PENINGKATAN
PERENCANAAN DALAM UPAYA MENCAPAI WTP
DI RISTEKDIKTI
• Opini atas Laporan Keuangan terhadap Kemenristekdikti berdasarkan hasil pemeriksaan tahun anggaran 2015 mendapat Opini Wajar Dengan Pengecualian(WDP) yang berarti menurun dibanding tahun sebelumnya dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
• Pencapaian opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian harus dimulai dari proses perencanaan dan
penganggaran program kegiatan dalam mencapai output dan outcome secara tepat dan benar.
• Perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan perlu pengawalan yang dilakukan oleh inspektorat
jenderal.
• Terjadinya penyimpangan dan pelanggaran dikarenakan pelaksanaan program kegiatan dan anggaran tidak
sejalan dengan perencanaan, atau perencanaan kurang matang.
• Peran pengawasan sangat diperlukan mulai dari proses perencanaan dan pelaksanaan agar berjalan dengan
baik sesuai dengan tugas dan fungsinya sehingga pada tahun 2016 Kemenristek dikti dapat mencapai opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian.
• Strategi dalam proses pengawasan harus terus ditingkatkan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan
sampai pencapaian output dan outcome sehingga mendapat opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
• Aparat pengawasan harus terus melakukan pengawalan, pendampingan dan pembinaan mulai dari proses
perencanaan sampai pelaksanaan program kegiatan sampai pada pelaporan keuangan sehingga
LINGKUP PENGAWASAN ITJEN KEMRISTEKDIKTI
3
Ø Dari data lingkup audit tersebut, disusun Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) dengan menggunakan Perencanaan dengan
pendekatan Audit Berbasis Risiko
STRATEGI PENGAWASAN ITJEN KEMRISTEKDIKTI
3. Mengoptimalkan Kapasitas Inspektorat Jenderal:
a. Mengoptimalkan peran dan layanan Inspektorat Jenderal audit kinerja, pemberian peringatan dini, dan konsultasi.
b. Mengoptimalkan manajemen sumber daya manusia Inspektorat Jenderal dengan kuantitas dan kualitas yang memadai.
c. Menerapkan praktik-praktik pemeriksaan intern yang profesional.
d. Meningkatkan akuntabilitas dan manajemen kinerja Inspektorat Jenderal secara baik.
e. Membangun hubungan dan budaya organisasi yang baik dengan pihak-pihak lain yang terkait. f. Menerapkan struktur tata kelola yang baik.
4. Mengoptimalkan Kapasitas dan Peran Satuan Pengawas Intern (SPI) PTN: a. Meningkatkan peran dan fungsi SPI sebagai pengawal PTN
1. Membangun komitmen seluruh jajaran Kemristekdikti, mulai dari pimpinan sampai staf terbawah.
KEBIJAKAN PELAKSANAAN TUGAS ITJEN KEMRISTEKDIKTI
5 TUGAS DAN FUNGSI
KEMENRISTEK DAN DIKTI
Mencegah dan melindungi sesuatu Dari ketidaknyamanan dan kehancuran
Mencegah
Mengarahkan Menghentikan PENGAWALAN
ARAH DAN SASARAN IRJEN BIDANG PEMBINAAN
1. Peran Itjen sebagai pemberi peringatan dini melalui pemberian
informasi hasil audit, evaluasi, reviu, dan pemantauan
pelaksanaan anggaran.
2. Peran Itjen sebagai konsultan melalui pemberian pendapat
dan saran atas permasalahan yang dijumpai dalam
pelaksanaan APBN.
Sasaran
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Ristekdikti
71. Opini Auditor BPK atas Laporan Keuangan
Kemenristekdikti Tahun ini Wajar Dengan
Opini BPK atas LK
WTP
WTP - DPP
WDP
TW
9
Opini Standar BPK
Opini WTP
Tidak ada Pembatasan
Sesuai dengan SAP
Bebas dari Kesalahan
Material
Pengungkapan yang Cukup
Strategi WTP
Peningkatan kualitas penyusunan LK Penetapan saldo sesuai opname fisik Pengembangan sistempengendalian Manajemen aset
Pendekatan Sistem Perencanaan Penganggaran
1. Kerangka pengeluaran jangka menengah 2. Penganggaran terpadu dan,
3. Penganggaran berbasis kinerja
Tujuan Perencanaan dan Penganggaran Berjangka Menengah Berbasis Kinerja
1. Meningkatkan allocative efficiency dan productive efficiency dalam pengeluaran publik, sehingga dapat memanfaatkan anggaran secara efektif dan efisien.
2. Peningkatan penggunaan anggaran secara efektif dan efisien dapat didukung dengan adanya sistem insentif bagi spending ministry.
3. Meningkatkan akuntabilitas spending ministry.
4. Meningkatkan fleksibilitas anggaran spending ministry dengan fokus pada proses persetujuan legislatif yang lebih dititk beratkan kepada outcomes bukan input.
Sasaran Perencanaan dan Penganggaran berjangka Menengah berbasis Kinerja
untuk meningkatkan akuntabilitas manajemen yang terkait dengan kejelasan dalam tujuan pelaksanaan atau tanggung jawab anggaran serta sistem
pengelolaan anggaran.
1. Alokasi Anggaran Berorientasi pada Kinerja (output and outcome oriented)
2. Fleksibilitas pengelolaan anggaran untuk mencapai hasil dengan tetap menjaga prinsip akuntabilitas (let the manager manages)
3. Money Follow Function, Function Followed by Structure Money follow function merupakan prinsip yang mengambarkan bahwa pengalokasian
anggaran untuk mendanai suatu kegiatan didasarkan pada tugas dan fungsi dari masing-masing unit kerja sesuai maksud pendiriannya (biasanya
dinyatakan dalam peraturan perundangan yang berlaku). Program Kegiatan
Pentingnya SPIP
DPR RI
PEMERINTAH
BADAN ANGGARAN
KEMKEU
KOMISI DPR
KEMENTERIAN Pasal 107 UU 27/2009 tg MD3
(1) Badan Anggaran Bertugas:
c. membahas rancangan undang-undang tentang APBN bersama Presiden yang dapat diwakili oleh menteri dengan mengacu pada keputusan rapat kerja komisi dan Pemerintah mengenai alokasi anggaran untuk fungsi, program, dan kegiatan kementerian/lembaga; d. melakukan sinkronisasi terhadap hasil pembahasan di komisi mengenai rencana kerja dan
anggaran kementerian/lembaga;
(2) Badan Anggaran hanya membahas alokasi anggaran yang sudah diputuskan oleh komisi.
Pasal 96 UU 27/2009 tg MD3
(2) Tugas Komisi di bidang anggaran adalah:
a. mengadakan pembicaraan pendahuluan mengenai penyusunan rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersama-sama dengan Pemerintah;
b. mengadakan pembahasan dan mengajukan usul penyempurnaan rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersama-sama dengan Pemerintah;
c. membahas dan menetapkan alokasi anggaran untuk fungsi, program, dan kegiatan kementerian/lembaga yang menjadi mitra kerja komisi;
d. mengadakan pembahasan laporan keuangan negara dan pelaksanaan APBN termasuk hasil pemeriksaan BPK yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya;
e. menyampaikan hasil pembicaraan pendahuluan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan hasil pembahasan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, huruf c, dan huruf d, kepada
Hubungan Renstra, Renja, dan RKA
15
REPENAS
RKP
APBN
Renstra KL
Renja-KL
RKA-KL
5 Tahun
1 Tahun
1 Tahun
PLATFORM
PRESIDEN
KEPPRES RINCIAN
APBN DOK. PELAKSANAANANGGARAN
PAGU INDIKATIF
18
v
Dalam rangka penyusunan APBN, seperti telah diamanatkan
dalam PP 90/2010, terdapat 3(tiga) kali penetapan pagu dana
untuk K/L yaitu
1. Pagu Indikatif;
2. Pagu Anggaran;
3. Pagu Alokasi Anggaran.
Struktur APBN
19 A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
I. Penerimaan Dalam Negeri
1. Penerimaan Perpajakan
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak II. Hibah
B. BELANJA NEGARA
I. Belanja Pemerintah Pusat 1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang 3. Belanja Modal
4. Belanja Pembayaran Bunga Utang 5. Belanja Subsidi
6. Belanja Hibah
7. Belanja Bantuan Sosial
8. Belanja Lainnya II. Transfer ke Daerah
1. Dana Perimbangan
2. Dana Otsus dan Penyesuaian C. SURPLUS/DEFISIT
Pelaksanaan Anggaran
•
Berdasarkan dokumen DIPA/POK, Kantor/Satker melaksanakan
kegiatan sesuai dengan yang ditetapkan dalam dokumen
DIPA/POK;
•
Dalam melaksanakan kegiatan pada kantor/ Satker, Menristekdikti
selaku Pengguna Anggaran mengangkat pejabat perbendaharaan
yaitu :
1. Kuasa Pengguna Anggaran;
2. Bendahara Pengeluaran/Bendahara Penerimaan;
•
Kuasa Pengguna Anggaran mengangkat:
Pelaksanaan Anggaran
21 1. Dalam pelaksanaan anggaran harus mempunyai time schedule pelaksanaan
anggaran sehingga tidak terjadi penyimpangan.
2. Kegiatan apa yang akan dilaksanakan diawal , kapan dilaksanakan, siapa yang terlibat, berapa anggarannya dari mata anggaran apa ?
3. Perlu dibuat rencana pelaksanaan kegiatan mulai dari menyusun
perencanaan pengadaan barang jasa , proses pengadaan barang jasa bisa dilaksanakan sebelum DIPA terbit.
4. Menyusun rencana pengeluaran setiap bulan
Pelaporan Keuangan
Pastikan bahwa semua rincian anggaran dalam DIPA/POK telah
menggunakan Akun yang tepat menurut pedoman BAS
Masalah
Akibat
a.
Adanya belanja
barang yang
menghasilkan Aset;
b.
Adanya belanja
ec
ah
an
M
as
al
ah
1. Memberikan Bimbingan teknis kepada petugas penyusunan RKA-KL & DIPA mengenai BAS
2. Pencatatan Mengacu pada Perdirjen Perbendaharaan No. 50/Pb/2008
a.BELANJA BARANG YANG SEHARUSNYA DIALOKASIKAN SEBAGAI BELANJA MODAL YANG MENGHASILKAN ASET TETAP, DICATAT DALAM NERACA
SEBAGAI ASET TETAP DENGAN MELAKUKAN PEREKAMAN PADA APLIKASI SIMAK-BMN;
b.BELANJA MODAL YANG SEHARUSNYA DIALOKASIKAN SEBAGAI BELANJA BARANG:
• BELANJA MODAL YANG TIDAK MEMENUHI KRITERIA PEMBENTUKAN ASET
TETAP ATAU TIDAK MEMENUHI KRITERIA KAPITALISASI TIDAK DIAKUI SEBAGAI ASET TETAP DI DALAM NERACA. NILAI ASET SEBELUM
DISESUAIKAN SEBESAR BELANJA MODAL YANG TIDAK MEMENUHI KRITERIA, DILAKUKAN JURNAL PENYESUAIAN;
• BELANJA MODAL YANG MENGHASILKAN ASET TETAP YANG PADA INTINYA
AKAN DISERAHKAN KEPADA MASYARAKAT ATAU PIHAK LAIN TIDAK DIAKUI SEBAGAI ASET TETAP DI DALAM NERACA. NILAI ASET SEBELUM
Peran Bidang Pengawasan dalam proses Perencanaan menuju Opini WTP
• Mengawal proses perencanaan program dan penganggaran melalui kegiatan review
• Melakukan pengawalan dan pembenahan melalui kegiatan monitoring dan evaluasi
• Melakukan pembenahan melalui kegiatan audit baik kinerja maupun keuangan
• Melakukan kegiatan pengawasan lainnya termasuk peningkatan kapasitas dan pembinaan SPI
• Memerankan fungsi sebagai pemberi peringatan dini, katalisator dan konsultasi