NTP bulan April
2008 yang tercatat sebesar 104,19. Hal ini disebabkan oleh kenaikan
indeks harga hasil produksi pertanian yang diterima tercatat relatif lebih
tinggi daripada indeks barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah
tangga maupun untuk produksi pertanian.
Secara umum, indeks yang diterima Petani dari kelima sub sektor pada
bulan Mei 2008 menunjukkan perubahan yang positif. Secara gabungan,
7
Indeks yang diterimapetani sebesar 113,98 atau naik 5,25% dibanding bulan April 2008
Indeks yang dibayar petani sebesar 105,38 atau naik 3,80%.
atau naik 5,24% dibandingkan bulan April 2008.
Pada bulan Mei 2008, indeks yang dibayar oleh petani untuk seluruh sub
sektor mengalami kenaikan dan secara gabungan, indeks yang dibayar
petani pada periode laopran tercatat sebesar 105,38 atau naik 3,80%
dibandingkan bulan sebelumnya.
PROSPEK EKONOMI
Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan III-2008, diperkirakan masih tumbuh dengan cukup bagus.
Pada triwulan III-2008, Kinerja perekonomian Sulawesi Tenggara
diperkirakan masih cukup bagus yang ditandai dengan laju pertumbuhan
yang diperkirakan masih cukup tinggi. Dari sisi sektoral, pertumbuhan
ekonomi diperkirakan akan didorong oleh sektor pertanian sehubungan
dengan berlangsungnya masa panen produk tabama (padi) di
sentra-sentra produksi beras di Sulawesi Tenggara yang secara umum puncak
panen padi di Sulawesi Tenggara terjadi pada triwulan III-2008.Secara
sektoral, pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara pada
triwulan III-2008 didorong oleh kinerja sektor pertanian, sektor
perdagangan,hotel dan restoran (PHR), serta sektor bangunan. Sementara
disisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi akan didoronng oleh konsumsi
dan investasi.
Inflasipada triwulan III-2008 diperkirakan masih cukup tinggi
Pada triwulan III-2008, laju inflasi diperkirakan masih cukup tinggi.
Determinan inflasi selain berasal dari faktor internal juga dari eksternal.
Tekanan dari internal adalah meningkatnya kebutuhan masyarakat seiring
dengan datangnya bulan puasa yang jatuh pada bulan September 2008
serta persiapan dalam rangka menjelang hari raya Idul Fitri pada awal
bulan Oktober 2008. Sementara itu, di sisi eksternal kenaikan harga
bahan bakar minyak dunia yang akan memicu kenaikan BBM di dalam
negeri juga akan mempengaruhi harga-harga komoditas terutama
komoditas yang selama ini didatangkan dari luar Sulawesi Tenggara.
Tekanan inflasi juga akan bertambah besar apabila pemerintah merespon
kenaikan harga BBM dunia dengan menaikan harga BBM dalam negeri.
Kinerja perbankan masih tumbuh positif meskipun cenderung
8
melambat. diperkirakan masih akan tumbuh positif meskipun cenderung lebihlambat dibandingkan periode sebelumnya. Perlambatan tersebut antara
lain merupakan dampak menurunnya daya beli masyarakat.
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dan penyaluran kredit perbankan
di Sulawesi Tenggara pada triwulan III-2008 diperkirakan masih tumbuh
positif meskipun melambat. Sementara itu, penurunan daya beli
masyarakat berpotensi untuk meningkatkan non performing loans (NPLs)
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara 0 2 4 6 8 10 12 Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 1 Q 2 Q
3 Q4
Q
1
Q
2
Q
3 Q4
Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 1 Q 2 *
2004 2005 2006 2007 2008
%
Sumber: data BPS diolah *)Proyeksi Bank Indonesia
Asesmen Makroekonomi
1. KONDISI UMUM
Ditengah berkembangnya berbagai gejolak eksternal maupun domestik, perekonomian
Indonesia pada triwulan II-2008 diperkirakan masih mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi
meskipun cenderung lebih rendah dari triwulan I-2008. PDB triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh
sebesar 6,00% (y.o.y) atau lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan I-2008 yang tercatat
sebesar 6,30% (y.o.y). Rendahnya pertumbuhan pada triwulan II-2008 tersebut didorong oleh
kecenderungan menurunnya permintaan domestik akibat kenaikan harga BBM bersusidi pada akhir
Mei 2008.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Tenggara yang diukur berdasarkan
PDRB harga konstan pada triwulan II-2008
diperkirakan mengalami perlambatan
dibandingkan triwulan I-2008 dimana
pertumbuhan ekonomi triwulan II-2008
diperkirakan tumbuh sebesar 6,84%1
(y.o.y).
Secara sektoral, laju pertumbuhan
ekonomi pada triwulan II-2008 terutama
didorong oleh kinerja sektor pertanian dan sektor perdagangan yang masing-masing memberikan
kontribusi terhadap pertumbuhan sebesar 2,46% dan 1,18%. Disisi lain, terdapat satu sektor yang
mengalami kontraksi yaitu sektor pertambangan.
Di sisi penggunaan, penyumbang tertinggi pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan
adalah konsumsi dan ekspor yang masing-masing memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan
ekonomi sebesar 4,42% dan 2,90%.
2. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
Berdasarkan data PDRB menurut lapangan usaha, pada triwulan II-2008 tercatat terdapat satu
sektor yang mengalami kontraksi yaitu sektor pertambangan sementara sektor yang lain masih
1
10
tumbuh positif. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2008 terutama
didorong oleh sektor pertanian dan sektor perdagangan yang masing-masing tumbuh sebesar
7,32% (y.o.y), dan 7,77% (y.o.y).
Tabel 1.1 Pertumbuhan Tiap Sektor (dalam persen)
2007 2008
LAPANGAN USAHA Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
Pertanian 7.15 2.45 3.25 3.25 6.33 7.32
Pertambangan -4.4 60.71 21.25 26.78 18.45 -0.77
Industri 8.55 28.09 0.2 4.23 2.34 8.99
Listrik, Gas dan Air 15.51 7.33 5.67 -0.81 9.06 10.12
Bangunan 17.14 8.26 4.92 4.76 16.64 7.84
Perdagangan 9.25 7.1 7.23 10.99 5.02 7.77
Angkutan 8.01 8.92 2.71 20.56 14.37 8.45
Keuangan 9.41 -1.5 26.83 31.67 16.9 11.63
Jasa-jasa 8.09 7.15 5.6 5.67 2.88 2.60
PDRB 7.89 9.14 6.29 8.67 7.78 6.84
Sumber: BPS diolah
*) Proyeksi Bank Indonesia
Tabel 1.2. Kontribusi Tiap Sektor Thd Pertumbuhan PDRB Lapangan Usaha
(dalam persen)
2007 2008
LAPANGAN USAHA Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
Pertanian 2.57 0.88 1.16 1.21 2.29 2.46
Pertambangan -0.27 3.51 1.21 1.13 0.99 -0.05
Industri 0.75 2.64 0.02 0.39 0.21 0.90
Listrik, Gas dan Air 0.11 0.05 0.04 -0.01 0.07 0.07
Bangunan 1.09 0.64 0.4 0.41 1.16 0.61
Perdagangan 1.43 1.05 1.08 1.61 0.79 1.18
Angkutan 0.63 0.69 0.22 1.41 1.10 0.65
Keuangan 0.45 0.05 1.44 1.79 0.77 0.67
Jasa-jasa 1.13 0.96 0.72 0.73 0.40 0.35
PDRB 7.89 9.14 6.29 8.67 7.78 6.84
Sumber: BPS diolah
*) Proyeksi Bank Indonesia
Dilihat dari kontribusinya terhadap pertumbuhan, sektor pertanian tercatat sebagai sektor
yang memberikan kontribusi tertinggi yaitu sebesar 2,46%. Selain itu, kontribusi sektor
perdagangan terhadap pertumbuhan juga cukup besar yaitu 1,18% sedangkan kontribusi dari
sektor yang lain masih dibawah 1,00%.
11
Sumber: Data Angka Ramalan II BPS Prov. Sulawesi Tenggara
33.79 5.66 10.23 0.71 7.80 15.25 7.81 6.01 12.74
0 10 20 30 40
Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa-jasa %
sektor pertanian, sektor perdagangan, dan sektor jasa-jasa yang masing-masing memberikan
kontribusi terhadap pembentukan PDRB sebesar 33,79%, 15,25% dan 12,74% seperti tampak
pada Grafik 1.2.
Perkembangan tiap-tiap sektor ekonomi pembentuk PDRB akan dianalisis lebih lanjut dalam sub
bab berikut ini.
2.1 Sektor Pertanian
Sektor pertanian pada triwulan II-2008 tumbuh sebesar 7,32% (y.o.y). Pertumbuhan sektor
pertanian pada triwulan ini lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2007 dimana total produksi
tanaman bahan makanan periode Januari 2008 - Agustus 2008 diperkirakan sebesar 563,27 ribu
ton. Pertumbuhan ini antara lain ditandai dengan meningkatnya produktivitas tanaman bahan
makanan. Berdasarkan angka ramalan II-2008, produktivitas tanaman bahan makanan tercatat
sebesar 40,69 kuintal/ha atau meningkat 2,60% dibandingkan dengan periode yang sama tahun
2007 dimana produktivitas tanaman bahan makanan tercatat sebesar 39,66% kuintal/ha (angka
sementara).
Tabel 1.3 Produksi dan Produktivitas Tanaman Bahan Makanan Tahun 2008
Januari - April 2008 Mei - Agustus 2008 Januari - Agustus 2008 Komoditi Produksi
(ton) Produktivitas (Kuintal/Ha) Produksi (ton) Produktivitas (Kuintal/Ha) Produksi (ton) Produktivitas (Kuintal/Ha)
Padi 80,766.67 37.48 216,881.67 38.57 297,648.33 38.27 Jagung 55,851.60 24.40 32,108.40 23.86 87,960.00 24.20 Kedelai 1,941.30 9.77 1,143.87 8.62 3,085.17 9.31 Kacang Tanah 3,386.52 9.21 3,551.04 8.53 146,638.09 187.04 Kacang Hijau 523.80 8.21 627.95 8.03 1,151.74 8.11 Ubi Kayu 47,704.80 156.00 98,933.29 158.42 6,937.56 7.46 Ubi Jalar 5,470.63 79.98 14,377.88 83.35 19,848.51 82.39 Total 195,645.31 35.91 367,624.09 43.80 563,269.40 40.69
Grafik 1.2. Kontribusi Setiap Sektor Thd Pembentukan PDRB
12
Sumber: Data Angka Angka Sementara BPS Prov. Sulawesi Tenggara
Tabel 1.4 Produksi dan Produktivitas Tanaman Bahan Makanan Tahun 2007
Januari - April 2007 Mei - Agustus 2007 Januari - Agustus 2007 Komoditi Produksi
(ton)
Produktivitas (Kuintal/Ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (Kuintal/Ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (Kuintal/Ha)
Padi 50,994 35.44 245,472 37.73 296,466.00 37.31 Jagung 69,633 24.51 21,106 20.69 90,739.00 23.50 Kedelai 1,444 9.67 1,102 8.49 6,875.00 8.74 Kacang Tanah 3,817 9.23 3,058 8.20 144,884.00 160.29 Kacang Hijau 557 8.07 587 7.99 1,144.00 8.03 Ubi Kayu 39,830 161.32 105,054 159.90 2,546.00 9.12 Ubi Jalar 4,751 76.14 13,627 83.19 18,378.00 81.25 Total 171,026 32.76 390,006 43.71 561,032.00 39.66
Produksi tanaman bahan makanan di Sulawesi Tenggara masih didominasi oleh produksi
padi yaitu sebesar 297,65 dengan pangsa sebesar 52,84% dari total produksi tanaman bahan
makanan sehingga peningkatan produktivitas padi berdampak cukup besar terhadap meningkatnya
produktivitas tanaman bahan makanan secara keseluruhan. Produktivitas padi pada periode laporan
tercatat sebesar 38,27 kuintal/ha atau meningkat 2,57% dibandingkan periode yang sama tahun
2007. Peningkatan produktivitas padi tersebut antara lain disebabkan oleh penggunaan bibit padi
varietas unggul baru (VUB) serta didukung dengan kegiatan penyuluhan pertanian.
Produksi tanaman bahan makanan Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2008
tercatat sebesar 9,98% dari total produksi di wilayah Sulawesi. Secara umum Provinsi Sulawesi
Selatan, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tengah masih mendominasi produksi tanaman bahan
makanan di Sulawesi yang masing-masing memiliki pangsa sebesar 56,58%, 12,29%, dan
10,17%.
Grafik 1.3 Pangsa Produksi Tanaman Bahan Makanan per Provinsi di Sulawesi
Sumber: Badan Pusat Statistik
Sulawesi Selatan, 56.58%
Sulawesi Utara, 12.29%
Sulawesi Tengah, 10.17% Sulawesi
Barat, 4.52% Gorontalo,
6.47% Sulawesi
13
Sementara itu, kinerja perkebunan kakao di Sulawesi Tenggara diperkirakan lebih baik
dibandingkan triwulan II-2008 meskipun masih belum optimal. Kondisi ini antara lain didorong oleh
adanya program revitalisasi perkebunan dimana realisasi program revitalisasi perkebunan kako
hingga bulan Juni 2008 tercatat sebesar Rp2,01 miliar Secara umum, program revitalisasi kakao
dilakukan dengan pola sambung samping.
2.2 Sektor Pertambangan
Sektor pertambangan Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2008 mengalami
penurunan sebesar -0,77% (y.o.y) Sektor pertambangan Sulawesi Tenggara masih didominasi oleh
komoditas biji nikel yang diproduksi oleh PT. Aneka Tambang (Antam) Pomalaa.
-100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
W
M
T
Penurunan yang terjadi di sektor pertambangan pada triwulan ini antara lain dipengaruhi
oleh penurunan volume produksi PT. Antam Pomalaa. Total volume produksi PT. Antam Pomalaa
pada periode laporan tercatat sebesar 434.765 WMT yang terdiri atas saprolite sebesar 354.209
WMT dan limonite sebesar 80.556 WMT. Total volume produksi tersebut mengalami penurunan
sebesar -29,85% dibandingkan volume produksi biji nikel pada tahun 2007 sebesar 619.765 WMT
Penurunan ini terjadi karena penurunan permintaan Cina terhadap biji nikel. yang antara lain
disebabkan oleh selesainya pembangunan venue dalam rangka penyelenggaraan olimpiade beijing
2008. Selain itu, perlambatan perekonomian global diperkirakan berdampak negatif terhadap
permintaan nikel sehingga berpengaruh terhadap penurunan kinerja pertambangan di Sulawesi
Tenggara. Secara umum, hasil pertambangan nikel di Sulawesi Tenggara di ekspor ke Cina, Korea
Selatan, dan Switzerland.
Grafik 1.4 Volume Produksi Biji Nikel
14
-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2007 2008
T
o
n
N
i
-10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%
Ferronikel dan Toll Feni Pertumbuhan y.o.y
Penurunan yang terjadi di sektor pertambangan juga searah dengan hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh KBI Kendari pada triwulan II-2008 sebagaimana terlihat
pada Saldo Bersih (SB) yang sebesar -33,33%.
2.3 Sektor Industri pengolahan
Pada triwulan II-2008 industri pengolahan mengalami pertumbuhan 8,99% (y.o.y). Kinerja
pertambangan di Sulawesi Tenggara hingga saat ini masih dipengaruhi oleh produksi PT. Aneka
Tambang (Antam) Pomalaa yang terdiri dari Ferronikel dan Toll Feni. Volume produksi industri
pengolahan PT. Antam Pomalaa pada triwulan II-2008 tercatat sebesar 4.899,52 Ton Ni atau
meningkat sebesar 11,50% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4.394 Ton Ni.
Peningkatan volume produksi tersebut dipengaruhi oleh adanya produk Toll Feni sebesar
748,37 Ton Ni sedangkan pada triwulan II-2007 PT. Antam Pomalaa tidak memproduksi Toll Feni.
Volume produksi ferronikel PT. Antam Pomalaa pada triwulan II-2008 belum optimal karena adanya
perbaikan salah satu pabrik ferronikel. Meskipun demikian, total volume produksi ferronikel hingga
Juni 2008 sebesar 8.515 Ton Ni masih memenuhi target produksi tahun 2008 sebesar 17.000 Ton
Ni.
Pertumbuhan sektor industri di Sulawesi Tenggara juga ditandai dengan meningkatnya
konsumsi BBM Industri pada triwulan II-2008 yang tercatat sebesar 658 ribu liter2
atau meningkat
sebesar 3,62% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 635 ribu
liter.
2
Sumber: Depot Pertamina Kendari
Grafik 1.5 Volume Produksi Ferronikel Dan Toll Feni
15
-100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000 900,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2006 2007 2008
L
ite
r
Peningkatan konsumsi BBM Industri tersebut terutama didorong oleh meningkatnya
konsumsi BBM Industri jenis premium dimana pada triwulan laporan tercatat sebesar 118 ribu liter
atau meningkat 24,21% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu,
konsumsi solar untuk industri pada triwulan II-2008 masih relatif sama dengan periode yang sama
tahun sebelumnya.
2.4 Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran
Pada triwulan II-2008, Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) mengalami
pertumbuhan sebesar 7,77% (y.o.y). Pertumbuhan Sektor PHR pada triwulan II-2008 antara lain
dipengaruhi oleh adanya berbagai kegiatan Pemerintah Daerah seperti penyelenggaraan
Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) se Sulawesi di Kota Kendari yang berlangsung
pada bulan April 2008 yang dihadiri oleh Gubernur dan Bupati beserta Kepala Bappeda di wilayah
Sulawesi. Berbagai kegiatan dalam rangka perayaan HUT Provinsi Sulawesi Tenggara ke-44 dan
perayaan HUT Kota Kendari ke-176 juga memberikan dampak positif terhadap membaiknya kinerja
sektor PHR pada triwulan laporan. Membaiknya kinerja sektor perdagangan juga ditandai dengan
meningkatnya jumlah barang yang masuk melalui pelabuhan Kota Kendari pada triwulan II-2008
dimana volume bongkar pada triwulan II-2008 tercatat sebesar 164.827 ton/m3
atau meningkat
50,05% dibandingkan periode yang sama tahun 2007.Secara umum perdagangan di Kota Kendari
masih didominasi oleh arus barang yang masuk daripada barang yang dikirim dari Kota Kendari.
Kondisi ini tercermin dari volume arus bongkar yang lebih besar daripada volume barang yang
dimuat dimana pada periode laporan hanya tercatat sebesar 31.949 ton/m3
.
Grafik 1.6 Konsumsi BBM Industri
16
-10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 90,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2006 2007 2008
T
o
n
-30% -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50%
Realisasi Pengadaan Semen Pertumbuhan y.o.y
-50,000 100,000 150,000 200,000 250,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2007 2008
to
n
/m
3
B o ngkar M uat
Grafik 1.7 Arus Bongkar Muat Di Kota Kendari
2.5 Sektor Bangunan
Pada triwulan II-2008, sektor bangunan di Sulawesi Tenggara mengalami pertumbuhan
sebesar 7,84% (y.o.y). Pertumbuhan sektor bangunan ditandai dengan banyaknya pembangunan
properti baik untuk komersial maupun residensial yang dilakukan oleh pengembang swasta, yakni
berupa pembangunan ruko, pusat perbelanjaan dan perumahan. Pembangunan oleh para
pengembang tersebut dilakukan dalam rangka mengantisipasi meningkatnya kebutuhan
masyarakat akan tempat usaha dan rumah tinggal. Sementara itu, pembangunan proyek-proyek
infrastruktur pemerintah pada triwulan II-2008 sudah mulai berjalan. Pada tahun 2008, total
anggaran Departemen Pekerjaan Umum yang dialokasikan untuk pembangunan dan pemeliharaan
infrastruktur di Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai Rp219,903
miliar. Dana tersebut dialokasikan
untuk pembangunan/ pemeliharaan jalan dan jembatan, sumber daya air, serta pemukiman.
3
www.pu.go.id
Sumber: Data PT. Pelabuhan IV Kendari diolah
Grafik 1.8 Realisasi Pengadaan Semen di Sulawesi Tenggara
17
Pertumbuhan sektor bangunan juga sejalan dengan meningkatnya realisasi pengadaan
semen dari 63.850 ton pada triwulan II-2007 menjadi 76.564 ton pada triwulan II-2008 atau
meningkat sebesar 19,91% dan meningkatnya penyaluran kredit untuk pembangunan perumahan
dan Rukan (Ruko/kantor) dari Rp152 miliar pada triwulan II-2007 menjadi Rp251 miliar, atau
meningkat sebesar 64,83%.
2.6 Sektor Angkutan dan Komunikasi
Pada triwulan II-2008, sektor angkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh sebesar
8,54% (y.o.y). Pertumbuhan sektor angkutan pada triwulan ini cenderung melambat yang antara
lain dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM pada akhir Mei 2008 dan berdampak mendorong
naiknya tarif transportasi di Sulawesi Tenggara dimana tarif angkutan darat Antar Kota Dalam
Provinsi (AKDP) dan tarif kapal laut. Sementara itu, kenaikan harga tiket pesawat terbang antara
lain disebabkan karena permintaan yang tinggi, disisi lain ada pengurangan jumlah penerbangan.
Kapal laut dan pesawat merupakan alat transportasi yang cukup penting dan strategis di Sulawesi
Tenggara sebagai penghubung dengan wilayah di luar Provinsi Sulawesi Tenggara mengingat
kondisi geografis Sulawesi Tenggara yang terdiri dari kepulauan dan daratan dengan karakteristik
topografi yang berbukit-bukit.
Kinerja angkutan laut pada triwulan II-2008 menunjukkan penurunan yang ditandai dengan
turunnya jumlah penumpang yang menggunakan kapal laut sebagai sarana transportasi. Pada
periode laporan, jumlah pengguna jasa penyeberangan kapal laut yang diberangkatkan dari
Pelabuhan Bau-Bau, Kolaka dan Kendari sebanyak 154.965 orang atau turun -6,68% dibandingkan
triwulan sebelumnya.
-10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000
Januari Februari Maret April Mei Juni
O
ra
n
g
Penurunan pada sektor transportasi khususnya transportasi udara tercermin dari jumlah
penumpang yang berangkat melalui Bandara Wolter Monginsidi Kendari. Pada triwulan II-2008
jumlah penumpang pesawat yang berangkat dari Bandar Udara Wolter Monginsidi Kendari tercatat
Sumber: Pelabuhan Bau-bau, Kolaka dan Kendari
18
-10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2007 2008
O
ra
n
g
sebanyak 47.2634
penumpang atau turun - 1,13% dibandingkan triwulan II-2007 sebanyak 47.8045
penumpang.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kenaikan tarif angkutan seiring dengan kenaikan
BBM pada akhir bulan Mei 2008 antara lain direspons oleh masyarakat Sulawesi Tenggara dengan
mengurangi frekuensi perjalanannya.
2.7 Sektor Keuangan
Meskipun Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan (BI Rate), sebagai respons
atas kenaikan harga BBM yang telah mendorong kenaikan harga barang dan jasa, namun pada
triwulan II-2008, sektor keuangan masih tumbuh sebesar 11,63% (y.o.y). Kinerja sektor keuangan
Provinsi Sulawesi Tenggara masih dipengaruhi oleh kinerja sektor perbankan dimana pada saat ini
terdapat 13 bank umum dan 6 BPR di Sulawesi Tenggara. Pada triwulan II-2008 kinerja perbankan
4
Sumber: Bandara Wolter Monginsidi Kendari 5
Sumber: Bandara Wolter Monginsidi Kendari
Grafik 1.10 Pengguna Jasa Angkutan Udara
Grafik 1.11 NTB Perbankan Di Sulawesi Tenggara (Jutaan Rp) Sumber: Bandara Wolter Monginsidi Kendari
Sumber:Data LBU Bank Umum diolah
-50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2006 2007 2008
Ju
19
Grafik 1.12 Realisasi Kredit Konsumsidi Sulawesi Tenggara menunjukkan pertumbuhan yang positif ditandai dengan meningkatnya
pendapatan operasional perbankan dari Rp265 miliar pada triwulan II-2008 menjadi Rp327 miliar
pada triwulan II-2008 atau meningkat sebesar 22,62%
3. PDRB MENURUT PENGGUNAAN
Dari sisi penggunaan,pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2008 didorong oleh konsumsi
rumah tangga dan kinerja ekspor yang masing-masing diperkirakan tumbuh sebesar 5,86% (y.o.y)
dan 10,70% (y.o.y). Sumbangan konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar
4,42% sedangkan ekspor sebesar 2,90%.
3.1 KONSUMSI
Konsumsi pada triwulan II-2008 tumbuh sebesar 5,86% (y.o.y) dengan kontribusi terhadap
pertumbuhan sebesar 4,42%. Meningkatnya konsumsi rumah tangga antara lain dipengaruhi oleh
adanya gaji ke 13 yang diterima oleh PNS pada bulan Juni 2008 dan penyaluran Bantuan Langsung
Tunai (BLT) pada bulan Juni 2008, kebijakan pemberian BLT kepada masyarakat miskin merupakan
salah satu kebijakan pemerintah guna menahan penurunan daya beli masyarakat sebagi dampak
kenaikan BBM pada akhir Bulan Mei 2008.
0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000 450,000
Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 1 Q 2
2007 2008
Ju
ta
a
n
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140%
Realisasi Kredit Konsumsi Pertumbuhan y.o.y
Sementara itu, meningkatnya konsumsi rumah tangga juga sejalan dengan meningkatnya
realisasi kredit baru untuk tujuan konsumsi yang disalurkan oleh perbankan Sulawesi Tenggara
yang pada triwulan II-2008 mengalami pertumbuhan sebesar 64,04% (y.o.y).
20
Grafik 1.13 Realisasi Kredit Modal Kerja dan InvestasiSumber: LBU Bank Umum
0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 180,000
Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 1 Q 2
2006 2007 2008
Ju
ta
a
n
Modal Kerja Investasi 3.2 Investasi
Investasi di Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh sebesar 10,58% (y.o.y) dengan kontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 2,82%. Secara umum, investasi di Provinsi Sulawesi
Tenggara masih didominasi oleh investasi pemerintah terutama dalam bentuk proyek-proyek
pemerintah yang sebagian besar lelang tender pelaksanaan proyek-proyek tersebut telah dilakukan
pada triwulan I-2008. Sementara itu, realisasi investasi swasta relatif masih sedikit yang sebagian
besar dilakukan dalam bentuk pembangunan properti, baik properti komersial (Rukan) maupun
perumahan. Peningkatan investasi swasta tersebut tercermin pada meningkatnya pembiayaan
perbankan untuk pembangunan properti, dari Rp207 miliar pada triwulan II-2007 menjadi Rp304
miliar pada triwulan II-2008 atau meningkat 46,52%. Peningkatan pembiayaan perbankan tersebut
juga ditandai dengan peningkatan realisasi kredit investasi dan kredit modal kerja tahun 2008
dimana realisasi kredit investasi pada triwulan II-2008 tercatat meningkat 64,51% dari Rp46,16
pada triwulan II-2007 menjadi Rp75,94 miliar pada triwulan II-2008 sedangkan realisasi kredit
modal kerja juga tercatat meningkat 61,95% dari Rp95,50 miliar pada triwulan II-2007 menjadi
Rp154,67 miliar pada triwulan II-2008.
3.3 EKSPOR & Impor
Pada triwulan II-2008, kinerja ekspor Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh sebesar 10,70%
(y.o.y) Sumbangan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara mencapai 2,90%
Meskipun kinerja ekspor masih cukup bagus namun pertumbuhan ekspor Sulawesi Tenggara pada
triwulan II-2008 lebih lambat dibandingkan pertumbuhan ekspor pada triwulan II-2007. Provinsi
Sulawesi Tenggara juga tercatat masih memiliki nilai net balance perdagangan yang negatif atau
21
Sumber: Disperindagkop Prov. Sulawesi Tenggara
seluruh arus perdagangan keluar dan masuk baik yang sifatnya antar wilayah (provinsi) maupun
antar negara.
Grafik 1.14 Volume Ekspor Provinsi Sulawesi Tenggara
0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 900.00 1000.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2007 2008
R
ib
u
an
To
n
0% 100% 200% 300% 400% 500% 600%
Volume Ekspor Pertumbuhan (y.o.y)
Komoditas utama yang diekspor Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi beberapa kelompok
komoditas seperti biji besi, ferronikel, ikan, kakao, mutiara, dan aspal. Namun demikaian, kegiatan
ekspor Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2008 masih sangat tergantung dari hasil pertambangan.
Kinerja ekspor Sulawesi Tenggara masih sangat ditentukan oleh kinerja PT. Aneka Tambang, PT.
Dharma Rosadi Internasional, dan PT. Arga Morini Indah yang mengelola area pertambangan nikel.
Volume ekspor Provinsi Sulawesi Tenggara ke luar negeri pada triwulan II-2008 mencapai
915,01 ribu ton dengan nilai US$229,30 juta, dimana 96,40% dari total volume tersebut
merupakan ekspor biji logam sedangkan ekspor ferronikel tercatat sebesar 32,94 ribu ton. Disisi
lain, pada triwulan II-2008 tidak tercatat ekspor kakao dari Sulawesi Tenggara. Tidak tercatatnya
ekspor kakao tersebut antara lain disebabkan oleh pola penjualan kakao yang diperdagangkan
secara antar pulau sehingga tidak tercatat sebagai ekspor Sulawesi Tenggara ke luar negeri. Selain
itu, pengelolaan off farm yang belum optimal serta turunnya kualitas panen pada bulan Mei 2008
juga memberikan dampak negatif terhadap volume ekspor kakao
Sementara itu, kegiatan impor Provinsi Sulawesi Tenggara lebih banyak dilakukan antar
pulau atau antar wilayah dalam batas negara Indonesia dibandingkan dengan kegiatan impor
langsung dari luar negeri. Pada triwulan II-2008, kegiatan ekspor-impor antar pulau oleh Provinsi
22
Sumber: Data BPS diolah *) Angka Sementara
0.0 100,000.0 200,000.0 300,000.0 400,000.0 500,000.0 600,000.0 700,000.0 800,000.0 900,000.0 1,000,000.0
I II III IV I II
2007 2008*
Ekspor Impor Grafik 1.15. Ekspor-Impor Sulawesi Tenggara
Berdasarkan
klasifikasi SITC, pada triwulan II-2008
impor dari luar negeri oleh Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 134 kg dengan nilai US$29,29 ribu.
Menurut jenisnya, barang yang di impor Sulawesi Tenggara adalah produk-produk terkait mesin
23
BOKS 1
Posisi Daya Saing Kabupaten/Kota Di Sulawesi Tenggara
Pada tanggal 23 April 2008 KBI Kendari melakukan seminar hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kantor Pusat Bank Indonesia. Salah satu materi yang disampaikan dalam
seminar tersebut adalah Penelitian “Daya Saing Ekonomi Daerah: Perspektif, Profil,
dan Pengukurannya Di Kabupaten/Kota Di Indonesia”, Seminar daya saing lebih
difokuskan pada daya saing Provinsi Sulawesi Tenggara. Konsep penelitian daya saing
ekonomi daerah ini mengadopsi model The European Commision, yang mengelompokkan
variabel-variabel ke dalam 2 (dua) kelompok yakni input dan output. Di dalam kelompok
input terdapat 37 (tiga puluh tujuh) variabel sedangkan dalam kelompok output terdapat 3
(tiga) variabel. Variabel-variabel dalam kelompok input inilah yang menjadi faktor utama
pembentuk daya saing ekonomi suatu daerah yang tercermin pada besaran
variabel-variabel output yang dihasilkan, guna pencapaian target outcome yakni pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan.
Ke-37 variabel dalam kelompok input digolongkan ke dalam 5 kategori indikator input
besar yakni : i) perekonomian daerah; ii) ketenagakerjaan dan Sumber Daya Manusia
(SDM); iii) lingkungan usaha produktif; iv) infrastruktur, SDA dan lingkungan; v)
perbankan dan lembaga keuangan. Sementara itu, 3 variabel output yakni: i) kinerja
ekonomi daerah PDRB per kapita; ii) produktivitas tenaga kerja; iii) tingkat kesempatan
kerja.
Berdasarkan hasil pemeringkatan daya saing daerah dari 434 (empat ratus tiga puluh
empat) kabupaten/kota di Indonesia yang diteliti, menunjukkan bahwa :
Tidak terdapat kabupaten/kota khususnya di Sulawesi yang termasuk dalam 10% peringkat teratas. Catatan bahwa “kabupaten/kota yang mempunyai daya saing
tinggi tidak selalu terkait dengan SDA yang tinggi”.
Secara umum daerah-daerah di Sulawesi Tenggara berada pada pada peringkat menengah, meskipun demikian terdapat beberapa daerah di Sulawesi Tenggara yang
termasuk dalam kategori “10% peringkat terbawah”, antara lain :
Kabupaten Score Peringkat Konawe Selatan 1.09 394
Bombana 1.06 404
Wakatobi 0.94 425
24
% Penduduk Dengan Pendidikan Tertinggi Universitas Di Sulawesi Tenggara
- 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kab. B uto n Kab. Ko nawe Kab. Ko laka Kab. M una Ko ta Kendari Ko ta B au-bau Kab. Ko nawe Selatan Kab. B o mbana Kab. Wakato bi Kab. Ko laka Utara
Rata2 % pnddk dgn pendidikan tertinggi universitas
2.10
Kuadran Kategori input Kategori Output Jumlah Kabupaten/Kota
I
II
III
IV
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
74
56
282
22
Secara umum daerah-daerah di Sulawesi Tenggara berada di Kuadran III. Meskipun
input rendah namun daerah di Sulawesi Tenggara mampu menghasilkan output yang
hanya sedikit dibawah output nasional.
Kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara termasuk dalam kuadran III, antara lain: Kabupaten Ranking Daya Saing
Buton
Konawe
Muna
Bau-bau
Konawe Selatan
Bombana
Wakatobi
418
353
337
237
394
404
425
Beberapa data yang digunakan untuk mendukung penelitian tersebut antara lain adalah:
25
Indeks Kemahalan Konstruksi di Sulawesi Tenggara
- 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Kab. B uto n Kab. Ko nawe Kab. Ko laka Kab. M una Ko ta Kendari Ko ta B au-bau Kab. Ko nawe Selatan Kab. B o mbana Kab. Wakato bi Kab. Ko laka Utara
rata2 indeks kemahalan konstruksi
150
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa persentase terbesar penduduk dengan latar
belakang pendidikan tertinggi universitas adalah Kota Kendari. Namun demikian,
secara umum hanya sedikit penduduk di Sulawesi Tenggara yang memiliki latar
belakang pendidikan tertinggi universitas. Pada tahun 2007, hanya terdapat + 7% dari
total angkatan kerja yang memiliki latar belakang pendidikan tertinggi universitas.
Kondisi ini mencerminkan bahwa kualitas SDM Provinsi Sulawesi Tenggara masih perlu
ditingkatkan.
2. Indeks kemahalan konstruksi di Sulawesi Tenggara
Indeks kemahalan konstruksi menggambarkan tingkat kemahalan untuk melakukan
kegiatan usaha. Berdasarkan data diatas terlihat bahwa secara umum indeks
kemahalan di Sulawesi Tenggara hampir sama untuk semua kabupaten/kota. Namun
demikian, indeks kemahalan konstruksi di Sulawesi Tenggara masih cukup tinggi
26
Poverty Gap Index di Sulawesi Tenggara
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60
Kab. Buton Kab. Konaw e Kab. Kolaka Kab. Muna Kota Kendari Kota Bau-bau Kab. Konaw e Selatan Kab. Bombana Kab. Wakatobi Kab. Kolaka Utara
rata2 poverty gap index
0.94
3. Poverty gap
Poverty Gap Index atau The Depth of Poverty merupakan perbedaan rata-rata
pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan sebagai suatu proporsi dari garis
kemiskinan tersebut. Dari data diatas tampak bahwa poverty gap index yang paling
baik adalah Kota Kendari dengan angka indeks 0,40. Meskipun demikian, rata-rata
poverty gap index di Sulawesi Tenggara masih cukup tinggi yaitu sebesar 0,94. Hal ini
menjadi salah satu indikasi bahwa masih banyak masyarakat Sulawesi Tenggara yang
berada dibawah garis kemiskinan.
4. Rasio ketergantungan
Rasio ketergantungan (dependency ratio) yaitu angka perbandingan yang
menunjukkan besar beban tanggungan dari kelompok usia produktif. Usia produktif
Rasio ketergantungan di Sulawesi Tenggara (%)
- 20 40 60 80 100
Kab. Buton Kab. Konaw e Kab. Kolaka Kab. Muna Kota Kendari Kota Bau-bau Kab. Konaw e Selatan Kab. Bombana Kab. Wakatobi Kab. Kolaka Utara
62
27
(15 – 64 tahun) selain menanggung kebutuhan hidup dirinya juga menanggungkebutuhan hidup golongan usia muda (0 – 14 tahun) dan golongan tua (65 tahun ke
atas). Dari data tersebut tampak bahwa rata-rata rasio ketergantungan di Sulawesi
Tenggara masih cukup tinggi yaitu 62%. Hal ini menunjukkan bahwa struktur
kependudukan di Sulawesi Tenggara berada pada usia tidak produktif yaitu antara
golongan muda dan golongan tua yang pada akhirnya menjadi tanggungan kelompok
penduduk golongan produktif.
Dari deskripsi hasil penelitian tersebut, terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan pemerintah daerah guna meningkatkan daya saing Sulawesi Tenggara yaitu:
1. Melakukan identifikasi komoditi unggulan yang disertai dengan pengelolaan
komoditi unggulan tersebut baik dalam hal on farm maupun off farm guna
meningkatkan daya saing.
2. Melakukan penelitian yang mendalam terhadap berbagai peraturan daerah (perda)
guna mengidentifikasi perda yang kurang kondusif untuk iklim investasi sehingga
dapat dilakukan deregulasi guna menghasilkan perda-perda yang dapat
mendukung iklim investasi dan mampu meningkatkan kesempatan kerja.
3. Meningkatkan kualitas infrastruktur yang antara lain dengan optimalisasi realisasi
belanja jalan, irigasi dan jaringan. Berdasarkan kondisinya, pada tahun 2006 jalan
yang dalam kondisi rusak dan rusak berat di Sulawesi Tenggara mencapai 36,25%
dari total panjang jalan 7.782,62 Km. Sementara itu, berdasarkan laporan realisasi
APBD-P Provinsi Sulawesi Tenggara 2007 diketahui bahwa realisasi belanja jalan,
irigasi dan jaringan hanya 79,10% dari anggaran artinya bahwa terdapat dana
Asesmen Inflasi
1. Kondisi Umum
Pada triwulan II-2008, perkembangan harga secara umum di Sulawesi Tenggara yang
digambarkan oleh perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota Kendari, secara tahunan
tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II-2007.
Perkembangan harga yang diukur dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada
triwulan II-2008 mengalami inflasi sebesar 13,19% (y.o.y) atau lebih tinggi dibandingkan
triwulan II-2007 yang mengalami inflasi sebesar 9,74% (y.o.y). Laju inflasi di Sulawesi
Tenggara tersebut juga tercatat masih lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 11,03%
(y.o.y). Inflasi tahunan tertinggi di Sulawesi Tenggara terjadi pada kelompok bahan makanan
29,15% (y.o.y). Sementara itu, inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara selama tahun 2008 (sampai
dengan bulan Juni 2008) tercatat sebesar 10,78% (y.t.d) lebih tinggi dari inflasi nasional
sampai dengan bulan Juni 2008 yang tercatat sebesar 7,73% (y.t.d).
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara
2007 2008
Inflasi Umum (%) Juli Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun
Monthly (m.t.m) 2.55 -1.57 -0.8 0.95 1.23 0.72 1.94 -0.07 1.02 0.44 2.13 6.49
Year to Date (y.t.d) 6.98 5.3 4.46 5.46 6.76 7.53 1.94 1.87 2.91 3.36 5.56 10.78
Year On Year (y.o.y) 11.9 9.7 7.43 9.17 8.37 7.53 7.5 7.65 8.42 8.58 9.57 13.19
29
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (m.t.m) Nasional & Kendari
-2.0% -1.0% 0.0% 1.0% 2.0% 3.0% 4.0% 5.0% 6.0% 7.0% Ja n -0 7 F e b -0 7 M a r-0 7 A p r-0 7 M a y -0 7 Ju n -0 7 Ju l-0 7 A u g -0 7 S e p -0 7 O c t-0 7 No v -0 7 D e c -0 7 Ja n -0 8 F e b -0 8 M a r-0 8 A p r-0 8 M a y -0 8 Ju n -0 8
Inflasi Nasional (MtM) Inflasi Kendari (MtM)
Sumber: data BPS diolah 2. Perkembangan Inflasi di Provinsi Sulawesi Tenggara
Perkembangan IHK di
Sulawesi Tenggara pada periode
April 2008 – Juni 2008 ditandai
dengan terjadinya inflasi bulanan
yang cenderung meningkat.
Inflasi tertinggi terjadi pada bulan
Juni 2008 yaitu sebesar 6,49%
(m.t.m), inflasi tersebut juga
tercatat sebagai inflasi tertinggi
secara nasional. Inflasi yang
terjadi pada bulan Juni 2008 antara lain merupakan dampak kenaikan BBM bersubsidi pada
akhir bulan Mei 2008 yang langsung direspons dengan kenaikan tarif transportasi. Selain itu,
kondisi cuaca yang kurang baik serta adanya kenaikan Harga Pokok Pembelian (HPP) beras
juga menjadi faktor pendorong inflasi khususnya pada kelompok bahan makanan.
Sementara itu, inflasi bulanan untuk periode April 2008 dan Mei 2008 masing-masing
tercatat sebesar 0,44% (m.t.m) dan 2,13% (m.t.m) faktor pendorong inflasi pada bulan April
dan Mei tersebut bersumber dari kelompok bahan makanan. Inflasi yang terjadi pada bulan
Mei 2008 antara lain dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga
seiring dengan rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi.
3. Faktor-Faktor Penyumbang Inflasi
Pada triwulan II-2008, tercatat seluruh kelompok komoditas mengalami kenaikan harga
atau inflasi seperti terlihat pada tabel 2.2. Kelompok bahan makanan tercatat sebagai
kelompok yang mengalami inflasi tertinggi dan sekaligus merupakan kelompok yang
memberikan sumbangan tertinggi terhadap inflasi bulanan pada periode Juni 2008 dimana
sumbangan kelompok bahan makanan tercatat sebesar 2,85% yang dipicu oleh kenaikan
sayur-sayuran dan ikan segar. Selain kelompok bahan makanan, sumbangan terbesar inflasi
pada bulan Juni 2008 bersumber dari kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan yang masing masing memberikan
30
Tabel 2.2. Inflasi Juni 2008
Inflasi Bulan Juni 2008
Komoditas
Tahunan (y.o.y)
Tahun Berjalan
(y.t.d)
Bulanan (m.t.m)
Sumbangan (m.t.m)
Bahan Makanan 29.15% 24.83% 11.81% 2.85%
Makanan Jadi, Minuman,Rokok&
Tembakau 7.24% 6.13% 4.31% 0.47%
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn
Bakar 12.95% 10.44% 5.00% 1.15%
Sandang 9.46% 3.15% 0.25% 0.01%
Kesehatan 8.38% 7.32% 3.98% 0.14%
Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 3.93% 0.14% 0.13% 0.01%
Transpor, Komunikasi & Jasa
Keuangan 6.52% 6.64% 8.16% 1.86%
Sumber: data BPS diolah
3.1 Kelompok Bahan Makanan
Inflasi tertinggi pada kelompok bahan makanan terjadi pada kelompok sayur-sayuran
yang tercatat mengalami inflasi sebesar 33,10% (m.t.m). Inflasi yang terjadi pada kelompok
sayur-sayuran terutama didorong oleh kenaikan harga bayam, cabe rawit, kangkung, tomat
sayur, cabe merah besar, kelapa, dan terong bulat. Secara umum, sayur-sayuran yang
diperdagangkan di Kota Kendari dipasok dari Sulawesi Selatan dan kabupaten-kabupaten di
Sulawesi Tenggara. Kenaikan harga BBM dan kondisi infrastruktur yang kurang baik
berdampak terhadap mahalnya biaya distribusi berbagai komoditi tersebut. Sementara itu,
permintaan terhadap komoditi tersebut tetap tinggi mengingat sayur-sayuran merupakan
komoditi yang di konsumsi setiap hari.
Tabel 2.3. Perkembangan Harga Mingguan Beberapa Sayur-Sayuran Pada Bulan Juni 2008 (Rupiah)
Sayur-sayuran Satuan Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
Bawang Merah kg 20,833 18,667 20,000 18,500
Bawang Putih kg 10,000 10,000 10,000 10,000
Cabe Merah Besar kg 11,333 17,000 15,167 15,000
Cabe Merah Keriting kg 15,000 23,000 22,833 24,500
Cabe Rawit kg 30,500 26,667 35,333 37,083
Kol kg 6,000 5,667 5,250 5,000
Buncis kg 7,000 12,917 12,000 10,667
Kelapa kg 3,500 3,500 3,500 3,333
31
Selain sayur-sayuran, sub kelompok ikan segar juga mengalami inflasi yang cukup
tinggi sebesar 16,82% (m.t.m). Inflasi pada sub kelompok ikan segar terutama disebabkan
oleh inflasi pada komoditi Ikan Kembung, Ikan Cakalang, udang basah, Ikan Layang, Ikan
Rambe, Ikan Ekor Kuning. Inflasi yang terjadi pada kelompok ikan segar dipicu karena
terganggunya pasokan ikan segar seiring dengan berkurangnya aktifitas melaut para nelayan
Sulawesi Tenggara sebagai akibat mahalnya biaya melaut pasca kenaikan harga BBM
bersubsidi. Selain mahalnya biaya melaut, kondisi cuaca yang kurang baik ditandai dengan
gelombang tinggi menjadi salah satu penyebab berkurangnya aktifitas melaut para nelayan.
Tabel 2.4. Perkembangan Harga Mingguan Beberapa Jenis Ikan Pada Bulan Juni 2008 (Rupiah)
Jenis Satuan Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
Ikan Laut Katambak kg 17,500 17,500 17,500 18,000
Ikan Laut Teri Basah kg 8,000 8,333 9,000 9,000
Ikan Laut Cakalang kg 12,500 12,333 12,500 12,750
Ikan Air Tawar kg 5,800 8,667 9,000 9,000
Ikan Asin Selar kg 20,000 20,000 20,000 20,000
Ikan Asin Ekor Kuning kg 28,667 30,000 30,000 30,000
Ikan Asin Sunu kg 50,000 56,667 55,000 50,000
Ikan Asin Teri Kw. 1 kg 60,000 61,667 60,000 61,667
Ikan Asin Teri Kw. 2 kg 50,000 51,667 50,000 51,667
Ikan Asin Teri Kw. 3 kg 35,000 35,000 35,000 36,337
Sumber: Disperindagkop Prov. Sulawesi Tenggara
Sementara itu, beras yang merupakan salah satu komoditas yang memiliki bobot
cukup besar juga mengalami inflasi yang antara lain dipengaruhi oleh kenaikan tarif
transportasi serta adanya kenaikan HPP gabah dan beras tahun 2008.
3.2 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik dan gas pada bulan Juni 2008 juga memberikan
sumbangan cukup besar terhadap inflasi yaitu sebesar 1,15% dimana inflasi kelompok ini
tercatat sebesar 5,00% (m.t.m). inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik dan gas
terutama didorong oleh inflasi pada sub kelompok biaya tempat tinggal sebesar 7,88%
(m.t.m) seiring dengan inflasi pada biaya tukang, seng, semen, dan besi beton. Secara umum,
komoditi-komoditi yang dipergunakan sebagai bahan bangunan tersebut didatangkan dari
luar Sulawesi Tenggara. Kenaikan harga dari tempat asal serta mahalnya biaya distribusi
32
Angkutan Dalam Kota,
1.00% Ban Luar
Motor, 0.01% Solar, 0.02% Sewa Motor,
0.05% Bahan
Pelumas, 0.10%
Ban Luar Mobil, 0.03%
Bensin, 0.64%
Tabel 2.5 Perkembangan Harga Mingguan Beberapa Bahan Bangunan Pada Bulan Juni 2008 (Rupiah)
Jenis Komoditi Satuan Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
SEMEN (Merk)
Semen Tonasa zak/50kg 55,000 55,000 55,000 55,333
Semen Bosowa zak/50kg 54,000 54,000 54,000 54,000
Semen Tiga Roda zak/50kg 54,000 54,000 54,000 54,000
Semen Gresik zak/50kg 54,000 54,000 54,000 54,333
BESI BETON
Ukuran 6 mm 16,000 18,667 20,